Monthly Archives: January 2008

Jalan-jalan gratis ke Amerika

update : untuk memperlancar, ada saya tambahkan prosedur untuk pendaftarannya di akhir posting ini.

Saya mendapat kiriman email di bawah ini dari seorang kawan.

Jika Anda tertarik & yakin memiliki kans untuk terpilih (misal: pemimpin di suatu institusi / organisasi), silahkan berkomentar, nanti saya akan kirimkan informasi kontak kawan saya tersebut kepada Anda.

Harap baca baik-baik keterangan program IVLP ini.
Jika ada komentar yang jelas menunjukkan bahwa ybs belum membaca situs tersebut, saya akan terpaksa mengacuhkannya.

Semoga bermanfaat.

From: Platt
Sent: 29 Januari 2008 15:23
Subject: International Visitors Leadership Program (IVLP)

It was nice to see you today at lunch. Per your request, attached is a brief summary of the IVLP. We’re looking for candidates that are under the age of 40 and have preferably never been to the United States before. This is a good opportunity for someone that you view as a future leader – it’s a chance for them to network and build relationships with counterparts in the U.S.

There is also additional information on the IVLP website:

http://exchanges.state.gov/education/ivp/

If you have any questions, feel free to let me know. Our deadline for nominations will be coming up in the next few weeks, so if you have any one you think would make a good candidate please let me know!

Best regards,

Bagi yang tertarik, silahkan ikuti prosedur ini :

1. Kirimkan surat lamaran Anda (ringkas, to the point) melalui form ini

2. Jika ingin melampirkan CV, upload ke sebuah lokasi di Internet, lalu cantumkan URL nya di surat yang Anda buat di poin 1

3. Layanan ini tanpa garansi ! 🙂 Saya hanya membantu me relay informasi dari Anda kepada pihak ybs

Semoga berhasil.

Undangan Diskusi – Wartawan vs Perusahaan

Informasi dari Satrio Arismunandar, terlampir. Sangat menarik, terutama ketika telah makin banyak kasus dimana kebebasan pers terpeleset menjadi kebablasan pers, dan media massa makin disetir oleh kepentingan pemiliknya.

Solidaritas Wartawan Bandung
FDWB, IJTI Jabar, PWI Jabar, AJIB
=================================
Bandung, 26 Januari 2008

Nomor: 004/SWB/Jan/ 2008

Hal : Undangan Diskusi

Kepada Yth.
Teman-teman Jurnalis/NGO/ buruh
Di tempat

Salam hormat,

Sejak wartawan dijadikan pekerja di sebuah perusahaan media, muncul dilema yang berkaitan dengan prioritas tanggung jawab: apakah tanggung jawab utama wartawan masih kepada publik, atau kepada perusahaan tempatnya bekerja?

Tarik menarik kepentingan antara tanggung jawab profesi wartawan dengan kepentingan perusahaan, seringkali berujung pada pemecatan atau bahkan penutupan bagian redaksi, ketika perusahaan berpikir wartawan/redaksi merugikan kepentingannya. Ketika hal itu terjadi, setidaknya ada dua pihak yang dirugikan.
Pertama, wartawan atau staff redaksi itu sendiri, karena pemecatan itu mengakibatkan hilangnya penghasilan.
Kedua, publik, karena dengan pemecatan itu, informasi publik yang dimiliki oleh wartawan/redaksi di perusahaan yang bersangkutan tidak bisa disampaikan sebagaimana biasanya.

Kami mengajak rekan-rekan untuk bertukar pikiran dalam sebuah diskusi:

Tema : Nasib Wartawan: Tanggung Jawab Sosial vs Tanggung Jawab kepada Perusahaan
Hari/tgl : 2 Februari 2008
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Gedung Indonesia Menggugat (Landraat) Jl. Perintis Kemerdekaan Bdg

Pembicara :
1. M. Ridlo Eisy (Dirut Galamedia)
2. Santi Indra Astuti (Akademisi Penyiaran)
3. Resmi Setia Milawati (Peneliti Perburuhan)

Acara ini terbuka untuk siapa saja yang peduli dengan haknya untuk memperoleh akses yang terbuka terhadap media serta hak untuk memperoleh informasi yang bebas.

