{"id":1433,"date":"2007-03-24T13:56:00","date_gmt":"2007-03-24T06:56:00","guid":{"rendered":"http:\/\/harry.sufehmi.com\/archives\/2007-03-24-1433\/"},"modified":"2007-03-24T14:03:19","modified_gmt":"2007-03-24T07:03:19","slug":"jumpa-blogger-ciwalk","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/archives\/2007-03-24-jumpa-blogger-ciwalk\/","title":{"rendered":"Jumpa Blogger @ CiWalk"},"content":{"rendered":"

Pada tanggal 18 Maret kemarin ini saya berjalan-jalan ke Cihampelas Walk (CiWalk) lengkap sekeluarga. Tujuannya selain untuk rekreasi, juga untuk bertemu dengan beberapa kawan-kawan blogger yang sedang \/ berdomisili di Bandung.<\/p>\n

Untuk perjalanan yang cukup jauh ini, perlu sedikit trik agar anak-anak merasa lebih nyaman. Mengingat perjalanan saya sendiri ketika kecil ke kampung (pulang basamo 1984?) – tempat duduk belakang Panther saya turunkan, lalu dialasi dengan papan kayu tebal, kemudian ditutupi lagi dengan kasur yang agak tebal.
\nSepanjang jalan anak-anak bisa bermain-main di bagian belakang dengan nyaman, walaupun kemudian justru adik saya sendiri (Arief, 10 tahun) yang sibuk bertanya, “Cileunyi masih berapa kilometer??”, “Padalarang masih berapa kilometer??”, “Pasteur masih berapa kilometer???” – dll, dst \ud83d\ude00 cape deuhh…<\/p>\n

Mengenai tol Cipularang<\/a>; tol ini termasuk yang paling berbahaya di Indonesia. Pertama, banyak jalanannya yang bergelombang. Seringkali banyak mobil yang dengan seenaknya berganti jalur untuk menghindari gelombang tersebut, tanpa memberi tanda sebelumnya sama sekali. Juga, menghantam gelombang tersebut dalam kecepatan tinggi dapat menyebabkan Anda kehilangan kontrol kendaraan.<\/p>\n

Lanjut….. <\/p>\n

Kedua, lokasinya yang banyak menyeberangi lembah menyebabkan jalan tol ini cenderung lebih berangin. Dan kadang angin di lokasi-lokasi ini cukup kencang, sampai dapat membuat mobil berpindah jalur karenanya. Windshield di lokasi-lokasi yang rawan dapat sangat membantu mengurangi bahaya ini.<\/p>\n

Ketiga, jalan tol ini sudah berkali-kali amblas<\/a>…. <\/p>\n

Keempat, bukan bahaya sih, hanya menyebalkan saja, pada berbagai tanjakan, banyak kendaraan lambat justru di sisi kanan ! Piye tho, ternyata banyak pengendara kita yang buta huruf \ud83d\ude09 dan bukan hanya truk, sampai BMW & Mercedes pun berjalan dengan santai di sisi kanan jalan.
\nWalhasil antrian menjadi panjang di berbagai lokasi tanjakan tersebut.
\nSetelah mengetahui itu, saya selalu masuk ke sebelah kiri, sehingga bisa berjalan dengan bebas.<\/p>\n

Tapi, yang paling mengerikan adalah gerbang tol terakhirnya — sekilas saya melihat ada papan pengumuman “gerbang tol cileunyi” (so what tho, ada banyak gerbang sepanjang jalan tol ini), lalu ada blind summit<\/a>; lalu pandangan terhalang sebentar oleh sebuah jembatan — dan tiba-tiba terlihat bahwa gerbang tol terakhir<\/strong> sudah dekat DAN 3 jalur yang ada mengecil menjadi 1 jalur karena Jasa Marga hanya membuka 1 gerbang tol SEHINGGA antrian mobil sangat panjang DAN jarak henti menjadi jauh<\/strong> lebih pendek !!!<\/p>\n

Saya segera menekan rem, namun tidak terlalu mendadak agar anak-anak punya waktu untuk berpegangan & tidak terlempar, dan menekannya dengan dalam & secepat mungkin. Roda mobil semua berdecit-decit karena memang muatan mobil ketika itu cukup penuh (ada saudara-saudara yang juga ikut). Sekilas saya lihat beberapa mobil lainnya juga terkejut dan menekan rem mendadak.
\nAlhamdulillah, mobil berhasil dihentikan sebelum menghantam antrian yang panjang itu…<\/p>\n

Jalan tol Indonesia betul-betul deh.. sudah membayar (di luar negeri, highway biasanya gratis!), kualitas dan<\/strong> desainnya juga jelek ! Minta ampun…. <\/p>\n

Anyway, kami memasuki kota Bandung sekitar pukul 10:00, hampir semuanya kebelet (mungkin karena horor barusan!). Kami kemudian berhenti di Giant Pasteur.
\nKemudian anak-anak bermain disitu, ada sand activity kit, dan sebentar saja semuanya sudah duduk tenang membuat lukisan pasirnya masing-masing. <\/p>\n

Kesempatan ini saya gunakan untuk mengkontak kawan-kawan yang lain. Pertemuannya sih masih lama, sekitar pukul 14:00. Saya telpon Koen<\/a> terlebih dahulu.
\nKomentar pertamanya ? “Sudah bangun belum ?<\/em>” – setelah gelagapan sebentar, saya ceritakan bahwa saya sudah tiba di Bandung sambil ketawa terbahak-bahak \ud83d\ude00
\nDari Koen saya mendapatkan informasi kontak beberapa kawan-kawan blogger Bandung lainnya.<\/p>\n

Sekitar pukul 11:00 kami melanjutkan perjalanan, kali ini menuju ke CiWalk. Wah, ternyata saya sudah terlalu<\/strong> lama tidak ke Bandung. Kami nyasar sampai ke jembatan gantung yang megah itu, lalu berputar balik 2 kali, sebelum akhirnya tiba di jalan Cihampelas. Fiuh.<\/p>\n

Lalu kami berjalan di Cihampelas Walk, “pa, tamannya ada dimana ?<\/em>“. Asumsi para penumpang saya, karena namanya Cihampelas Walk<\/i>, berarti ada taman di lokasinya.
\nWell, memang ada sih, tapi bukan seperti yang diharapkan \ud83d\ude09 hanya kecil disana-sini, dan tidak ada tempat untuk rehat & bermain-main.
\nKami kemudian masuk ke mall utama, dan anak-anak memilih masuk Timezone. Hati-hati bagi yang beragama Islam, jangan sampai mereka terkecoh dan bermain di beberapa mesin judi (walaupun kecil-kecilan memang) disitu. <\/p>\n

Disitu mereka untuk pertama kalinya bermain air <\/a>hockey<\/a>. We had a blast !
\nSarah cukup cepat belajar, dan dia tertawa terpingkal-pingkal setiap kali berhasil menggolkan
puck<\/a> ke gawang kakaknya. Anisah segera menyusul, dan dalam waktu yang tidak lama mereka sudah saling berganti-ganti membobolkan gawang lawannya masing-masing.<\/p>\n

Saya dan Arief bertanding beberapa kali, tapi kecepatan refleknya masih kalah jauh, jadi saya perlambat tempo permainan supaya dia juga bisa lebih menikmatinya. Lha, jadinya ketagihan dia \ud83d\ude42 minta bertanding air hockey terus dengan saya. Akhirnya sekali waktu tidak saya tahan, dan dia cuma bisa bengong melihat kecepatan puck di meja air hockey tanpa bisa dia interferensi, ha ha.<\/p>\n

Yang lucu Umar, dia tentu juga jadi ingin ikut main lah, tapi seringkali puck nya tidak bisa dia hantam. Lha ya tingginya belum juga satu meter, ha ha.. akhirnya saya carikan sebuah kursi, dan baru lah dia bisa bermain diatas kursi tersebut \ud83d\ude00<\/p>\n

Tiba-tiba telpon saya berdering, ternyata dari Ikhlasul Amal<\/a>. Beliau sudah tiba di CiWalk, Saya minta izin sholat dulu, lalu sibuklah kami menghalau gerombolan anak-anak itu ke musholla. Selesai sholat saya mendapat kabar bahwa kawan-kawan sudah berkumpul di Starbucks. Saya kemudian memisahkan diri dari keluarga dan berjalan menuju lokasi.<\/p>\n

Setibanya disana ternyata sudah ada Budi Putra, Amal, dan Koen. Ada satu yang sudah cengar-cengir melihat saya – begitu bersalaman dengan Koen, tiba-tiba saya digebukinya. “Gemas”, katanya (halah, emangnya saya kucing<\/a> ?).
\nYang lain cuma bisa bengong. Saya juga sih, cuma bisa cengengesan sambil bingung2 (apa salahku :D)
\nMiauw…<\/p>\n

