TKW, nasibmu…

Didats, yang sekarang sedang membanting tulang demi segenggam sekarung dinar di Kuwait, menceritakan pengalamannya sekitar TKW.

Kutipan:

Mengunjungi KBRI beberapa hari lalu seakan-akan membuat mataku lebih terbuka melihat para TKW. Selama ini mereka dieksploitasi sejak dari tanah air mereka sendiri. Para agen-agen TKW yang berada di Indonesia maupun Kuwait hanya meraup keuntungan demi perutnya sendiri!

Eksploitasi sudah dimulai sejak masih di negeri sendiri :

TKW yang diberangkatkan dari Jakarta juga sudah menerima kenyataan pahit sejak dari tanah air mereka. Dibentak-bentak oleh para petugas bandara. Perandaiannya seperti seorang majikan yang sedang darah tinggi memarahi seorang pembantu yang kebetulan bersalah. Nah, masalahnya, para TKW yang berada di Bandara tidak salah apa-apa. Tapi sudah dibentak-bentak secara tidak wajar. Ini aku lihat sendiri ketika berangkat dari Jakarta.

Pesan Didats untuk para calon TKW:

Pesanku lewat tulisan ini adalah, JIKA DIANTARA PEMBACA ADALAH TKW (eh, ada ga ya), URUNGKAN NIATMU BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI NEGERI LAIN (kalau selain PEMBANTU boleh! Justru dianjurkan). ATAU JIKA DIANTARA PEMBACA MEMPUNYAI SAUDARA YANG AKAN BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI NEGARA LAIN, CEGAH! PENYESALAN SELALU DATANG TERLAMBAT, KAWAN.

Pesan Didats untuk pemerintah:

Pertanyaannya, DIMANA KESERIUSAN PEMERINTAH KUWAIT DAN INDONESIA? Apakah ini hanya kepentingan beberapa orang yang hanya ingin meraup keuntungan demi buncitnya perut sendiri?

Salah satu solusi :

negara seperti pakistan sudah menyatakan fatwa haram mengirim pembantu ke negara lain.

mereka menanggulangi masalah pengangguran dengan mengirim laki-laki bekerja di luar negeri, sedangkan perempuan bekerja di dalam negeri.

Iya ya, kenapa juga musti terus ekspor perempuan, sementara korban sudah jelas ada (banyak sekali malah)

Ayo mari kita link ke posting Didats ini, agar semakin banyak yang “aware” mengenai masalah ini.

catatan:
masalah TKW bukan cuma di Kuwait / negara-negara Arab. Banyak juga TKW Indonesia yang dizalimi di negara-negara lainnya.

catatan/2: maaf bagi para pemirsa Planet.Terasi, posting non-IT ini saya munculkan untuk mendapat publikasi yang lebih luas.

18 thoughts on “TKW, nasibmu…

  1. Terus mereka itu disuruh ngapain? Kerja di sini? Gajinya ga seberapa, tenaga yang keluar pun sama. Ada risk, ada return kata orang ekonomi. Mungkin menurut mereka, risk-nya itu sudah sebanding (atau bahkan mungkin masih kecil) bila dibandingkan dengan hasil yang bisa mereka dapat.

  2. Jadi TKW di luar negeri itu seperti gambling. Kalau beruntung, hasil yg didapat akan sepadan atau lebih besar dibanding pengorbanannya. Tapi kalau lagi apes … yah, begitulah. Sayangnya, yang beruntung jauh lebih sedikit ketimbang yang tidak. Namanya juga gambling.

  3. Numpang trafficking.
    Yang pasti di Jerman nggak ada TKW, lho!
    Yang perlu: yang berwenang (baca: KBRI, Konsulat Jendral RI dll) harus mengawasi dan memeriksa keadaan TKW-TKW tersebut, contohnya dengan wajib lapor sebulan sekali atau kumpul-kumpul sebulan sekali. Kan secara nggak langsung ngontrol demi kebaikan mereka sendiri, kan?
    Janganlah yang di KBRI bisanya cuma marah-marah atau memeandang rendah mereka. Mereka lebih berjasa lho kepada Indonesia dan keluarga-keluarga mereka (lewat devisa).