Salam hormat,

Zaky Yamani
Koordinator Acara
022 7000 5621

Cerita dari Neraka

Intermezzo, ini ada kiriman dari kawan saya di milis internal ISNET. Selamat menikmati 🙂
.


.

Cerita dari Neraka

Seorang warga Indonesia meninggal dan karena amal perbuatannya buruk lalu ia dikirim menuju ke neraka. Di sana ia mendapatkan bahwa ternyata neraka itu berbeda-beda bagi tiap negara asal.

Pertama ia ke neraka orang-orang Inggris dan bertanya kpd orang-orang Inggris di situ: “Kalian diapain di sini?”

Orang Inggris menjawab: “Pertama-tama, kita didudukan di atas kursi listrik selama satu jam. Lalu didudukan di atas kursi paku selama satu jam lagi. Lalu disiram dengan bensin dan disulut api. Lalu, setan Inggris muncul dan memecut kita sepanjang sisa hari.”

Karena kedengarannya tidak menyenangkan, si orang Indonesia menuju keneraka lain. Ia coba melihat-lihat bagaimana keadaan di neraka AS, neraka Jepang, neraka Rusia dan banyak lagi.
Ia mendapatkan bahwa kesemua neraka-neraka itu kurang lebih mirip dengan neraka orang Inggris.

Akhirnya ia tiba di neraka orang Indonesia sendiri, dan melihat antrian sangat-sangat panjang yang terdiri dari orang berbagai-bagai negara (tidak cuma orang Indonesia saja) yang menunggu giliran untuk masuk neraka
Indonesia.

Dengan tercengang ia bertanya kepada yang ngantri: “Apa yang akan dilakukan di sini?” Ia memperoleh jawaban: “Pertama-tama, kita didudukan diatas kursi listrik selama satu jam. Lalu didudukan di atas kursi paku selama satu jam lagi. Lalu disiram dengan bensin dan disulut api. Lalu setan Indonesia muncul dan memecut kita sepanjang hari.”

“Tapi itu kan sama persis dengan neraka-neraka yang lain toh. Lalu kenapa dong begitu banyak orang ngantri untuk masuk ke sini?”

“Di sini service-nya sangat-sangat buruk, kursi listriknya nggak nyala, karena listrik sering mati…kursi pakunya nggak ada, tinggal pakunya aja karena kursinya sering diperebutkan. ..bensinnya juga nggak ada tuh, karena harganya melambung tinggi, malah di tahun 2008 katanya mau naik lagi dan setannya adalah mantan anggota DPR, jadi ia cuma datang, tanda tangan absensi, lalu pulang.”

*gdubrak*

Wudhu : hemat & cepat




03082007(001)

Originally uploaded by hsufehmi

Beberapa waktu yang lalu saya ada meeting di Plaza Senayan, sampai masuk waktu maghrib. Saya minta izin kepada hadirin, dan kemudian pergi menuju ke musholla.

Ternyata mushollanya ramai sekali, baguslah 🙂
Tetapi, ternyata ada “kemacetan” di ruang wudhu.

Yah, lagi-lagi terjadi seperti yang saya ceritakan disini.
Nyaris semua orang berwudhu dengan sangat lambat, dan dengan membuka keran air yang sebesar-besarnya. Padahal, cara wudhu Nabi saw yang sebetulnya sangat ringkas & hemat air.

Foto pada posting ini memperlihatkan peringatan di musholla di gedung Cyber. Akhirnya, ada juga pengurus musholla yang paham soal ini.
Salut kepada para pengurusnya. Moga-moga semakin banyak yang mengetahuinya.

Pengajian Expat / Muslim expat gathering

I forgot to mention this before – several weeks ago, me & Helen came to visit friends of ours, mbak Ira and her husband Ian. We knew them back when we were in UK. They held a gathering in their home, and we came there. They specifically asked us to keep in touch when we went back to Indonesia.
Who knew that they actually moved here themselves 🙂 great stuff indeed.

Anyway, we visited their house in Kemang. Turned out that it’s also a “pengajian” / gathering. In the event there most of the guests are expats with their spouse. Most of the time we were speaking English, to honor those who still new and can not speak much Indonesian yet.

After the event mbak Ira spoke to us, telling that she’s planning to do the gathering / pengajian routinely. I asked her if it’s okay to let others know about it, to which she replied an enthusiastic “yes”.
So here you go.

The gatherings will be done in their house in Kemang, which is already a place where most expats are. So it shouldn’t be too hard to visit.
If you’re interested, just let me know, then I’ll confirm you to them first (to protect their privacy before they confirm you as their guest).

Actually there are Indonesians in the gathering as well, us for example. And most of the expats spouses are Indonesian. Also there’s this senior manager of Indomilk (indonesian) that came too.
So they’re not exactly rejecting Indonesian guests.

However, do be informed that the events will be in English, and most wlll focus on expat-related topics (eg: some of us will find the topic rather elementary).
And even though their house is big, the event proved quite popular already. So I think it’s normal to prioritize in this case.

There you go, hope someone will find this info useful.

Software Faroidh

Faroidh adalah ilmu hukum waris dalam Islam. Tidak banyak yang menguasai topik ini, dan karena itu kadang bagi yang awam mengalami kesulitan untuk mendapatkan kepastiannya.
Padahal biasanya kebutuhan akan hal ini terjadi pada saat yang penting (kematian keluarga) dan jawabannya dibutuhkan dalam waktu cepat.

Alhamdulillah sekitar 10 tahun yang lalu ada kawan saya, Bpk. Agung Yulianto, yang membuatkan software tersebut, dan mewakafkannya kepada publik.
[ Software Faroidh tersebut bisa di download dari halaman ini ]

Namun harap diperhatikan bahwa kemungkinan software tersebut belum sempurna 100%. Tadi pagi saya mendapatkan email terlampir. Jika Anda menggunakan software faroidh yang saya cantumkan diatas, sebaiknya bisa sambil memperhatikan juga isi email tersebut.

Semoga bermanfaat.

assalamualaikum,

Setelah kami download dan pergunakan program Faraidh dari Ust Agung yang disebarkan gratis di internet, kami mendapatkan kerancuan di beberapa masalah utamanya dalam Ijma ttg Ilmu Al-Mawarits, dalam program ini belum benar.

Dan saudari seibu tidak dicantumkan serta sudah jelas dalam surat An-Nisaa: 12, serta beberapa hal yang kami rasa perlu diteliti ulang lagi,

Mohon maaf jika kami salah
Untuk ishlah sesama muslim

Wassalam
Muhammad Jabal A.N, Lc
Majelis Al-Mawarits

WordPress & Permalinks for Pages

After my post on increasing WordPress Performance, I’ve been helping several other people with their overloaded website.
The most unique probably is the one owned by (let’s call him) Mr. King.

Mr. King has got a very popular website. PageRank 2 only, but since it’s a niche rarely targeted by others, people are flocking there anyway.
He’s making (my guess) thousands of dollars every month, just from Google AdSense shown on his website.

However, the popularity brings other problems. His powerful server (I think it’s a quad core,with 4 GB RAM) was constantly overloaded.
After I optimized the server, it’s working fine now.

Except for the static pages.

First, a little bit about “static” page in WordPress. It’s not really static actually, it’s dynamically generated. In itself it’s not a problem.
However, when you utilize WordPress’ permalink feature, essential to make your website more visible on Google, **and** you have thousands of pages; then it started to get, um, “interesting”. Note that this may probably an understatement 🙂 considering the fun I had while optimizing the website.

Basically, I think this is how permalink for pages works in WordPress :

[ 1 ] A visitor requested a page, in the form of a people (and Google) friendly link.
Example : http://asiablogging.com/links-2-asia/

[ 2 ] Due to WordPress-generated .htaccess file, Apache will translate the permalink into loading index.php and passing along that permalink to it.

[ 3 ] WordPress will lookup that permalink in the rewrite table, and got the real URL.

The rewrite lookup record can be viewed with this SQL command :
select * from wp_options where option_name=’rewrite_rules’;

[ 4 ] The real URL loaded and shown to the visitor.

So far so good.

However, when we’re talking about **thousands** of pages, then things started to become messy.

Last time I checked, the rewrite lookup table (the thing I was talking about in point 3 above) for Mr. King’s website is about 21 MB in size.
And **everytime** he add a new page, that record will be recreated again, from scratch.

WP developers have acknowledged the problem as very serious. This is because the way it works at the moment (WordPress version 2.3.1), this scheme is not scalable / will give poor performance over as little as 1000 pages.
And since it’s within the WordPress’ core, it will require a rather significant overhaul to get this fixed.

