{"id":880,"date":"2005-04-15T01:52:32","date_gmt":"2005-04-15T01:52:32","guid":{"rendered":"\/?p=880"},"modified":"2005-04-15T01:57:59","modified_gmt":"2005-04-15T01:57:59","slug":"fujitsu-lifebook-p2040","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/harry.sufehmi.com\/archives\/2005-04-15-fujitsu-lifebook-p2040\/","title":{"rendered":"Fujitsu Lifebook P2040"},"content":{"rendered":"
Sebelum kembali ke Indonesia, saya mencari-cari laptop yang bisa dengan mudah saya bawa kemana-mana, setelah gagal menemukan PDA yang bisa memenuhi kebutuhan saya. Setelah lama mencari-cari, saya menemukan Fujitsu Lifebook P2040.
\n<\/p>\n
Laptop ini cukup menyenangkan karena beratnya hanya sekitar 1kg, namun fiturnya cukup bagus – layar 1280×768 widescreen + DVD\/CD-RW (kalau sedang bepergian dengan mobil sering ditagih anak-anak untuk dipakai menonton DVD), prosesor Transmeta Crusoe 800MHz, memory 256MB, USB2x2, firewire, PCMCIA, dll. Tapi yang paling menyenangkan adalah ukurannya yang kecil dan ringan, sehingga tidak memberatkan untuk dibawa kemana-mana. Baterai ekstranya juga cukup powerful.<\/p>\n
Dulu kekurangannya adalah tidak cukup kuat untuk menjalankan VMware (sayangnya RAM 256MB itu sudah maksimal), sehingga saya tidak bisa menjalankan Linux diatas laptop ini. Coba diakali dengan Cygwin, tapi hasilnya kurang memuaskan, karena banyak program yang bermasalah ketika di-compile di Cygwin. Mengganti Windows dengan Linux juga tidak bisa karena sedang ada sebuah proyek yang menggunakan platform Windows.<\/p>\n
Untunglah kemudian saya membaca posting Kemas di [ blog-nya<\/a> ] mengenai [ coLinux<\/a> ]. coLinux adalah sebuah software yang memungkinkan kita untuk menjalankan berbagai distro Linux di Windows. Tapi karena coLinux tidak meng-emulasikan prosesor \/ membuat komputer virtual (ala VMware), melainkan hanya menterjemahkan syscalls Linux ke host (Windows) – maka performanya menjadi jauh lebih cepat dan lebih sedikit membutuhkan memory. Pada saat ini distro Debian sedang berjalan dengan menggunakan hanya sekitar 8MB memory saja. Sebetulnya saya mengincar notebook Sony Vaio, yang ukurannya bahkan lebih kecil lagi daripada Lifebook – namun jauh lebih powerful. Kalau tidak salah, spec-nya adalah P4 2GHz, 512MB RAM, 30GB HD, DVD writer, firewire, wireless NIC, dst — padahal lebarnya ya hanya selebar DVD writernya itu! Panjangnya cuma sekitar sejengkal tangan saya *glek*. Sebelum kembali ke Indonesia, saya mencari-cari laptop yang bisa dengan mudah saya bawa kemana-mana, setelah gagal menemukan PDA yang bisa memenuhi kebutuhan saya. Setelah lama mencari-cari, saya menemukan Fujitsu Lifebook P2040. Foto-foto lainnya: Ukuran Lifebook terlihat cukup jelas Bentuk bawah laptop, 5 karet anti-slip, dan alas pegangan anti-slip (tidak mudah lepas dari genggaman) Tampilan keyboard, … Continue reading Fujitsu Lifebook P2040<\/span>
\nKini laptop saya ini sudah memuat semua software yang saya butuhkan, alhamdulillah.<\/p>\n
\nDan layarnya, luar biasa cerah dan tajam gambarnya; saya belum pernah melihat layar LCD setajam itu lagi sampai saat ini.
\nSayang saya lupa menanyakan tipe apa, dan ketika kemudian saya cari-cari tidak pernah ketemu \ud83d\ude41
\nOh well, dasar manusia enggak pernah puas \ud83d\ude42 <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"