Anyway, untunglah Koen berhenti sebelum ada tulang saya yang patah. Acara kemudian dilanjutkan, namun setelah beberapa waktu, ada sesuatu yang terasa aneh. Saya menengok ke luar Starbucks.
\nHm, kenapa di luar ramai dan pada memperhatikan kami ya ?
\nApakah *terharu* akhirnya blogger telah dipandang sebagai seleb, dan ada yang membocorkan acara pertemuan kami ini kepada masyarakat & media massa ???<\/p>\n

Kemudian saya baru sadar kalau ternyata Sherina<\/a> telah selesai mentas dan kini sedang beristirahat di Starbucks, cukup dekat dengan meja kami. Owh, pantesan tho \ud83d\ude42
\nKemudian ternyata ketahuan juga ternyata kawan-kawan saya ini pada memiliki bakat paparazzi — berkali-kali mereka memfoto Sherina. Sekarang gantian saya yang bengong \ud83d\ude00<\/p>\n

Koen tiba-tiba berjalan keluar Starbucks. Ternyata istrinya, Enggar<\/a> sudah tiba, namun dihalangi masuk Starbucks oleh security. Setelah dijemput barulah bisa masuk.
\nKemudian bertemu dengan
Helen<\/a>, dan mereka berdua juga asyik berbincang-bincang.<\/p>\n

Setelah beberapa waktu kemudian Rendy<\/a> dan Astrid<\/a> tiba. Pembicaraan menjadi semakin hangat dan seru. Enggar juga mulai bergabung karena istri saya sudah pergi bersama anak-anak. Disini saya baru sadar ternyata dia juga alumni BemoNet<\/a>… duh, pikunnya makin parah nih. Pembicaraan beralih sebentar ke berbagai gosip zaman BBS dulu, terutama salah satu saudaranya yaitu Kukuh<\/a>. Disitu saya pertama kali mendengar bagaimana nyawanya selamat berkat blog. Cerita selengkapnya biar ybs atau blogger yang lainnya yang menceritakan… betul-betul menakjubkan. As expected from Kukuh (meaning: expect the UNexpected ! hehehe :D) <\/p>\n

Tidak terasa matahari telah terbenam. Di luar Starbucks pentas SCTV masih terus berjalan. Sherina sudah lama kembali. Donat J.Co yang dibelikan oleh Enggar sudah lama habis, kecuali satu buah (dasar orang Indonesia, malu-malu mau he he). Saya kemudian minta izin pamit kepada kawan-kawan, agar tidak terlalu malam tiba di Jakarta. Karena Cihampelas sudah macet total, CiWalk malah tidak boleh lagi dimasuki mobil, maka keluarga saya menunggu di dekat Giant Pasteur. Kemudian saya menunggu taksi, untung saja dalam waktu singkat berhasil mendapatkan taksi dengan argo (fiuh).<\/p>\n

Kami semua tiba dengan selamat setelah perjalanan yang agak mengerikan (hujan deras sekali di tol Cipularang, angin cukup kencang, dan sempat hampir ditabrak pengemudi ugal-ugalan), alhamdulillah.
\nSebagian hati kami sudah tertinggal di Bandung, tapi dengan jadwal saya yang sedang sangat padat saat ini, entah kapan kami bisa kembali berwisata kesana (“gak usah lah, bikin macet Bandung aja!!!”, canda Rendy).
\nThanks kawan-kawan sekalian, sampai berjumpa lagi.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pada tanggal 18 Maret kemarin ini saya berjalan-jalan ke Cihampelas Walk (CiWalk) lengkap sekeluarga. Tujuannya selain untuk rekreasi, juga untuk bertemu dengan beberapa kawan-kawan blogger yang sedang \/ berdomisili di Bandung. Untuk perjalanan yang cukup jauh ini, perlu sedikit trik agar anak-anak merasa lebih nyaman. Mengingat perjalanan saya sendiri ketika kecil ke kampung (pulang basamo … Continue reading Jumpa Blogger @ CiWalk<\/span> →<\/span><\/a><\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":0,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[],"class_list":["post-1433","post","type-post","status-publish","format-standard","hentry","category-sosial"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1433"}],"collection":[{"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1433"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1433\/revisions"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1433"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1433"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1433"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}