Don’t get it wrong, they’re (I think) most happy and flattered that some people are actually trying to make WordPress to work as substitute of a Wiki 🙂 It’s just that there’s this technical glitch at the moment that will be causing difficulties to many others from following the same path.
So last time I checked, they’re very interested to get this fixed.

Back to Mr.King – I have now optimized the server so it performs much faster, despite the bottleneck I described above.
There’s still slowdown noticable when creating a new page, but it’s now quite bearable

Anyway, again that was fun indeed. I guess this is why I chose IT as my career path back there years ago – it was fun (and very useful to many people), and it still is today.
Enjoy !

update:
His server had problems and crashing his website. Mr King said that the datacenter guys are looking into it, but I’m welcome to look around as well.

Soon it’s pretty clear that the hard drive of the server is dying. I told Mr King to relay that to the techies, which responded with “how did you figure it out ?” (dmesg + google – duh).

Long story cut short – they botched big time, but thankfully I managed to snatch a backup of Mr King’s website before it went down the flames.
Now I host Mr King’s website on my server, and he’s a very happy guy again.

Hidup damai bersama Ahmadiyyah

Pagi ini (9 Januari 2008) saya membaca koran Republika, di halaman pertama ada tulisan bahwa para penganut Ahmadiyyah telah dapat hidup dengan tenang di “kampung halaman”-nya, Pakistan, sejak tahun 1974.

Benar-benar berita yang menyejukkan. Mudah-mudahan di Indonesia juga bisa segera menjadi kenyataan.

Islam & agama lainnya

Islam mengajarkan, langsung di Al-Quran, bahwa para penganutnya wajib bersilaturahmi dengan baik kepada penganut agama lainnya. Dengan konsep kebebasan beragama “lakum dinukum waliyadin”, kewajiban tersebut bisa menjadi kenyataan.

Tidak hanya itu, kemudian Nabi saw juga memberikan contoh dalam kehidupannya sehari-hari. Sampai ke berbagai contoh yang “ekstrim” & rasanya tidak akan bisa kita temukan lagi di zaman ini – seperti pengemis Yahudi buta yang sangat benci & selalu mencaci maki Nabi Muhammad justru tetap disayangi oleh beliau sampai akhir hayatnya.

Jadi sudah terlalu banyak penegasannya bahwa umat Muslim wajib untuk bermuamalah dengan baik kepada umat lainnya.

Solusi Ahmadiyyah di Pakistan

Kembali ke topik awal – bagaimana caranya sampai jamaah Ahmadiyyah bisa hidup dengan damai di Pakistan ? Ternyata sederhana saja – Ahmadiyyah telah diakui sebagai agama yang tersendiri. Dan para jamaahnya juga mengaku sebagai penganut agama Ahmadiyyah.
Mereka tidak mengaku-aku sebagai beragama Islam.

Maka dengan demikian, umat Muslim & umat Ahmadiyyah dapat saling berhubungan dengan baik & damai.

Masalah di Indonesia

Kenapa di Indonesia masih bermasalah ? Ternyata, ini karena organisasi JAI (Jemaat Ahmadiyyah Indonesia) masih ngotot bahwa Ahmadiyyah adalah Islam.

Padahal, dalam pertemuan di Balitbang Depag & Mabes Polri, yang menghasilkan 12 butir pernyataan JAI, mereka jelas menyatakan & mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Rasul Allah (sumber: Republika 9 Januari 2008).
Tentu saja ini berbeda 100% dengan dasar kepercayaan Islam, yang meyakini bahwa tidak ada lagi Nabi/Rasul setelah Nabi Muhammad saw.

Solusi di Indonesia

Sebetulnya kita tinggal meniru teladan Pakistan saja – umumkan tentang keberadaan agama Ahmadiyyah.

Maka kemudian para penganutnya jadi bisa bebas melakukan ajaran agamanya. Dan para pelaku anarkis bisa dengan mudah ditangkap & ditindak oleh para penegak hukum.

Fakta di seluruh dunia

Ulama Islam di seluruh dunia telah sepakat menyatakan bahwa Ahmadiyyah adalah agama tersendiri, sejak dahulu kala.

Rabithah Alam Islami telah mengeluarkan pernyataan ini sejak tahun 1981. Malaysia & Brunei juga sudah lama menyatakan hal yang sama.

Dukungan kepada NU & Menag

Pada hari Selasa, 8 Januari 2008, Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Basyit, menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta. Ia meminta NU bisa mendesak pemerintah agar melindungi jamaahnya sebagaimana warga negara yang lain.

Disini saya sangat salut dengan sikap pak Hasyim yang tetap teguh dalam memegang prinsipnya.
Beliau menyatakan kembali bahwa Ahmadiyyah memang adalah agama tersendiri (“Saya juga bisa setuju ketidaksetujuan mereka (MUI)”).

Namun beliau mengingatkan bahwa tindakan main hakim jelas adalah suatu hal yang sangat salah.

Di akhir dialog, beliau menyatakan bahwa fatwa MUI tidak bisa dituding sebagai penyebab kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyyah. “Yang memicu kekerasan adalah demokrasi yang tidak terbatas,” tandasnya.

Menteri Agama, Maftuh Basyuni, juga menunjukkan sikap yang sama. Kalau Ahmadiyyah ingin dianggap sebagai agama Islam,ya tentunya harus sesuai dengan ajaran agama Islam,seperti mengakui Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir. Kalau tidak ya juga tidak masalah, tinggal mendaftar saja sebagai agama yang baru.

Para pahlawan kesiangan

Pada berbagai kasus, selalu saja ada berbagai pahlawan kesiangan. Tidak terkecuali pula dalam kasus ini. Disini saya mencantumkan beberapa diantara mereka :

[ 1 ] Organisasi JAI & Abdul Basyit : Membelokkan inti masalahnya kemana-mana, termasuk menjadikan ini sebagai komoditas politik. Menyalahkan semua orang lain, kecuali dirinya sendiri.
Memanfaatkan jalur hukum untuk membenarkan kekeliruannya, mirip seperti modus operandi kelompok Scientology.

[ 2 ] Komnas HAM : Biasanya saya simpati & salut dengan kerja keras Komnas HAM melayani masyarakat. Namun dalam kasus ini, ada kemungkinan mereka mendapatkan informasi yang keliru.
Soal Ahmadiyyah bukan pelanggaran HAM (kecuali pada kasus-kasus main hakim sendiri), karena para penganut agama Ahmadiyyah tetap terjamin kebebasan beragamanya di dalam ajaran agama Islam.

[ 3 ] Dawam Rahardjo : menuduh bahwa ada pelanggaran keyakinan beragama dalam kasus Ahmadiyyah di Indonesia.

Kesal karena Menteri Agama menganggapnya keblinger, dia menuduh Menag memiliki pemahaman yang dangkal soal pluralisme.
“Dari semua Menteri Agama, dia yang paling dangkal (pengetahuannya soal pluralisme)”, ketus Dawam. Padahal Tarmizi Taher juga berpendapat sama.

[ 4 ] JIL, P2D, ICRP, P3M, dll : Bukannya membantu menyelesaikan masalah ini, mereka justru membuatnya menjadi semakin keruh dengan turut membelokkan pokok permasalahannya kemana-mana.

Tandas Ulil dengan suara meninggi, “Fatwa haram ini dengan sangat jelas mengancam kebebasan hak beribadah 200 ribu pengikut JAI di seluruh Indonesia dan bukan tidak mungkin fatwa itu akan mengulang peristiwa mihnah (inkuisisi) pada abad XV”.
Keliru mas, pertama MUI bukan mengeluarkan fatwa haram Ahmadiyyah, tapi fatwa bahwa agama Ahmadiyyah bukan agama Islam. Kedua, kebebasan beragama para penganut agama Ahmadiyyah tidak terancam. Ketiga, fatwa MUI akan menyebabkan inkuisisi ? Ini namanya provokasi FUD (fear, uncertainty, doubt).

Kesimpulan

Saran & masukan dari KH Hasyim Muzadi serta Menag saya kira sudah sangat baik,yaitu menganjurkan agar Amir JAI bisa membawa diri dengan baik, dan agar semua pihak bisa saling berdialog.
Mudah-mudahan kedamaian antara para penganut agama Ahmadiyyah & penganut agama Islam bisa segera tercapai di Indonesia, amin.