  4. @Oskar – mereka bisa selamat kalau agen mereka peduli dengan nasib mereka; bukan cuma dijual seperti budak lalu dilupakan begitu saja.
    .
    Saya melihat nasib pembantu di beberapa negara maju, kerjanya pakai kontrak, dan kalau majikannya macam-macam maka bisa kena tuntut ke pengadilan. Kalau kita mau, saya kira pemerintah bisa membuat regulasi untuk mengatur hal semacam itu.
    .
    Atau kalau sulit membuat hal semacam itu di negara2 Arab, ya berarti seperti Pakistan saja, cuma kirim TKI pria.

  5. Niat para TKW buat cari nafkah yg halal tuh udah bener. Yg salah dari mereka hanyalah masalah skill dan pengetahuan yg kurang memadai dan cenderung ‘mudah percaya’ dengan segala sesuatu asal ujung2nya mereka ditawarin uang.

    Kesalahan terbesar ada di Pemerintah (termasuk Deplu dan Depnaker yg paling bertanggung jawab). Kenapa juga nggak bisa seperti Filipina yg pemerintahnya punya program khusus membuat “super-worker” buat diekspor.

    Hasilnya jelas, jumlah pekerja dan devisa yg bisa diserap oleh Filipina jauh lebih besar dari Indonesia. Bahkan di Singapura, hongkong dan mid-east tuh nggak aneh kalo utk jabatan dan pekerjaan yg sama, gaji TKW filipin tuh bisa sampe 2x gaji mbak yu kita.

    Harusnya staf2 KBRI tuh sebelum menjabat, harus teken kontrak dulu. Kalo ada apa2 sama WNI terutama TKI didaerah kerja mereka, mereka siap utk dipotong gaji……

    Salam dari saya yg kagum sama temen2 yg narik duit dari luar negri ke Indonesia, dan agak sebel sama org2 yg narik duit dari Indonesia ke luar negri ~~~

  6. bisa bantu kami mencari data TKW yang diberangkatkan dari kota asal, tapi sampai setahun gak ketahuan posisinya dimana?
    I know its too late. I appreciate for your information and please help us.
    thank you

  7. Seharusnya pemerintah kita yang harus mulai menjaga warga negaranya. Bukan hanya ambil keuntungan dari pemasukan devisa tapi tidak menjaga keselamatan dan harga diri warga negaranya.

    Harusnya pemerintah membuat peraturan untuk semua agents TKW/TKI yang mengharuskan mereka mendaftarkan para TKW/TKI di kedutaan besar masing-masing negara keberadaan. Dan mengharuskan mereka melaporkan diri dan memastikan para pemekerja TKW/TKI up dating their workers.

    Bagaimana orang dari negara lain akan menghargai bangsa kita kalau pemerintah kita sendiri tidak menghargai dan membela warga negaranya sendiri?

    Kasihannya para TKW/TKI itu. Sudah berangkat di tipu oleh para agents dan pemerintah, sampai di tempat bekerja di siksanya juga dengan para employees, pulang ke indonesia masih saja harus kasih kan semua uang hasil kerja mereka pada para pekerja imigrasi di Airport Cengkareng, Indonesia.

    Kalau mau kita di hargai oleh negara lain, kita harus mulai menghargai bangsa kita sendiri. Janganlah orang sudah susah di tambah susah lagi.

