Monthly Archives: December 2006

Koneksi Internet Sekarat, Buka Regulasi Satelit ?

Singkat saja – ketika akses Internet Indonesia terputus, banyak bisnis yang kemudian menyadari bagaimana Internet telah menjadi kebutuhan yang vital bagi kelancaran usaha mereka. Sore ini saya menonton berita di TV, beberapa bisnis di interview dan mereka mengeluh bahwa omset bisnis mereka drop sampai menjadi nol sejak akses Internet Indonesia terputus.

Setelah kini kita menyadari bagaimana akses Internet telah menjadi hajat hidup banyak orang, mudah-mudahan kita bisa memanfaatkan momen ini untuk mendorong pemerintah membebaskan akses internet via satelit.

Just say no to : duopoli akses internet via satelit !

Pelestarian (pengawetan?) data

Ketika dulu CD-R mulai meluas pemakaiannya, saya sempat merasa gembira sekali. Saya pikir, selesai sudah rutinitas meng copy ulang data-data dari disket tua (baca: berumur beberapa bulan) ke disket baru. Hal ini musti dilakukan, karena disket termasuk ringkih. Beberapa bulan saja datanya sudah bisa tidak terbaca lagi – kalau tidak jamuran, maka karena kerusakan fisik akibat terlalu sering digunakan.

CD-R terkesan solid, dan memberi ketenangan bahwa data kita akan tersimpan aman disitu selama bertahun-tahun. Apalagi dengan klaim berbagai pembuat CD-R, bahwa data kita akan aman di disc buatan mereka selama 10 / 20 / 50 tahun.

Namun setelah beberapa tahun, fakta yang sebenarnya mulai terungkap :

1. CD tidak boleh terkena sinar matahari langsung
2. CD mudah tergores. Walaupun goresan pada sisi bawah (yang berkilau) belum tentu akan menghancurkan CD, goresan pada sisi atas (“label”) dapat langsung melenyapkan data Anda.
3. CD tidak boleh disimpan di tempat yang lembab
4. Banyak CD-R murahan yang hanya dapat menyimpan data Anda paling lama satu tahun saja
5. Kotak penyimpanan CD, yang plastiknya mengandung asam (acid), dapat memperpendek umur CD
6. Menulis di atas CD dengan spidol yang bukan khusus untuk CD dapat merusak data Anda

Kini CD sudah mulai digantikan oleh DVD, namun pertanyaannya tetap sama – bagaimana cara untuk mengamankan data kita dalam jangka waktu yang lebih lama ?

1. DVD-R atau DVD+R ? Jawab: DVD+R
Mengapa? = “inferior error correction, inferior ‘wobble’ tracking, and the fact its data writing methods look like an un-needed halfway point between CD-R and DVD+R

2. DVD+R yang terbaik kualitasnya ? Jawab: Taiyo-Yuden.

3. Tidak ada DVD+R dengan merk Taiyo-Yuden di pasaran !
Jawab: Coba cari DVD+R merk Fuji yang buatan Jepang, Panasonic, jenis-jenis Verbatim & Sony tertentu,

4. Selain Taiyo-Yuden, apalagi yang bagus dan harganya lebih terjangkau?
Jawab: CD/DVD produksi Mitsubishi Chemical Company (MCC), Maxell, dan TDK.

5. Bagaimana cara akurat untuk mengetahui sebuah disc adalah produksi Taiyo-Yuden / MCC / dll ?
Jawab: Pilih salah satu dari beberapa software yang dicantumkan di halaman ini.

Beberapa informasi menarik lainnya :

1. Tape backup TIDAK reliable. Saya kebetulan sudah mengalami ini sendiri 🙁 tape backup berumur kurang dari satu tahun, sudah tidak bisa di restore lagi.
ALWAYS test your backup.

2. Masa depan: Holographic storage.
Menurut Star Trek, tahun 2200 baru nampak teknologi holographic storage, syukurlah ternyata tidak lama lagi kita sudah bisa menikmatinya.

Moga bermanfaat.

Referensi: [ 1 ] – [ 2 ]

Tutorial Fusebox

Fusebox adalah framework untuk PHP/ColdFusion yang cukup populer. Setahu saya, detik.com dan Kompas dibangun dengan menggunakan framework ini. Mungkin ada lagi, silahkan berkomentar di posting ini.

Mengapa menggunakan framework ?
Framework dapat menghemat waktu development secara sangat signifikan. Selain itu, juga memungkinkan Anda untuk menggunakan ulang code yang sudah dibuat sebelumnya dengan sangat mudah. Dan, sebuah proyek development jadi dapat dipecah menjadi komponen-komponen yang kemudian ditugaskan ke developer-developer yang berbeda lokasi sekalipun, dan tetap tidak masalah.

Keuntungan terbesar framework justru setelah development selesai – ketika suatu saat perlu dilakukan maintenance terhadap sistem (penambahan, koreksi, dll), maka jadi dapat dilakukan dengan mudah. Dimana biasanya biaya maintenance suatu sistem bisa jauh lebih mahal daripada biaya development nya.

Kelebihan Fusebox dari berbagai framework PHP lainnya (ada sekitar 70 buah lebih) adalah kemudahan pemakaiannya.
Fusebox semata-mata mengatur / merapikan alur development, tidak lebih tidak kurang. Karenanya file-file inti / core Fusebox hanya berukuran sekitar 32 KB saja.

Posting ini akan dilanjutkan lagi, berikut dengan file tutorial memulai pemrograman dengan framework Fusebox.

scanR

Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah situs yang sangat berguna bagi mereka yang sering berpindah tempat. scanR memungkinkan kita untuk mendokumentasikan berbagai hal cukup dengan menggunakan kamera handphone kita — coret-coretan di whiteboard setelah meeting, dokumen-dokumen / fax, dan bahkan juga kartu nama.

Caranya mudah sekali, cukup download software scanR dari situsnya yang sesuai dengan handphone Anda, lalu langsung mulai ! Foto dokumen/kartu nama/whiteboard, maka kemudian hasilnya akan dikirim ke alamat email Anda.
Jika dikombinasikan dengan kapasitas Gmail.com yang nyaris sebesar 3GB, maka praktis langsung menjadi arsip yang bisa diakses dari mana saja.

Proses uploadnya memang akan melalui GPRS, jadi ini mungkin bisa menjadi mahal biayanya. Namun bagi yang memerlukannya, scanR adalah penyelamat bagi mereka.

Tren Nama Anak & Google

Nemu posting soal nama anak dari blognya Andry, menarik poin-poin yang diangkat disitu.

Saya kira perlu ditambahkan satu hal lagi yang juga sekarang makin penting untuk diperhatikan dalam memberi nama anak : apakah nama anak saya akan bisa ditemukan dengan mudah di Google ??
😉

Jaman sekarang ini, jangan menamakan anak hanya dengan “Sukandar” misalnya. Kesian nanti dia kesulitan menemukan jejaknya di Internet. “Sukandarr” adalah pilihan yang lebih unik, bisa dibuktikan dengan fakta bahwa pada saat ini belum ada satupun hits nya di Google.

Selain itu anak Anda nanti juga akan berterima kasih karena kelak usernamenya di Google adalah sukandarr@gmail.com, dan bukannya sukandar_731485668@gmail.com

Atau kalaupun ingin menamakan anak “Sukandar”, maka bisa dipadukan dengan beberapa nama lainnya. Contoh; Sukandar Bagus Hidungnya. Nah.. kalau begini, lagi-lagi menjadi unik di Google.
Dan saya yakin pasti dia akan berhasil mendapatkan username sukandar_bagus_hidungnya@gmail.com

Ini trik yang saya gunakan pada beberapa anak saya; karena ingin nama mereka ada doanya (maaf boss Andry, saya sudah melanggar satu poin di posting Anda !), maka yang pertama saya beri nama Anisah. Nah, supaya kelak dia tidak menyesali bapaknya (huuuu papa, lihat nih friendster ku jadi friendster.com/anisah98745945, huaa), maka namanya saya “lengkapi” menjadi Anisah Salma Hijriyyah. Ha, sekarang jejaknya di dunia maya jadi bisa ditemukan dengan mudah.

Yang hebat itu sebetulnya adalah orang tua saya. Belum ada Google, tapi mereka sudah berhasil antisipasi ini !
Kalau tidak percaya, coba cari “sufehmi” – apakah ada yang bukan saya di hasil searchnya ? Pasti tidak 🙂

Benar-benar orang tua yang visioner.

3B – Bed, Bathroom. Bus

Visiting my parents a few days ago, I happen to watch an expert being interviewed on how to maximize our brain potentials. In short, according to their research, the brain perform best on 3B – Bed, Bathroom, and Bus. How come ?

Basically, those places are where we stop, and gave the brain time to reflect and analyze the data gathered so far (instead of busy doing everything else).

The Bed

You may have heard the saying “just sleep on the problem” — there’s truth to it. Even Michaelangelo used to sleep while he was working on his painting (if only we can do that in our cubicles..). Being on the bed / sleeping forces our brain to stop doing anything. Therefore, it’ll instead use this opportunity to do data analysis. It ended up as dreams sometimes. But after we woke up, many times we’ll have better understanding (and potential solution) to the problem.

A bit of deviation from the topic – praying have same (if not better) effect; especially since it takes very little time (10 – 15 minutes). When we pray, we’re forced to forget about our businesses, and focus only on a single point. This gives us clarity on that moment.
My friend once said (rather jokingly, but also seriously) that if you want to find the stuff that you’re missing – then pray. You’ll remember where you left it when you’re praying.

The Bathroom

My wife used to complain that I took so much time to bath. Well, beside the fact that I like things clean, it’s also my experience that I tend to get the best ideas when I was in the bathroom. Other variations might be the spa, sauna, etc.
It’s for the same reason as the Bedroom, in the bathroom we’re relaxed and thus able to think more clearly. Forcing your brain to be in overdrive all day long is not really healthy. The 3B give us breaks from it.

Nowadays she no longer complain about it. But I also try to avoid using the bathroom on “peak-hours” 🙂

The Bus

Basically just another place where you are relaxed and can think about things more clearly. While on the bus (or subway, train, whatever), you’re only standing up / sitting down, and doing very little else. Thus you’ll also tend to have the “eureka!” moments here.

So, how about you ?

Polygamy in USA

Right, I must admit that I was pretty amazed to find a woman in a polygynous marriage and a convert and lives in USA (where polygyny / polygamy is outlawed – CMIIW) and happily blogging about it .
Was speechless for quite sometime.

Anyway, the blogger that goes by nickname Mizazeez (Miss Aziz ?) seems to be quite happy with her current situation. She was devastated when first knew about her husband’s intention to marry again, but then chose logic instead of uncontrolled emotion, and managed to get over it.
She even took time to explain the popular hadith touted as the base to abhore polygamy : the Ali – Fatima – Abu Jahl’s daughter hadith; where the hadith was usually presented as it is, she explained its context in details.

There are quite a lot of lighthearted and funny posts in her blog. For example, the one about her mother is quite funny. I do realize though that it’s a struggle to her. But she seems to handling it quite well, well done.

There are a few things we, men, can pick up from the husband. It seems that this man actually speaks Venusian; being able to act appropriately (instead of enraged/becoming a jerk) even when in awkward situations. Lots of other good examples from him throughout the blog. Recommended read.

All in all, both parties (husband and wife) seems to be putting their best efforts to make things works for them. I’m truly humbled to read how their marriage went – the humble & pious husband that’s gentle and care, the loving & (very) clever wife that’s very understanding about her husband’s situation (financial/time/marriage-wise).
That’s what marriage is all about – teamwork, co operation. It’s going both ways. If it started flowing just from one direction, then it’s the beginning of its end.

I’m very glad to find such mature and understanding Muslim/Muslimah, in the blogosphere too. To these people I put my hope that one day in my life I’ll be able to witness Islam achieving its purpose – rahmatan lil ‘alamin; a blessing to the world. Here’s one hoping.

Another similar blog : Polygynous Expressions

And no, I still don’t think I’ll marry another woman, because I’m not able to properly do the related responsibilities. But I’m happy for everyone who’s doing good and not afraid to be bad-mouthed because of it. Barokallahulakum, brothers and sisters.

Proprietary kernel modules on Linux

I was pretty shocked when the idea to ban proprietary kernel modules on Linux first surfaced. Binary hardware drivers and VMware came to mind – if the ban is in place, we won’t be able to use these. And many other kernel modules.

As if Linux hasn’t got enough problems regarding hardware drivers as it is.

I was just about to write a response to the idea, when I found out that Linus already rejected it. Seems like we can always count on the man to ensure that common sense is actually common in Linux community. Good for us.

And he didn’t mince his words :

Because I think it’s stupid. So use somebody else than me to push your
political agendas, please.

He’d like to keep Linux dev strictly technical. Couldn’t agree more:

We should make decisions on TECHNICAL MERIT. And this one is clearly being
pushed on anything but.

Here’s a reminder that this kind of thinking is exactly the way of thinking of the proprietary vendors :

If people take our code, they’d better behave according to our rules. But
we shouldn’t have to behave according to the RIAA rules just because we
_listen_ to their music. Similarly, nobody should be forced to behave
according to our rules just because they _use_ our system.

A sarcastic reminder on the consequences of these way of thinking :

Do you really want to argue that “everything that has touched anything
copyrighted AT ALL is a derived work”? Do you feel lucky, punk?

As now, the idea has been thrown away. That’s a relief.
Back to work…

References :
[ 1 ] – [ 2 ]

Bahagia Instan

Lagi sedih ? Bete ? Kenapa setiap hari selalu saja ada masalah ? Bagaimana caranya bahagia, setiap saat ?

Ada banyak cara orang untuk menjadi bahagia. Ada yang menjadi bahagia dengan mampir di mall favoritnya, dan shopping sepuasnya. Apalagi kalau pas lagi ada diskon 50%, wow. Kemarin saya juga melakukan ini ketika menemukan sebuah toko sepatu di Pondok Indah Mall yang sedang promosi BOGOF (Buy One Get One Free), lha kebetulan lagi perlu sepatu karena yang lama sudah butut. Untuk sepatu wanita malah cuma Rp 100.000 dapat 3, halah langsung terlampiaskan lah hasrat soulmate saya, he he.
Sudah murah, kualitasnya juga bagus pula. Bahagia? Jelas 🙂 Tapi kalau setiap hari, tetap saja jadi berat di ongkos ya?

Ada lagi yang menemukan kebahagiaan dengan menikmati makanan yang enak. Ada yang dengan dugem dan nongkrong semalaman. Ada yang bahagia dengan bepergian ke luar negeri. Dan banyak cara lainnya.

Tetapi, apakah ada cara untuk bahagia setiap saat, dimana saja, kapan saja, dan tanpa biaya ?
Ternyata ada !

Sewaktu sedang browsing milis kampung gajah, tidak sengaja menemukan posting dari devykoe, dan tidak sengaja (lagi) terbaca taglinenya :

.

the best way to cheer yourself up is to cheer somebody else up

.

Straight to the point. Bahagiakan orang lain, maka kita pun akan merasakan kebahagiaannya.
Salah satu variasi BOGOF juga; yang dibahagiakan satu orang (orang lain), namun hasilnya jadi dua orang yang bahagia (orang lain dan kita).
Terimakasih pada mbak Devy untuk taglinenya.

Jadi, mari kita blogwalking dan membahagiakan orang lain *lho* 🙂

Seleb blog yang sombong-sombong itu

Ketika sedang berusaha membaca semua posting di kampung gajah (tapi sekarang saya sudah sadar bahwa ini adalah hal yang mustahil, bahkan dengan pengalaman sebagai junker sejak 1993 sekalipun), tidak sengaja menemukan posting ini : Seleb blog dan egonya

Wah… ternyata, kalau tidak membalas komentar orang, ada kemungkinan kita akan dilihat sebagai orang sombong ya ? 🙂 Saya baru tahu kalau ada perspektif seperti itu, he he.
Bingung mengapa bisa ada pandangan begini, tapi mungkin ini teradopsi dari kebiasaan di friendster yaa —- kalau kita memberikan testimonial di profil seseorang, maka lazimnya ybs juga balas memberikan testimonial. Mungkin lho, saya juga tidak tahu.

Saya sendiri memulai blog ini tidak begitu memikirkan mengenai komentar. Blog ini benar-benar adalah buah dari sifat egois saya — ini adalah tempat saya menulis semua yang perlu dicatat, yang suatu saat mungkin perlu saya baca kembali. Kalau ternyata ada yang membaca dan mendapat manfaat, itu adalah efek samping (yang positif) saja.

Lama kelamaan sifat egois itu sudah mulai berkurang sih. Saya mulai mencoba menulis artikel yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Contohnya seperti artikel autisme di blog ini. Soal komentar, ya kalau ada tidak masalah, kalau tidak ada juga tidak masalah.

Ada juga beberapa posting yang memang saya harapkan ada komentarnya, karena saya memerlukan informasi dari orang lain. Seperti ketika saya memposting kupon diskon Dufan, dan saya perlu memeriksa apakah ini hoax atau bukan. Nah untuk posting seperti ini, saya memang berterimakasih sekali jika ada yang berkomentar.

Jadi saya kira, nge blog itu have fun saja lah. Enggak usah menunggu-nunggu komentar orang, nanti malah jadi bikin stress 🙂
Di lain pihak, trims juga kepada pembuat posting tersebut. Walaupun bukan seleb blog (statement ini 68% akurat), saya akan coba untuk lebih banyak blogwalking, dan meninggalkan komentar di mana-mana.

Yuk kita blogwalk.

KBH is the new buzzword : Result-oriented versus 9-to-5

Suatu hari di kantor saya, pukul 13:00, Andy tiba “assalamu’alaikum” sapanya, dijawab oleh rekan-rekan di ruangannya. Andy langsung memulai pekerjaannya hari itu di mejanya. Yang lainnya meneruskan kembali pekerjaan mereka masing-masing. Saya berhenti sejenak dan menutup mata, meredakan sakit kepala setelah mengerjakan riset untuk presentasi seorang client selama beberapa jam.

Apa yang aneh disini ?

Continue reading KBH is the new buzzword : Result-oriented versus 9-to-5

Menteri RISTEK : Speedy Lambat

Menristek Kusmayanto Kadiman merasa kecewa dengan performa Speedy, dan malu karena telanjur pernah membantu mempromosikannya.
Dari milis asosiasi-warnet :

Onno dkk,

Pada waktu peluncuran Speedy semula saya enggan untuk hadir namun karena
denger Onno yang ada dibelakang layar Speedy saya beranikan hadir dengan
harapan Speedy menjadi solusi bagi akses ke dunia maya bagi kita-kita
ini.

Saya juga langsung pasang Speedy dikediaman dan sempat menikmati
kualitas (kecepatannya) namun akhir-akhir ini kecepatannya &
keandalannya menurun drastis. Saya kirim SMS mempertanyakan ke Pak
Guntur Siregar namun sampai sekarang tidak dijawab. Saya tindaskan sms
tsb ke Mas Agung DM Sahidi, jawabannya.. ada yang “mengganggu” Speedy
sehingga dibatasi penggunaannya. Saya kecewa dan ikut malu karena secara
moral ikut tanggungjawab, paling tidak ikut koar-koar saat peluncuran
Speedy di JCC.

Kini dirumah terpaksa kembali menggunakan Telkom Instant atau Excelcom
3G. Namun keduanya masih seperti yang kita tahu.. lambat dan tidak
andal. BTW: pada waktu persiapan kedatangan Bush, saya banyak berada di
Istana Bogor, Kebun Raya Bogor dan Lapangan Sepakbola Pajajaran Bogor
dan menikmati akses 3G Excelcom, saya tetap bisa email menggunakan
laptop.

Jabat erat,
KK

Apakah dengan kritik pedas ini Telkom akan jadi berubah ? Saya kira sulit, terutama untuk perusahaan sebesar Telkom. Wajar saja, karena biasanya akan lambat di berbagai jalur birokrasinya.

Solusi yang lebih tepat adalah membukakan akses ke Local Loop; sehingga kemudian layanan Internet via ADSL bisa juga ditawarkan oleh pihak-pihak lainnya. InsyaAllah, dengan demikian maka kita akan bisa menikmati layanan akses Internet yang bagus dan terjangkau harganya, melalui ADSL.

How The Jews Invented Hollywood

Buku karangan Neal Gabler ini (New York: Crown Publishers, Inc., 1988. ISBN 0-51746808 X) membahas bagaimana Hollywood akhirnya dikuasai oleh Yahudi.
Sebetulnya pada awalnya, Hollywood dikuasai oleh non-Yahudi, namun karena banyak dari mereka yang naif, maka kalah dari berbagai pelaku bisnis Yahudi yang menghalalkan segala cara.

Kutipan :

It can safely be said that the earliest cameras, projectors, sound and lighting equipment, and raw film stock were developed primarily by gentile inventors. The same can be said of those artists who were the first to create artistic movies with true narrative content, creative lighting and special effects, panoramic scenic settings and fast-paced editing.
………..
What these Jewish producers did achieve was to move very quickly from owning a few nickelodeons to controlling complete monopolies consisting of production, distribution and exhibition facilities.
………..
These men acquired this control because of an excellent sense of what the public would buy, intense personal drive, group solidarity as Jews, a willingness for hard work-and — a lot of shady dealing.

Dan secara umum, memang seperti inilah kelakuan bangsa Yahudi sejak dahulu.
Tidak mengherankan jika sudah sejak ribuan tahun yang lalu bangsa ini seringkali dimusuhi oleh bangsa-bangsa lainnya. Malah di Inggris, pernah terjadi situasi keuangan nasional nyaris runtuh karena disabotase dan dikuasai oleh Yahudi. Raja Inggris ketika itu kemudian mengeluarkan perintah untuk membunuhi dan menangkapi para saudagar Yahudi yang berada di balik bencana nasional tersebut.

Sekarang mereka sudah menguasai tidak hanya sebuah negara, namun hampir seluruh dunia; melalui bidang ekonomi dan budaya. Di Palestina mereka malah sudah tidak segan-segan menjajah dan bertindak seperti Hitler. Namun dengan bantuan media massa, mereka selalu terlihat sebagai pihak yang baik dan teraniaya.
Kali ini, mungkin mereka jadi bisa lebih lama menikmatinya dan membohongi kita semua. Namun, kejatuhan mereka, karena kejahatan mereka sendiri, adalah sebuah kepastian.

Poligami dan Keadilan

Sebetulnya saya segan membahas topik ini, karena kalau menilik kasus mas Puji dimana postingnya jadi dipenuhi komentar-komentar yang marah (padahal postingnya sendiri sama sekali tidak kontraversial), ada kemungkinan itu akan terjadi juga. Tapi di lain pihak, ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan rasionalitas / objektifitas dalam melihat suatu hal; sehingga kita dapat melihat sesuatu tersebut dengan lebih adil.
Jadi, saya pakai dulu baju tahan api saya… ok, mari kita mulai.

Fakta : poligami halal dalam Islam.
Syarat: harus berusaha dengan segenap kemampuannya agar berlaku adil. Fakta : Allah swt menilai usaha kita, bukan hasil.

Fakta : Zina / selingkuh haram dalam Islam.

Nah berbagai faktanya sudah dibeberkan, sekarang kita coba lihat masalahnya dengan lebih jelas.

Inti dari keributan seputar poligami Aa Gym sebetulnya adalah karena kurangnya konteks. Padahal, seperti yang telah saya bahas sebelumnya, ketika konteks diketahui, maka persepsi kita mengenai suatu hal bisa langsung berbalik sampai 180 derajat.

Dalam kasus Aa Gym, konteksnya sama sekali tidak diketahui.
Mengapa Aa menikah lagi ? Di media massa, sejauh yang saya pantau, tidak ada di beberkan. Dan kebanyakan kita juga tidak bisa menanyakannya langsung kepada beliau.

Pada kasus seperti ini, umat Islam diperintahkan untuk berprasangka baik dengan tetap waspada.

Namun tekanan untuk berprasangka buruk tentu sangat besar, apalagi ketika didorong oleh emosi yang memuncak. Karena itu, alih-alih berprasangka baik; yang muncul seringkali adalah berbagai asumsi (anggapan, yang tentu saja belum tentu benar), yang kemudian memicu timbulnya prasangka buruk.
Beberapa contoh:

Anda tidak lebih dari seorang laki laki yang tidak sanggup menahan nafsu birahi.

Bagaimana komentator yang bersangkutan tahu bahwa alasan pernikahan tersebut adalah karena nafsu birahi ? Apakah kini sudah ada orang yang mampu membaca pikiran orang lainnya ? 🙂

Ketenaran dan uang ternyata membutakan mata anda. Sehingga anda rela memutar balikkan image masyarakat terhadap anda selama ini.

Asumsi: Aa Gym telah terbutakan oleh ketenaran dan uang.
Prasangka buruk: karena inilah dia menikah lagi.

Dalam berbagai kasus seperti ini, media massa juga tidak banyak membantu. Kadang karena keterbatasan ruang artikel, maka berita hanya ditulis sepotong-sepotong saja, tanpa ada penjelasan mengenai konteksnya secara utuh. Atau di lain waktu malah sengaja konteksnya memang dihilangkan, sehingga menjadi kontroversi (sehingga koran/majalahnya menjadi laku).

Disini pentingnya ajaran Tabayun di dalam Islam, istilah gaulnya, cek and ricek. Ketika ada suatu kabar, dikonfirmasi kembali langsung kepada yang bersangkutan.

Jadi kalau kita merasa sangat ingin untuk menghakimi Aa, jangan lupa untuk tabayun dulu.
Kalau tidak, sebaiknya kita berprasangka baik agar selamat.

Lantas apakah ini berarti bahwa saya pro poligami ? Apakah saya akan berencana untuk menikah lagi ?

Saya pribadi tidak ada rencana ini karena terutama berkaitan dengan soal tanggung jawab – pernikahan adalah sebuah tanggung jawab yang sangat besar. Sedikit selingan – yang saya agak kaget, ternyata justru orang Barat yang banyak paham mengenai hal ini daripada berbagai rekan saya yang Muslim; banyak mereka yang tidak mau menikah karena mengaku tidak sanggup dengan tanggung jawabnya.
Sedangkan beberapa kawan saya yang Muslim menikah dan kemudian ada beberapa yang tidak mau bertanggung jawab – suami tidak mau menjadi pengayom dan manajer yang baik, dan/atau istri tidak mau menjadi manajer rumah tangga yang baik dan mematuhi perintah atasannya.

Karena menikah adalah sunnah Nabi saw dan telah diperintahkan, maka saya pun menikah. Dan saya berusaha menjalankan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya. Namun kalau disuruh tambah lagi, aduh kok rasanya saya tidak sanggup 🙂
Demikianlah lemahnya saya.

Anyway, sebetulnya kita bisa menanggapi hal-hal yang kontraversial seperti poligami sekalipun dengan tenang. Contohnya bisa dilihat salah satunya pada pacar saya.
Dulu “penentang” poligami yang gigih, terutama setelah melihat sendiri beberapa kasus dimana praktek poligami menjadi merugikan wanita. Kini alhamdulillah sudah bisa melihat soal ini dengan lebih proporsional, berimbang – adil.
Ketika kemarin saya ceritakan, “eh, Aa menikah lagi lho”, responsnya cuma berupa alis mata yang agak naik sedikit terkejut, lalu “Ooh”. Lalu saya sampaikan “iya, nikah dengan janda anak tiga”, dibalas dengan “mungkin untuk menyantuni ya, bagus deh”.
Dia sudah berhasil melihat bahwa ada kasus-kasus dimana poligami justru bisa bermanfaat bagi wanita sendiri. Dan adalah salah satu sebab mengapa poligami dibolehkan di dalam Islam (dengan batasan-batasannya).

Sepertinya baju tahan api saya juga sudah mulai kebakaran, ok saya sudahi dulu sampai disini. Komentar/koreksi yang konstruktif akan diterima dengan rasa terimakasih.

QKLK :: Mantan mata-mata Rusia masuk Islam sebelum meninggal

Kutipan :

Litvinenko’s father, Walter, said in an interview published today that his son – who was born an Orthodox Christian but had close links to Islamist rebels in Chechnya – had requested to be buried according to Muslim tradition after converting to Islam on his deathbed.

“He said ’I want to be buried according to Muslim tradition’,” Mr Litvinenko told Moscow’s Kommersant daily.

“I said, ’Well son, as you wish. We already have one Muslim in our family – my daughter is married to a Muslim. The important thing is to believe in the Almighty. God is one.’”

Sumber : The Times Online, 4 Des 2006

Logika : Konteks

Konteks adalah sesuatu yang sangat penting; menilai sesuatu tanpa menilik konteks (situasi) bisa sangat menyesatkan.

Contoh: “Budi menembak Joni”
Apa kesimpulan Anda dari kalimat di atas ? Jelas Budi bersalah, sebagai penembak Joni.

Bandingkan dengan kalimat berikut ini :
“Budi menembak Joni, karena Joni akan membunuh anaknya”

Tiba-tiba, ketika konteksnya diketahui, Joni berbalik menjadi penjahat, dan Budi (serta anaknya) sebagai korban.

Kekeliruan penilaian / penghakiman karena ketiadaan konteks sangat sering terjadi. Biasanya karena kita tidak sadar bahwa konteks dari suatu kasus sebetulnya belum lengkap (tidak disengaja).

Namun ada pula yang disengaja, seperti kasus yang baru menimpa kawan saya :
[ Ditilang karena berusaha menyelamatkan diri ]

Disaksikan oleh beberapa polisi, Riyo terpaksa menghentikan motornya di jalur zebra cross agar tidak dihantam Kopaja yang sedang ngebut ugal-ugalan dari belakang.
Riyo kemudian ditilang, sementara Kopaja yang terus saja ngebut menerjang lampu merah dibiarkan.

Celakanya, bahkan ketika konteksnya sudah dijelaskan, polisi tersebut tidak mau tahu dan justru malah menjadi terusik egonya. Riyo yang sebetulnya pada posisi korban (terteror oleh Kopaja), kembali menjadi korban penghakiman yang tidak adil oleh polisi pada saat tersebut.
Hal ini karena polisi tersebut tidak mau menyertakan konteks pada penghakimannya (walaupun sudah menyaksikan dan sudah dijelaskan).

Penyalahgunaan konteks juga sering dilakukan oleh Islamophobic (anti Islam). Mereka menyatakan bahwa Islam itu buruk dengan mengutip ayat-ayat Al-Quran — tanpa mencantumkan konteksnya.

Contoh: salah satu ayat “favorit” para Islamophobic ini adalah At-Taubah ayat 5 : Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian..

Apa kesimpulan dari seseorang yang membaca tulisan tersebut diatas? Lazimnya, tentu adalah seperti “Islam agama yang kejam”, “tidak ada toleransi terhadap agama lain”, dan seterusnya.

Namun, apa yang terjadi ketika kita sertakan konteknya, dalam hal ini adalah asbaabun nuzul (sebab turunnya suatu ayat) ?
Ternyata pada saat tersebut, kaum muslimin telah sangat sering diserang oleh kaum kafir. Akhirnya muncullah ayat ini, dimana dengan demikian umat Islam diizinkan untuk memerangi mereka.

Maksud sebenarnya menjadi semakin jelas ketika kita membaca ayat berikutnya (yang biasanya tidak disertakan oleh para Islamophobic) :

Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia…

Maka tiba-tiba pandangan kita terhadap surat At-Taubah ayat 5 menjadi berubah total.

Sayangnya, banyak orang Islam sendiri yang justru melakukan ini (memilah-milah ayat sesuai nafsunya). Hasilnya adalah Islam ekstrim, dimana mereka menghalalkan darah orang lain dengan sangat mudahnya.
Saya pernah berkata kepada ayah saya, bahwa aliran sesat di Islam itu sebetulnya mengaku berpedoman kepada Quran, yang sama seperti kita juga. Pembedanya adalah cara mereka dalam menafsirkannya.

Variasi lainnya adalah beberapa “Kristolog”, yang memilah-milah ayat di Injil, sehingga agama Kristen menjadi kelihatan sangat buruk. Padahal kita sudah dilarang oleh Nabi Muhammad saw untuk mengutak-atik kitab suci umat lainnya (pada satu insiden, Umar ra sempat kena tegur oleh Nabi saw karena ini).
Dan jelas kita pun tidak suka jika Quran diperlakukan seperti ini bukan ?

OK, saya kira sudah cukup banyak contoh-contoh seputar pemanfaatan konteks untuk dapat memahami sesuatu dengan lebih tepat. Semoga berguna bagi Anda.

Tentang_:: The Procrastinator

Procrastinate artinya kira-kira adalah “menunda pekerjaan”.

Kita sering menemukan seseorang, atau malah kita sendiri, dimana orang tersebut cenderung menunda mengerjakan suatu tugas, sampai nyaris ke deadline.
Ketika sudah hampir tiba deadlinenya, barulah orang tersebut dengan tergesa-gesa mengerjakan tugas tersebut.

Tentu saja ini tidak baik, namun bagaimana mengatasi halangan psikologis yang menyebabkan kita jadi menunda pekerjaan ?

Salah satu cara mengatasinya adalah :

1. Pecah sebuah pekerjaan besar menjadi pekerjaan kecil-kecil
2. Beri diri Anda sendiri reward / bonus yang menyenangkan setiap kali berhasil menyelesaikan sebuah pekerjaan kecil.

Reward disini harus merupakan sesuatu yang akan membuat Anda mampu mengatasi godaan untuk menunda pekerjaan tersebut. Bisa apa saja, dituntut untuk kreatif disini; bisa saja berupa membaca 1 halaman dari koran hari ini, membaca sebuah artikel di detik.com, menulis sebuah posting di blog, dan lain-lainnya.

Lama kelamaan, bisa saja kemudian Anda tidak membutuhkan reward lagi, karena hasil dari pekerjaan itu saja sudah menjadi reward bagi Anda.

Ini cara yang saya terapkan pada diri saya sendiri, dengan hasil yang menyenangkan.

Semoga bermanfaat !

Note:
Beberapa link yang bermanfaat :

1. How to Live on 24 Hours a Day : Buku klasik (tahun 1910 !) mengenai manajemen waktu secara praktis. Tersedia cuma-cuma dari Project Gutenberg.

2. Get Back To Work : Jadikan situs ini sebagai homepage Anda, dan nikmati peningkatan produktivitas yang nyata.

Nurmahmudi dan Pasar tradisional

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan berita bahwa Nurmahmudi Ismail mengusulkan agar pasar tradisional dilarang. Usulan ini langsung diamini oleh Sutiyoso.

Ini jelas akan mematikan sumber nafkah banyak rakyat kecil, atau paling tidak akan sangat merepotkan mereka.

Bagaimana kabarnya tentang hal ini ya ? Apakah ternyata detik.com salah kutip sebetulnya ? Atau rencana ini benar dan sedang dijalankan ? Mudah-mudahan saja tidak demikian halnya.

Karena solusinya tidak hanya itu. Ada solusi yang bisa dilakukan tanpa menzalimi (lagi) rakyat kecil.
Misalnya memberikan mereka tempat yang lebih bagus, dan lalu memberlakukan peraturan mengenai kebersihan, dan pelanggarnya pasti akan kena sanksi (misalnya: didenda).
Itu cuma satu contoh, saya kira masih ada solusi-solusi lainnya lagi, selain menggusur mereka.