Apa yang terjadi jika sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak bekerja sama dengan kelompok street artist ?
Jawab: sebuah bangunan TK yang berwarna-warni dan ceria.
Beberapa fotonya:
Well done !
Apa yang terjadi jika sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak bekerja sama dengan kelompok street artist ?
Jawab: sebuah bangunan TK yang berwarna-warni dan ceria.
Beberapa fotonya:
Well done !
Malam ini saya baru saja menelpon Pak Deni Wahyudi (DW), salah seorang penyelenggara sekolah (SMP) terbuka di daerah Bekasi. Sangat menarik, siapa sangka ternyata di Indonesia ini masih ada sekolah yang gratis DAN berkualitas ?
Keypoints :
TKBM (Tempat Kegiatan Belajar Mandiri) yang dikelola oleh DW didirikan pada tahun 1996. Sampai saat ini masih terus berjalan, dan telah meluluskan 10 angkatan. Pada awalnya berlokasi di mesjid, namun seiring dengan berjalannya waktu, ada beberapa donatur yang bersimpati sehingga kemudian tidak hanya bisa menyewa lokasi belajar, namun juga bisa mulai memberikan sedikit kompensasi kepada para pengajarnya.
TKBM tersebut meng-induk ke sebuah SMP negeri di dekatnya. Kepala sekolah SMP tersebut justru senang, mungkin karena Diknas menghargai sekolah yang mau menjadi induk bagi TKBM.
Menginduk disini setahu saya tidak merepotkan pihak sekolah yang bersangkutan sama sekali – hanya sekedar formalitas dimana nomor induk siswa, ijazah, dan raport akan berasal / bertuliskan nama sekolah induk tersebut.
Waktu belajar TKBM ini cukup unik, yaitu mulai dari pukul 16:00 s/d 20:00. Sepertinya kebanyakan relawan TKBM adalah pekerja kantor, sehingga waktu belajarnya adalah setelah jam kerja mereka.
Pada awalnya, masyarakat sekitar merasa pesimis dengan TKBM ini. Bagaimana dengan kualitasnya, status siswanya, dst.
Namun akhirnya, kini justru bahkan yang secara ekonomi mampu ikut mendaftarkan anaknya ke TKBM, karena kualitasnya yang telah terbukti. Tentu saja para pengelolanya terpaksa menolak, karena prioritas SMP Terbuka adalah untuk anak-anak yang secara ekonomi tidak mampu untuk bersekolah biasa.
Kendala utama TKBM adalah lokasi, tenaga pengajar dan waktu mereka.
Disini saya menyampaikan beberapa ide solusinya, seperti memberdayakan para siswa itu sendiri.
Lokasi adalah rumah-rumah yang cukup luas untuk digunakan. Sedangkan para pengajarnya adalah ibu dari para siswa yang mampu. Ada gilirannya, sehingga tidak merepotkan. Dst.
Pak Deni kemudian memberikan informasi mengenai seorang contact person di Sekolah Rakyat, yaitu Pak Ludi. Tentu saja bagi yang berminat juga bisa langsung menghubungi Yayasan Sekolah Rakyat, di 021 70174410.
Demikian informasi yang bisa di posting pada saat ini. Untuk selanjutnya saya akan mengkontak Bpk. Ludi, sehubungan dengan seorang kawan saya yang tertarik untuk membuka sekolah terbuka. Dan juga menyampaikan informasi ini kepada sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak.
Ternyata, membuka sekolah gratis itu tidaklah terlalu sulit.
Cuma, banyak orang yang tidak tahu, bahwa ada alternatif ini (sekolah gratis). Jadi, sebarkanlah informasi ini kepada semua orang yang mungkin bisa memanfaatkannya. Terimakasih atas bantuan Anda.
Links:
[ Yayasan Sekolah Rakyat ]
[ Sekolah Rakyat @ Wikipedia ]
[ Ancol dan Sekolah Rakyat ]
Sedang browsing, tidak sengaja menemukan posting mengenai fair trade di situs Jakartass: [ Fair Trade Indonesia ]
Ini adalah daftar kegiatan fair trade di Indonesia yang paling lengkap yang pernah saya temukan.
Cukup menggembirakan, karena sudah mulai ada beberapa. Mudah-mudahan bisa segera bertambah lagi di masa depan.
Saya sudah lama “puasa” makanan Jepang setelah menyadari bahwa sertifikat halal Hoka-Hoka Bento adalah jadi-jadian (alias dibuat sendiri), dan mereka tidak merespons approach dari LPPOM MUI (yang saya tafsirkan sebagai ketiadaan itikad baik dari pihak HokBen).
Tinggal di negara mayoritas muslim, tapi kok mau makan halal saja susah.