  8. Pernah sekali saya naik Gulf Air dari Heathrow, UK menuju Soekarno-Hatta, Jakarta. Hem…pas di Abu Dhabi jadilah duduk dengan banyak TKW dan TKP (tenaga kerja pria) asal Indonesia. Saat menunggu naik pesawat, ngobrollah saya dengan beberapa TKW dan TKP asal Indonesia. Ada yg pekerjaannya jadi PRT dan ada juga yg jadi PBKN (pembantu buat kakek dan nenek). Saya sendiri cenderung tidak tahu banyak ttg lika-liku TKW/TKP di negara Arab ini, tp terlihat jelas mereka yg cenderung dapat majikan yg relatif baik rata2 datang dari agensi atau penyalur yg memang bagus. Kemudian yg dapat majikan relatif baik juga rata2 punya kemampuan berbahasa Arab. Salahsatu PBKN yg ngobrol saat itu malah sempat beli sapi 2 ekor dari gajinya dan biaya libur dibiayai oleh majikannya karena rasa terimakasih yg besar sudah mau melayani orangtua si majikan dengan baik.

    Yg menariknya lagi…waktu tiba di bandara Soekarno Hatta, TKW2 yg lumayan bahagia td bersama teman2ya sudah ada yg menjemput (katanya agentnya). Jadi tidak luntang lantung dimarah2in sama petugas imigrasi Soekarno Hatta dan berbagai petugas lainnya yg entah maunya apa. Tentunya pemerintah bisa berbuat lebih baik lagi untuk melindungi para TKW/TKP dimulai dengan menindak agen2 siluman. Agent2 yg baik rata2 memberikan pendidikan yg memadai mengenai budaya dan bahasa. Suka tidak suka…bisa berbicara bahasa tmpt kita kerja selalu membantu interaksi ke arah yg lebih baik.

    Satu kegiatan yg mungkin dilakukan para TKW/TKP-nya membentuk organisasi sendiri seperti bentuk paguyuban atau sekedar arisan ? Naif kedengarannya tp menunggu pemerintah bertindak bisa makan waktu sementara dgn organisasi paguyuban setidaknya bila terjadi hal2 yg diluar kebiasaan bisa langsung saling menolong. Ah mungkin memang naif idenya hehehe 🙂

  9. @ari – waduh saya terlambat membaca komentar Anda — anyway, saya juga tidak tahu solusinya. Tapi kalau masih perlu, saya akan coba cari tahu.
    .
    @bonnie – wah, senang sekali mendengar cerita gembira seperti ini 🙂
    Terimakasih sudah berbagi.
    .
    Satu kegiatan yg mungkin dilakukan para TKW/TKP-nya membentuk organisasi sendiri seperti bentuk paguyuban atau sekedar arisan ? Naif kedengarannya
    .
    Enggak kok, malah pas banget saya kira 🙂
    .
    Saya sendiri sudah merasakan sekali manfaat PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), luar biasa besar keuntungannya ketika kita bisa saling berkumpul.
    Paling tidak, kita bisa saling berbagi informasi – dan ini saja sudah sangat membantu.
    .
    Anyway, semoga nasib TKW kita terus membaik, amin.

  10. memang benar menjadi tkw/tkp itu adalah a big gambling. untuk bertahan hidup itu memang keras ya……. saya sangat menghormati mereka yang menjadi tkw/tkp karena mereka mempertahankan hidup dari usaha kerja keras. sungguh menyedihkan melihat bangsa kita masih banyak yang ingin mendapati uang banyak but less work. COMMON!!!! wake up…….

    Hanya saya sangat menyayangi bagi oknum2 tertentu yang memperlakukan mereka dengan buruk, merekakan juga manusia yang berhak diperlakukan dengan baik (tentunya apabila mrngikuti hukum2 yang berlaku).

    bagaimana negara lain bisa menghargai mereka, kalau dari kita sendiri saja tidak bisa menghargai mereka.

    tingkah perilaku kita mencermikan budaya bangsa kita, so……………why don’t we start it from ourself

  11. iya tuh pemerintah ko gini terus yach.dah puluhan ribu korban masih aja ngeles

  12. benar2 aneh..mereka pahlawan devisa, malah dibentak2. dimana-mana begitu mas…ujung2nya meras…

    maap2, tapi kebanyakan birokrat jiwanya preman

  13. ı agree ; bisa bantu kami mencari data TKW yang diberangkatkan dari kota asal, tapi sampai setahun gak ketahuan posisinya dimana?
    I know its too late. I appreciate for your information and please help us.
    thank you

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *