Sekolah Swadaya – bagian II

Sewaktu ada bahasan mengenai homeschooling di milis mifta-perjuangan@yahoogroups.com, saya ikut memberikan link ke posting saya mengenai sekolah swadaya

Di luar dugaan, tiba-tiba muncul beberapa aktifis yang telah terlebih dahulu menjalankan kegiatan ini / sekolah swadaya.

Jadi menarik sekali… karena kalau ini bisa lebih dimasyarakatkan (sekolah swadaya), maka masyarakat jadi bisa mendapatkan pendidikan yang murah dan terjangkau biayanya.

Sedang diusahakan agar bisa bertemu antara para aktifis dan peminat, waktu dan tempat akan saya posting di bagian komentar.

Berikut ini adalah posting selengkapnya mengenai kasus sekolah terbuka yang sudah berjalan.


Assalamualaikum warahmatullah…..

Ramai-ramai bicara ttg sekolah swadaya terutama dari blognya mas Harry saya hanya ingin sekedar berbagi cerita. Saya pun saat ini aktif di LSM Bina
Insan Prestasi yang saat ini baru mampu membiayai biaya pendidikan beberapa anak-anak dari keluarga dhuafa yang kurang mampu.

Ada cerita dari sahabat saya akh Deny yang tinggal di Bekasi yang bergelut
di bidang pendidikan bagi yang tidak mampu. Dulu sempat ada yang namanya SMP Terbuka, namun karena dalam pelaksanaannya yang kurang amanah (korupsi, data fiktif, etc.) sekarang sudah diambil alih dan alhamdulillah sekarang sudah bagus karena pengelola dan relawan yang ada di dalamnya amanah dan punya concern yang kuat terhadap pendidikan.

Jadi kita bisa saja membuat TKB (tempat kegiatan belajar) dengan jumlah
murid tertentu lalu jadi pengalaman sahabat saya tesebut pengajarnya adalah
dari para pengurus DPC suatu partai dakwah, karena memang yang menggagas
adalah para simpatisan dan kader partai tersebut. Lalu dibuat jadwal
kegiatan belajar, misal senin – sabtu, jam berapa saja, disesuaikan dengan
murid-murid yang rata-rata sudah nyambi kerja seperti menjual koran, tukang bantu cuci, etc. Lalu TKB kita kita daftarkan ke Yayasan Sekolah Rakyat (www.sekolahrakyat.org) yang mengurus SMP Terbuka.

Untuk modul belajar akan dibantu dan disiapkan. Pengalaman sahabat saya
tersebut, ada tambahan pelajaran yang diberikan kepada mereka seperti
outbound dan kajian keislaman. TKB bisa berada dimana saja, rumah pengurus yang bisa, masjid, atau dimana saja. Yang pasti untuk masalah ijazah
tersebut menurutnya kita menginduk kepada sebuah SMP Negeri di daerah dimana TKB itu ada. Dari Sekolah Rakyat juga ada sedikit tunjangan buat para
pengajar per TKB.

Alhamdulillah dari cerita sahabat saya tersebut mereka sudah sampai pada 3
angkatan. Dan respon dari tetangga sekitar malah banyak yang lebih simpatik.
Dari dulu yang meragukan kemampuan sekolah semacam ini, malah sekarang
beberapa orangtua dan murid banyak yang mau anaknya didika seperti di TKB
tersebut. Ada yang bilang, “wah kalo sekolah di sana, anak saya bisa lebih
sholeh dech,” atau ada anak yang bilang,”enak belajarnya ada outboundnya,”

Mungkin itu saja sekedar share yang bagi yang tertarik untuk membuka TKB dan ingin melihat model langsung bisa kontak ke saya untuk HP akh Deny -nya.

Wassalamualaikum

Cece YS

4 thoughts on “Sekolah Swadaya – bagian II

  1. Hi Harry, I think ‘home-scholing’ is a great idea especially for our country where basic education is still not available for every school-aged children, illiteracy is still high and child-labor is rampant. I support you 100% to figure out ways to make this non-formal education a reality for all Indonesians for that matter. I’m sure there are plenty adults also who are not able to read and write. Community-based or family-based approach is the way to go when it comes to taking responsibilities for our own good and future. But how? it’s a huge task…I’m glad that there are a few activists already and the SekolahRakyat.org etc. That’s a good start, but how is ‘home-schooling’ monitored? DepDikBud needs to help big time with curriculum to certain degree, but what about corruption of money, ideas, philosophy etc.? how is the system going to work to avoid ‘irresponsible’ or ‘ignorant’ adults in teaching minors what’s not ‘good’ for them? What are the standard? Who gets to decide? I’m just throwing concerns here…I’m hopeful that there’s always a way to make it worthwhile…so I hope that you’ll go on with this, and I’d like to follow up with this wonderful idea. Teaching independence is a way to go for our future…wouldn’t it be wonderful in Indonesia where Indonesians become critical thinkers, activists and know how to stand on their own identity…Indonesians with good self-esteem, confident and ethics 🙂 Wouldn’t it be a wonderful goal? I wish you the best of luck…please write more posts about activism like this…Thanks Harry.

  2. Ass.
    Alhamdulillah, perjalanan panjang TKB mandiri telah sama-sama kita lalui. dengan jihad dan kemandirian, TKB mandiri sudah mulai dapat berdiri sendiri. tentunya karena didukung oleh para relawan yang berjiwa tinbggi. semoga apa yang telah dan akan kita usahakan demi kemashlahatan umat, mendapat balasan yang sesuai dari Sang Kholiq Robbul ‘Izzati. Amien.

    Sabar dan Tawakkallah kawan. Mari terus berjuang ! Allahu Akbar !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *