Kilas balik: Hidup tanpa TV

Ketika kami sekeluarga pindah ke Bintaro beberapa waktu yang lalu, momen ini kami manfaatkan untuk mencoba merasakan hidup tanpa televisi. Waktu di Birmingham sebetulnya juga sudah mulai mencoba eksperimen ini; TV masih ada, namun aksesnya sangat kami batasi. Hanya acara anak-anak, dan itu pun tertentu saja. Sebagai kompensasinya kami menyediakan berbagai activity kit/toys, pilihan film yang cukup banyak di video, dan satu komputer untuk setiap anak.

Kini kami ingin mencoba menghilangkan TV sama sekali dari rumah kami. Apa yang kemudian terjadi ?
Berikut ini adalah beberapa kesan yang kami rasakan dari eksperimen ini.

Keakraban antara anggota keluarga : Hubungan kami terasa menjadi lebih baik lagi. Tidak lagi ada kejadian anggota keluarga yang marah karena merasa terganggu ketika sedang menikmati acara TV favoritnya. Sering ada komunikasi yang hangat antara anggota keluarga. Anak-anak kami menjadi lebih dekat dan tidak ragu-ragu untuk menceritakan berbagai hal & curhat kepada kami.

Lebih banyak waktu bebas : Biasanya, setiap hari ada beberapa jam waktu di keluarga kami yang diambil oleh TV. Tidak terasa lama ketika itu, namun ketika TV menghilang, kami baru menyadari bagaimana satu hari jadi terasa lebih panjang. Jadi ada lebih banyak waktu untuk mengerjakan berbagai hal. Sehingga tidak perlu lagi terburu-buru mengerjakannya (dan tidak lagi mengalami berbagai masalah yang terjadi karena ketergesa-gesaan itu).

Rasa tenang : Hidup jadi terasa lebih tenang. Tidak lagi ada perasaan gelisah, seperti “aduh nih sinetron XX habis pas lagi tanggung! duh minggu depan lama amat, sudah gak sabar mau nonton lanjutannya nih!”.
Rasa tenang juga didapat dari kebebasan seperti tidak adanya rasa cemas takut lupa / terlewat acara favorit, dst.

Kreatif & aktif : Anak-anak kami terlihat menjadi lebih kreatif dan aktif. Mereka senang menjelajah lingkungannya bersama kawan-kawannya. Kebetulan lingkungan sekitar masih cukup asri dan masih banyak perkampungan di dekat cluster kami. Setiap anak kami sediakan sepedanya masing-masing.
Kreatifitas mereka juga menjadi lebih jelas. Sarah sudah berkali-kali membuat comic strip. Anisah ketika sakit justru asyik membuat kerajinan tangan untuk adiknya. Aminah (2 tahun) sangat senang menggambar. Hasil karya mereka semua sudah terlalu banyak dan ada beberapa yang jadi terpaksa kami buang (note to self: beli album & lemari untuk penyimpanan).

Kehilangan acara TV favorit ? Tadinya kami kira kami akan sangat kehilangan berbagai acara yang ada di TV. Tapi ternyata setelah melakoni ini, kami tidak merasa kehilangan apa pun. Tanpa terasa kami jadi bisa lebih menikmati berbagai hobi dan kegiatan yang tadinya sulit untuk dilakukan karena kekurangan waktu.
Kalau kami kebetulan sedang mampir ke rumah kakek & neneknya anak-anak kadang saya memang menonton Discovery channel, tapi santai saja dan tidak ada rasa kehilangan ketika kemudian kami kembali ke rumah kami sendiri – mungkin karena sudah ada sangat banyak situs-situs Internet (seperti DamnInteresting.com, HowStuffWorks.com, dll) yang tidak kalah menariknya.
Lagipula kini sudah mulai ada seperti AntaraTV.com – kita jadi bebas mau menonton yang kita mau; bukan apa yang kebetulan saat ini sedang ada di TV kita.

Hemat waktu & sakit kepala : Ada banyak acara televisi yang sangat tidak pantas untuk ditonton oleh anak-anak, namun tetap disiarkan pada waktu-waktu mereka bangun & berada di rumah. Ada kenalan kami yang rajin mengawasi acara yang ditonton anak-anaknya – namun luput beberapa kali saja, dan anak-anaknya langsung dapat menirukan berbagai contoh yang tidak baik dari acara-acara tersebut. Jadi tidak boleh luput sama sekali.
Kami tidak dipusingkan dengan hal-hal seperti ini, and can concentrate on things that matters instead.

