Sebetulnya, saya tidak 100% anti TV. Faktanya, di Inggris itu keluarga kami mendapat sangat banyak manfaat dari TV, tepatnya kanal BBC. Mereka membuat banyak acara yang bagus, terutama untuk anak-anak. Karena itu, ketika orang Inggris sendiri misuh-misuh; kami malah membayar "Pajak TV" dengan senang hati ๐ lebih dari 100 poundsterling/tahun, karena memang banyak manfaatnya untuk anak-anak kami.
Namun ketika pindah ke Indonesia, ternyata situasinya sangat berbeda. Kanal-kanal TV yang ada di #dominasi oleh berbagai acara sampah; sinetron tidak bermutu, acara lawak yang tidak lucu, gosip artis, dst.
Maka, saya ambil tindakan drastis – saya hilangkan TV dari rumah. Dari tindakan ini, maka muncul judul artikel "6 tahun bebas TV".
Namun bisa dibaca di artikel itu, anak-anak saya sebetulnya tetap menonton beberapa kanal TV ๐ seperti Nat Geo, Discovery, BBC – hanya saja melalui Internet. Karena, memang yang saya perangi sebenarnya adalah "konten yang buruk". TV itu hanya alat peraga. Jika konten / isinya bagus, maka tidak masalah.
"Konten Buruk" itu ada sangat banyak bentuknya. Kita sebagai orang tua, musti waspada :
—
(1) Buku : ya, saat ini, buku bukan jaminan mutu. Ada sangat banyak buku dengan kualitas sampah.
Anak saya pernah dengan gembira menunjukkan sebuah buku yang dia beli, "Sejarah Dunia Yang Disembunyikan", setebal 600+ halaman. Dengan menyesal saya terpaksa memberitahu, bahwa buku ini isinya sampah. Sedih sekali melihat raut muka kecewa & kaget anak saya, sambil saya jelaskan berbagai kekonyolan di dalam buku tersebut.
Saat ini ada terlalu banyak buku yang tidak layak untuk dibaca, karena bukannya mencerdaskan, malah akan membuat Anda jadi bodoh. Alih-alih mencerahkan, malah menyesatkan.
Waspada selalu.
—
(2) WhatsApp / BBM : lho kok WA ๐ apa salahnya WA ?? ๐ mungkin demikian komentar Anda.
Sama seperti TV, WhatsApp hanya alat peraga. Konten / isi nya yang sering bermasalah, apalagi jika di forward oleh orang yang (kita anggap) terpercaya – cenderung filter nalar kita jadi tidak berfungsi.
Sangat banyak berita palsu, fitnah, hoax, provokasi, dll – yang menyebar melalui Whatsapp. Dan ini bisa menyesatkan anak-anak Anda juga.
Ajarkan anak-anak Anda agar tidak mudah percaya dengan berita via WhatsApp / BBM / Telegram / dll. Musti selalu kritis, agar tidak terkecoh.
—
(3) Social Media : orang Indonesia termasuk pengguna sosmed yang paling aktif di dunia ๐ twitter, facebook, path, instagram, dst. Luar biasa. Banyak yang mendapat manfaatnya. Namun, banyak pula keburukan yang ada. Termasuk penyebaran konten sampah, fitnah, hoax, dst.
—
(4) Bluetooth : "lha, apa lagi ini??", mungkin demikian komentar Anda ๐ masih ingat video porno Ariel? Ketika semua orang heboh ingin memblokir Internet agar video ini tidak tersebar, kawan saya malah tertawa terpingkal-pingkal…."anak-anak SD tuh pada kirim-kiriman video Ariel, pakai bluetooth ! blokir sono gih tuh bluetooth". :O
Memberikan smartphone kepada anak Anda itu seperti memberikan sepeda motor pada mereka, ada potensi bahayanya.
Tidak boleh Anda lepas begitu saja. Anak Anda bisa menjadi korbannya.
Bimbing selalu, pandu, dan kontrol. Agar mereka bisa selalu selamat.
—
(5) Dan lain-lainnya : selalu ada jalan bagi konten buruk untuk di/tersajikan ke anak-anak kita. Waspada selalu.
=====
BAGAIMANA CARANYA BEBAS DARI KONTEN BURUK ???
Membaca bahasan diatas, wajar jika timbul rasa ngeri di hati kita. Betapa anak-anak kita dikepung oleh konten buruk, dari seluruh penjuru.
Bagaimana kita akan bisa mengawasi & menangkal semuanya ????
Cara paling jitu adalah dengan mem "vaksinasi" anak-anak ๐ yaitu, menumbuhkan kekebalan terhadap konten buruk.
Kita jelaskan pada mereka, berbagai konten buruk yang ada. Kenapa itu buruk bagi mereka ? Sinetron sampah mengajarkan akhlak / adab yang bejat. Tidak layak ditiru. Acara lawak yang tidak lucu, malah sering menampilkan pelecehan – kepada perempuan, orang cacat, dst.
Bagaimana bahwa pornografi itu ternyata efeknya seperti narkoba – kecanduan, dan bisa merusak nalar. Bahas juga dari sisi agama, tanpa menghakimi atau memarahi.
Jelaskan dengan baik, agar anak-anak jadi simpati; dan bukannya malah antipati.
Maka kemudian, dari mana pun konten buruk itu menyerang, jadi tidak masalah. Karena mereka sudah kebal. (y)
=====
BEBERAPA TIPS :
—
(1) Hanya boleh akses Internet di ruangan terbuka : tidak boleh di ruangan tertutup.
Ada kawan saya yang dulu diberikan hadiah TV & video player oleh orang tuanya, dan ditaruh di kamar. Tebak apa yang terjadi ?
Ya, dia mengundang kawan-kawannya, untuk beramai-ramai menonton video porno di kamarnya.
Ketika akses Internet hanya boleh di ruangan terbuka, seperti ruang keluarga; maka tentu saja mereka otomatis akan menghindari konten-konten yang buruk.
—
(2) Jangan marahi ketika pertama kali : ketika ada anak yang terpergok / ketahuan mengakses konten buruk untuk pertama kalinya, jangan langsung dimarahi. Karena, kadang ini awalnya tidak sengaja, lalu terpancing karena rasa ingin tahu.
Salah satu sifat dominan pada anak adalah "ingin tahu". Karena sifat ini maka mereka jadi bisa tumbuh juga mentalnya, tidak hanya fisiknya. Rasa ingin tahu mereka mencakup segala hal. Termasuk untuk hal-hal yang sebenarnya buruk, karena kadang mereka belum tahu bahwa itu sebetulnya buruk.
Maka jadi tugas kita untuk menjelaskan, bahwa ini adalah konten buruk. Kenapa buruk ? Yaitu karena ……. (silakan dijelaskan dengan baik)
"Kenapa" itu musti disampaikan, agar mereka tidak hanya sekedar tahu – namun, juga #paham.
Dan ditutup dengan peringatan, bahwa ini tidak boleh terjadi lagi; dan kejadian berikutnya akan menyebabkan mereka mendapat hukuman.
=====
PENUTUP
Ketika upgrade koneksi Internet di rumah menjadi 18 Mbps, otomatis kami diberikan paket TV sebagai bonusnya.
Maka decodernya kami sambungkan ke layar monitor, dan lalu kami setting — SEMUA kanal TV dikunci oleh istri saya dengan password, kecuali beberapa yang aman: BBC, acara untuk bayi, Discovery, Nat Geo, dst.
10 tahun keluarga kami bebas dari konten buruk. Semoga bisa terus selalu demikian halnya. Amin.
รฏยปยฟ
Merayakan 6 Tahun Bebas dari TV – Hidayatullah.com
Situs Berita Dunia Islam. Politik, Ekonomi Islam, Syariat Islam, Dunia Islam, Majalah Hidayatullah.
Post imported by Google+Blog for WordPress.