Toleransi Sejati

:: Seperti biasa, setiap mendekati Natal, kembali kita menyaksikan polemik seputar ucapan selamat Natal. Biasanya sih cukup membuat senyum saja. Namun, kali ini saya sangat dikejutkan dengan pertunjukan intoleransi dari para pendukung ucapan selamat Natal / penentang para pendukung larangan ucapan selamat Natal (euh panjang sangat ya 🙂 )

Di berbagai forum & artikel, saya membaca berbagai caci maki kepada mereka yang tidak setuju dengan ucapan selamat Natal. Padahal biasanya cuma sekedar sindiran atau bahasan yang rasional. Bahkan kali ini tidak sedikit yang sangat agresif dalam menanggapinya. 

Seharusnya, semuanya bisa dilakukan dengan baik.

Yang tidak setuju dengan ucapan selamat Natal, sampaikan dengan baik, tanpa kata-kata yang provokatif.

Yang tidak setuju dengan itu juga bisa menyampaikannya dengan baik. Bukan malah mencaci maki yang malah akan makin meningkatkan reaksi kontra dari pihak lainnya. 

Apalagi ada pula yang sampai menghina Islam. Joko Sembung, alias, tidak nyambung, Anda tidak setuju dengan tindakan penganutnya, eh  malah agamanya yang disalahkan.

KONTEKS, KONTEKS, KONTEKS

Dalam soal fiqih Islam, semua itu ada konteks / latar belakangnya. Melenyapkan konteks dari suatu aturan / fatwa akan menyebabkannya jadi terlihat  aneh.

Contoh : konteks dari fatwa MUI soal Natal itu adalah karena Buya Hamka, salah satu Ulama paling toleran yang pernah ada di Indonesia, menyaksikan bahwa umat Islam malah sudah sampai ikut merayakan Natal. Dan rezim Orba juga ketika itu memberikan contoh serupa / mendorongnya – berbagai instansi pemerintah mengadakan perayaan Natal, dan PNS muslim ada yang terpaksa ikut walaupun tidak menginginkannya. Gejala Sinkretisme mulai muncul cukup jelas. 

Maka beliau mengeluarkan fatwa tersebut. 
Walaupun kemudian beliau jadi musti turun dari jabatannya sebagai Ketua MUI, namun fatwa tersebut tetap tidak pernah beliau cabut sampai akhir hayatnya. 

TOLERANSI SEJATI

Saya cukup beruntung pernah menikmati hidup dalam masyarakat yang sangat toleran, yaitu ketika sedang pergi merantau untuk bekerja di Inggris. 

Di kantor saya, SEMUA orang merayakan Natal – Kristen, Sikh, Atheis, dan bahkan kolega-kolega saya yang muslim 🙂 (1) 
Hanya saya sendirian yang, bukan cuma tidak merayakannya, namun bahkan tidak mengucapkan selamat Natal. 

Mudah-mudahan cukup terbayang bagaimana kontrasnya antara mereka dengan saya ketika itu 🙂 dan, cukup membuat jantungan juga tentunya – saya hanya sendirian, pendatang baru, asing, dan malah nekat berbeda sendiri pula. 

Terharu bukan main ketika ternyata para kolega saya itu tidak ada satu pun yang mempermasalahkannya !

Mereka menghormati kepercayaan saya. Dan bahkan hampir semua tidak mau mengusik saya dengan sekedar menanyakan alasannya (kenapa saya tidak merayakan + tidak mengucapkan selamat Natal). 
Hanya ada 1 kolega yang bertanya, dan setelah saya jelaskan, dia tetap menghargai keyakinan saya (walaupun belum tentu dia sepakat).

Dari mereka saya banyak belajar tentang menghargai orang lain. Saya pun tidak keberatan sama sekali ketika ada yang lupa mengucapkan "Happy Eid !" kepada saya. It's not a problem at all. 
Saya bekerja keras, berusaha membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan saya. Dan setiap Natal, semua orang makin senang dengan saya; karena berkat saya, mereka semua jadi bisa mengambil cuti Natal, karena masih ada saya yang datang ke kantor 😀 dan demikian seterusnya; mereka semua memberikan contoh yang baik, dan saya selalu berusaha membalasnya dengan lebih baik lagi. 

Dan itu semua menghasilkan kejutan terbesar di hari terakhir saya bekerja – lazimnya, semua orang di kantor akan mengumpulkan uang sebagai hadiah perpisahan untuk rekan kerja yang keluar / pindah kerja. Demikian pula ketika mengetahui bahwa saya akan kembali ke Indonesia, mereka segera urunan untuk mengumpulkan uang hadiah bagi saya. 

Saya kaget bukan main ketika Nenek Christine, sekretaris di departemen saya, menyerahkan uang hadiah tersebut. Saya lupa bahwa ada tradisi itu 🙂
Makin terkejut ketika dia tersenyum lebar dan berkata, "This is be biggest collection we have ever had, Harry. Well done!" – baru kali ini ada terkumpul uang sampai sebanyak itu untuk seorang rekan yang akan pergi. 
Terharu ketika menyadari bahwa ternyata saya berhasil meraih hati & simpati mereka. Sambil terbata, saya ucapkan banyak terimakasih, dan pamit kepada mereka semua. 

Kembali ke Indonesia, sambil membawa banyak oleh-oleh pelajaran hidup dari mereka.

(1) belakangan saya baru tahu, bahwa Natal di Inggris sudah dianggap sebagai perayaan budaya / komersial, bukan / tidak terlalu religius lagi. Namun, tetap saja ketika itu saya cukup kaget 🙂

KLARIFIKASI

Para pembaca yang bermata tajam pasti sudah sadar bahwa ternyata tidak ada larangan mengucapkan selamat Natal di fatwa MUI :) 
Fatwa MUI hanya membahas mengenai larangan ikut serta merayakan Natal bersama. 

Namun, tetap saja banyak orang mengatasnamakan MUI dalam menolak mengucapkan selamat Natal.
Dan demikian pula dengan para penentang mereka, malah menyalahkan MUI / Buya Hamka atas hal tersebut. 

Sama-sama error 🙂

Dalam soal ini, mengucapkan selamat Natal, ada berbagai pendapat ulama. Ada yang membolehkan, ada yang tidak. 
Lebih lengkapnya bisa dibaca misalnya disini : http://samardi.wordpress.com/2012/12/24/fatwa-fatwa-tentang-selamat-natal/

PENUTUP

Toleransi sejati tidak membutuhkan basa-basi. Dia berasal dari hati, dan menjadi hasil yang hakiki. Dan perbedaan keyakinan yang bagaimana pun tidak akan bisa meluluhkannya. 

Saya belum tentu setuju dengan keyakinan Anda, namun saya menghormati keyakinan Anda tersebut, sebagai bagian dari hak Anda sebagai manusia.

Sebagaimana telah dinyatakan di dalam Al-Qur'an : "Lakum dinukum wa li ya diin" = Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Bersama-sama, semoga bisa kita wujudkan toleransi sejati di Indonesia ini. Aamiin !

REFERENSI

http://www.kaskus.co.id/thread/50d83a920975b4692b0000a9/sejarah-fatwa-mui-tentang-natal-1981/

Berbagai fatwa seputar ucapan selamat Natal : http://samardi.wordpress.com/2012/12/24/fatwa-fatwa-tentang-selamat-natal/

http://www.islampos.com/buya-hamka-mengundurkan-diri-dari-mui-karena-natal-34291/

Buya Hamka Mengundurkan Diri Dari MUI Karena Natal – Islampos
  PADA 30 Mei 1981, Majalah Tempo melaporkan:  Mengapa Hamka mengundurkan diri? Hamka sendiri pekan lalu mengungkapkan pada pers, pengunduran…

Post imported by Google+Blog for WordPress.

110 thoughts on “Toleransi Sejati

  1. Saya termasuk yang tidak setuju dengan memberikan ucapan selamat natal. Sebab banyak referensi yang menyebutkan sebetulnya kelahiran yesus itu bukan di tanggal 25 Desember

  2. Mantep mas harry. Toleransi itu harus diwujudkan dalam sikap. Bukan sekedar kata-kata, apalagi kalau cuma sekedar buat caci maki.

    Perbedaan bukan berarti pemisah tetapi pemersatu untuk meningkatkan rasa toleransi.

    Saya inget banget, ketika kolega kantor orang Jerman mau pulang ke negaranya dia bilang gini: beruntung anak saya bisa sekolah di Indonesia, dia bisa melihat negara dengan agama yang berbeda dan dia belajar untuk menghormatinya. Indonesia beruntung punya Bhinneka Tunggal Ika (mengucapkan bhinneka Tunggal Ika, terpatah-patah karena dia kesulitan mengucapkannya).

    Saya yg sebagai orang Indonesia sedikit malu, justru makna Bhinneka Tunggal Ika lebih dipahami orang luar daripada warga negaranya sendiri

  3. ada sebagian kelompok toleran yang mulai frustasi (mungkin ini yang dikehendaki kelompok takfiri agar agenda adu dombanya berhasil) dan emosional karena sekarang ini hampir setiap momentum dimanfaatkan oleh kelompok takfiri untuk unjuk gigi. peringatan syiah seperti arbaeen yang puluhan tahun aman damai tenteram mendadak hiruk pikuk oleh celoteh dan fitnah penyesatan. bahkan peringatan maulid sampai ritual puasa sunnah pun dipermasalahkan. setelah bertahun tahun bersabar nampaknya mulai ada yang berpikir bahwa gerakan radikal ini haruslah dihadapi secara nyata dengan kekuatan. diawali dengan marah 🙁

  4. Ittaqillah – Takutlah kepada Allah 'azza wa jalla

    Allah ta'ala berfirman…
    "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban." [TQS. al-Israa: 36]

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda…
    “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang dia tidak tahu apakah itu baik atau buruk,ternyata menggelincirkannya ke dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat”. [HR. Muslim]

    Katakanlah Kebenaran Walau itu Pahit

    http://hizbut-tahrir.or.id/2013/12/20/inilah-enam-keganjilan-natal/
    http://muslim.or.id/aqidah/alasan-terlarangnya-mengucapkan-selamat-natal-bagi-muslim.html
    Mantan biarawati
    Perayaan Natal 25 Desember (Hj. Irena Handono) Full
    Mantan pendeta
    Pendeta DR. Yahya Waloni Beberkan Tentang Kristen. Part 1.
    Pendeta DR. Yahya Waloni Beberkan Tentang Kristen. Part 2.
    Pendeta DR. Yahya Waloni Beberkan Tentang Kristen. Part 3.
    Pendeta DR. Yahya Waloni Beberkan Tentang Kristen. Part 4.
    Pendeta DR. Yahya Waloni Beberkan Tentang Kristen. Part 5.

    “Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia) sudah mendahului kita untuk melakukannya.”

    Rasulullah shallallahu 'alaihi bersabda…
    “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” [Muttafaq ‘alaih]

  5. Dari dulu memang muslim sudah dilarang untuk mengucapkan Selamat kepada umat lain, mungkin karena hal itu bisa dianggap seperti Syahadat

  6. +Muhammad Nur Arifin "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya."

    Janganlah engkau memakai komputer apabila kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang komputer dan bagaimana komputer bekerja.

    Anda mengerti komputer?

  7. URUSAN RANJANG BERANTAKAN ?
    URUSAN RANJANG MEMANG BUKAN SEGALANYA,TAPI BISA MENJADI MALAPETAKA BILA TIDAK DIATASI.
    HANYA DI SINI >>>

    JANGAN KECEWAKAN PASANGAN ANDA MALAM INI

    “JUAL BEBAGAI MACAM OBAT KUAT,PEMBESAR PENIS,KOSMETIK,PELANGSING DAN ALAT BANTU:”
    READY STOCK 100% ORIGINAL

    CALL/SMS;(T-SEL)=>0853 1022 9192-
    (XL)=>0878 3132 7490-
    (INDOSAT)=>0857 1242 5148-
    (PIN BB)=>2a0bb610

    “PEMBESAR PENIS PERMANENT”