Secara ringkas demikian. Sejauh ini kami merasa sangat puas, dan merencanakan untuk terus meniadakan TV dari rumah kami.

Beberapa catatan : Awalnya yang keberatan justru pembantu kami. Namun setelah kami komunikasikan dan beri pengertian, sekarang dia juga sudah senang saja tanpa TV sehari-harinya. Malah jadi bisa lebih sering bersosialisasi dengan kawan-kawannya.

Tentang komputer: sekarang komputer tidak lagi ada untuk setiap anak; karena dari pengalaman kami ini ternyata cenderung menjadikan anak egois. Dengan 2 komputer di rumah untuk 4 orang anak, mereka jadi terpaksa belajar berbagi dan bersabar.
Awalnya jelas mereka berkelahi dan ribut berebutan menggunakan komputer 🙂
Tapi dengan trik jam, maka mereka jadi bisa bergilir – sekaligus jadi belajar membaca jam sejak usia dini. Trik jam adalah cara dimana mereka sendiri yang bersepakat mengenai jatah pemakaian komputer, contoh: “umar main sampai angka 6 ya, trus kakak sampai angka 9, lalu sarah sampai angka 12”.
Dengan ini, kita juga tidak pusing menengahi mereka, karena mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Jadi juga sekaligus mengajari mereka untuk mandiri dan memiliki inisiatif.

Sekilasan

TV seperti pisau – dia adalah alat yang bisa sangat bermanfaat, atau sangat merusak. Pendapat kami pribadi, pada saat ini, kebanyakan TV di Indonesia lebih cenderung berdampak negatif. Dengan adanya alternatif seperti VCD, komputer, dan tentu saja lingkungan sekitar kita; maka sejauh ini kami tidak merasakan masalah dengan ketiadaan TV di rumah kami.

Demikian sekilas kesan kami, semoga ada manfaatnya.

28 thoughts on “Kilas balik: Hidup tanpa TV

  1. Tadinya mau nulis “Bikin klub yuk” tapi kemudian aku memilih nulis ini aja “Jadi ke Bandung tidak? Bagi donk nomor2 HP yang update :).”

  2. Sudah hampir 7 tahun, TV adalah bagian yang hilang dari kehidupan saya. Sejak jadi anak kost. Namun, ternyata ada banyak sisi positif yang bisa saya ambil. LEbih kurang sama dengan yang Kang Harry alami, bedanya saya bukan dengan anak-anak atau istri (dooh!) 😀 tapi dengan organisasi, teman-teman kuliah.

    Sekalinya nonton TV, terutama sinetron, berbagai makian dan kritik keluar dari mulut saya :)) Serem juga lihat isi TV sekarang.

  3. mas harry, syukron atas bagi-bagi pengalamannya. saya baru saja 3 tahun menuju 4 tahun tanpa TV di rumah.

    ikut milist [kill your TV!] juga kali yah 😀

    syukron…

  4. “Racun” TV biasanya lebih banyak berjangkit pada masyarakat kelas menengah-bawah, dimana mereka biasanya tidak punya akses hiburan/pegisi waktu luang selain TV. Makin tinggi strata sosial seseorang, makin sedikit waktu yg dihabiskan di depan TV. Itu krn mereka punya lebih banyak hal atau akses ke lebih banyak jenis hiburan diluar TV.
    Bagi kita2 yg – alhamdulillah – bisa akses internet dari rumah, mampu beli berjudul-judul buku tiap bulan, tidak keberatan membeli tiket bioskop atau menyewa DVD, puya dana berlebih utk rekreasi dg keluarga, hidup tanpa TV memang tidak masalah. Tapi bagaimana dg kelompok yg kurang beruntung tadi?
    Mulai dari diri sendiri utk menjauhi TV tidak banyak berarti. Harus ada tekanan ke industri TV (stasiun2 TV, production house, dsb.) utk menyediakan materi yg lebih sehat utk ditonton oleh org2 yg memang tidak punya akses hiburan lain selain TV.

  5. apa yang diutarakan mas dhani benar. ini mas dhani dari stasiun radio itu bukan yah 😀 namun konteks yang kita lakukan adalah saat ini membuat keluarga kita sebagai tanggung jawab kita untuk tidak tergantung kepada TV.

    tidak selalu masyarakat yang kurang beruntung yang melakukan itu, saya pikir triger yang utama adalah dari pola pikir yang memang didapat dari orang yang benar-benar mau belajar, katakanlah tingkat pendidikan nya lumayan walau itu tak jadi jaminan. ada juga orang yang memang jarang mengakses TV karena punya banyak kegiatan, misal guru sekolah/pengajian….

  6. Yang membuat acara tv ga mermutu adl perusahaan rating, yang satu2nya di indonesia, yg kata efendi ghazali pakar komunikasi UI, satu2nya perusahaan rating di dunia yang tidak pernah di audit..HAYoo.

    Apalagi di jepang udah dibuat tv 3 dimensi, yang realisasinya 2o th lagi. who knows ?Apalagi sekarang mungkin dah ga bs dibedakan mana itu tv mana itu komputer yang menstreaming tv (dg bandwith gede tentunya).

    TV akan jadi barang langka. Hanya butuh Komputer dengan akses wimax.

  7. AntaraTV.com apakah ada streaming nya ?
    Kok di webnya nggak ada yah..
    Musti register dulukah..

    Salam,

  8. saya sediakan tv di lantai atas untuk pembantu nonton tv mas. tv di ruang keluarga, hanya distel pas berita aja. ga tahu nanti kalau anak saya Advaya sudah besar, apakah ini akan efektif

  9. Tahukah Harry ?

    Bahwa paranormal bila melihat dari jauh, di mata pandangan paranormal akan terlihat semacam layar dan sebelum layar itu terbentuk akan masuk semacam lorong bahkan bila paranormalnya jago bisa melihat tv tanpa tv. Di otak manusia bisa mencari channel. Dan yang lebih canggih dari tv dia bisa menembus alam ghaib sebatas alam jin. Karena alam ruh diatas dari alam jin yang ga bisa di tembus. Dan juga massa lalu. Dan sebenarnya sebelum nabi muhammad diutus menjadi nabi bisa menembus masa depan. Karena bila jin melakukan itu lagi sekarang akan dilempar oleh malaikat sesuatu yang menghalangi jin itu.

    *Pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar tv sekarang bisa menembus alam jin itu ? 🙂

    *Juga Bagaimana bisa diatur agar menembus masa lalu yang sebenarnya itu hanyalah membaca(read) ? (Bila di dengar kesaksian penghipnotis bahwa kliennya bisa ingat sesuatu di masa lalu yang berarti itu hanya reading kan ?) Itulah yang tidak difikirkan oleh pembuat TV.

    hehe. kebenarannya wallu a’lam yah.

  10. Hmm.. kalo saya sih udah biasa hidup tanpa Tivi walau tivi di rumah ada 3, tapi males nonton acara tipi sekarang. Banyak sinetron and nggak mutu lagi

  11. saya setuju dengan mas hary , masalahnya kalo tidak ada tv, saya ketinggalan informasi. Oh ya mungkin mas harry punya informasi film yang mendidik untuk mengganti peran TV?

  12. tidak semua tv berdampak buruk, ibarat pisau yang sangat tajam, bisa membunuh dan bisa juga membuat masakan.
    saran saya sebaiknya pengaturan jam nonton tv dibatasin seperlunya atau sesuai kebutuhan.
    pun juga dengan internet, malah sifatnya lebih candu dari tv.
    saran saya lembaga sensor film jangan hanya menyensor adegan porno saja, tapi lihat juga side effect dari sinetron2 sekarang yang notabene sangat tidak berakhlak dari segi moral. contoh sinetron bawang merah bawang putih, wah…kalo bawang merah sudah mencela bawang putih sudah keluar semua kata2 yang tidak enak didengar, bagaimana jadinya kalo ditonton anak2 dobawah umur, akan jadi rusak moral dan akhlaknya. karena anak2 sampai usia 11 tahun paling cepat mencontoh apa yang dia dengar dan lihat. bukan begitu para netter sekalian?

  13. sama boeng, ik tijada nongton itoe laiar katja sewoelan passal ik poenja tipi ndjebloeg kena aer oedjan ! Maimang bikin idoep lebi akrab en ‘laen’ daripadah iang laen….

  14. Gimana kalo komputer atau laptop seperti juga tv diilangin dari rumah….
    Pasti nggak bisa buat blog ini hihihi

  15. Menurut saya TV itu seharusnya bisa di atur, acara apa saja yang sebaiknya di tonton.
    Saat ini TV sebagai media hiburan yang murah meriah, Sinetron? produk hburan murah meriah, walaupun isinya lebih banyak orang2 yang teriak2 gak jelas dan bagaimana caranya berbuat jahat 🙁

    Saya terus terang paling anti sama sinetron, saya lebih baik nonton discovery/travel and guide atau berita yang seringkali datar isinya. Tapi kalo tidak ada akses tv saya beruntung bisa memanfaatkan internet yang walaupun tidak cepat hingga bisa streaming, tapi paling tidak saya bisa buka gmail 🙂

  16. Saya setuju dengan apa yang diutarakan mas harry. Selain itu, kami ingin menanggapi pendapat mas dhani. Ini bukanlah masalah strata sosial, tapi ini adalah masalah strata berpikir & strata keimanan. Kami adalah keluarga muslim, dengan strata sosial cukup rendah. Pedoman kami Quran & Hadits yang mangkul musnad muttasil. Kami sekeluarga punya tujuan hidup : Selamat Dari Siksa Alloh. Oleh karena itu, dalam salah satu program hidup kami sekeluarga, kami berusaha menghilangkan segala sumber kerusakan iman, salah satunya TV. Kami buang TV ke gudang orang tua saya di Bandung. Alhamdulillah, begitu banyak manfaat yang kami rasakan, seperti yang mas harry utarakan di atas. Ditambah lagi, kami sekeluarga jadi bisa lebih banyak ibadah. Hidup tidak lagi suntuk. Hidup bertetangga juga jadi lebih baik. Dan masih terlalu banyak lagi manfaat. Kami kewalahan menyebutnya satu persatu. Moga-moga ini bermanfaat untuk kita semua. WassWrWb

  17. AssWrWb. Saya setuju dg mas harry. Kami sekeluarga jg telah membuang TV kami ke Gudang di rumah orang tua kami di Bandung. Sengaja jauh2, biar selama terapi ini, kami tdk tergoda sedikitpun. Kami menyebutnya terapi, karena memang menonton TV sudah merusak waktu, keharmonisan, jadwal, dan banyak lagi. Bahkan sering tanpa terasa. Kami juga sepakat bahwa TV adalah fasilitas Lahwan & Maksiat 24 jam, yang akan merusak visi keluarga kami; SELAMAT DARI SIKSA ALLOH. Setidak2nya kami sudah berusaha keras untuk meminimalisir fasilitas2 sesat menyesatkan. Percayalah kawan2; kami sekeluarga kewalahan untuk menguraikan satu persatu manfaat dari terapi ini. WassWrWb. 081320789024

  18. saya setuju juga… jarang2 nonton tv..bukannya tdk sama sekali..karena saya tak punya tv jadi nontonnya pas kalo maen ke rumah temen aja sekedar nonton berita…kalo liat isi sinetron ….waaahhhh ….unsur2 pendidikannya hampir bahkan tidah ada sama sekali…memang ada tvri tvedukasi dari pustekkom klo ga salah… discovery channel…dll… saya pikir kita harus wise untuk mendampingi anak2 dalam nonton tv… .o ya satu lagi yg bikin saya gak tahan yaitu iklan!…. brainwashing kayaknya sulit di stop…. tiap detik kita dihujani yg namanya iklan… …. saya jadi membayangkan teknologi untuk memblok iklan televisi macam di internet ada pop-up blocker …. mungkin jika ada saya bersyukur sekali…. …

  19. saya baru terpikir jadi ingin ikut wisata pedesaan ,yang bener2 sepi tidak ada tv yang ada hanya jangkrik ,kira2 .. rasanya seperti apa ya?

  20. kayak hidup di jaman purba ya pak?
    sekarang ini televisi sudah identik dengan rumah 😀

  21. TV saya kbetulan juga lagi rusak. tapi kalo saya, ga ada tivi berasa hampa haha. maklum di kosan sepi. kalo ada tivi kan lumayan ada hiburan hehe. yang penting ga terlalu berlebihan. hehe

  22. Kang Harry,
    Sharing dunk, bgmn awalnya memberikan pengertian kpd pasangan(suami) dan anak (5,5thn) dan jg anggota klg lain nya untuk “hidup tanpa tv”. Kebetulan di rumah ada adik jg yg tinggal bersama.
    Insya Allah, tahun baru ini kami akan memulai “hidup tanpa tv”.

    #Kalo pgn nonton tv, ya silahkan aja akses ke internet utk program spt bola, GP, F1, hobi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *