Category Archives: Entrepreneurship

Turut Merayakan HUT RI 66 : AhadPOS Dirilis

Menyambut & merayakan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-66, dengan gembira kami mengumumkan bahwa AhadPOS kini telah resmi dirilis.

AhadPOS v1.2.0 ]
Kode nama rilis ini adalah : “Minangkabau”

Tentang AhadPOS :
http://ahadpos.com/about/

Fasilitas support :
http://ahadpos.com/support/

Dokumentasi ringkas :
http://ahadpos.com/docs/

Mengapa Fokus Ke UKM ?

Sektor Retail UKM adalah salah satu sektor yang sudah terbukti cukup tahan terhadap beberapa gelombang krisis ekonomi yang terjadi. Ketika berbagai perusahaan raksasa kolaps secara spektakuler, berbagai retail UKM terus hidup. Beberapa bahkan menemukan / membuat peluang-peluang baru, dan menjadi lebih besar paska krisis.

Sektor ini juga sangat padat karya dan menghidupi sangat banyak orang. Bantuan serta dukungan untuk sektor ini akan membantu masyarakat secara luas.

Berikut adalah beberapa fakta seputar pentingnya UKM di Indonesia :

(a) UMKM menyumbang 53,32% PDB (sumber)
(b) Lebih fantastis lagi adalah ketika kita melihat angka penyerapan tenaga kerja – di berbagai daerah, secara konsisten UMKM menyerap lebih dari 95% tenaga kerja.
Di Sukabumi, UMKM bahkan menyerap 99% dari semua tenaga kerja.
(sumber)

Informasi lebih menarik datang dari BPS, yaitu :

# UKM adalah 99,9% dari pelaku usaha usaha Nasional
# Padat Karya : Mempekerjakan 96,95% dari total tenaga kerja
# Padat Karya : Mempekerjakan 90 juta orang (Usaha Besar: hanya 2 juta)
# Menyumbang Pendapatan Nasional sebesar 2000+ Trilyun

(sumber: BPS 2008)

Bantuan kepada sektor ini akan berdampak sangat luas. Karena itu Rimbalinux.com berkomitmen untuk berusaha mendukung mereka.

Masalah & Solusi

Salah satu masalah terbesar pada retail UKM adalah proses penjualan & kontrol stok (inventory control). Kontrol stok amat penting untuk mencegah kehilangan. Dan pada jangka panjang, kontrol stok yang baik bisa sangat membantu untuk optimalisasi stok.
Stok yang terkontrol dan optimal akan sangat membantu kelancaran cashflow, dan meningkatkan keuntungan.

Masalahnya, pekerjaan ini (kontrol stok) cukup memakan waktu, sehingga para pebisnis UKM sering menjadi segan untuk melakukannya. Dan implementasinya secara manual juga rentan kesalahan, dan juga sulit untuk menelusuri sumber kesalahannya.

Semua masalah ini bisa diatasi dengan mudah oleh sebuah sistem POS (Point Of Sales) yang terintegrasi. Tidak hanya berupa layar kasir / transaksi, namun juga sudah mencakup modul kontrol stok.

Pada saat ini, ada banyak masalah dengan berbagai sistem POS, baik yang open source maupun yang proprietary, seperti :

1. Fitur tidak lengkap
2. Reliabilitas
3. Data lock-in
4. Tidak bisa dikembangkan
5. Harga

Software AhadPOS akan memecahkan semua masalah ini, karena dibuat dengan berdasarkan pengalaman langsung dari beberapa UKM di lapangan, dan tersedia dengan lisensi yang bebas (GPL).

Selamat menikmati, dan, Merdeka !!

Lampiran : foto-foto pameran AhadPOS, gedung JCC,
Acara PPKI (Pekan Produk Kreatif Indonesia), 23-27 Juni 2010

AhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, Jakarta AhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, Jakarta AhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, JakartaAhadPOS - shown on PPKI Expo June 2010 @ JCC, Jakarta

Pameran AhadPOS @ JCC, a set on Flickr.

Di PPKI (Pekan Produk Kreatif Indonesia), 23 – 27 Juni 2010

Tips : Sewa Kios GRATIS di Mall

Bisnis online kini telah semakin marak di Indonesia. Dulu hanya bisa dilakukan oleh pakar komputer, atau mereka yang bermodal besar.
Kini bahkan ibu rumah tangga sekalipun sudah banyak yang memiliki usaha di Internet. Dan ini tentu saja adalah hal yang bagus bagi kita, para konsumen, karena kita jadi makin banyak mendapatkan pilihan, dengan harga yang makin terjangkau – dan tanpa perlu keluar rumah / kantor ! Semua ini bisa didapatkan cukup dengan mengakses Internet dari komputer kita.

Namun memang ada berbagai kendala di seputar usaha di Internet ini.
Salah satunya adalah trust – kepercayaan. Seringkali calon pembeli kita tidak jadi membeli karena hal ini. Mereka masih takut untuk melakukan transaksi jual-beli di Internet.

Nah, karena itu beberapa pebisnis online juga memiliki lokasi usaha di ruko / mall. Dengan demikian, calon pembeli jadi merasa nyaman, karena penjual tersebut “nyata”. Ada toko fisiknya juga, tidak hanya virtual / online di Internet.

Siapa sangka ternyata kita pun juga bisa menyewa kios di Mall dengan gratis !? 😀

Ya, beberapa mall ternyata menyediakan banyak kios yang bisa kita sewa dengan gratis.
Misalnya, di Tanah Abang Blok A. Anda tidak salah membaca – di lokasi yang terkenal dengan biaya sewa toko sampai ratusan juta rupiah ini, ternyata ada kios-kios yang juga mereka sediakan tanpa biaya sewa !
Satu lagi yang saya tahu adalah MGK – Mall Glodok Kemayoran.

“Bagaimana bisa??”, tentu pertanyaan ini akan langsung terbersit di benak Anda.
Ternyata sederhana saja.

Nyaris di setiap mall, biasanya ada beberapa lokasi yang masih sepi. Belum ada / banyak penyewanya.
Nah, konsumen cenderung menghindari lokasi-lokasi sepi tersebut. Pada gilirannya, para pedagang juga menghindari lokasi itu.
Sehingga ini menjadi dilema bagi pengelola Mall : pengunjung tidak mau mampir ke lokasi yang sepi, dan pedagang tidak mau menyewa kios di lokasi yang minim pengunjung.

Maka kemudian berbagai pengelola berbagai Mall menyediakan kios-kios tersebut untuk disewa Gratis 🙂

Nah, ini sangat cocok bagi para pengusaha online.
Kita tidak perlu tempat yang ramai, karena pembeli kita di Internet. Sementara itu, dengan alamat kios di sebuah Mall, maka bisnis kita menjadi lebih bonafid & terpercaya !
Jadinya serba untung, tidak ada ruginya 🙂

Anyway, judul posting ini sebetulnya kurang pas kalau disebut full 100% gratis. Pada setiap bisnis, ongkos rutin (overhead) pasti akan selalu ada.
Anda mungkin akan perlu menggaji penunggu toko. Lalu juga tentunya ada biaya listrik, air, telpon, kebersihan; mungkin sekitar 300 ribu – 500 ribu per bulan.
Tapi, biaya sewa memang Gratis, alias Nol rupiah 🙂
Yang normalnya bisa mencapai ratusan juta rupiah, kini menjadi tiada.

Demikian informasi ini semoga bermanfaat bagi Anda.
Dan jika Anda menemukan mall – mall lainnya yang juga menyediakan kios gratis, kabarkan juga kepada kita semua dengan mengomentari artikel ini ya?
Terimakasih 🙂

DompetJebol.com

Ketika sedang memeriksa Kronologger.com, saya baru menyadari keberadaan sebuah link – DompetJebol.com ? Apa itu ?

Dari frontpage nya, DompetJebol.com adalah :

Layanan microblogging gratis yang berguna untuk mencatat data pengeluaran anda sehari – hari. Posting setiap pengeluaran anda dan lihat apa komentar orang lain.

Is this what I’ve been looking for years …..??

Sejak masih menggunakan Franklin REX PC, kemudian Psion 5mx, dilanjutkan dengan Nokia Communicator 9210, lalu Nokia Communicator 9500 dan kini Nokia E70 dan laptop saya; selalu berusaha untuk mencatat pengeluaran saya di PDA / smartphone / laptop saya.

Semua usaha ini selalu gagal, karena semua software yang saya temukan berbelit-belit dan/atau tidak praktis untuk digunakan dan/atau memiliki berbagai keanehan.
Akhirnya selalu mengandalkan ingatan saja. Namun, kadang jadinya ada yang terlupa untuk dicatat.

Bagaimana dengan DompetJebol.com ?

Posting / mencatat pengeluaran : melalui http://dompetjebol.com/m/posting.php, muncul halaman yang ringkas dan hemat bandwidth. Nyaman diakses dari handphone.

Kita memasukkan data-data yaitu (1) jumlah pengeluaran (2) kategori pengeluaran (3) keterangan, dan klik tombol “Posting”.
Yeesssssss! Super mudah & cepat 😀

Rekap / laporan pengeluaran : cukup klik di link Journal-Ku

Maka kemudian akan muncul total pengeluaran selama ini, hari ini, dan bulan ini. Berikut dengan detail selengkapnya.
Dan tetap dalam format yang ringkas, sehingga cepat diakses dari handphone / pda.

That’s it ! Simple & to the point.

Saat ini DompetJebol.com sudah di bookmark di handphone saya 🙂

Mudah-mudahan nantinya bisa juga di update via sms, misal : “kron post DJ 250000 beli cemilan” 😉

Terimakasih sekali lagi kepada Kukuh untuk aplikasi web nya yang bisa membantu saya. Mungkin ada beberapa masukan kecil saja untuk DompetJebol.com :

(1) Tags : pada saat ini pengeluaran dipilah berdasarkan kategori yang sudah fixed. Mungkin bisa juga alternatifnya adalah berdasarkan tags, yang bisa di definisikan sendiri oleh masing2 pengguna

(2) JurnalKu : pada saat ini belum ada pilihan tampilan per Kategori (atau tags, jika nanti ada fasilitas tags). Yang sudah ada adalah total semua, total bulan ini, dan total hari ini.

Semoga situs ini bisa terus semakin sukses !

Reality Tours – tourism with difference

Tourism is a huge business. Some countries are almost solely depending on it. For other countries, even though they have other revenue streams, tourism is still big. China for example, enjoyed an income of US$ 137 billion on 2007 from tourism alone.

Imagine when a portion of this money is spent on the poorest areas instead.

That’s what Reality Tours (Wired.com called it Poverty Tours) can do.

First time I heard about it is in that Wired article linked above. Actually I have thought about it, but for my own family. I asked my wife to think about & arrange visits to poor areas with the kids. This will help to expand their horizon.
Last time we went around, my kids were surprised that there are houses with no (ceramic) floor. There are houses with no electricity, no taps. There are people who had to walk very far, just to get a bucket of water. And so on.
We took too much for granted, this makes us less grateful at times, and I aim to fix that.

This Reality Tours idea expanded it for others. This is truly brilliant.
For the tourists themselves, this would not be only fun, but also an eye-opening experience.
Visiting the poorest areas is a totally different experience than your standard holiday, where the aim are just for fun – and nothing else. They will find out totally different things. They will see humanity in all sorts of conditions – and still thriving.

Some of my best mentor are the poorest ones. It’s amazing to see them always smiling, while facing hardships daily. Actually it may be only my opinion, because they doesn’t seem to think of their problems as hardships. They are able to enjoy life in any kind of situation.
Simply beautiful.

Us ? We are stressed when the roads are jammed. We are panicked when the computers are down. We don’t know what to do when the internet access is disconnected.
I am always humbled whenever I met with these great people.

Also I noted that spending is only an instant gratification. It tires you SO much later – so much stuff, what to spend next, where, how, etc. Especially spending on a holiday. At the end of it, sometimes you were left gobsmacked – did I bought all of that? what for? How much ??? And so on.
But, when you’re spending on something that you know are helping others, the effects are so much more lasting. It seems that this is the way the deepest core of humanity were coded.
This is what Reality Tours are offering – a truly refreshing experience. Unlike normal holidays, which may left us tired at the end, and made us unhappy to go to work at the next day (seems familiar?).
The new horizons gained from the Reality Tours will energize us, and brings out the best from us. You don’t aim for fun in these tours, but trust me, you will have a lot of it, and will be enjoying it for a lot longer.

In Indonesia, however, I don’t think you can bring foreigners into the deepest slums in Jakarta. Probably in some areas, but generally this can be very dangerous. Unless you know the people and the gangs in that slum very well.

A much better destinations would be the countryside. The landscape are beautiful, and the people are far more graceful.
A taste of this may be enjoyed in JAM (Jika Aku Menjadi), a unique TV programme created by the well-known Satrio Arismunandar. In its episodes, an urban dwellers will be selected and then taken to a family at the countryside to live there for some time.

A truly touching example is the episode where the actress lived in a duck herder’s family. It’s very hard to imagine a family of 5 living on a cup of rice – for 2 days.

Yet they’re still happy, and they’re grateful with what they have. Imagine how joyful they were when someone gave them Rp 1 million (about US$ 90), so they were able to increase the size of their herd.

It’s a truly humbling experience, and makes you realize about things that really matters.

So, if you’re going to arrange Reality Tours, let me know. If it’s any good, we’re signing up.

ISNET, Starbucks, dan Kekuatan Brand

Tadi malam saya meeting dengan beberapa kawan-kawan ISNET seputar revitalisasi organisasi yang termasuk paling senior di Internet ini (ISNET sudah exist di Internet sejak tahun 1989). Kami berkumpul di The Financial Club (Graha Niaga), setelah pak Budi Rahardjo selesai memberikan presentasi di acara BoykeMinarno.com.

Ada beberapa kawan-kawan ISNET lainnya seperti pak Laurel, mas Pungkas, mas Sindhu, dan mas Deden. Diskusi berlangsung cukup panjang, dan kami cukup sepakat bahwa pondasi Isnet ada pada infrastruktur IT nya, jadi ini yang musti dibenahi terlebih dahulu. Berikut juga perlu dibuat proposal untuk sustainability & pengembangannya di masa depan. Kemudian saya kebagian tugas untuk memformulasikan draft proposal tersebut, untuk kemudian dikirim ke para hadirin meeting & di matangkan lebih lanjut.
Acara berlangsung sampai sekitar pukul 23:30, sebelum kemudian kami pamit ke rumah masing-masing.

Sekitar pukul 01:00 saya iseng-iseng membuka Planet Terasi, lha ternyata pak Budi sudah nge-blog duluan soal pertemuan tersebut 🙂 bapak yang satu ini memang luar biasa semangat bloggingnya. Salut !

Saya tidur sekitar pukul 02:00, bangun sekitar pukul 04:00, lalu setelah selesai berbenah kemudian berangkat ke lokasi client di Cikini. Meetingnya pukul 10:00, tapi saya sengaja berangkat lebih awal, supaya bisa bekerja dulu di lokasi; di parkir mobil dengan memanfaatkan adaptor universal yang ditancapkan ke colokan pemantik rokok di mobil.
Di perjalanan saya baru sadar, lho kok adaptornya tidak ada di mobil ? Ternyata, adaptor tersebut ditaruh di rumah oleh istri. Maka kemudian saya membelokkan arah mobil ke Starbucks (summoning spell : Koen.co.ro) 24 jam di Sarinah, dan mulai membuka laptop saya disitu.

Saya jadi teringat pertanyaan retorik pak Laurel pada pertemuan Isnet tadi malam.
Kok Starbucks bisa charge kopinya, yang made in Indonesia, seharga Rp 50.000; sedangkan warung kopi ibu beliau, yang sama-sama di Indonesia, cuma mengenakan Rp 5000 untuk beberapa orang ?

Ada beberapa faktor yang saling berkaitan dalam hal ini.

Pertama, lokasi.
Hampir bisa dipastikan bahwa semua outlet Starbucks berada di lokasi yang strategis & mudah dijangkau. Lokasi adalah salah satu faktor paling penting dalam bisnis.

Kedua, visibility.
Ketika banyak warung kopi lainnya menampilkan papan nama yang kecil & tersembunyi, Starbucks (dan brand-brand lainnya) menampilkan logonya dengan ukuran raksasa & sevulgar mungkin.
Jika kebanyakan customer anda adalah pengendara / mobile, yang akan melintas dengan kecepatan sekitar 10 meter per detik, hanya ada waktu sepersekian detik bagi ybs untuk melihat papan nama usaha Anda. Make that count.
The big brands ini selalu berani menginvestasikan banyak uang agar menjadi visible, dengan hasil yang juga sudah bisa kita tebak.
Brand yang visible juga jadi memperbesar kemungkinan mereka untuk diingat customer ketika customer sedang memikirkan layanan yang mereka butuhkan tsb.

Dari 2 ini saja, seringkali sudah cukup untuk menjamin kesuksesan bisnis.
Sebagai contoh, saya pribadi lebih senang makan klenger / blenger burger daripada McDonald / KFC / dll. Burger McDonald terus terang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan blenger burger.
Namun, karena mereka sering bermasalah pada 2 poin di atas, sehingga akhirnya seringkali lagi-lagi kami sekeluarga nyangkut lagi di big brands tsb.

Tapi, big brands tidak berhenti disitu saja. Ada segudang lagi trik di kantung mereka.

Seperti uniformity. Jika seseorang menyebutkan / saya memikirkan brand Starbucks, maka saya tahu bahwa saya akan menemukan :

1. Lokasi yang nyaman & representatif untuk meeting dengan client
2. Bebas asap rokok
3. Staf yang ramah
4. Kopi yang mahal (ha ha)
5. Colokan listrik untuk laptop & HP saya.
6. Air conditioned
7. Dll

Kepastian pada gilirannya memberikan kenyamanan. Bahkan kalaupun produk yang ditawarkan sebenarnya inferior dari kompetitornya – karena kita sudah tahu akan menemukan produk yang inferior tersebut, maka jadinya sudah menurunkan ekspektasi kita sendiri sebelum tiba di lokasi 😉

Jadi, kapan kiranya saya bisa mulai meeting di salah satu franchise Setarbak Kopi, dan tidak lagi di Starbucks ?
Hayo, jangan mau kalah dengan para big brands ini. Mari …

Blogging to your success

Di milis muslimblog, ada seorang kawan yang mengeluh sulitnya menjadi penulis. Bagaimana penulis tidak diapresiasi,tidak mendapat kompensasi yang layak, sulit untuk dapat “menjual” tulisannya.

Saya mencoba memberi solusi sambil menyemangati. Saya berbagi cerita, bagaimana kini saya justru mendapatkan banyak tawaran menulis. Padahal dulu saya sempat lama gagal mempublikasikan berbagai tulisan saya.

Sedikit latar kisah, ketika masih SMA/kuliah saya sudah senang menulis. Tulisan saya pernah dimuat di Mikrodata (RIP), Info Komputer, majalah kampus, dll. Setelah beberapa waktu, saya bekerja di Birmingham City Council, saya mulai memiliki waktu senggang dan ingin mulai menulis lagi. Tapi, saya tidak berhasil menemukan jalur untuk memasukkan tulisan saya tersebut.
Jadi, lalu saya teruskan saja nge-blog seperti biasa. Memang saya dasarnya hobi menulis, jadi enjoy saja.

Oh ya, pada awalnya saya membuat pangsit.com (kini domainnya sudah diserobot oleh registrarnya sendiri, alamak), modelnya seperti slashdot.org. Lalu kemudian saya membuat blog engine saya sendiri di pangsit.com/misc/weblog.php3 kalau tidak salah (deuh extensionnya euy masih php3, he he).
Belakangan saya baru pindah ke wordpress, di situs yang sedang Anda lihat ini. Jadi saya sudah nge blog kira-kira selama 6 tahun.

Nah, sekitar 2 tahun terakhir ini ada suatu hal yang menarik. Saya cukup sering mendapatkan tawaran untuk menulis di berbagai media ! Lebih banyak daripada yang bisa saya penuhi pada saat ini. Belum lagi tawaran untuk bekerja diluar negeri – Singapura, Amerika, dll. Sudah ada juga yang menawarkan membuat buku, tapi waktu saya sama sekali belum ada untuk ini.
Penasaran lah jadinya. Lalu saya coba korek-korek, darimana mereka tahu saya ?

Ternyata, dari blog saya ini. (dan juga pangsit.com, dan harrysufehmi.com).
Bengong juga jadinya. Merasa agak bersalah karena pada saat ini banyak yang belum bisa saya penuhi requestnya. Yang bisa saya oper, saya coba oper ke ke kawan-kawan lainnya. Yang tidak bisa, ya sudah mau diapakan. Beberapa kali ada yang kemudian saya follow-up, jika waktu sedang memungkinkan.

Ternyata tidak hanya saya sendirian yang menemukan ini. ComputerWorld UK juga menulis bahwa “Blogging can boost your career“.

Jadi, tunggu apalagi? Mari kita nge-blog dengan semangat !

Kutipan dari milis muslimblog @ egroups.com :

On 7/25/07, Yon’s Revolta wrote:
> Terharu, bercampur senang, tapi ada sedikit rasa sedih. Ya, ketika seorang teman memberikan kabar dalam dalam sebuah forum “Jual Novel Untuk Menikah”. Terharu dan senang ketika mendengar kabar itu. Sebuah kebahagiaan tersendiri ketika dia akan bersegera menjemput bidadarinya. Rasa sedih muncul ketika membayangkan nasib penulis di negeri ini yang kadang banyak tidak beruntung. Tidak bisa hidup layak. Saya tak tahu tentang “nasib” seorang teman itu. Mungkin, itu satu-satunya jalan baginya untuk mendapatkan rupiah, bekal menikah kelak.

Jadi penulis itu memang sulit. Pekerjaannya menyenangkan (bagi yang hobi), tapi di Indonesia sulit untuk dijadikan mata pencaharian. Lha, di luar negeri saja yang sukses juga tidak banyak kok, masih JAUH lebih banyak yang gagal.

Karena itulah beberapa tahun yang lalu saya memutuskan untuk menjadikan menulis sebagai kegiatan sampingan dulu. Rencananya suatu saat nanti ini yang akan menjadi kegiatan utama saya, tapi bukan sekarang.

Sekarang adalah waktu untuk berbagi melalui media blog, sambil membangun jaringan & kredibilitas.

Well, at least demikian rencananya.
Tapi apa yang terjadi?

Manusia boleh berencana, Allah yang menentukan hasilnya.

Saat ini saja, tawaran menulis sudah bermunculan sendiri. Kekuatan blog memang luar biasa… rata-rata tawaran tersebut datang karena mereka menemukan tulisan di blog saya ! Saya cuma bisa tercengang sendiri.
Godaan untuk menulis jadi sangat besar, tapi pada saat ini saya sedang fokus untuk mensukseskan gerakan open source di Indonesia dulu. Kalau dibawa nafsu, maunya sih menulis saja sepanjang hari 🙂

Jadi ?

1. Bangun jaringan. Situs penulis-lepas nya mas Jonru saya kira sudah menuju ke arah yang sangat tepat, dan juga lain-lainnya.

2. Nge-blog dengan penuh semangat ! 🙂

3. Profit !
Di dunia & akhirat (insyaAllah)

Semoga sukses.

Salam,
Harry

Bazaar @ Taman Permata 2 (Bintaro)

Akhirnya hari ini tiba – saatnya berjualan ! Anak-anak bangun dengan antusias dan segera mandi. Papanya baru sadar bahwa masih ada daftar harga yang belum dicetak, dan buru-buru mempersiapkannya sebelum bazaar dimulai 😛 yaitu pukul 08:00

Beberapa minggu yang lalu kami cukup terkesan menerima undangan untuk mengikuti bazaar di kompleks kami yang kecil ini. Memang warga disini cukup kompak, dan inilah salah satu hasilnya. Kami segera mendaftar. Lalu saya katakan kepada Helen, bahwa ini kesempatan kita untuk mulai memperkenalkan dunia “nyata” kepada anak-anak, yaitu bidang perdagangan. Kami sepakat, dan mulai mempersiapkannya.

Yang akan dijual rencananya adalah “biskuit pelangi”. Semacam adonan kue lidah kucing, namun lebih tebal, dengan bentuk yang bermacam-macam dan menarik. Lalu di atasnya diwarnai dengan menggunakan coklat cair berwarna-warni. Rasanya? Walaupun yang membuatnya anak-anak, tapi tidak kalah dengan Famous Amos (I’m highly biased, of course 😀 tapi betulan enak kok!)

Akhirnya pukul 08:00 pagi pun tiba. Meja kami sudah siap. Ada spanduk di depan meja yang menjelaskan dengan gamblang bahwa hasil penjualan akan 100% disumbangkan, … err, untuk uang saku anak-anak ini 😀

Anisah & Sarah sudah duduk manis, siap menyambut pembeli pertama :
siap berjualan

Sekitar pukul 08:20, akhirnya, pembeli pertama !
bazaar tp2 - penglaris

Setelah itu bazaar terus semakin ramai :
bazaar tp2 - makin ramai

Ternyata, panitia mengundang sebuah perusahaan pemilik bouncy castle raksasa. Sorak sorai gembira anak-anak mengundang makin banyak warga kompleks dan sekitarnya. Suasananya menjadi makin padat !
bazaar tp2 - makin ramai

Laris manis… akhirnya, hanya tersisa satu buah lagi biskuit pelangi. Sementara titipan dari nenek juga terjual dengan cukup cepat :

What a day.

Lessons learned :

  • Persiapkan aktivitas pengisi waktu senggang. Waktu bazaar yang cukup lama tidak selalu sibuk melayani pembeli. Seringkali kita cuma duduk menunggu. Jika ada kegiatan (contoh: cetak beberapa halaman permainan matematika Sudoku, kuis “berhadiah”, beberapa lembar halaman dari Wikipedia / Damn Interesting.com, dst), maka mereka akan dapat lebih menikmati kegiatan ini.
  • Berikan anak-anak jatah uang saku untuk acara tersebut. Kalau tidak, maka mereka akan jadi terus meminta kepada kita (karena banyak stand yang menjual berbagai pernak-pernik yang menarik untuk anak kecil) selain juga karena mereka bosan (lihat poin sebelumnya)

Sampai ketemu di bazaar berikutnya !

Undangan menulis buku dari Lembaga Penerbit FE UI

Lembaga Penerbit FE UI (LPFEUI) mengundang para penulis untuk menerbitkan buku di LPFEUI.

Kami menerima naskah baik buku Teks Kuliah, Komputer, Manajemen, Psikologi, buku umum populer, buku agama, novel, kumpulan cerpen, dll.

Dengan kekuatan jaringan di seluruh Indonesia (seluruh Toko buku Gramedia, Gunung Agung, Kharisma Aksara Media, Toko Buku Utama, Kinokuniya, NewsStand, Togamas, Uranus, Tiga Serangkai, Sosial Agency, Toko Buku Kampus, BBC, Direct Selling, Agen, Distributor dan Toko-Toko Buku diseluruh Indonesia) memastikan pemasaran buku yang kami terbitkan.

Disamping itu kemampuan desainer dan layouter kami menjadikan penampilan buku anda menarik dimata konsumen.

Selain itu, lini percetakan yang kami miliki menambah kekuatan kami dalam produksi buku dengan cepat dan harga dasar buku terendah.

Kami dapat dihubungi melalui telepon (021) 31930252 atau melalui HP saya (Dwi Wibowo) 08129809361, atau email dwiwibowo@yahoo.com. Saat ini kami sedang melakukan konstruksi website kami di www.LP-FEUI.com

Kami tunggu partisipasi anda. Bergabung dan bekerjasama dalam LPFEUI yang terus berkembang

Salam

DWI WIBOWO
Manajer Humas dan Kerjasama
Lembaga Penerbit FEUI

Lembaga Penerbit FEUI
Jalan Salemba 4, Jakarta, 10430
Telp. (021) 31930252
Faks. (021) 3106472

KBH is the new buzzword : Result-oriented versus 9-to-5

Suatu hari di kantor saya, pukul 13:00, Andy tiba “assalamu’alaikum” sapanya, dijawab oleh rekan-rekan di ruangannya. Andy langsung memulai pekerjaannya hari itu di mejanya. Yang lainnya meneruskan kembali pekerjaan mereka masing-masing. Saya berhenti sejenak dan menutup mata, meredakan sakit kepala setelah mengerjakan riset untuk presentasi seorang client selama beberapa jam.

Apa yang aneh disini ?

Continue reading KBH is the new buzzword : Result-oriented versus 9-to-5

Potensi 3G di Indonesia

Ikhlasul Amal berkomentar mengenai 3G di blognya. Menarik, dan wajar sekali jika kita berharap besar dengan teknologi baru ini. Inikah “disruptive technology” tahun ini, seperti email & web yang kemudian merevolusi Internet ?

Sayangnya, 3G bisa jadi menjadi teknologi berikutnya yang cuma sekedar potensi, namun gagal dieksploitasi secara maksimal. Bagaimana bisa ? Bisa saja, jika justru operatornya sendiri yang mensabotasenya.

Kawan saya bercerita bahwa skema bagi hasil berbagai operator mobile phone saat ini sangat timpang, dan mencerminkan kerakusan yang menjatuhkan. Bisnis sebagai content provider (baca: aplikasi kreatif, games, dll) profitnya sangat kecil, karena sebagian besarnya adalah untuk operator.
Kalau kita lihat provider content pada saat ini, jumlahnya tidak sebanyak yang seharusnya, dan variasinya juga tidak berkembang.

Potensi 3G ada pada content. Jika digabung dengan layanan billing (yang, lagi-lagi, skema bagi hasilnya lebih bagus); maka 3G bisa menjadi suatu gebrakan besar.

Contoh yang sangat bagus dalam hal ini bisa kita lihat ke NTT Docomo, operator mobile phone di Jepang. Karena skema bagi hasilnya sangat menggiurkan, otomatis provider content bermunculan dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap minggu ada saja inovasi baru yang muncul.
Dan walaupun sekilas kita kira NTT Docomo telah melakukan kebodohan (karena menyerahkan sebagian besar profitnya kepada content provider), namun sebetulnya justru untung besar; karena (profit kecil x volume transaksi besar) = profit besar.

Mari sekarang kita berharap agar operator-operator yang ada mau memanfaatkan momen ini (launching 3G) untuk mengevaluasi ulang skema bagi hasilnya dengan content provider.
Jika kemudian bisa diadakan skema bagi hasil yang menarik, maka bersiap-siaplah menikmati inovasi dan terobosan-terobosan baru berbasis 3G !

Sementara menunggu itu, saya menikmati dulu fasilitas video call gratis 😉

Sukses dengan berpikir berbeda

Kemarin adalah hari Jum’at, dan untuk melakukan sholat Jum’at saya memilih sebuah mesjid yang tidak menggunakan karpet di lantainya. Tidak hanya lebih menghemat uang umat, namun juga tidak menyesakkan nafas penderita alergi debu ini.

Setibanya disana, di luar dugaan ternyata lingkungan mesjid ini adalah masyarakat yang taat agama. Walaupun saya sudah tiba cukup awal, namun saya telah didahului sekitar 100 orang.
Sekitar 6 shaf telah terisi. Tidak mungkin bagi saya untuk bisa mendapatkan tempat duduk yang paling afdhol, di depan, tanpa menyakiti / menyenggol orang lain.

Tengok sedikit, ternyata ada bagian sayap mesjid. Dan, kosong melompong.

Dengan santai saya berjalan ke sebelah sayap mesjid, dan langsung mendapatkan posisi di paling depan tanpa susah payah, atau menyusahkan orang lain.

“Kenapa yang sedang duduk di dalam mesjid tersebut tidak justru memilih shaf depan di sayap mesjid juga ?”; euh, saya tidak tahu kenapa. Saya hanya melihat kesempatan, yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain – dan saya memanfaatkannya.

Ada banyak aspek dari kreatifitas. Salah satunya adalah kemampuan untuk melihat peluang. Dan, berbeda dari perkiraan banyak orang, ini bisa dilatih.
Caranya yaitu dengan sering memaksa otak Anda bekerja.
Maka setelah beberapa waktu (dan banyak penderitaan dari sakit kepala yang cukup akut), maka Anda akan mampu melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh orang lain.

Ketika sudah mendapatkan kemampuan ini, mudah-mudahan kemudian bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan semua pihak.

Selamat mencoba.

Blog and Get Paid :: ReviewMe.com

Do you love writing, especially reviews, and pretty good at it ? Now, with a service called ReviewMe.com which has just been launched, you can get paid for doing it.

As with any other good Web 2.0 websites, it’s pretty straightforward.
Advertisers can browse a tag cloud of topics, and see a list of available blogs, along with its cost. Several bloggers than got chosen by the advertiser.

The selected bloggers then got notified via email by ReviewMe.com. They’ll be given information on what to write, and the deadline. Note that at this point, the bloggers can chose not to review it.

Once the review has been written, notify ReviewMe.com via the website. It’ll be then reviewed, and approved (or not). Once approved, payment will be deposited to the blogger’s account.

A new form of blog spam ? Well, I don’t think so. It’s because advertisers can NOT ask for positive reviews. Any advertiser using ReviewMe.com will better be prepared for both positive and negative reviews. This is very important, and as long as this point stays, I’ll be happy to work with ReviewMe.com. (otherwise, goodbye folks)

Actually this is better for the advertisers as well. Customers tend to be silent when they found fault with your product, and just use your competitor’s product instead. You’re left confused, as to why almost nobody is buying.
With help from ReviewMe.com, you’ll get high quality reviews from those who are concerned about the topic, and will enable you to find out the fault with your products. As a producer of several products myself, I personally think this is really great. No more scratching your head in the dark.

However, note that not all blogs will be able to join it. There are certain criterias that must be fulfilled to be accepted. Some of them, I think, are current traffic (from Alexa), Pagerank (from Google), Technorati rank, number of RSS feed subscribers; and probably a few other criterias as well.
It’s not really easy to get in, so don’t be disappointed if they can’t accept you yet. Build your blog, create good content, and who knows, they might invite you instead.

Good luck ! And oh, this is a sponsored post from ReviewMe.com.

PayPal “Buy Now” problems

Just setup PayPal “Buy Now” buttons in an eCommerce website. In short, with this facility, people can pay even without becoming a PayPal member. Very convenient indeed.

First I created one “Buy Now” button, and tested it. It worked very well.
So I created several more.

Then the problems started.

I got all sort of errors, including “Message 3104”. Basically, all the error messages asked me to login with existing PayPal account. Which pretty much defeats the purpose.

Googling around, all suggestions are about lowering security settings, allow cookies, and so on. Tried them, and still the same problem occured.

After hours of messing around, finally I found the culprit – instead of one <form> tag for EACH button, there was only one of it for ALL buttons.
No wonder PayPal got so confused with it.

I put one <form> tag for each button, and tried again – voila, I can pay for the goods just with my credit card now.

Hope it helps someone out there.

Mission (almost) Impossible

On December 2005 I was asked to help manage a shop which is in brink of closure due to mismanagement. By May 2006, the shop is ranked #2 best performer.
Work is still ongoing to make it to become the number #1, but suffice to say that everyone’s already happy with that result.

On May 2006 I was asked to help manage another shop, located near to Pondok Indah. This shop is about to be closed down too, since it’s been plagued by multitude of problems. Worse, the revenue is only about 25% of the previous shop.
Seemed like an impossible case to me, but I accepted it nonetheless.

Summary :

The problems:

1. Very low staff morale
2. Very low sales, most likely due to market saturation (about 6 competitors in the same area)
3. Low profit margin
4. Losing money every month / not profitable.

Actions:

1. Working together with the staff. Developing team work. Increasing staff morale.
2. Diversifying into stationery business
3. Process optimizations
4. Profit margin increase, by various stock optimization methods
5. Creative promotion strategies
6. etc

Results so far :

1. Since May 2006, revenue has been climbing steadily. Average revenue nowadays are about 33% more than before.

2. Profit margin is becoming better

3. The shop is no longer losing money.

Not too bad for 3 months job I think.

The owner is very happy with the result. He’s extended the shop’s lifeline until December 2006 – the shop will have to start performing (target: increase revenue by at least 33% more), or it will be closed down then.

So it’s clear that my work is not yet done here, because of these:

1. Again, this is a management problem. I may have to fire the second-in-command. I’ll give him chance to change until end of this month, otherwise he’s gone.
Problem: lack of initiative, lazyness, failure to keep promises, lack of discipline.

2. Staff morale is still rather low. It’s a bit better, but it’s now clear that the human resources in this shop is not of good quality. Some of them are lazy, lacking in initiative, avoid tasks that they don’t like, etc.

Some of them are plain idiots too. Example; we have a profit-sharing policy in this shop.
Any profit will be shared with the employee. I don’t think Indomart, Alfamart, or others has such generous policy.
However, some of these employees are keep asking for their share – to which I replied, rather sarcastically, “from which profit ?”

When there’s no profit (the shop is not losing money, but it’s not making money too at the moment), what’s there to share ?
I wonder if some people actually have brain inside their head.

I may have to fire some of them, but again I will first give them chance to change. If they still refuse to change, then it’s their own fault.

Note that your employees are your most important asset. We value them highly – we treat them as colleagues, we try to understand their problems and help them resolve it, we even share our profits with them. We believe in fairness and wealth distribution.

Usually, this works wonders. However, some people are not able to appreciate this.
It may seem cruel of me to fire these kind of people (of course, after giving them chance to change first). But :

1. They may just not belong here. They may be happier working somewhere else.

2. A non-performer not only cost the shop money, but most importantly, they’re a burden to their colleagues.

I’ve worked with some non-performers before, and I have had to work twice or thrice as hard to cover their inabilities / laziness. And, to say it politely, I don’t like that. So I can empathize with my employees in such similar position.

3. There are people out there that can use a good job like these

Note that this is not the only thing that I’m doing. I’m also handling about 3 IT projects, and some personal businesses too. And of course, most importantly, my family.
I’ve went over my (previously thought) limits many times, and although it’s very tiring, it’s definitely is very rewarding to my own personal developments.
I felt like dying at times, but what doesn’t kill you makes you stronger.

So we’ll see this shop again in Dec 2006, and see how it fare then.
Wish me luck. I’ll need it, and a lot of Paracetamol 🙂

Modal paperclip, menjadi rumah bertingkat (!)

Contoh kreativitas yang luar biasa 🙂 Kyle MacDonalds, seorang pengangguran, memutuskan bahwa sudah saatnya dia memiliki rumah.

Berbeda dengan orang lain yang akan berusaha mencari pekerjaan di kantor, dia justru mulai berdagang – dengan modal awal sebuah paperclip.

Paperclip tersebut ditukar oleh seseorang dengan pulpen,
pulpen tsb kemudian ditukar dengan pegangan pintu,
yang lalu ditukar lagi dengan kompor,
yang ditukar dengan generator,
yang ditukar dengan … er, pajangan ?
yang lalu ditukar dengan motor ski,
yang lalu ditukar dengan paket liburan ke Yahk,
yang lalu ditukar dengan mobil van,
yang lalu ditukar dengan tawaran rekaman,
yang lalu ditukar dengan tawaran tinggal di Phoenix selama setahun,
yang ditukar dengan acara satu hari bersama Alice Cooper,
yang ditukar dengan snow globe KISS,
yang ditukar dengan tawaran bermain film,

yang akhirnya ditukar dengan sebuah rumah bertingkat di kota Kipling.

Wow 😀

Selamat untuk Kyle atas keberhasilannya, dan salut untuk kreatifitasnya.

Internet memang membuka pintu ke berbagai peluang-peluang baru. Mudah-mudahan fasilitas Internet di Indonesia akan terus semakin membaik, demi kepentingan kita semua.

Sekarang, saya ada punya 3 (bukan cuma satu !) buah paperclip. Mau ditukar dengan sebuah rumah. Siapa yang mau ?! 😀

Juragan Ayam Potong dari Godean

Dengan keuletannya, Tujo Hadi Sumarto merambah dari pengumpul ayam menjadi pengusaha besar ayam potong yang sukses.

Terik matahari menyengat kulit. Namun, di depan deretan toko di Jalan Godean Km. 7,5, Yogyakarta, kesibukan beberapa pria mengangkati kantong pakan ternak ke atas sebuah mobil pikap tak menyurut. Di antara mereka terlihat seorang lelaki setengah baya yang ikut bermandi keringat membawa zak-zak itu sambil menghitung tumpukan yang sudah berada di atas mobil, siap dikirim ke para pembeli.

Mengenakan kaus oblong, celana panjang, dan sandal kulit imitasi, ia tak berbeda dengan para pengangkut lainnya. Suaranyalah yang membedakan. Dengan tegas ia mengomandani aktivitas di siang itu. Dialah Tujo Hadi Sumarto, 50 tahun, satu dari pengusaha besar perdagangan ayam potong dan pakan ternak di Jogyakarta.

Setiap hari, Tujo, yang lebih dikenal dengan nama kecilnya Paidi, bisa menjual 25 hingga 30 ton ayam potong ke Jakarta, Bogor, dan beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk menunjang usahanya, ia memiliki 20 truk besar dan Colt pikap, serta 10 buah sepeda motor. Tersedia pula gudang seluas 4.000 meter persegi dan tiga lokasi kandang dengan kapasitas sekitar 4.000 ekor ayam. “Untuk melanyani pembeli di sekitar sini,” ujarnya.

Uang yang berputar dalam bisnis ayam potong itu ditaksir rata-rata mencapai Rp. 200 juta per hari. Dari ayam ini, Tujo telah memetik hasilnya: dua rumah besar jadi tempatknya berteduh — salah satunya yang bernilai Rp. 850 juta baru dibangun di atas tanah seluas 550 meter persegi. Mau ke mana-mana ia tinggal menstater tiga mobil menterengnya, dua buah Baby Benz dan satu buah BMW.
Cerita Paidi bukanlah kisah Cinderella. Keberhasilan pengusaha ini bisa ditiru siapa pun yang punya tekad sekuat Tujo. Hanya lulusan sekolah rakyat (setingkat sekolah dasar), lelaki ini membangun bata demi bata istananya dengan sikapnya yang menghalalkan kerja keras, tekun dan berhemat selama bertahun-tahun.

Continue reading Juragan Ayam Potong dari Godean

Menjalankan bisnis – 2/3

“Menjalankan bisnis muslimah”, artikel ke 2 dari 3 seri merintis usaha muslimah, yang telah dimuat oleh majalah Alia. Terimakasih kepada redaksi majalah Alia yang telah mengizinkan publikasi ulang artikel ini disini.


Menjalankan usaha muslimah – bagian I
Oleh: Helen Sufehmi

Kata orang, memulai sesuatu adalah yang paling sulit. Pada edisi yang lalu, kita telah membahas mengenai cara untuk memulai usaha kita sendiri. Betapa berat dan pelik berbagai urusan yang perlu kita persiapkan.
Tetapi begitu usaha telah mulai berjalan – banyak orang yang terjebak. Dikiranya sudah bisa merasa lega dan mulai hidup tenang.

Kenyataannya, pada saat ini sebetulnya kita seperti seorang pendaki gunung yang sedang berada di kaki sebuah gunung. Perjalanannya masih panjang, dan penuh dengan bahaya. Jika ia lengah di perjalanannya disini, maka bisa-bisa dia terjerumus ke dalam jurang.
Demikian pula dengan kita yang baru memulai ini – sekarang belumlah saatnya untuk bersenang-senang. Pendakian kita baru saja dimulai, maka kita harus mempersiapkan fisik dan mental kita untuk suatu petualangan yang melelahkan. Yaitu menghadapi segala tantangan di perjalanan, untuk mencapai puncak gunung tersebut, dan menjadi penakluknya.

Jadi, sebetulnya apa sajakah yang perlu kita lakukan di petualangan yang satu ini ?

I.Pembukuan

Percaya atau tidak, ada banyak sekali orang yang menjalankan usaha tanpa melakukan pencatatan, yang biasa kita kenal dengan istilah pembukuan.
Akibatnya seringkali cukup mengenaskan.

Satu contoh; ada sebuah usaha dagang yang beromset milyaran rupiah, yang tiba-tiba hampir bangkrut.
Ketika diteliti, ada beberapa hal yang ditemukan :

1. Cashflow (perputaran uang) tidak lancar, karena:
a. Pembayaran kepada supplier : cash / tunai , tetapi :
b. Pembayaran dari customer : bertempo / hutang beberapa minggu
c. Lalu, sisa uang yang ada terlalu banyak tertanam di proyek-proyek “mercusuar” – ekspansi usaha yang melampaui batas kemampuan, tapi bergengsi tinggi.
2. Piutang (hutang customer) terlalu banyak yang tidak tertagih / macet.
3. Gaya hidup direktur terlalu mewah

Apakah perusahaan tersebut menjalankan pembukuan ? Ternyata ya, pakai komputer pula. Tetapi – pembukuan tersebut hanya berupa sekedar pencatatan, tidak dijadikan pedoman untuk mengambil keputusan-keputusan / mengawasi situasi perusahaan.
Walhasil, banyak tanda-tanda masalah terlewat begitu saja – sehingga terkesan bangkrutnya itu mendadak.

Nah, usaha yang menjalankan pembukuan saja masih bisa bangkrut dengan cukup spektakuler. Bagaimana kira-kira yang tidak menjalankannya ?
Bisa kita bayangkan sendiri.

“Pembukuan itu kan rumit sekali”, ini alasan yang sering kita dengar. Memang, pembukuan yang ideal, General Ledger, bisa sangat memusingkan dan merepotkan. Bahkan bagi akuntan yang berpengalaman sekali pun.
Tetapi, esensinya sebetulnya mudah – yaitu mencatat pergerakan uang. Dan ini hanya berupa 2 hal; uang masuk, atau uang keluar.

Berangkat dari sini, maka kita bisa buat pembukuan yang sederhana, khusus untuk UKM (Usaha Kecil dan Menengah).

…..


Artikel selengkapnya bisa di download dari sini.

HIT got hit hard

Di antara keributan seputar produk HIT, saya cukup terkejut ketika membaca di blog Pipit bahwa ternyata HIT sudah mengetahui pelarangan ini dari tahun 2003.

Kenyataan bahwa HIT terus diproduksi sampai akhir-akhir ini jelas adalah suatu tindakan yang tidak bermoral.
Sedangkan dari perspektif bisnis; mungkin ini adalah salah satu contoh bisnis yang sudah terperosok di comfort zone-nya, sehingga gagal bereaksi dengan cepat terhadap bahaya yang mengancamnya.

Ketika saya kemudian melakukan riset sederhana mengenai solusi alternatif untuk menangani masalah nyamuk, sebentar saja saya sudah menemukan banyak. Dan dari sekian banyak itu, tetap ada banyak yang potensial untuk diproduksi massal dengan harga setara / lebih murah daripada produk HIT. Dan, kesemuanya dari bahan alami serta aman bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Kemarin saya sudah memesan salah satu sampelnya dari Amerika, untuk dilihat apakah bisa dikembangkan menjadi produk baru disini.

Ketika saya sendirian saja bisa menemukan ini semua dalam waktu hanya sekitar 3 jam, adalah memprihatinkan ketika produsen sebesar HIT gagal dalam tempo waktu 3 tahun.

Innovate & differentiate, or die.

Jurus-jurus praktis memulai bisnis Muslimah

Artikel ini aslinya dimuat di majalah Alia, dan atas izin redaksinya maka bisa dimuat disini, terimakasih.
Tulisan pertama dari tiga artikel.


Jurus-jurus praktis memulai bisnis Muslimah
Oleh: Helen Sufehmi

Akhir-akhir ini, biaya kehidupan sehari-hari makin terasa memberatkan. Listrik, bensin, transportasi; berbagai kebutuhan pokok tersebut telah naik berkali-kali. Kenaikannya tersebut kemudian biasanya diikuti dengan kenaikan berbagai komoditas yang tergantung pada hal-hal tersebut juga. Sehingga kini kenaikannya menjadi cukup merata di segala hal.
Banyak orang yang kemudian tergoda untuk berusaha sendiri. Tapi kemudian banyak juga yang kita lihat mengalami kegagalan dalam usahanya tersebut.

Bagaimana dengan kita? Tentu menarik sekali ya jika kita juga bisa memiliki usaha kita sendiri. Apakah itu niatnya sekadar mengisi waktu, apalagi ketika anak-anak kita sudah mandiri. Atau niat membantu suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mungkin malah untuk mengikuti sunnah Nabi saw sebagai seorang pedagang dulunya, dimana Nabi saw juga telah bersabda bahwa, “Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan dari sepuluh pintu rezeki” (HR Ahmad)

Pertanyaannya sekarang; how? Bagaimana caranya kita memulai usaha kita sendiri?

Selama bertahun-tahun, saya mengamati berbagai usaha muslimah; bagaimana awalnya, suksesnya, dan ada juga yang kemudian menurun. Dari situ, banyak sekali yang bisa kita jadikan pelajaran.

1. Temukan peluang, yang cocok, bagi Anda.

Pertama sekali, Anda harus menentukan dulu, bisnis apa yang ingin dan bisa Anda lakukan.

“Ingin” – usaha tersebut harus sesuai dengan bakat dan minat Anda. Jika usaha tersebut berpotensi bagus, namun tidak menarik bagi Anda, maka akan bermasalah di tengah jalannya kelak. Ini kadang terjadi, dan akibatnya biasanya cukup fatal.
“Bisa” – usaha tersebut memang adalah usaha yang mampu Anda lakukan; Anda punya cukup modalnya, ada waktunya, dan seterusnya.

Ada berbagai jenis usaha, yaitu produksi, jual-beli, jasa, atau kombinasinya. Contoh usaha produksi misalnya usaha konfeksi busana muslim, kerajinan tangan, bakery, dan lain-lain. Contoh usaha jual-beli misalnya warung, MLM, toko, dan seterusnya. Sedangkan contoh usaha jasa seperti konsultan komputer / arsitektur / pembukuan / landscape / dan lain-lainnya.
Yang kombinasi misalnya usaha konfeksi busana muslim, yang juga ada outletnya; sehingga, usaha tersebut mencakup produksi dan jual-beli.

Sebagai muslimah, memang kita ada memiliki beberapa keterbatasan. Biasanya dari segi waktu, karena memang tanggung jawab pertama adalah mengurus keluarga kita. Jadi kita perlu memilih jenis usaha yang bisa kita jalankan, walaupun dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Tapi jangan menganggap bahwa ini akan membuat kita tidak bisa menjadi maju – justru beberapa usaha muslimah bisa lebih maju daripada usaha suaminya. Biasanya ini terjadi ketika muslimah tersebut menganggap keterbatasan tersebut sebagai bagian dari tantangan, bukan halangan. Sehingga tidak menjatuhkan semangat, tetapi justru memicu kreatifitasnya.

Untuk pemula seperti kita, sebaiknya kita melakukan usaha yang belum banyak saingannya. Atau kalaupun sudah ada saingannya, kita bisa menawarkan kelebihan, sehingga ada alasan bagi customer untuk memilih kita.
Jangan cuma menjadi peniru tanpa ada kelebihan apa pun — ini yang sangat sering terjadi. Katanya, inilah orang Indonesia, satu orang buka usaha kios ponsel, maka semuanya ikut-ikutan membuat itu juga. Hasilnya? Biasanya cuma terbuangnya waktu, tenaga, dan uang Anda.

“Find your niche”, kata seorang pakar – temukan celah yang cocok bagi Anda. Ada yang membuat kerajinan tangan, sampai bisa diekspor. Ada yang memulai usahanya dari sekolah anaknya, sambil menunggui anaknya sekolah dia berdagang dengan ibu-ibu lainnya. Ada yang malah bekerja dari rumah – dengan modal bahasa Inggris dan bakat desain, kemudian menjadi freelance desainer situs Internet. Dan lain-lainnya.

Seperti yang Anda telah lihat, ini adalah hal yang penting. Karena itu, yakinkan dulu bahwa usaha tersebut memang adalah sesuatu yang cocok untuk Anda. Jika Anda telah merasa cocok, maka berikutnya kita perlu meneliti, apakah usaha tersebut memang bisa menguntungkan.

2. Proposal bisnis

Percaya atau tidak, cukup banyak orang melakukan usaha tanpa terlebih dahulu meneliti, apakah memang usaha tersebut bisa menguntungkan. Banyak orang yang memulai bisnisnya hanya dengan berdasarkan angan-angan, tanpa perhitungan.
Walaupun Anda sudah sangat ingin dan sangat perlu untuk memulai bisnis, tahan dulu sebentar. Waktu yang Anda luangkan untuk membuat proposal bisnis ini bisa menyelamatkan Anda dari kesulitan di masa depan.

“Saya mau buka usaha dengan uang saya sendiri, enggak pakai investor kok. Ngapain musti buat proposal juga ?”. Sebetulnya tetap ada investor disini – yaitu Anda sendiri. Tentunya Anda perlu tahu, apakah usaha yang akan dimodali ini memang akan bisa menguntungkan, atau justru cuma akan melenyapkan uang Anda tanpa bekas.

Minimal, berikut ini adalah hal-hal yang perlu tercantum di suatu proposal bisnis:

  • Kebutuhan modal awal
  • Ongkos rutin
  • Estimasi pemasukan
  • Strategi bisnis

Contoh proposal bisnis bisa kita lihat berikut ini :

Proposal usaha kedai sandwich (roti isi)

  1. Strategi bisnis:
    • Banyak pegawai yang tidak sempat sarapan, karena keterbatasan waktu. Sandwich harganya murah, mengenyangkan, rasanya enak, dan praktis – bisa dimakan sambil duduk di bis sekalipun.
    • Penjualan: sistim bagi hasil laba bersih, penjual: 30%, pemilik: 70%. Berupa kios sederhana, di lokasi-lokasi yang banyak dilewati orang-orang yang akan pergi berangkat kerja.
    • Estimasi modal per sandwich: Rp 3000, Harga jual: Rp 5000
    • Estimasi laba per bulan : (pemasukan – pengeluaran) =
      (laba kotor – ongkos) =
      ( 4.000.000 – 660.000) = Rp 3.340.000
  2. Kebutuhan modal awal:
    • Oven untuk membuat baguette (roti lonjong ala Perancis) : Rp 5.000.000
    • 2 buah kios @ Rp 3.000.000 = Rp 6.000.000
    • Persediaan filling (isi) sandwich untuk 2000 sandwich = Rp 4.000.000
    • Promosi : spanduk, pamflet, kartu nama: Rp 1.000.000
    • Total : Rp 16.000.000
  3. Ongkos rutin bulanan:
    • Gas Elpiji @ Rp 55.000 x 4 = Rp 110.000
    • Kemasan sandwich = Rp 300.000
    • Saus tomat, cabai, mayonnaise, mentega = Rp 250.000 (dimasukkan menjadi ongkos bulanan karena sulit diperhitungkan nilainya untuk setiap sandwich)
    • Total : Rp 660.000,-
  4. Estimasi pemasukan:
    Setiap kios diperkirakan bisa menjual 50 sandwich per hari. Jika target pasar adalah pegawai kantor, maka ada 20 hari kerja dalam sebulan.

    Berarti penjualan per bulan per kios adalah 1000 buah sandwich, total 2 kios = 2000 sandwich per bulan.

    Laba kotor:
    Laba per sandwich = Rp 2000
    Laba kotor per bulan = Rp 2000 x 2000 sandwich = Rp 4.000.000

Keterangan:

Kunci dalam pembuatan proposal bisnis adalah jujur dengan diri Anda sendiri. Terutama pada bagian estimasi pemasukan; sangat mudah untuk tergoda menaikkan angka-angka di bagian ini. Tapi jangan lakukan itu, karena hanya akan menyulitkan Anda sendiri di masa depan; proposal bisnisnya bagus dengan angka keuntungan yang fantastis, namun pada kenyataannya ternyata merugi besar-besaran.

Kunci berikutnya adalah informasi.
Dengan informasi yang mencukupi, maka Anda dapat membuat proposal bisnis yang realistis. Sehingga, pada pelaksanaannya nanti tidak akan meleset terlalu jauh dari apa yang telah kita perkirakan disini.
Untuk setiap bisnis, berbeda lagi cara mengumpulkan informasinya. Pada contoh usaha sandwich ini, mengenai estimasi pemasukan; misalnya kita bisa memperhatikan bakal lokasi usaha, dan menghitung kira-kira ada berapa orang pegawai yang lalu-lalang di daerah itu.
Misalkan ada 1000 orang, maka kemudian kita ambil persentase konservatif bahwa akan ada 5% yang tertarik dengan sandwich kita. Maka, didapatlah estimasi omset 50 buah sandwich per hari.

Bagian modal awal dan ongkos rutin tidak terlalu sulit, terutama memerlukan ketelitian. Jangan sampai ada hal yang terlewat, sehingga menjadi kejutan yang tidak menyenangkan setelah usaha berjalan.

Nah, setelah kita menuliskan semuanya dalam suatu proposal bisnis, maka kini kita telah mempunyai gambaran yang lebih jelas mengenai bisnis tersebut. Jika kita kemudian yakin bahwa bisnis ini memang bisa menguntungkan, maka selanjutnya kita perlu mencari lokasi untuk usaha tersebut.

3. Lokasi

Ketika dimintai tips-tips untuk membuka usaha, seorang kawan pernah menjawab, “1. Lokasi. 2. Lokasi. 3. Lokasi.”

Bagi sebagian besar bisnis, lokasi memang adalah kunci yang terpenting.
Pada usaha produksi, lokasi yang banyak sumber daya manusia dan dekat dengan sumber bahan produksi akan membantu meningkatkan efisiensi. Pada usaha dagang, lokasi yang yang tepat bisa membedakan antara keberhasilan dengan kegagalan. Pada usaha jasa, lokasi yang mudah dijangkau oleh customer bisa meningkatkan penghasilan Anda.
Demikianlah pentingnya lokasi.

Mencari lokasi ini bisa sulit sekali, karena daerah-daerah strategis biasanya sudah ditempati. Atau menjadi mall / ITC, yang biaya sewanya juga sangat mahal.
Tapi bisa juga menjadi mudah sekali, seperti misalnya jika silaturahmi kita bagus dan luas. Maka bisa saja tiba-tiba justru ada orang yang menawarkan tempatnya kepada Anda, tanpa perlu mencari-cari.

Jika Anda menemukan bahwa usaha Anda memang membutuhkan lokasi yang bagus, maka jangan sekali-kali tergoda untuk memulai usaha sebelum menemukannya.
Gencarkanlah usaha Anda untuk menemukan lokasi idaman tersebut. Silaturahmi juga dapat sangat membantu disini.

Tips: seringkali kita bisa menumpang lokasi. Seperti pada contoh usaha sandwich ini, karena kiosnya kecil, maka kita bisa menumpang di halaman minimarket Indomaret / Alfamaret, dengan membayar biaya sewa bulanan. Ini cenderung lebih murah daripada kita menyewa khusus untuk usaha kita sendiri.

4. Modal

Idealnya memang modal bisa 100% dari Anda sendiri. Tapi ini mungkin tidak selalu demikian halnya. Seringkali kita memerlukan tambahan dana dari investor lainnya.

Untuk memulai bisnis, saya sarankan untuk menghindari pinjaman bank, walaupun bank syariah.
Kalaupun proposal bisnis kita bagus, tetap usahakan menghindarinya; karena jika ternyata gagal, maka akan sangat sulit untuk mengembalikannya.

Lagipula pinjaman bank ini sering mengecoh. Kadang kita lupa, apalagi jika tidak ada pembukuan yang rapi, sehingga mengira uang bank sebagai uang kita sendiri. Walhasil, banyak orang yang kemudian justru memakai uang bank untuk membeli rumah, mobil, dan benda-benda yang lebih bersifat konsumtif lagi.

Selain terkecoh seperti itu, kadang juga kita lupa memperhitungkan beban bunga bank dan cicilan bank. Contoh; pada usaha warung, persentase labanya sangat tipis – seperti susu, labanya hanya sekitar 1% – 2%. Padahal harganya mahal sekali ya, siapa sangka ternyata labanya luar biasa tipis seperti itu.
Jika tidak hati-hati dalam memanfaatkan pinjaman bank, maka kita bisa kesulitan bahkan sekedar untuk membayar bunga setiap bulannya.

Alternatif lainnya adalah investor luar. Biasanya kemudian dibuat perjanjian / akadnya.
Jika kita telah membuat proposal bisnis seperti yang dibahas sebelumnya, ini bisa membantu kita untuk menjaring investor yang cocok dengan kita.
Kuncinya disini adalah pada akadnya; buat perjanjian yang tertulis, dan jelas. Bahkan (terutama) dengan investor yang dari keluarga sendiri. Karena seringkali kasus penzaliman itu dilakukan oleh keluarga.
Tapi kita sering lengah, ya maklumlah, apa iya keluarga sendiri mau menzalimi saudaranya sendiri – eh, ternyata, bisa saja lho. Dan sudah banyak kasusnya.

Jadi, berhati-hatilah. Pastikan bahwa akadnya akan mendorong terciptanya keadilan untuk kedua belah pihak.

5. Eksekusi

Ketika semuanya telah siap – maka kini adalah waktu untuk melaksanakannya. Anda kini berada di posisi eksekutif, sebagai eksekutor dari bisnis ini.
Inilah saatnya Anda melakukan semua yang telah Anda rencanakan selama ini.

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan :

  1. Promosi : Tidak ada gunanya Anda menjual barang/jasa yang sangat berguna, dengan harga yang murah, jika orang tidak tahu bahwa Anda ada.

    Promosi adalah suatu keharusan bagi setiap usaha. Namun, promosi yang ngawur juga justru bisa menghabisi suatu usaha.

    Untuk usaha yang tergantung pada lokasi, Anda perlu menyisihkan dana untuk membuat papan nama yang besar dan jelas.
    Sisihkan waktu/dana tambahan untuk membuat desain yang menarik pandangan mata orang yang tadinya hanya lewat. Tidak ada gunanya membuat papan nama besar jika bahkan sekedar dilirik pun tidak.

  2. The only constant is change – satu-satunya hal yang pasti adalah perubahan.

    Dalam melakukan usaha, sulit untuk bisa duduk tenang berpangku tangan. Akan selalu muncul hal-hal baru; pesaing baru, kenaikan ongkos, perubahan pasar, dan lain-lainnya.

    Tidak semuanya bisa Anda perkirakan di dalam proposal bisnis. Karena itu, Anda harus selalu siap untuk menghadapi masalah yang baru.

    Pertama-tama, Anda harus bisa menyadari dulu bahwa ada masalah. Karena, Anda tidak bisa menyelesaikan masalah yang setahu Anda tidak ada.
    Tapi kadang memang kita tidak menyadari akan adanya suatu masalah, karena kita telah sibuk (terjebak) dalam rutinitas.

    Disinilah pentingnya masukan dari pihak ketiga. Secara rutin, undanglah kawan atau saudara untuk menilik usaha Anda tersebut. Dan jangan lupa berterimakasih atas masukan-masukan yang mereka berikan.
    Tanpa informasi dari mereka, maka bisa saja tahu-tahu bisnis Anda telah berada di ambang kebangkrutan, dan Anda hanya bisa kebingungan, mengapa hal ini bisa terjadi.

    Kedua, Anda harus segera menyelesaikan masalah tersebut. Menunda masalah adalah menambah masalah. Masalah tidak akan selesai dengan menundanya.

    Ketiga, anggap saja masalah ini sebagai selingan yang menarik, di tengah-tengah rutinitas bisnis. Maka masalah yang muncul tidak akan membuat Anda patah semangat, malah justru akan mendorong munculnya ide-ide dan semangat baru.

  3. Customer service : Pembeli adalah raja, demikian pepatah yang sering kita dengar. Setelah melayani mereka dengan ramah, baik, dan sabar; maka biasanya beberapa customer akan merasa nyaman untuk berterus terang kepada Anda.

    Dari mereka Anda akan mendapatkan informasi-informasi paling berharga untuk usaha Anda tersebut — apa saja kekurangan Anda, apa kelebihan, apa potensi yang masih bisa digarap / dikembangkan.

    Customer service juga bisa menjadi kelebihan Anda dari para pesaing Anda, ketika usaha Anda sama dengan mereka.
    Berikan layanan yang lebih – layan antar, barang yang bisa dibuat sesuai pesanan, dan seterusnya.

  4. Hemat : Salah satu godaan dalam berbisnis adalah untuk berfoya-foya ketika memegang uang agak banyak.

    Semua pengusaha sukses yang saya kenal adalah orang yang hemat.
    Bahkan walaupun mereka kelihatan kaya / boros; namun ternyata sebetulnya masih termasuk hemat jika dibandingkan dengan income / pemasukan mereka.

    Ingatlah bahwa Anda baru memulai usaha Anda. Jalan Anda masih panjang. Pepatah “bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian” harus Anda camkan di benak Anda.

Berbisnis itu sulit ? Mudah ? Semuanya kembali kepada Anda. Namun, dengan perencanaan yang baik, maka segala hal bisa menjadi lebih mudah.

Selamat memulai usaha Anda.