Padahal kalau halal, tidak kehilangan customer lama DAN jadi bisa merangkul customer baru. Aneh, kelihatannya kebanyakan orang memang tidak punya naluri bisnis yang bagus. Beberapa perkecualian, seperti Bakmi Gajah Mada, pantas mendapat acungan jempol.
Karena itu saya senang sekali ketika mendapat brosur Gokana Teppan dari istri saya, sebuah restoran Jepang yang telah berhasil menjalani proses uji sertifikasi halal dari LPPOM MUI. Baru tadi malam kami akhirnya bisa mengunjungi cabangnya di Pondok Indah Mall.
Beberapa kesan:
Bisa delivery DAN meng cover Jakarta. Telponnya 4786.1000
Tapi minimum order Rp 100.000. Jadi, kalau hanya Anda berdua istri, ya harus datang ke salah satu cabangnya. — kabar dari adik saya, terakhir dia pesan dari Gokana Teppan cabang Pondok Indah Mall, ternyata tidak ada minimum order. Well done !
Rekomendasi untuk yang baru:
Paket Gokana 5, untuk chicken teppan nya.
Berikut ini adalah berbagai lokasi cabangnya :
JAKARTA :
# Pondok Indah Mall = Lantai 2, sekumpulan dengan Cafe Betawi dan Timezone. Telp: 765-9630
# Mal Kelapa Gading 1 = Lantai dasar, telp: 452-9540
# Mal Taman Anggrek = Sebelah Timezone, telp: 563-9534
# Mal Puri Indah = Sebelah Casper, telp: 582-2378
# Supermal Karawaci = Sebelah Timezone, telp: 542-11957
BANDUNG:
# Cihampelas Walk = telp: 206-0986
Enjoy.
Ternyata ada 2 finalis dari Indonesia pada Stockholm Challenge 2006; selain e-Kebumen.net yaitu adalah Mitra Netra !
Judul dari proyek mereka adalah, “Innovation and the usage of IT Project for the improvement of Blind Community Life Quality in Education and Human Resources sector and the Public Awareness Development on the Disables Rights in Indonesia“.
Secara ringkas, Mitra Netra adalah sebuah yayasan yang membantu orang-orang cacat (buta) untuk tetap bisa mengakses PC, dan menikmati hal-hal lainnya selayaknya orang biasa.
Yang menarik, saya pernah mendapat kabar dari Pak Rusmanto, bahwa Mitra Netra ada menggunakan Linux di komputer-komputer yang digunakan oleh para siswanya. Wow.
Seperti juga tim e-Kebumen, setahu saya tim Mitra Netra juga diundang untuk menghadiri upacara pemberian hadiah di Swedia.
Well done, semoga akan terus menjadi semakin baik!
Selamat untuk [ e-Kebumen.net ] yang telah berhasil menjadi finalis di kompetisi Stockholm Challenge 2006.
Ternyata, prestasi Pusat Data Elektronik Kabupaten Kebumen tidak hanya itu.
Berdasarkan informasi dari Gatra, PDE Kebumen juga telah berhasil :
Beberapa hasilnya;
biaya warnet turun dari sekitar Rp 10.000/jam menjadi hanya Rp 3000/jam,
biaya akses Internet untuk sekolah hanya Rp 700.000/bln untuk 30 PC, dan
biaya akses Internet untuk keluarga hanya Rp 275.000/bulan FLAT.
Ketika komunitas kecil seperti ini saja bisa mengadakan layanan Internet dengan biaya serendah ini, tiba-tiba Telkom jadi kelihatan seperti greedy capitalist pig 🙂
Sekali salut untuk rekan-rekan di Kebumen, semoga rakyat Kebumen semakin pintar dan sukses.
Beberapa minggu yang lalu saya diminta untuk menjadi pembicara pada acara Kuliah Umum di Fasilkom UI, dengan tema “Sistim Informasi”.
Acara ini telah diselenggarakan pada hari Sabtu kemarin, tanggal 15 April 2006.
Materi nya bisa di download dari sini:
[ Format Open Office 2 (ODP) ]
[ Format Power Point 97 (PPT) ]
Kuliah ini memperkenalkan Sistim Informasi kepada target audiens awam/umum, dengan berbagai studi kasus dan contoh di lapangan.
Beberapa pertanyaan dari sesi tanya-jawab :
A: Ada beberapa alternatif solusi yang bisa dicoba: [ 1 ] Opensource: Hubungi kampus-kampus lainnya dengan masalah yang sama (butuh SI, terbatas resources), dan ajak bergabung di sebuah proyek SI kampus yang open source. Semua resources yang ada dikumpulkan di proyek tersebut. Hasil proyek kemudian bisa dimanfaatkan oleh semua partisipan.
[ 2 ] Mahasiswa skripsi : Cari mahasiswa jurusan komputer yang sedang akan skripsi, lalu tawari untuk mengerjakan sebuah modul dari SI tersebut. Dengan membagi proyek SI menjadi modul-modul, maka bisa dibagi ke beberapa mahasiswa untuk menjadi skripsi mereka, dan kemudian proyek jadi bisa diselesaikan.
[ 3 ] Mahasiswa magang: Jadikan proyek ini sebagai kesempatan magang bagi mahasiswa. Kompensasi / gaji nya memang mungkin lebih kecil daripada standar perusahaan, namun mahasiswa jadi dapat pengalaman kerja. Pengalaman kerja ini kelak akan dapat sangat membantunya pada saat melamar kerja setelah lulus – dimana berbagai lowongan biasanya mensyaratkan pelamar untuk telah memiliki pengalaman kerja.
[ 4 ] Atau, bisa juga kombinasi dari ide-ide yang telah disebutkan di atas.
A: Kebutuhan SI untuk UKM ini nampaknya akan bisa dipenuhi oleh [ osCommerce ]. Instalasinya cukup mudah; atau cukup mendaftar ke paket webhosting yangtelah menyediakan ini.
Yang lebih perlu diperhatikan justru adalah dari sisi marketing-nya — bagaimana cara agar ada orang yang mampir _dan_ membeli di situs tersebut.
Tadi ngobrol-ngobrol dengan istri, dia cerita bagaimana senangnya Umar bermain matematika, walaupun umurnya baru 4 tahun.
Jadi dapat ide, coding sedikit, maka jadilah spreadsheet pembuat soal-soal matematika : [ Kuman Matematika ]
Pemakaiannya cukup mudah :
1. Download
2. Dobel-klik
3. Ketikkan angka maksimum
4. Ketikkan jumlah soal yang ingin dibuat
5. Klik tombol “Buat Kuman”
6. Untuk menghapus soal, klik tombol “Clear”
Kuman Matematika membutuhkan Excel 95 minimum.
Jika ada yang punya waktu untuk membuat versi OpenOffice-nya, email saja kepada saya, maka nanti akan saya posting disini juga.
Semoga bermanfaat.
[ Download Kuman Matematika ]
keywords: kumon math matematika
Wow… looks really sweet !
Note that VIA also produces desktop version of C7, which should perform better than this mobile version.
The question: is there any (serious) catch to all these goodness ?
Still trying to find the answer for this at the moment. But I like how VIA refuses to implement DRM, so any laptop/computer with this chip will have better chance of being bought by me.
Tadi malam ketemuan dengan Yudhis dari Yayasan Tunas Cendekia (YTC) di Buzz cafe, dekat RS Pondok Indah. Dulu sewaktu YTC pertama kali launch sempat mampir ke situsnya, tapi kemudian lupa dengan kesibukan2 lainnya. Ternyata alhamdulillah perkembangan YTC termasuk cukup bagus, 65000+ gelang sudah terjual (dalam satu tahun saja). Dan, masih banyak lagi berbagai achievements lainnya.
Baru ketahuannya sebabnya kemarin itu. Ada beberapa orang yang menganggap saya kreatif, tapi ketika bertemu Yudhis, sampai overload mendengar berbagai ide-idenya untuk memasarkan (ya, melihat Yudhis jadi ingat dengan seorang marketer senior yang pernah saya temui) kepedulian dengan sesama. Bagaimana agar orang-orang yang lupa dengan sesamanya, karena kesibukannya sehari-hari dan berbagai hal lainnya, bisa ingat lagi, dan ikut membantu, dengan cara yang mudah bagi mereka.
Mudah-mudahan makin banyak usaha sosial lainnya yang bisa kreatif dan attitude nya positif seperti ini juga.
Please keep it up mas, dan mudah-mudahan saya bisa ikut berkontribusi juga.
Fedora 3 termasuk adalah distro Linux yang cukup stabil, dan telah berhasil digunakan sebagai server di berbagai tempat.
Namun sebagaimana dengan semua hal, ada juga kelemahannya. Salah satunya adalah instalasi OpenOffice (OO)-nya, masih versi 1.x, dimana versi terbaru OO adalah versi 2.x
Bagi yang perlu meng-upgrade OO di instalasi FC3 nya, kini bisa [ mengikuti instruksi ini ]
I’ve developed a few applications now using Microsoft Access and PostgreSQL. Simple reason – developing front-end using Access gives results very quickly, while PostgreSQL provides scalability and reliability needed at the back-end.
However, I’ve started to see several performance problems. Basically, certain complex query finished very quickly, while other (seemingly) simple ones takes forever.
Am still not able to pinpoint where the exact location of the culprit – Access, PostgreSQL, or a bit of both. So far I’m still doing research to resolve this.
Anyway, here’s what I’ve found so far:
Microsoft Access Performance Tips
PostgreSQL Tuning Tips
Setelah domain Pangsit.com disandera oleh registrar-nya (totalnic.net sucks) dan tidak bisa saya transfer, maka kini situs tersebut bisa diakses dari pangsit.abangadek.com
Walaupun situs ini sudah lama tidak saya maintain, tapi tetap saya sediakan untuk umum. Dan yang cukup mencengangkan, banyak orang terus mendapatkan manfaat dari situs tersebut.
Tadi pagi saya baru saja mendapat email lagi yang menanyakannya, dan kebetulan sedang ada waktu luang. Maka saya manfaatkan untuk menghidupkan kembali Pangsit.com — walaupun di alamat yang berbeda.
Semoga bermanfaat.
Ternyata, di Slahsdot, dimana mayoritas komunitasnya pro-pornografi, justru kita bisa menemukan berbagai komentar yang mencerahkan mengenai hal ini.
Contoh; fakta bahwa manusia yang kita sebut sebagai “anak-anak”, sebetulnya telah dewasa secara fisik:
Young men are reaching sexual maturity before they’re reaching mental maturity. … Oftentimes young parents without the resources or attitude to raise a child give birth and this subsequently results (usually) in an imperfect forced marriage or a child whose parents are not married. In either case, much more stress is placed on the developing youngster than the child needs and this can often lead down the road to delinquency or misbehavior.
Walaupun kesimpulannya berbeda dengan saya – solusinya bukan dengan pornografi, tetapi:
1. Orang tua harus lebih mampu mendidik anak-anaknya. The buck stops at them.
2. Yang paling penting – bagaimana agar anak-anak kita bisa dewasa mentalnya bersamaan / sebelum fisiknya. Tidak seperti sekarang, sudah terlalu sering saya bertemu dengan orang-orang berumur 40 tahun atau lebih, namun kelakuannya masih seperti anak kecil !
Pornografi itu destruktif bagi kebanyakan orang, kesimpulan seorang poster. Dikutip:
However its alot easier to say porn or drugs are the problem, than it is to tell a person how to fill in the emptiness in their lives… thats something a person has to find for themselves.
Every person has needs, wants, and desires that will always need filling. It’s the very floorboards of economics. The question comes down to “How does one fill that hole in their soul?” Hopefully they’ll do it constructively, but the destructive ones tend to be a lot more fun at first, ergo vastly more popular. By the time the negative effects come around, the person may be too far gone to realize it.
The real trick is to learn to understand that we’re creatures of infinite desire, and to begin to think rationally about how to cope with that in a way that won’t destroy us. Many major religions try to fill an infinite hole with an infinite God (at least the ones that profess a god or gods). The ones that don’t profess (a) god(s) try to teach you how to suppress or channel your desire.
Selanjutnya juga kita bisa temukan kisah seseorang yang menjadi korban pornografi – padahal cuma sekedar “penikmat” :
This is not to say that porn itself is responsible for this behavior; as someone commented earlier, porn is just a particularly easy (if destructive) way of filling a gap that sensible folks learn to fill constructively. I alone am responsible for my behavior over the last several years, and the most frustrating thing about it is that it seems so pointless and ridiculous in retrospect. However, to a kid like I was—one to whom simple human interaction and empathy came late and only with much effort, and someone whose sexuality only began to resolve itself quite late (I’m gay)—pornography offered a welcome (though dangerous) release from the huge effort of social contact. It didn’t matter that it inevitably left me feeling dead inside.
Now, it’s a pattern I’m having a hell of a time unlearning; every time something unpleasant happens, my first response is porn, which only makes things worse. In fact, I almost dropped out of school because of it a few years ago. To me, at least, porn has been a trap, which has separated me from reality, and stunted my growth as a sexual and emotional being (I still have yet to be in a real relationship of any kind). I don’t like myself, and that’s sad, because I’m smart and talented and capable of better than this. On more than one occasion, I’ve taken out this frustration with myself on the people that I care about. I wish I hadn’t.
Banyak orang kini bisa kita lihat mengalami kesulitan dalam hubungannya dengan pasangannya. Apakah banyak dari kasus t\ersebut terkait dengan pornografi, saya tidak tahu. Tapi, ini penyebabnya pada kasus diatas, dan saya kira ini bisa menjadi topik disertasi S2 atau S3 yang menarik.
Dan kutipan terakhir ini menyimpulkan apakah pornografi itu secara cukup tepat:
Porn is a trap – it feeds the pleasure centers of the brain, devalues the humanity of the person being used for that pleasure, and damages people’s ability to relate to one another in a healthy way. Real relationships are not self-focused, but must have a significant component of other-focus or they don’t survive.
Mudah-mudahan posting ini bisa menjadi satu kontribusi rasional di tengah-tengah debat kusir emosional mengenai RUU APP.