    ~VIMAX PIL ASLI CANADA
    ~VIMAX OIL
    ~VGRX PLUS
    ~ARABIAN OIL
    ~COBRA OIL SUPER
    ~BLACK MAMBA OIL
    ~LINTAH OIL SUPER
    ~VACUM TARIK PEMBESAR PENIS
    ~DLL

    “OBAT KUAT PRIA”

    ~VIAGRA USA
    ~CIALIS 80MG ENGLAND
    ~LEVITRA GERMANY
    ~MAXIMUM POWER FUL
    ~MAXMAN KAPSUL
    ~V6 TIAN
    ~AFRIKA BLACK ANT
    ~SRGALA MERAH
    ~DLL

    “PERANGSANG WANITA YANG KURANG GAIRAH”

    ~POTENZHOL CAIR
    ~PERANGSANG SERBUK
    ~PERANGSANG SEX DROP
    ~PERANGSANG GEL
    ~DLL

    “ALAT BANTU PRIA/WANITA SENDIRIAN”

    ~VAGINA FULL BODY
    ~VAGINA PINGGUL
    ~VAGINA GETAR GOYANG SUARA RINTIH
    ~VAGINA GETAR ELECTRIK
    ~VAGINA SENTER

    ~PENIS TEMPEL GETAR GOYANG
    ~PENIS GETAR GOYANG MAJU MUNDUR.
    ~PENIS MUTIARA GETAR GOYANG
    ~PENIS GETAR ELECTRIK
    ~PENIS GETAR GOYANG BEROTOT
    ~DLL

    “KONDOM SILIKON ANTIK”
    ~KONDOM NAGA GETAR
    ~KONDOM WOLF GETAR
    ~KONDOM LELE
    ~KONDOM POLOS BEROTOT
    ~KONDOM CRYSTAL DURI
    ~KONDOM BADAK MUTIARA
    ~RING GETAR
    ~DLL

    “KOSMETIK KECANTIKAN TERBUKTI AMAN TANPA EFEK SAMPING”

    ~CREAM PEMUTIH BADAN
    ~PEMUTIH WAJAH TENSUNG
    ~CREAM PERONTOK BULU
    ~PEMUTIH SELAKANGAN
    ~PEMUTIH GIGI
    ~PEMBESAR BOKONG (BOOTTOKS)

    ~PENUMBUH RAMBUT
    ~CREAM PENGHILANG BEKAS LUKA
    ~PEMERAH BIBIR
    ~CREAM PEMBESAR PAYUDARA
    ~VACUM PEMBESAR PAYUDARA

    ~PELANGSINGING BADAN FATLOSS
    ~PERAPAT WANGI VAGINA
    ~SELAPUT DARA BUATAN
    ~TONGKAT AJIMAT MADURA
    ~PELANGSING BADAN FRUIT&PLANT
    ~PENGGEMUK BADAN KIANPIPILL
    ~PENINGGI BADAN GROW UP
    ~DLL

    Info Lengkap Kunjungi Website Kami:
    http://www.ciaseng.url.ph

  8. +Reza Winandar Insya Allah sedikit paham, karena saya sarjana komputer.
    Tapi jangan disamakan antara paham komputer (alat/ produk) dengan paham keyakinan (aqidah) yang berkaitan dengan hal ibadah, penghambaan, perkara ghaib, perkara agama.

    Orang yang bisa memakai komputer tidak akan dituntut untuk paham seluk beluk komputer, maka dia akan menggunakan ilmunya (minimal) untuk bisa menggunakan & memanfaatkannya dengan baik sesuai fungsi & kebutuhan, ya sekedar terhindar dari berbagai kesalahan/ error yang akan merusak komputer itu sendiri & merugikan dirinya. Yang dituntut hanya hasil, ya sebatas perkara duniawi.

    Maka paham tentang agama yang dianutnya, dalam hal ini Islam, maka seseorang akan dituntut untuk menjadikan agama sebagai pedoman hidup yang menghukumi setiap perbuatan & ucapan bahkan apa yang diyakini dalam hatinya serta selalu bersikap hati-hati (wara'). Jadi, al-Qur'an & Hadits tidak sekedar dibaca & hanya dijadikan pajangan di rumah.

    Keyakinan/ Aqidah… inilah bagian yang paling penting, tetapi juga bagian yang paling lemah dari umat Islam sekarang ini, sedikit sekali tingkat kehati-hatiannya, dikarenakan kurangnya ilmu (tidak tahu/ malas) & pemahaman atas agama yang benar (lebih banyak mengandalkan perasaan) serta begitu cintanya akan dunia sehingga lebih mengikuti hawa nafsu.

    #tambahan   #pencerahan  
    Felix Siauw (Islamic Inspirator, mualaf Kristen)

    Toleransi Islam untuk 25 Desember

    Natal jelas bukan perayaan kaum Muslim, dan kaum Muslim harusnya tidak berkepentingan dengan itu. Namun jelas ada hubungannya dengan kaum Muslim mengingat sebagian besar daripada kita juga berhubungan dengan sesama kita yang merayakannya. Karena itu menjadi penting kiranya kita membahas bagaimana pandangan Islam tentang Natal dan seputarnya serta toleransi kita di dalamnya.

    Sebagaimana yang kita ketahui, 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Sang Mesias (Isa Al-Masih). Walaupun gereja Katolik menganggapnya begitu.

    Encyclopedia Britannica (1946), menjelaskan, “Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”

    Secara sains, dibuktikan tanggal 25 Desember adalah pertama kalinya matahari bergerak ke arah utara dan memberikan kehangatan setelah matahari berada di titik terendah di selatan pada 22-24 Desember (winter solstice) yang menyebabkan bumi berada di titik terdingin.

    Karena itulah orang Yunani pada masa awal merayakan lahirnya Dewa Mithra pada 25 Desember, dan orang Latin merayakan hari yang sama sebagai kelahiran kembali Sol Invictus (Dewa Matahari pula)

    Singkatnya, Bila kelahiran Yesus disangka 25 Desember, maka itu adalah kesalahan yang nyata

    Namun, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah bahwa umat Kristen telah menjadikan tanggal 25 bukan hanya sebagai peringatan, tapi perayaan kelahiran ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka. Sehingga permasalahannya berubah menjadi permasalahan aqidah.

    Karena itulah dalam Islam, kita pun dilarang ikut-ikutan merayakan Natal, karena itu adalah perayaan aqidah. Termasuk ikut memberikan ‘selamat natal’ atau sekadar ucapan ‘selamat’ saja. Karena sama saja kita mengakui bahwa Natal adalah hari lahir ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka.

    Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih" [TQS al-Maaidah: 73]

    Seringkali kita beralasan, “Tapi kan nggak enak, dia bos saya / teman saya / dll, masak saya nggak ngucapin, kalo dalam hati mengingkari kan gak papa, yang penting niatnya! Toleransi dong!”

    Perlu kita sampaikan, niat apapun yang kita punya, apabila kita melakukan hal itu, maka sama saja hukumnya. Dan toleransi bukanlah mengikuti perayaan aqidah umat lain. Oleh karena itu harusnya kita lebih takut kepada Allah dibanding kepada manusia.

    "Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." [TQS al-Maaidah: 44]

    Lalu bagaimana toleransi Islam terhadap agama lain? Toleransi kita hanya membiarkan mereka melakukan apa yang mereka yakini tanpa kita ganggu. Itulah toleransi kita.

    "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." [TQS al-Kaafiruun: 6]

    Toleransi bukannya ikut-ikutan dengan kebablasan dan justru terjebak dalam kekufuran. Sebagai Muslim harusnya kita menyampaikan bahwa perayaan semacam ini adalah salah. Dan kalaupun toleransi, bukan berarti mengorbankan aqidah kita, mari kita ingat pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

    ”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” [HR. Bukhari dan Muslim]

    Walhasil sekali lagi kita mengingatkan bahwa haram hukumnya di dalam Islam mengikuti perayaan Natal, juga termasuk mengucapkan ‘Selamat Natal/ Selamat’ ataupun yang semisalnya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita dan mereka.

    Felix Siauw
    follow me on twitter @felixsiauw

  9. Jika ada yang mengatakan bahwa ini perkara syubhat (diragukan halal & haramnya) yang para ulama berselisih pendapat padanya…
    Maka, kita katakan bahwa para ulama salaf (awal masa Islam) tidak pernah berbeda pendapat dalam perkara ini (sudah merupakan ijma' para ulama), hanya ulama muta'akhirin (belakangan) yang menyelisihi.

    Kalaupun ini perkara syubhat maka kita berpegang teguh dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

    “Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat (yang masih samar) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599]

    Bentuk ketakwaan adalah bersikap wara' (berhati-hati)

    Imam Ibnu Katsir rahimahullah meriwayatkan sebuah kisah mengenai perihal Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radiallahu'anhu yang bertanya kepada Ubay bin Ka’ab radiallahu'anhu. Umar bertanya tentang pengertian takwa.

    Umar: "Wahai Ubay, apa yang dimaksud dengan takwa?"

    Ubay: "Pernahkah Anda melalui suatu jalan yang terdapat duri di jalanan tersebut?"

    Umar: "Pernah"

    Ubay: "Lalu apa yang Anda lakukan?"

    Umar: "Aku singkapkan sarungku atau pakaianku, kemudian aku berhati-hati melewati jalan tersebut (agar tidak terinjak duri)."

    Ubay: "Itulah takwa."

    Ubay bin Ka’ab mengungkapkan pengertian takwa dengan memisalkannya dengan analogi yang sangat mudah dipahami. Seseorang yang melewati jalan yang berduri tentu saja ia akan berhati-hati melewati jalan tersebut. Umar meresponnya dengan mengatakan ia angkat pakaiannya karena pakaian orang Arab adalah gamis, bagian bawahnya seperti sarung berbeda dengan celana panjang.

    Ia angkat pakaiannya agar ia mengetahui dimana saja posisi duri-duri yang bisa mencelakakannya. Kalau kita realisasikan permisalan ini dengan kehidupan kita sehari-hari. Takwa adalah mengetahui hal-hal yang bisa mencelakakan kita atau membahayakan kehidupan kita di akhirat kelak, setelah kita tahu lalu kita jauhi hal-hal tersebut. Inilah takwa.

    Hidup di dunia ini penuh ujian, bagai duri-duri yang bertebaran, baik yang terlihat jelas maupun yang samar. 

    Hidup di dunia hanya sekali, maka jangan ambil resiko dengan bermudah-mudah pada perkara syubhat apalagi yang jelas haramnya. Perbanyak mengingat mati & kehidupan akhirat.

    Wallahu a'lam bish-shawwab

  10. +Muhammad Nur Arifin
    "Karena sama saja kita mengakui bahwa Natal adalah hari lahir ‘Tuhan Yesus’ bagi mereka."

    Berarti kalau semisal ada non-muslim mengucap kalimat syahadat tanpa berniat masuk Islam apakah dia mau tidak mau sudah masuk Islam karena sudah mengucap syahadat, begitu?

    Ketika saya mengucapkan selamat natal kepada orang lain, saya tidak ada pikiran bahwa saya mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan dia telah lahir pad tanggal tersebut. Yang ada di pikiran saya adalah natal adalah hari raya, cuma itu.

    Menurut anda apa yang akan terjadi bila umat muslim di Indonesia tetap mengucapkan selamat natal kepada kaum yang merayakan? Saya rasa akan terjalin hubungan yang baik antara keduanya.

  11. masalahnya sebenarnya sangat sederhana: mengucapkan selamat itu adalah perkara muamalah dalam konteks relasi sosial. menjadi masalah ketika ada yang menganggap itu (mengucapkan selamat dan mengikuti perayaan) sebagai perkara aqidah dan apalagi memaksa orang lain agar sepaham. saya pribadi menganggap ummat islam juga berhak turut serta merayakan natal karena allah sendiri menyampaikan salam atas nabi isa dan merahmati hari ketika beliau dilahirkan (qs. maryam ayat 15). nabi isa kemudian mengulang dengan membahasakan dirinya sendiri (qs. maryam ayat 33) dimana peristiwa itu sangat terkenal sebagai mukjizat allah pada beliau karena ucapan itu disampaikan ketika masih bayi (baru lahir). dua ayat tersebut muhkamat artinya tidak perlu ditafsirkan selain makna kata. perkara fakta historis bahwa 25 desember bukanlah hari lahir isa tentu itu bukan masalah besar karena memang tak ada seorang pun ummat islam maupun kristiani yang tahu kapan tepatnya. sama halnya dengan maulid rasulullah sendiri juga ada ikhtilaf misalnya ahlussunah menyebut pada 12 rabiul awal namun mahzab syiah menetapkan tanggal 17 rabiul awal. tak menjadi persoalan merayakan pada bulan rabiul awal maupun di bulan yg lain karena amalan ini tidak ada tuntunannya (nash) serta merupakan satu tradisi yang terkemudian (setelah rasulullah wafat atau setelah isa wafat) dan lebih bernilai relasi sosial ketimbang spiritiual apalagi aqidah/ibadah. maka ketika kita mengucapkan selamat pada tanggal 25 desember tidak berarti kita membenarkan baik tanggal maupun makna secara aqidah tapi semata karena semata kerabat kita ummat nasrani merayakannya di hari itu. saya memahami ketika ada yang merasa khawatir (hati-hati) ataupun meyakini bila tidak mengucapkan (selamat) lebih dapat menjaga aqidah, tentu ini ada dasarnya dan harus dihormati pula sebagai pilihan. namun, yang harus dilawan atau paling tidak diingatkan adalah apabila ada yang menjadikan perbedaan ini sebagai modus untuk memecah belah. salah satu yang paling memprihatinkan adalah takfiri, mengkafirkan mereka yg meyakini mengucapkan (selamat) natal dan mengikuti perayaan adalah sama artinya dengan meninggalkan aqidah (murtad). padahal, seperti di atas saya sampaikan, masing-masing memiliki dasar. wallahualam.

  12. Pertanyaannya, ucapan "selamat" itu maksudnya "selamat menikmati/selamat merayakan natal" atau "selamat saya cenderung setuju natal", saya kira pilihan pertama yang banyak dipilih dan memang relatif lebih aman, walaupun saya tidak akan mengambilnya. Ucapan "selamat" kan berasal dari kata "salam", nah saya mengiyaskannya pada larangan mengucapkan 'assalaamu'alaykum' pada non muslim, karena tidak ada yang namanya keselamatan bagi orang yang tidak beriman. Hanya saja, masalahnya jadi semakin melebar jika diambil dari sisi bahasa, bagaimana dengan ucapan "selamat siang", "selamat tidur" yang konon lebih universal dan lebih mudah dilontarkan ke banyak orang?

    Tapi yang jelas menghindari syubhat tentunya pilihan yang lebih baik.

  13. saya kira yang lazim dalam relasi sosial makna ucapan selamat (merayakan) natal. kalau pernah belajar fiqh maka akan faham bahwa ucapan salam bisa bermakna doa sebagaimana saling mengucapkan serta membalasnya diantara sesama muslim, ataupun bermakna sapaan pergaulan yang tergantung konteks adat/budaya setempat. itulah sebabnya mengapa gus dur pernah mengatakan kurang lebih ucapan salam itu sama saja apabila diganti "selamat malam" dst. karena dimaksudkan sebagai sarana ucapan pergaulan. bagi saya urusan ini sangat jelas, namun apabila ada yang menganggap syubhat dan lebih baik menghindarinya, itu juga dipersilahkan sebagai pilihan masing-masing yang hendaknya saling menghormati.

  14. y selalu masalah yang sama setiap tahun menjelang natal dan tahun baru,, banyak umat islam yang tidak mengerti toleransi dan saling menghormati.,, nice artikel ..

  15. Buat saudara2ku umat Kristiani di mana saja berada, kami ucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2014. Buat juragan blog harry.suhaemi.com terimakasih atas penayangan komentar ini.

  16. Umat Kristiani tidak usah basa basi mengucapkan selamat Iedul Fitri kepada Umat Islam dan juga sebaliknya. Toleransi yang sebenar benarnya adalah mempersilahkan setiap pemeluk agama untuk mengamalkan ajaran agama yang dianutnya masing – masing dengan aman tanpa ada gangguan. Dalam Islam kadang walaupun hanya sekedar ucapan akan berdampak pada ke-Imanan pemeluknya. Marilah kita saling memahami dan menghormati tanpa harus mencampuradukkan kepercayaan/ agama kita dan mengorbankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

  17. Saya penasaran, apa benar sih ada muslim yang sampai jadi terganggu atau berdampak pada aqidahnya hanya karena mengucapkan selamat? Fakta ataukah kekhawatiran belaka? Berapa banyak yang mengaku terganggu aqidahnya adakah datanya atau pernahkah diukur secara obyektif dampaknya?

  18. @Pataka ngga usah penasaran….Islam bukan cuman omongan tapi praktek…dan keduanya sailing berkaitan khusunya masalah Tauhid….tapi silahkan berbeda pandangan.

  19. Pro dan Kontranya memang tidak bisa kita jauhi dan jangan pernah kita dekati. namun jika didasarkan dengan niat, apakah benar jika kita berniat mentoleransi dengan hanya mengucapkan kata selamat natal itu termaasuk dari dosa?

  20. toleransi umat beragama di Indonesia memang sangat penting sekali, dengan banyaknya agama yang ada di negara ini. sebagai wujud toleransi antar agama bermacam-macam bentuknya, boleh-boleh saja asal tidak menyangkut soal aqidah masing-masing.

  21. artikel yang menarik untuk dibaca, saya hanya bs menyampaikan dalam ajaran islam dikatakan bahwa “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.

  22. saya merasa tidak setuju jika orang islam atau muslim memberi ucapan selamat kepada non muslim dalam peribadatannya. tapi ya kita harus bisa toleranlah dan menghormati hak setiap insan, seperti firman Allah QS Al-Kafirun : 6 dan QS yunus 40-41

  23. iyasih, masalah seperti ini sebenarnya sudah di bahas beberapa ulama, namun ada juga beberapa ulama yang membolehkan.

  24. Selama tidak merusak akidah menurut sebagian ulama boleh-boleh saja memberikan ucapan selamat.

  25. Menjelang natal masalah ini selalu menjadi perdepatan di kalangan umat dan selalu berulang. Padahal masih banyak masalah yg lebig urgen yg harus diselesaikan.

  26. Oleh-oleh pa’ harry bisa kita jadikan sebagai oleh-oleh kita semua, karena kita bisa belajar dari pengalaman pa’ harry dan bisa kita ceritakan kepada anak-anak kita kelak. Thanks

  27. Rasanya saya sepemikiran dengan anda, mengambil jalan tengah “ummatan wasatha”, bedanya: anda sudah teruji di komunitas mayoritas non muslim-di negara lain, lagi ! sementara saya baru kadar lokal, tapi masih mayoritas muslim. terima kasih, semoga sukses.

  28. terima kasih banyak atas informasi yang telah disajikan salam kenal dan sukses selalu dalam menghasilakn tulisan yang bermutu

  29. Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yg baik untuk smua manusia, orang tidak akan pernah tanya apa agama mu..
    _Gus Dur_

  30. Thanks sharing nya..
    semoga bermanfaat, sukses buat admin..
    saya yakin Indonesia bisa menjadi teladan sbg negara yg sangat menghargai toleransi

  31. klo menurut saya sih cuma sekedar memberikan ucapan sih diperbolehkan saja yg penting kita tidak ikut merayakannya

  32. menurut saya pribadi sih menyelamati natal itu seperti menjawab salam pada org non islam dan hukumnya haram. tapi mengingat ini Indonesia mungkin ada toleransi-toleransi.
    by: Aditya Pradana

  33. semua punya batasan, begitupin dengan toleransi. Terkadang ada orang yang berlebihan dalam memberikan toleransinya.

  34. memang hidup di negari indonesia ini harus ada toleransi yang pasti, jika kita tidak mempunyai toleransi yang pasti, pasti kita akan kebawah ke hal-hal yang tak pasti.

  35. Artikel Yang bagus nii Gan
    dan ini akan jadi web yang bagus

    Mohon kunjungi website kami

  36. I just couldn’t depart your website prior to suggesting that I really enjoyed the standard info a person provide for your visitors? Is gonna be back often to check up on new posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *