BBM & Listrik naik : Berkat USAID ?

USAID adalah badan pemerintah Amerika yang menyalurkan berbagai “bantuan” kepada negara-negara lainnya. Masalahnya, seringkali berbagai “bantuan” tersebut dicurigai adalah kedok untuk mencapai keinginan pemerintah Amerika. Modus operandinya cukup beragam, dan bagi yang mau mencoba mengamati, akan segera menjadi jelas berbagai triknya.

Saya barusan mendapatkan email terlampir dari Satrio Arismunandar, yang kebanyakan kita mungkin lebih mengenalnya sebagai produser acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV. Ternyata email tersebut ditulis oleh Agus Nizami, yang saya yakin sebagian besar dari kita sudah pernah membaca berbagai artikel beliau di berbagai forum/milis/website.

Di artikel tersebut Nizami mengangkat sebuah dokumen USAID tertanggal 2002 yang ditemukannya, dengan judul “Energy Sector Governance Strengthened“. Dokumen ini menunjukkan persekongkolan mereka untuk (pada akhirnya) menaikkan harga BBM & Listrik.

Dikutip dari dokumen USAID : … By minimizing the role of government as a regulator, reducing subsidies, and promoting private sector involvement …

Artinya: mengurangi peran pemerintah sebagai pengatur / regulator, menurunkan subsidi, dan meningkatkan partisipasi perusahaan swasta (dalam soal BBM & Listrik)

Hasilnya sudah kita “nikmati” bersama 🙁
BBM sudah naik secara drastis. Listrik juga sudah naik untuk sebagian masyarakat, dan kenaikan secara keseluruhan bukan hal yang mustahil.

Masalah BBM saja sudah merupakan hal yang luar biasa sangat berat. Satrio Arismunandar menulis satu posting dimana terjadi berbagai kasus bunuh diri karena kenaikan BBM tersebut :

“Sekarang saja hidup saya susah, karena miskin. Apalagi nanti, kalau harga minyak dan bensin jadi naik, tambah susah lagi. Saya sudah tak tahan hidup, malu sama keluarga, pingin mati saja,” kata Jamaksari, seperti dituturkan para tetangganya.

Dalam surat wasiat yang ditemukan di saku korban, Jamaksari berpesan (pada istrinya), “Neng, titip anak. Kakak sudah tidak tahan lagi. Inilah yang bisa saya titipkan. Jamak minta tobat. Ibu, semuanya, jangan menyalahkan siapa-siapa. Ini murni bunuh diri, nebus dosa. Salam untuk bapak, uwak, sekalian.”

Bayangkan jika subsidi PLN untuk rakyat kecil juga sampai “berhasil” dicabut – berapa lagi nyawa yang akan melayang ?

Dari dokumen USAID ini, jelas kenaikan BBM & Listrik adalah untuk berbagai kepentingan bisnis & pemerintah asing (Amerika). Terlalu banyak & kompleks untuk diuraikan disini, selain saya juga tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan investigasi lebih lanjut secara komprehensif.
Mudah-mudahan ada yang bisa melanjutkan investigasi ini dengan lebih lengkap lagi.

Dengan semangat kebangkitan nasional, dan hari kemerdekaan Republik Indonesia di 17 Agustus nanti — katakan TIDAK pada para penjajah ! Merdeka !

Banyak terimakasih kita ucapkan kepada pak Agus Nizami yang sudah mengangkat soal ini.

Terlampir email selengkapnya :

—– Original Message —-
From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxxx.com>

Berikut adalah dokumen USAID (United States Agency for International Development, Lembaga Pemerintah AS) tentang “Penguatan Pengaturan Bidang Energi” di Indonesia yang menunjukkan campur tangan pemerintah AS mengenai sektor energi Indonesia.

Sekitar 90% migas Indonesia “dikelola” oleh perusahaan Multi National Company (MNC) seperti Exxon Mobil, Chevron, Halliburtons, Unocal, yang mayoritas berasal dari AS. Dari “kerjasama tersebut” MNC dari AS mendapat keuntungan yang sangat besar melebihi dari kontrak bisnis yang wajar. Sebagai contoh jika ongkos pompa minyak (tidak termasuk pengilangan dan distribusi ke SPBU) yang wajar hanya sekitar US$ 4/barrel (Rp 231/liter), maka MNC mengeruk keuntungan hingga US$ 50/barrel atau lebih dari 12 kali lipat.
Jika dikalikan dengan 365 juta barrel/tahun maka keuntungan lebih MNC tersebut adalah Rp 154,5 trilyun.

Sementara di dokumen CIA tentang Indonesia disebut bahwa sektor listrik di Indonesia masih “regulated”. Tarifnya masih “diatur” oleh pemerintah Indonesia, sehingga harganya terjangkau oleh mayoritas rakyat Indonesia yang masih menengah ke bawah.
Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi para “investor” AS yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Untuk itu harus dideregulasi. “Subsidi” harus dicabut sehingga harganya mengikuti harga pasar, atau yang sekarang disebut “Harga Keekonomian”.

Untuk itu pemerintah AS lewat USAID mengucurkan jutaan dollar yang dikucurkan kepada kaki tangan mereka agar kebijakan mereka bisa berjalan di Indonesia, yaitu deregulasi, pengurangan subsidi (penaikan harga), dan reformasi bidang energi. Untuk itu USAID jadi “Donatur Utama” agar usaha tersebut berhasil. Untuk tahun 2001 dan 2002 saja mereka menganggarkan masing-masing US$ 4 juta (Rp 37,2 milyar) agar berhasil.
Berikut cuplikan dari dokumen USAID yang berjudul “Energy Sector Governance Strengthened”:

<i>By minimizing the role of government as a regulator, reducing subsidies,and promoting private sector involvement, a reformed energy sector can contribute billions of dollars in tax revenue. USAID has been the primary bilateral donorworking on energy sector reform, which helps leverage larger multilateral loans.</i>

USAID “membantu” pemerintah Indonesia agar Parlemen, Ormas/LSM, Media, dan Universitas “dilibatkan” sehingga “Penghapusan Subsidi” dan “Penentuan Harga” tidak menimbulkan “jeritan” masyarakat terlalu besar. Bahkan Kepala Bappenas, Paskah Suzetta, menyarankan subsidi dicabut secara bertahap setiap bulan sehingga tidak terlalu kelihatan (meski efeknya tetap terasa oleh warga). Bappenas menyarankan harga minyak dinaikkan sebesar 2% setiap bulan selama setahun (24%) sehingga sama dengan harga pasar. Meski mungkin para demonstran tidak mengetahui, tapi ini tetap akan memukul kantong para supir angkutan umum dan nelayan.

<i>the Government of Indonesia, with USAID assistance, ensured that national and local parliaments, civil society organizations, media, and universitieswere involved in the decision. As a result, there was minimal public outcry. USAID also supported this process by providing policy analysis for energy pricing and subsidy removal.</i>

USAID “bekerjasama” langsung dengan pejabat Indonesia yang berwenang merevisi draft UU tentang Listrik dan merancang struktur peraturan:

<i>USAID advisors work directly with Government of Indonesia officials responsible for implementing power sector reform, revising draft electricity legislation and redesigning regulatory structures.</i>

Hebat bukan? Betapa baiknya pemerintah AS “membantu” merevisi dan merancang UU energi dan listrik kita…. USAID “membantu” membuat RUU Minyak dan Gas yang dikirim ke DPR bulan Oktober 2000. Seorang ekonom menyatakan bahwa RUU tersebut dibuat oleh pemerintah AS. Komisi DPR tinggal memberi stempel dan tanda tangan saja:

<i>USAID helped draft new oil and gas policy legislation submitted to Parliament in October 2000.</i>

Di tahun 2001 USAID mengucurkan US$ 850.000 (Rp 7,8 Milyar) ke LSM-LSM dan Universitas-Universitas untuk kampanye masalah energi seperti “Penghapusan Subsidi Energi”:

<i>In FY 2001, USAID plans to provide $850,000 DA to support NGOs and universities in developing programs for raising awareness and supporting involvement of local government and the public of energy sector issues,including removal of energy subsidies</i>

Dengan kucuran dana sebesar itu tak heran jika ada oknum Lembaga Peneliti satu Universitas Negeri terkenal menyatakan jika harga BBM dinaikkan jumlah rakyat miskin akan turun….

USAID bekerjasama dengan ADB dan Bank Dunia dalam “mereformasi” bidang Energi Indonesia. Dengan hutang US$ 20 juta (hanya sekitar Rp 186 milyar), penasehat USAID berperan sebagai manajemen proyek dan perencanaan. ADB dan USAID bekerjasama membuat rancangan UU Migas Indonesia tahun 2000. Melengkapi usaha USAID, Bank Dunia melakukan “Studi Komprehensif” bidang Migas dan kebijakan tarif serta “bantuan” finansial dan restrukturisasi PLN.

<i>Other Donor Programs: USAID works closely with the Asian Development Bank (ADB) and the World Bank on energy-sector reform. USAID assistance is leveraging a $20 million ADB power sector-restructuring loan, with USAID advisors playing project management and planning roles. The ADB and USAID worked together on drafting a new oil and gas law in 2000. Complementing USAID efforts, the World Bank has conducted comprehensive studies of the oil and gas sector, pricing policy, and provided assistance to the State electric company on financial and corporate restructuring</i>

Yang harus kita sadari adalah bahwa setiap pinjaman dari IMF, Bank Dunia, ADB (yang merupakan alat AS dalam menguasai ekonomi dunia) mempunyai syarat bahwa negara peminjam harus melaksanakan Agenda Neoliberalisme seperti “Privatisasi”, Deregulasi, Pencabutan Subsidi/Kenaikan tarif (mis: pencabutan “Subsidi” BBM agar harga mengikuti harga pasar/harga keekonomian) , perdagangan bebas, dan sebagainya (Tabb, William K. “Globalization. ” Microsoft® Encarta® 2006).

Dengan menaruh putra/putri Indonesia yang jadi mantan Direktur dari Bank Dunia dan IMF di kementrian bidang Ekonomi, Institusi Globalisasi tersebut dengan bebas dapat menjalankan program Neoliberalisme di Indonesia. Penjualan BBM di Indonesia sekitar Rp 418 trilyun per tahun sementara listrik PLN sekitar Rp 200 trilyun per tahun. Total sekitar Rp 618 trilyun (belum termasuk batubara). Itu baru di harga bensin Rp 6.000/liter.
Jika mengikuti harga “Pasar” atau “Keekonomian” yang sekitar Rp 10.000/liter nilainya naik jadi Rp 1.018 Trilyun! Indonesia dengan jumlah penduduk nomor 4 terbesar di dunia jelas merupakan “pasar” yang menarik bagi AS. Setelah menguasai sekitar 90% di sektor hulu Migas, adakah dengan program Privatisasi dan Kenaikan Tarif, AS ingin menguasai sektor Hilir dan juga bidang Listrik? Adakah ini merupakan “Penjajahan Ekonomi” oleh AS terhadap Indonesia?

Belanda yang merupakan sekutu dekat AS bertindak tegas menangkap agen-agen CIA yang berusaha memata-matai Belanda, merekrut kaki tangan AS sehingga kebijakan Belanda tidak dapat dipengaruhi AS.

Bagaimana dengan Indonesia? Lembaga-lembaga AS (baik pemerintah mau pun swasta) dapat dengan bebas memberi dana kepada Individu, Lembaga Pemerintah (Polri, TNI, dsb), dan LSM-LSM Indonesia tanpa proses audit/kontrol dari masyarakat/negara. Adakah Mereka dan LSM-LSM ini akhirnya akan jadi agen asing yang bekerja untuk kepentingan asing ketimbang kepentingan rakyat Indonesia? Dengan proyek NAMRU-2, pejabat militer AS bebas keluar masuk Indonesia tanpa izin khusus.

Mudah-mudahan putra-putri Indonesia mampu melakukan yang terbaik untuk rakyat Indonesia. Bukan untuk kepentingan asing.

Berikut dokumen selengkapnya dari USAID:
http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html

Baca artikel selengkapnya di: http://infoindonesia.wordpress.com

57 thoughts on “BBM & Listrik naik : Berkat USAID ?

  1. Setuju…Jadi Kapan Kita berani blg.. yes I’m Indonesian..dengan kepala tegak! di Luar Negeri,,selalu dan selalu kita mengecilkan suara, menundukkan kepala setiap ditanya berasal dr mana…???
    Sial..begitu parahnya kah jd Indon, gak punya pride, keberanian!

  2. Sama2 pak Harry.
    Dokumen USAID itu saya dapat dari pak Revrisond Baswir. Setelah saya klik link yang diberikan ternyata benar. Trenyuh juga membacanya.
    Mudah2an hal ini bisa membuka wawasan kita kenapa harga BBM harus naik mengikuti harga pasar.

  3. Sama dengan IMF juga. IMF digunakan untuk mendobrak pasar negara yang punya protection, akibatnya produk produk luar masuk dan dibeli orang kita yang tak terproteksi. Penjual produk yg sama dari Indonesia kalah.

    Tapi ya gimana yah, tanpa IMF kita tak punya duit untuk bayar utang dan running a country. Tanpa MNC di bidang oil and gas, kita tak punya modal dan teknologi. Sama dengan orang yang kepepet, gak suitable untuk apply loan di bank, jadinya lari ke rentenir

  4. Industri minyak itu adalah industri tua. Sudah ada sejak tahun 1859. 95% pekerja di perusahaan MNC minyak di Indonesia juga dari bangsa Indonesia. Pertamina mengelola minyak sebesar 10%.

    Dari segi SDM sejak tahun 1964 Indonesia sudah mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kartini. Indonesia juga mendirikan pabrik pesawat terbang IPTN. Pak Marlip dari LIPI membuat mobil listrik (baca: http://infoindonesia.wordpress.com). Para pakar komputer di Indonesia juga mengoperasikan berbagai komputer canggih di Indonesia.

    Kenapa AS tidak mau masuk ke PTLN, Pabrik Pesawat Terbang, atau Molis di sini? Karena tidak ada uangnya.

    Sebaliknya Indonesia memproduksi 365 juta barrel minyak per tahun. Dengan harga US$ 125/barrel, Indonesia bisa mendapat US$ 45,6 milyar atau Rp 424 trilyun per tahun!

    Uang itu cukup untuk mendirikan 4 perusahaan minyak setiap tahun….:) (kita tidak perlu tiap tahun buat perusahaan minyak bukan?)

    Jadi jika kita bersikap lebih cerdas dan bijaksana, kita punya SDM dan kita punya uang. Apa kita lebih memilih dikuras orang asing seumur hidup?

  5. Wah gawat dong.

    Harga BBM di Australia juga naik, terutama dua minggu terakhir. Yang biasanya hanya berkisar dibawah $1.5 perliter sekarang hampir menembus $1.7 per liter untuk bensin. Diperkirakan malah akan melewati $1.75.

    Apa ini karena USAID ya? 🙂

  6. Kalau Indonesia jelas sesuai dengan agenda USAID. Silahkan baca sendiri dokumennya di situs usaid:
    http://www.usaid.gov/pubs/cbj2002/ane/id/497-013.html

    USAID menganut sistem Neoliberalisme yang mengikuti harga pasar (coba google neoliberalism). Artinya meski biaya hanya US$ 15/barrel, jika harga pasar US$ 200/barrel anda akan rugi jika menjualnya hanya US$ 80 (atau kurang dari US$ 200).

    Sebagai contoh Malaysia yang eksportir minyak penuh menaikan harga minyaknya. Sementara Venezuela yang tidak menganut sistem Neoliberalisme hanya menjual bensin seharga Rp 460/liter kepada rakyatnya.

    Itulah beda sistem ekonomi neoliberalisme yang mengikuti harga pasar dengan sistem ekonomi kerakyatan/sosialis.

    http://infoindonesia.wordpress.com

  7. Bagaimana mau mengatakan tidak kepada AS dan bolo-bolo-nya,
    kalau mereka yang duduk sebagai pejabat negara adalah agen-agen-nya AS.

    Kalau mereka mengatakan ‘tidak’ pastinya
    mereka akan di-lengser-kan.

    Belum lagi yang ngemplang duit rakyat,,,

  8. bagaimana kalo pertamina dan pln di swastakan saja seperti pt. telkom,tbk ?

  9. Ini saya baca dokumen yg berbeda atau kacamatanya beda ya? Hehehe.

    However, massive national energy subsidies ($4.5 billion annually, or half of all energy revenues) bleed the national budget and reduce funding for critical education, health and other social programs. Poorly conceived energy policies have resulted in inefficient production and distribution by state-owned monopolies and wasteful energy consumption.

    Long live subsidi jadinya? Less budget untuk education, health, social program gara2xnya energy policies yang buruk dan tidak efisien

    Dan bantuan USAID-nya untuk meng-overcome itu kan?

  10. awalnya saya kira BBM naek krn mmg harga minyak dunia naik–mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah $139/barel–dan listrik ikutan naek krn harga bahan bakarnya naek… ternyata mmg ada skenario lain di balik itu semua ya…

  11. @enda – menghapus subsidi itu adalah solusi yang efek sampingnya sangat destruktif kepada rakyat kecil.
    .
    Masih ada banyak alternatif solusi lainnya. Namun, USAID keukeuh untuk memilih opsi ini.
    .
    Contoh alternatif lainnya: membantu Indonesia untuk mencapai “clean governance” / pemerintahan yang bersih.
    .
    Ini jelas sangat tepat membidik sumber masalahnya, dan sangat bermanfaat.
    .
    Contoh lagi: membantu menegosiasikan agar skema bagi hasil dalam pengelolaan migas bisa lebih banyak untuk pemerintah & rakyat Indonesia.
    .
    Namun, memang kedua opsi solusi tersebut tidak menguntungkan, malah cenderung merugikan, kepentingan pemerintah & bisnis Amerika.

  12. Saya juga suka sebal dengan propaganda bahwa “privatisasi adalah solusi !”.
    .
    There’s no silver bullet.
    .
    Contoh: berbagai perusahaan energi di Amerika terbukti kongkalikong melakukan proce fixing. Akibatnya, walaupun sektor listrik sudah di privatisasi, namun harganya tetap mahal.
    .
    Dan masih sangat banyak contoh kasus lainnya.
    .
    Sumber masalah sebenarnya sangat banyak, dan itu tidak akan selesai hanya dengan satu silver bullet saja.

  13. if someone who just killed your mother tells you not to jump off the roof, you might think jumping off the roof is a good idea. jadi jangan hanya gara2 USAID ‘nyuruh’ kita hapus subsidi dan kita benci US, lalu kita gak hapus subsidi :).

    menghapus subsidi itu adalah solusi yang efek sampingnya sangat destruktif kepada rakyat kecil.

    justru dengan tidak menghapus subsidi, efek sampingnya akan lebih destruktif lagi. minyak dunia sudah hampir habis. sudah bukan waktunya minyak disubsidi. sebaliknya justru harusnya dipajak. tujuannya untuk mendiscourage penggunaan BBM, memberi insentif transportasi masal dan pajaknya dipakai untuk mensubsidi pengembangan energi alternatif.

    yang salah itu bukan penghapusan subsidinya, tapi cara penghapusannya. selama ini gak pernah ada grand plan penghapusan subsidi. subsidi baru dipotong kalau sudah benar2 kepepet. setiap kali BBM naik pasti mendadak dan besar jumlahnya. harusnya naiknya pelan2 dan bertahap. jadi rakyat bisa lebih mudah beradaptasi terhadap kenaikan harga BBM.

  14. @Priyadi – justru dengan tidak menghapus subsidi, efek sampingnya akan lebih destruktif lagi. minyak dunia sudah hampir habis. sudah bukan waktunya minyak disubsidi. sebaliknya justru harusnya dipajak. tujuannya untuk mendiscourage penggunaan BBM, memberi insentif transportasi masal dan pajaknya dipakai untuk mensubsidi pengembangan energi alternatif.
    .
    Sebetulnya pilihan solusinya bukan hanya subsidi atau non-subsidi. Hitam atau putih.
    .
    Masih ada lagi pilihan-pilihan lainnya.
    .
    Contoh: Meningkatkan nilai bagi hasil dari kontrak pengelolaan berbagai sumber daya alam Indonesia.
    .
    Ini saja sudah bisa sangat signifikan.
    Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk subsidi BBM ***dan*** riset energi alternatif ***dan*** implementasi transportasi massal. Dan ini tidak membebani rakyat kecil.
    .
    Atau sekalian saja seperti Soekarno / Venezuela – aneksasi / nasionalisasi / ambil-alih pertambangan2 Indonesia yang dikuasai asing pada saat ini.
    .
    Tapi untuk opsi ini, kita musti siap-siap mendadak Amerika menyatakan bahwa Osama bin Laden telah ditemukan bersembunyi di Indonesia dan mereka akan menggempur Indonesia habis-habisan. He he 😉
    Saddam nekat mengganti mata uang transaksi minyak dari dolar ke Euro saja langsung disikat sampai mampus.

  15. @Priyadi – yang salah itu bukan penghapusan subsidinya, tapi cara penghapusannya. selama ini gak pernah ada grand plan penghapusan subsidi. subsidi baru dipotong kalau sudah benar2 kepepet.
    .
    Kalau menilik dokumen USAID tersebut, terkesan bahwa sebetulnya kenaikan BBM ini sudah direncanakan secara matang.

  16. @sufehmi & priyadi
    Yak tepat, penghapusan subsidi karena USAID dan pengurangan subsidi akibat kenaikan harga minyak mentah adalah dua hal yang berbeda. Karena isu2 tersebut waktunya bersamaan makanya kelihatan lebih ke arah poin 2. Kenyataannya tidak. Bisa jadi kenaikan minyak mentah yang kecil juga memicu kenaikan BBM sesuai dengan rancangan USAID
    Di tilik dari pendapat bung priyadi bahwa kurang lebih hal ini disebabkan ketidakteraturan rancangan energi pemerintah. Yep, kesalahan pemerintah. Tetapi dengan gampangnya pemerintah membebankan kesalahn tersebut ke rakyat dengan mengurangi subsidi.

    @enda
    Kalau emang begitu, kenapa ga disinggung masalah subsidi ke konglomerat hitam sebesar 60T pertahun? Bukannya jika 60T ini digunakan untuk subsidi pendidikan dan kesehatan jauh lebih bermanfaat. Belum lagi subsidi masalah Porong, hanya ketidakberanian “menghukum salah seorang” menteri.

    @all
    Penyelesaian pemerintah emang aneh. Satu hal pengennya mau gampangnya. Pada saat dihadapkan pada ekses negatifnya, malah bertindak seperti burung unta sembunyi.

    Tapi yang paling pokok adalah kesalahan kita sendiri yang mau memilih pemerintahan seperti ini. Sewaktu gembargembor pemilu 2004, pemeribntah sekarang menolak menndatangani “perjanjian politik”, seharusnya memberikan sinyal bahwa mereka tidak dapat dipercaya.
    Mereka cuma bermain sinetron dengan berperan sebagai presiden dsb. di tivi. Kenyataannya nol besar, tidak ada suatu pencapaian yang dapat dibanggakan selain mencipta lagu. hehehehe…

  17. @sufehmi
    Main watak benar tuh negara2 maju. Bikin proyek, ngasih hutang, trus syarat2nya harus menggunakan peralatan, ahli2 negara dsb. pemberi hutang. Yah sama saja dengan subsidi terselubung, wong kita ga boleh mencari resource sendiri dalam pengerjaannya.

    Privatisasi? hanya orang goblok yang mau menjual cash cow-nya…. Kalau memang banyak ketidakwajaran alias korupsi ganti pemimpin dengan orang bersih terus bersihkan internal-nya. Insya Allah semua performansi finansial-nya akan membaik.

  18. Sebetulnya pilihan solusinya bukan hanya subsidi atau non-subsidi. Hitam atau putih.

    ini cuma pengalihan isu dari pertanyaan yang paling penting: subsidi itu sehat atau tidak? jawaban objektifnya adalah ‘tidak’, dan dengan demikian harus dicarikan jalan yang paling baik untuk menghapus subsidi. ini terlepas dari apakah subsidi masih bisa dipertahankan atau tidak.

    kalau memang secara teknis subsidi masih bisa dipertahankan (walaupun ini debatable), ya artinya bagus, kita masih punya margin untuk kesalahan. tapi harusnya penghapusan subsidi gak perlu ditunda2 lagi.

    subsidi mungkin diperlukan, tapi untuk keperluan smoothing, untuk ‘meratakan’ ripple jangka pendek. tujuannya supaya inflasi lebih mudah diprediksi dan lebih sulit untuk dimainkan spekulan. mirip yang dilakukan bulog untuk pangan.

    Kalau menilik dokumen USAID tersebut, terkesan bahwa sebetulnya kenaikan BBM ini sudah direncanakan secara matang.

    teori konspirasi saya: USAID bikin dokumen seperti itu untuk menghancurkan negara kita. dia bikin dokumen untuk mendukung penghapusan subsidi supaya kita gak jadi menghapus subsidi. kalau USAID benar2 ingin kita menghapus subsidi, maka dia harusnya bikin dokumen untuk mendukung subsidi :).

  19. @Priyadi – tapi harusnya penghapusan subsidi gak perlu ditunda2 lagi.
    .
    Idealnya memang demikian.
    Tapi, kita juga musti melihat kenyataan yang ada. Karena kita bukan hidup di dunia yang ideal.
    .
    Kenyataannya adalah, ekonomi rakyat kita masih belum cukup kuat untuk menanggung beban-beban biaya tanpa subsidi.
    .
    Dan seperti kata tazlucu, sebetulnya pemerintah itu mampu untuk mensubsidi rakyat kecil.
    Buktinya kita bisa mensubsidi koruptor, kita bisa memberikan bagi hasil yang luar biasa besar bagi perusahaan2 migas asing, dst.
    .
    Inti masalahnya adalah fakta bahwa pemerintah kita lebih memprioritaskan hal-hal tersebut, daripada kesejahteraan rakyat kecil.

  20. IMHO, coba telisik satu2x isunya, terlepas dari hal2x lain:

    1. Subsidi perlu ga? Menurut saya secepatnya dihapuskan, apa ajanya adalah jangan pura2x kaya, kalo harus balik makan sehari sekali, semua di jalan pake sepeda ya itu apa adanya, jangan pura-pura kaya karena ujung2xnya ekonomi semu dan yang bayar ya anak2x kita nantinya, seperti ekonomi dan stabilitas semua 80 dan 90an, yg bayar kan kita

    2. Penegakkan hukum untuk penyelewangan dana pemerintah: Oh jelas ini kan lagi ditegakkan terus menerus, kalo rakyat dipangkas subsidi tapi dana rakyat (minyak) dipake foya-foya segelintir manusia maka manusia ini yg harus dibasmi. Kalo disisi agak meragukan aja sedikit, maka sah deh bakar2x mobil lagi.

    3. USAID dan lain2x, konspirasi global lah, hutanglah, economic hit man lah baru jadi masalah setelah kita melihat ada berbagai masalah disekeliling kita. Coba kalo dari dulu ga ada subsidi dan kita ga hidup dalam dunia semua juga penegakan hukum bener, memangnya ngaruh mau ada “konspirasi” macem2x di sekeliling kita? Kayaknya sih ga ya, toh kita hidup dan diatur dengan apa adanya aja

  21. @Enda – Subsidi perlu ga? Menurut saya secepatnya dihapuskan
    .
    Setuju, segera hapuskan subsidi, secepatnya begitu rakyat sudah mampu untuk menerima itu secara ekonomi.
    .
    Kayaknya sih ga ya
    .
    Kalau sudah pakai kata “kayaknya”, jadi agak sulit untuk diterima karena sudah mulai subyektif 🙂

  22. Kenyataannya adalah, ekonomi rakyat kita masih belum cukup kuat untuk menanggung beban-beban biaya tanpa subsidi.

    subsidi BBM itu juga nantinya bakalan dibayar oleh rakyat, some way or another. terasa gak kuat terutama karena perubahannya dilakukan secara mendadak dan sekaligus. harusnya penghapusan subsidi dibuat sedikit2 dan bertahap.

    Dan seperti kata tazlucu, sebetulnya pemerintah itu mampu untuk mensubsidi rakyat kecil.

    betul. subsidi itu perlu, tapi BUKAN subsidi BBM. subsidi BBM itu murni konsumtif, harusnya dialihkan ya sektor yang produktif, misalnya infrastruktur dan pendidikan. subsidi produktif akan membantu rakyat dalam mengatasi inflasi, tapi subsidi BBM justru akan mempercepat inflasi.

    Buktinya kita bisa mensubsidi koruptor, kita bisa memberikan bagi hasil yang luar biasa besar bagi perusahaan2 migas asing, dst.

    kedua masalah ini ortogonal terhadap subsidi. keduanya bisa dibereskan secara paralel dan terpisah. kalaupun korupsi 100% berhasil diberantas, bukan berarti subsidi BBM jadi bisa dibenarkan.

  23. @Mas Sufehmi: You of all people… saya kira adalah orang terakhir yang akan membuat postingan tendensius seperti ini… Sebuah edaran USAID yang menurut saya harmless, bisa didiseminasi secara luar biasa oleh Nizami menjadi bacaan yang luar biasa fiktif.

    Tidak bisa kah kita melihat segala masalah dengan kaca mata yang berimbang dan tidak bias? Tidak bisa kah kita sebagai bangsa tidak melulu berteriak “ini kesalahan barat!” terhadap semua masalah yang menimpa kita?

    Bahkan penduduk US sendiri pun (dan pemerintah mereka for that matter) dibuat kalang kabut oleh naiknya harga oil yg menggila ($143!!).

    Saya 100% mendukung langkah pemerintah untuk menghapus subsidi energi, seperti bahasa yg dipakai Priyadi, murni konsumtif. Subsidi tersebut bisa dialihkan ke hal-hal lain seperti pendidikan (sekarang anggarannya malah dipotong) dan kesehatan. Those are basic human rights.

    @Tazlucu: beggars can’t be choosers. Udah ngutang kok masih ngeyel, wajar lah mereka ngasih syarat-syarat yg belibet seperti itu. *Makanya, jangan ngutang*.

    Dan kesalahan kita ketika pemilu 2004? Memangnya dari 4 calon lain selain yg terpilih sekarang ada yg mampu membereskan masalah? Dari track record-nya sendiri bisa anda temukan jawabannya kan?

    * rindu sama Pak Habibie *

  24. @Oskar – You of all people… saya kira adalah orang terakhir yang akan membuat postingan tendensius seperti ini
    .
    Bingung ? 🙂
    Mungkin bisa jadi agak jelas, mulai dengan membaca dokumen ini.
    .
    Tidak bisa kah kita sebagai bangsa tidak melulu berteriak “ini kesalahan barat!” terhadap semua masalah yang menimpa kita?
    .
    Kalau memang demikian halnya? Tidak boleh juga? 🙂
    .
    Paparkan saja apa adanya. Yang ini kesalahan kita sendiri. Yang itu kesalahan orang lain. Yang disana adalah kesalahan kita dan orang lain. Dst.
    .
    Bahkan penduduk US sendiri pun (dan pemerintah mereka for that matter) dibuat kalang kabut oleh naiknya harga oil yg menggila ($143!!)
    .
    Kalau rakyat USA, ya. Tapi pemerintahnya ? Pemerintah yang mana ?
    .
    Kalau G.W. Bush setahu saya justru senang, karena banyak bisnis keluarga & konco2nya yang berkaitan migas, dan akhir-akhir ini justru perusahaan migas sedang mencatat rekor laba.
    Dan di Amerika sendiri ada banyak subsidi, seperti ini :

    The reason for the veto threat? The energy tax package would have closed tax breaks for big oil that are worth slightly more than $1 billion annually.

    .
    murni konsumtif
    .
    Hm… kalau memang murni konsumtif, sekalian saja tiadakan BBM untuk selain transportasi massal.
    .
    Kalau statement tersebut (subsidi BBM = murni konsumtif) benar, mustinya dampaknya hanyalah protes dari pengguna kendaraan pribadi.
    .
    * rindu sama Pak Habibie *
    .
    Wah menarik 🙂 saya jarang sekali ketemu dengan orang yang sama pendapatnya dengan saya dalam soal ini.
    .
    Tapi sayangnya, sepertinya beliau sudah kehilangan minat sama sekali untuk menjadi pemimpin negeri ini…

  25. #27:

    Lho bukannya sudah jelas, kita terperosok menjadi bangsa yang manja karena terus menerus disubsidi dari zaman orba? Disana kesalahan kita. Dan bukankah kita juga SAMA SEKALI tidak berinisiatif (dari sisi pemerintah at least, bukan dari sisi perorangan/individu) untuk melakukan transisi atau diversifikasi dari oil ke bahan bakar lain. Ga usah lah muluk-muluk untuk menerapkan teknologi energi baru, regulasi yg ramah lingkungan saja tidak ada. Bahkan di Cina saja sudah ada regulasi bahwa mobil yg berseliweran di jalan raya harus memiliki rasio pemakaian bahan bakar tertentu (saya lupa berapa liter per berapa KM). Tidak hanya di Cina, Eropa pun memiliki standar seperti itu. PLTN yg dari dulu digelontorkan saja tidak pernah disetujui oleh banyak pihak. Dan sekarang ketika PLN menaikkan listrik karena memang bahan baku mereka naik, semua berteriak2 minta tolong. Aneh bukan?

    Pemerintah AS mengalami defisit budget besar-besaran dibawah administrasi Bush. Untuk mengatasinya, mereka mengeluarkan obligasi-obligasi pemerintah baru, meaning beban akan semakin besar untuk administrasi berikutnya. Disamping itu, inflasi juga semakin gila-gilaan (bensin disana mendekati 11ribu rupiah per liter, and that’s not even top grade gasoline). The Fed is doing every possible way to prevent their economy from going into recession (although they probably already in it now, and on the brink of stagflation even).

    Apakah Bush diuntungkan dengan naiknya harga minyak? Mungkin saja, toh keluarganya memang memiliki banyak kepentingan dalam industri tersebut. Tetapi menyalahkan SELURUH pemerintah AS (berikut juga rakyatnya kalau kita menilik dari email yg menurut saya tidak lebih berharga dari surat berantai) adalah sesuatu yg berlebihan. Sama saja seperti menuduh pemerintah Indonesia plin plan dan dambin (artinya kira-kira: lambat dan indecisive) hanya karena kepala pemerintahannya yg bersifat seperti itu.

    Dan statemen “sekalian saja tiadakan BBM untuk selain transportasi massal.” is so, maaf ya mas sufehmi, so childish. Seharusnya, tiadakan SUBSIDI BBM untuk selain transportasi masal <== nah ini baru benar.

    Hm… kalau cukup banyak orang yg memanggil Pak Habibie kembali, tampaknya beliau akan bersedia sih mas. Dia tampak masih trauma ketika mempimpin bangsa ini 1 dekade lalu. Performa pemerintahannya jauh lebih baik dibandingkan pemimpin2 selanjutnya, tetapi tidak mendapatkan penghargaan yg layak. Tampaknya untuk pemilihan 2009, kalau tidak ada calon pemimpin baru, saya akan golput. I can’t even sort the best from the worst now…

  26. @Oskar – Lho bukannya sudah jelas, kita terperosok menjadi bangsa yang manja karena terus menerus disubsidi dari zaman orba?
    .
    Hm, saya rasa ini adalah kesimpulan yang terlalu disederhanakan.
    Yang lebih dekat ke fakta sebenarnya mungkin ada banyak sekali faktor penyebabnya.
    .
    Dan bukankah kita juga SAMA SEKALI tidak berinisiatif (dari sisi pemerintah at least, … ) untuk melakukan transisi atau diversifikasi dari oil ke bahan bakar lain.
    .
    Saya sudah lama melihat bis-bis BPPT dengan bangga mencantumkan “berbahan bakar BIODIESEL”, jauh sebelum krisis BBM ini.
    .
    Dan saya juga tahu bahwa berbagai institusi pemerintah berusaha keras mencari energi alternatif yang bisa diproduksi dalam skala ***massal***.
    .
    Depristek sudah lama melakukan riset soal ini. SBY sendiri juga sangat mendukung energi alternatif; sayang sekali yang berhasil menembus lingkar birokrasi di Ring 1 ini justru adalah penipu blue energy
    .
    prevent their economy from going into recession (although they probably already in it now, and on the brink of stagflation even).
    .
    I would agree with you on that.
    So many are in suffering because of this …
    .
    Tetapi menyalahkan SELURUH pemerintah AS (berikut juga rakyatnya
    .
    Hm… boleh tolong tunjukkan dimana posting ini menyalahkan rakyat Amerika ? Saya coba baca lagi beberapa kali, tapi tidak ketemu.
    Thanks.
    .
    Dan statemen “sekalian saja tiadakan BBM untuk selain transportasi massal.” is so, maaf ya mas sufehmi, so childish
    .
    Hahaha… sorry salah tangkap maksudnya ya 🙂
    .
    Maksud saya, mari kita test statement Anda sebelumnya, yaitu “subsidi BBM = murni konsumtif” 🙂
    .
    Nah, cara untuk menguji kebenaran statement tersebut adalah meniadakan BBM untuk selain transportasi massal.
    .
    Kalau statement Anda tersebut benar, maka mustinya negara ini akan tetap saja berjalan lancar setelah itu.
    Toh subsidi BBM tidak produktif kan ?
    .
    Hm… kalau cukup banyak orang yg memanggil Pak Habibie kembali, tampaknya beliau akan bersedia sih mas.
    .
    Wah, kalau begitu, saya senang sekali !
    .
    Ada ide tidak kira-kira bagaimana bisa menjadikan ini kenyataan ? Apakah mungkin kita bisa melakukan sesuatu untuk ini ?
    .
    Dulu saya membuat AaGymForPresident.com 🙂 itu saya kerjakan sendirian. Dan dulu Internet belum seluas sekarang ini penetrasinya.
    Kalau untuk Habibie ini dikerjakan beramai-ramai dan memanfaatkan berbagai media (internet, sms, dst), apakah ada kans nya ya…
    .
    Dia tampak masih trauma ketika mempimpin bangsa ini 1 dekade lalu.
    .
    Saya juga kaget. Apalagi beliau, pasti lebih berat lagi beban psikologisnya.
    .
    Padahal performa beliau belum pernah bisa disaingi oleh presiden2 selanjutnya.
    .
    Saya sangat menyayangkan Amien Rais kemudian justru memberikan kekuasaan kepada Gus Dur.
    Setelah sempat ada perbaikan ekonomi pada masa Habibie, di masa Gus Dur kembali terjadi berbagai masalah, dan semakin terjun bebas pada masa Megawati.
    .
    I can’t even sort the best from the worst now…
    .
    Yang terbaik pun akan sulit untuk melakukan pembenahan, karena kerusakan sudah terjadi dari atas sampai bawah. Bebannya pasti berat sekali.

  27. @Priyadi – wah maaf, komentarnya terlewat sama saya.
    .
    terasa gak kuat terutama karena perubahannya dilakukan secara mendadak dan sekaligus. harusnya penghapusan subsidi dibuat sedikit2 dan bertahap.
    .
    Kenaikan Rp 1000 kemarin ini saya kira sudah cukup kecil.
    .
    Masalahnya :
    .
    1. Setiap kali kenaikan, selalu ada efek berantainya ke komoditas-komoditas lainnya. Dan kadang persentase kenaikannya bisa lebih besar daripada persentase kenaikan BBM (karena spekulan / oportunis?)
    .
    2. Mau naik sampai berapa?
    Kalau sampai seperti di Amerika / harga pasar, dan ini saya kira bukan skenario yang mustahil jika menilik berbagai stasiun bensin Asing yang sudah mulai bermunculan, yaitu sekitar Rp 11 ribu (atau lebih), maka ada sekitar 5 kali kenaikan BBM lagi (asumsi setiap kali naik sekitar Rp 1000) yang musti dialami oleh rakyat.
    .
    Satu kali saja sudah pada menjerit perih mereka yang miskin ini. Bagaimana mau 5 kali ?
    .
    Saya tidak terlalu merasakan penderitaan mereka secara langsung. Tapi dari yang saya dengar & baca saja, rasanya saya tidak akan sanggup untuk mengalami situasi tersebut pada posisi mereka.
    .
    betul. subsidi itu perlu, tapi BUKAN subsidi BBM. subsidi BBM itu murni konsumtif,
    .
    Kalau dibilang 100% murni konsumtif saya kira tidak pas juga. Karena ada yang dipakai untuk keperluan publik. Seperti transportasi barang-barang, dst.
    .
    Kawan saya yang di bidang perkapalan juga menjerit, karena biaya transportasi mereka jadi membengkak luar biasa. Dampaknya tentu mereka terpaksa menaikkan harga layanan mereka, yang kemudian customer mereka meneruskannya, terus akhirnya sampai di rakyat yang sudah miskin.
    .
    Efek berantai dari penghapusan subsidi ini yang mungkin tidak terlalu kelihatan oleh beberapa pihak.
    .
    harusnya dialihkan ya sektor yang produktif, misalnya infrastruktur dan pendidikan.
    .
    Kalau sektor yang produktif mungkin adalah seperti UKM, pembukaan lapangan kerja, memberdayakan sumber daya di pedesaan, dst.
    .
    infrastruktur & pendidikan itu mungkin lebih tepat disebut sebagai investasi.
    .
    kedua masalah ini ortogonal terhadap subsidi. keduanya bisa dibereskan secara paralel dan terpisah. kalaupun korupsi 100% berhasil diberantas, bukan berarti subsidi BBM jadi bisa dibenarkan.
    .
    Kalau skenario Anda itu terjadi (korupsi 100% diberantas), saya sangat yakin negara ini akan bisa meredam berbagai efek berantai karena penghapusan subsidi BBM secara signifikan.
    .
    Tapi pada kondisi saat ini, tidak banyak yang pemerintah bisa lakukan. BLT itu tidak terlalu signifikan & rentan masalah dalam eksekusinya. Lalu apa lagi?
    .
    Akibatnya, rakyat kecil yang menanggung sebagian besar dari beban penghapusan subsidi BBM tersebut 🙁
    .
    Poin saya; yang terjadi sekarang ini justru subsidi koruptor tidak dikutak-katik dan tidak berhasil diambil kembali.
    Sedangkan subsidi rakyat kecil malah dihapuskan.
    .
    Kalau itu tidak gila namanya, saya tidak tahu apa lagi itu.

  28. 1. Setiap kali kenaikan, selalu ada efek berantainya ke komoditas-komoditas lainnya. Dan kadang persentase kenaikannya bisa lebih besar daripada persentase kenaikan BBM (karena spekulan / oportunis?)

    ini karena 68% dari kenaikan harga itu akibat efek psikologis. kalau naiknya pelan2 dan bertahap harusnya bisa diminimalkan. kalau baru dinaikkan sekaligus kalau sudah kepepet ya begini dampaknya.

    2. Mau naik sampai berapa? Kalau sampai seperti di Amerika / harga pasar, dan ini saya kira bukan skenario yang mustahil jika menilik berbagai stasiun bensin Asing yang sudah mulai bermunculan, yaitu sekitar Rp 11 ribu (atau lebih), maka ada sekitar 5 kali kenaikan BBM lagi (asumsi setiap kali naik sekitar Rp 1000) yang musti dialami oleh rakyat.

    coba lihat semua barang yang lain, semuanya selalu naik setiap tahun. ini namanya inflasi, di indonesia naiknya sekitar 8-12%/tahun. inflasi itu efek dari pertumbuhan populasi dan konsumsi manusia, sedangkan sumber daya alamnya segitu2 saja. kalau minyak naik lebih cepat daripada inflasi rata2, harusnya ini sudah bisa diperkirakan: minyak tidak terbarukan dan juga gak bisa didaur ulang, dengan demikian efek konsumsi dari dulu sampai sekarang akan secara kumulatif mempengaruhi harga saat ini.

    ini pernah saya tulis di sini: http://priyadi.net/archives/2008/05/15/roti-dan-sirkus/

    mau naik sampai kapan? jangan terlalu pesimis. harga yang tinggi akan menjadikan alternatif lain tersedia. dengan harga sekarang harusnya sebentar lagi oil shale sudah mulai profitable untuk BBM, demikian juga coal liquefication. juga masih ada biofuel dll dsb.

    Saya tidak terlalu merasakan penderitaan mereka secara langsung. Tapi dari yang saya dengar & baca saja, rasanya saya tidak akan sanggup untuk mengalami situasi tersebut pada posisi mereka.

    penghapusan subsidi memang akan ada efeknya. tapi mempertahankan subsidi gak bakalan membantu mereka sama sekali. subsidi cuma menunda efek tersebut. yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalkan efek sampingnya ini. pemerintah punya program BLT, baik atau buruknya masih bisa diperdebatkan, tapi secara prinsip harusnya sudah benar. kalau BLT dirasakan masih kurang dan tidak efektif, mungkin kita perlu turun tangan secara pribadi?

    Kalau dibilang 100% murni konsumtif saya kira tidak pas juga. Karena ada yang dipakai untuk keperluan publik. Seperti transportasi barang-barang, dst.

    itu juga termasuk konsumtif. kalau transportasi barang disubsidi, ya uangnya akan hilang begitu saja.

    Kalau skenario Anda itu terjadi (korupsi 100% diberantas), saya sangat yakin negara ini akan bisa meredam berbagai efek berantai karena penghapusan subsidi BBM secara signifikan.

    yakin dari mana? kalaupun korupsi 100% diberantas, tetap saja kita akan kehabisan BBM. korupsi dan subsidi BBM keduanya adalah masalah negara yang harusnya bisa diselesaikan secara paralel. isu korupsi ini cuma pengalihan perhatian dari masalah yang sebenarnya.

  29. oh iya soal habibie. waktu diskusi BBM waktu itu, cuma dia yang bicara dari latar belakang sains. yang lain mati2an ngomong politis, tapi kelihatannya cuma dia yang bukan wakil pemerintah yang mendukung pencabutan subsidi 🙂

  30. @Priyadi – ini karena 68% dari kenaikan harga itu akibat efek psikologis. kalau naiknya pelan2 dan bertahap harusnya bisa diminimalkan. kalau baru dinaikkan sekaligus kalau sudah kepepet ya begini dampaknya.
    .
    Kalau sudah psikologis ya susah juga ya.
    .
    Mau naik cuma sedikit pun tetap jadi menyebabkan kenaikan harga komoditas lainnya dalam persentase yang lebih besar / tidak proposional.
    .
    inflasi itu efek dari pertumbuhan populasi dan konsumsi manusia, sedangkan sumber daya alamnya segitu2 saja.
    .
    Bisa juga karena penurunan nilai mata uang. Misalnya, kemarin ini saya menemukan grafik harga minyak dalam satuan emas – grafiknya stabil selama bertahun-tahun sampai sekarang.
    Tapi, begitu harga minyak dicantumkan dalam dolar; terlihat peningkatan harga minyak yang cukup tajam.
    .
    Jelas menyebalkan ketika ternyata kenaikan BBM (dan berbagai barang lainnya) ternyata (antara lain) adalah karena merosotnya nilai uang yang kita pegang. Sesuatu yang sebetulnya sama sekali tidak perlu terjadi dan sangat bisa dicegah.
    .
    jangan terlalu pesimis. harga yang tinggi akan menjadikan alternatif lain tersedia.
    .
    Dengan harga berapa? Saya kira tidak mungkin kembali ke level BBM ketika subsidi dulu, kecuali jika energi alternatif tersebut juga di subsidi.
    .
    minyak tidak terbarukan
    .
    Menarik – kawan saya yang bergerak di bidang migas memberitahu saya bahwa beberapa ladang minyak yang dikira sudah kosong ternyata kemudian ditemukan mulai terisi kembali. Selain itu berbagai teknik baru juga memungkinkan berbagai sumur minyak menjadi “ekonomis” untuk dieksploitasi.
    .
    kalau transportasi barang disubsidi, ya uangnya akan hilang begitu saja.
    .
    Hehe… kalau membantu rakyat kecil dianggap tindakan konsumtif / percuma (uangnya hilang begitu saja), ya sudahlah.
    .
    isu korupsi ini cuma pengalihan perhatian dari masalah yang sebenarnya.
    .
    Hm.. mungkin Anda mendapat kesan demikian, pada kasus kenaikan BBM kemarin ini.
    .
    Tapi faktanya, korupsi sudah LAMA terjadi di Indonesia ini, dan sudah merugikan rakyat dalam jumlah yang amat sangat masif.
    .
    kalaupun korupsi 100% diberantas, tetap saja kita akan kehabisan BBM
    .
    Dalam waktu berapa lama? Lagipula, seperti kata Anda, ada energi alternatif.
    .
    Dengan dana yang diselamatkan dari para koruptor / dicegah dari terkorupsi, maka negara jadi bisa juga untuk mensubsidi energi alternatif.
    .
    oh iya soal habibie. waktu diskusi BBM waktu itu, cuma dia yang bicara dari latar belakang sains. yang lain mati2an ngomong politis, tapi kelihatannya cuma dia yang bukan wakil pemerintah yang mendukung pencabutan subsidi
    .
    Ya, bisa dipahami dengan latar belakang beliau sebagai saintis yang rasional. Tentu wajar kalau jadi cenderung untuk selalu berusaha melakukan pemecahan masalah dengan pendekatan yang ideal, dengan asumsi-asumsi yang ideal. Seperti Anda juga.
    .
    Namun, kita juga perlu sadari bahwa masalah subsidi BBM ini tidak bisa selalu ditilik dari sudut pandang ideal seperti itu. Ada hal-hal yang terkesan tidak rasional, namun sebetulnya sangat penting bagi mereka yang tidak mampu.
    .
    Dan ketika kita melihat gambar besarnya / big picture; seperti fakta bahwa : [koruptor + perusahaan migas asing di subsidi && rakyat miskin dicabut subsidinya], jadi jelas terlihat bahwa telah terjadi ketidak adilan sosial disini.
    .
    Ide saya, pencabutan subsidi BBM hanya boleh dilakukan sebesar dana koruptor yang berhasil diselamatkan.
    Dampak pencabutan subsidi BBM tersebut kemudian diredam dengan dana koruptor yang berhasil diselamatkan tadi.
    .
    Biar ini menjadi insentif pemerintah untuk tidak dengan seenaknya mencabut hak orang yang tidak mampu (sementara membiarkan mega koruptor bebas memangsa uang kita)
    .
    Atau dari perspektif lainnya – ini menjadi insentif pemerintah untuk bersemangat berburu koruptor, agar jadi bisa segera mencabut subsidi BBM.
    .
    Hukuman mati untuk para koruptor, seperti di China, bisa menjadi langkah awal yang menarik.
    .
    kalau BLT dirasakan masih kurang dan tidak efektif, mungkin kita perlu turun tangan secara pribadi?
    .
    Misalnya? Dengan cara? Menarik juga kalau ada yang bisa kita kontribusikan.

    .
    Thanks.

  31. Iya sayang sekali, yg bisa menembus ring 1 justru penipu seperti itu T_T. Makanya saya bilang kepala pemerintah kita ini rada dambin… Usut lah itu penipu bio energi, penipuan publik besar-besaran gitu kok terkesan didiamkan saja dan dibiarkan sebagai angin lalu.

    Dan untuk masalah koruptor, rasa-rasanya pemberantasan korupsi sudah lebih baik dibandingkan pemerintahan sebelum ini. Walau dari semua koruptor yg sudah ditangkap, masih sangat sedikit yg sudah diproses hukum, baru sekedar ditangkap saja.

    Bagaimana nasibnya PLTN? Setau saya dari segi efisiensi nuklir masih yang paling cost-effectvie bila dibandingkan dengan energi lainnya (bersaing dengan wind energy maybe? Solar isn’t really viable for mass-scale implementation, lupa dulu pernah baca dimana).

    Oh iya, saya sama sekali tidak setuju bila uang pajak digunakan dengan tujuan “membuka lapangan usaha baru”. Ujung-ujungnya pemborosan disana sini (dan akhirnya, korupsi). Lihat saja berapa banyak program pemerintah yang dipaksakan untuk padat karya dan akhirnya centang perenang.

    Oh iya, inflasi Indonesia ini salah satu yg tertinggi di dunia lho (tentunya menghiraukan kasus-kasus luar biasa seperti Zimbabwe yg mencapai ratusan ribu persen lebih). Malah boleh sebenarnya Indonesia dibilang sebagai negara yg berada diambang stagflasi karena laju pertumbuhan tidak bisa mengimbangi laju inflasi yang terpaut sangat jauh. Tapi kok media serasa tenang-tenang saja ya? Jarang sekali yg membahas masalah ini lebih dalam lagi dari sekedar “BBM naik lagi, bahan makanan mahal lagi”. Truly mind boggling

  32. @Oskar – Iya sayang sekali, yg bisa menembus ring 1 justru penipu seperti itu T_T. Makanya saya bilang kepala pemerintah kita ini rada dambin… Usut lah itu penipu bio energi, penipuan publik besar-besaran gitu kok terkesan didiamkan saja dan dibiarkan sebagai angin lalu.
    .
    Iya kesian itu para peneliti energi alternatif lainnya yang betul-betul lebih layak, jadi tidak kelihatan gara2 penipu itu malah diangkat dimana-mana.
    .
    Anyway, alhamdulillah masih ada pihak-pihak yang berani menentang arus, dan mau bekerja keras menunjukkan yang bohong; tentu dengan menghadapi resiko yang cukup besar.
    Perlu lebih banyak orang-orang seperti ini di Indonesia.
    .
    Dan untuk masalah koruptor, rasa-rasanya pemberantasan korupsi sudah lebih baik dibandingkan pemerintahan sebelum ini. Walau dari semua koruptor yg sudah ditangkap, masih sangat sedikit yg sudah diproses hukum, baru sekedar ditangkap saja.
    .
    Setuju, memang pekerjaan KPK super berat. Perlu ada terobosan luar biasa untuk membantu mendobrak situasi saat ini.
    .
    Salah satunya misalnya dengan ancaman hukuman mati bagi koruptor. Dan memang betul dijalannya.
    .
    Ini pasti akan jadi deterrent yang sangat powerful 🙂
    .
    Bagaimana nasibnya PLTN? Setau saya dari segi efisiensi nuklir masih yang paling cost-effectvie bila dibandingkan dengan energi lainnya (bersaing dengan wind energy maybe? Solar isn’t really viable for mass-scale implementation, lupa dulu pernah baca dimana).
    .
    Betul, solar cell pada saat ini belum cukup efisien untuk skala massal.
    .
    Sedangkan wind energy – dalam skala massal, bisa mengubah iklim bumi (!!) 😀
    .
    Ada peneliti yang menjalankan simulasi kincir angin dalam skala besar. Ternyata, karena terlalu besar energi angin yang dikonversi menjadi listrik, maka proses transfer panas/dingin melalui angin tersebut jadi tidak berjalan sebagaimana mustinya. Wah.
    .
    Jadi ya saya kira opsi paling optimal adalah PLTN.
    .
    Oh iya, saya sama sekali tidak setuju bila uang pajak digunakan dengan tujuan “membuka lapangan usaha baru”. Ujung-ujungnya pemborosan disana sini (dan akhirnya, korupsi). Lihat saja berapa banyak program pemerintah yang dipaksakan untuk padat karya dan akhirnya centang perenang.
    .
    Yah, saya kira ini kelaziman memang di berbagai proyek pemerintah …
    .
    Oh iya, inflasi Indonesia ini salah satu yg tertinggi di dunia lho
    .
    Wahhh… 🙁
    .
    (tentunya menghiraukan kasus-kasus luar biasa seperti Zimbabwe yg mencapai ratusan ribu persen lebih). Malah boleh sebenarnya Indonesia dibilang sebagai negara yg berada diambang stagflasi karena laju pertumbuhan tidak bisa mengimbangi laju inflasi yang terpaut sangat jauh. Tapi kok media serasa tenang-tenang saja ya? Jarang sekali yg membahas masalah ini lebih dalam lagi dari sekedar “BBM naik lagi, bahan makanan mahal lagi”. Truly mind boggling
    .
    Sudah terlalu banyak kasus heboh – BBM naik, FPI ribut, dst.
    Tidak ada kolom tersisa untuk investigasi yang agak mendetail …

  33. Mau naik cuma sedikit pun tetap jadi menyebabkan kenaikan harga komoditas lainnya dalam persentase yang lebih besar / tidak proposional.

    kalau minyak naik pasti akan menyebabkan harga komoditas lain naik, tapi harusnya gak bakalan lebih banyak daripada kenaikan minyak. kalau naiknya lebih banyak, penjelasan yang paling logis adalah dampak psikologis.

    Bisa juga karena penurunan nilai mata uang. Misalnya, kemarin ini saya menemukan grafik harga minyak dalam satuan emas – grafiknya stabil selama bertahun-tahun sampai sekarang. Tapi, begitu harga minyak dicantumkan dalam dolar; terlihat peningkatan harga minyak yang cukup tajam.

    Jelas menyebalkan ketika ternyata kenaikan BBM (dan berbagai barang lainnya) ternyata (antara lain) adalah karena merosotnya nilai uang yang kita pegang. Sesuatu yang sebetulnya sama sekali tidak perlu terjadi dan sangat bisa dicegah.

    ini kayanya ‘classic answer’ juga :). penurunan rupiah itu satu faktor, tapi bukan satu2nya penyebab. SBI sekarang 8,5%, tapi karena gak semua rupiah yang beredar dititipin ke SBI, maka penurunan nilai mata uang harusnya di bawah 8,5%. tapi inflasi YoY sekitar 10,5%, kalau kenaikan BBM didiskon mungkin sekitar 8-9%. jelas gak mungkin semua inflasi ini akibat penurunan nilai mata uang.

    and in some way, penurunan nilai mata uang itu salah satu mekanisme pengendalian inflasi. kalau misalnya SBI ditiadakan, maka nilai rupiah akan konstan. tapi apa yang akan terjadi? orang2 akan pindah investasi ke komoditas. akibatnya harga komoditas akan melonjak, jauh lebih tinggi daripada jika SBI dipertahankan. biasanya jika inflasi naik, maka SBI dinaikkan juga, alasannya supaya orang2 gak mindahin duitnya ke komoditas (kalau orang2 pindah, maka inflasi akan lebih tinggi lagi). kalau inflasi dan SBI kurang lebih sama, orang2 lebih suka simpan di SBI karena resikonya lebih kecil.

    Dengan harga berapa? Saya kira tidak mungkin kembali ke level BBM ketika subsidi dulu, kecuali jika energi alternatif tersebut juga di subsidi.

    betul, gak bakalan mungkin kembali ke level sebelumnya. selama ini kita membayar energi dengan harga yang terlalu murah. dan sumber energi yang paling murahnya sudah hampir habis.

    Menarik – kawan saya yang bergerak di bidang migas memberitahu saya bahwa beberapa ladang minyak yang dikira sudah kosong ternyata kemudian ditemukan mulai terisi kembali. Selain itu berbagai teknik baru juga memungkinkan berbagai sumur minyak menjadi “ekonomis” untuk dieksploitasi.

    coba tanyakan lagi ke kawan tersebut apakah yang dia maksud minyak itu SDA terbarukan. rasanya dia akan menjawab tegas ‘tidak’.

    Hehe… kalau membantu rakyat kecil dianggap tindakan konsumtif / percuma (uangnya hilang begitu saja), ya sudahlah.

    ini namanya straw man :). gak ada yang bilang membantu rakyat kecil itu percuma. maksud saya adalah: menurunkan harga2 secara artificial itu sama sekali tidak membantu rakyat kecil.

    kalau memang mau membantu rakyat kecil kenapa subsidinya gak langsung diberikan ke mereka? kenapa harus lewat harga barang2? kenapa gak langsung seperti beasiswa, penyaluran kredit lunak, or even BLT? subsidi tidak langsung itu sangat berbahaya. pertama karena gak bisa dikontrol siapa yang menerima dan siapa yang tidak menerima. kedua, gak bisa mencabut subsidi dari yang sudah tidak layak mendapat subsidi. dan ketiga, yang menerima subsidi gak menyadari kalau dia mendapatkan subsidi. ini bahaya sekali karena rakyat akan merasa biaya hidup lebih murah daripada yang seharusnya. people will live above their means. keluarga yang sebenarnya cuma mampu menanggung 2 anak, sekarang jadi punya 4 anak. akibatnya konsumsi jadi melonjak, dan harga2 real akan naik lebih cepat daripada yang seharusnya. hasil akhirnya jumlah rakyat miskin malah akan bertambah.

    Tapi faktanya, korupsi sudah LAMA terjadi di Indonesia ini, dan sudah merugikan rakyat dalam jumlah yang amat sangat masif.

    betul. masalah korupsi harus diselesaikan. tapi masalah subsidi energi juga harus diselesaikan. mengatasi korupsi gak lantas bisa menyelesaikan masalah subsidi. demikian pula sebaliknya. semua bisa diselesaikan secara paralel.

  34. @Priyadi – ini kayanya ‘classic answer’ juga :). penurunan rupiah itu satu faktor, tapi bukan satu2nya penyebab. SBI sekarang 8,5%, tapi karena gak semua rupiah yang beredar dititipin ke SBI, maka penurunan nilai mata uang harusnya di bawah 8,5%. tapi inflasi YoY sekitar 10,5%, kalau kenaikan BBM didiskon mungkin sekitar 8-9%. jelas gak mungkin semua inflasi ini akibat penurunan nilai mata uang.
    .
    Maksud saya – bagaimana jika Rupiah diamankan dengan logam mulia lagi? Apakah tetap bisa terjadi devaluasi seperti itu?
    .
    Soalnya kalau menilik grafik harga minyak dalam dolar, rupiah, dan emas tersebut, kelihatannya enak sekali kalau mata uang kita berbasis rupiah. Harga minyak & nilai uang jadi stabil terus.
    .
    kalau memang mau membantu rakyat kecil kenapa subsidinya gak langsung diberikan ke mereka? kenapa harus lewat harga barang2? kenapa gak langsung seperti beasiswa, penyaluran kredit lunak, or even BLT?
    .
    Berbagai skema tersebut tetap ada potensi mudharatnya juga. Misal, BLT kalau di UK mungkin seperti children benefit, bagi yang punya anak mendapat dana cash setiap minggu dari pemerintah.
    .
    Hasilnya ? Banyak yang jadi malas bekerja. Wong menganggur juga dapat duit. Akhirnya jadi beban (uang pajak) masyarakat.
    .
    Pendidikan gratis juga ada di UK, sementara kita (orang asing) musti membayar sangat mahal.
    Hasilnya ? Mereka cuma datang kuliah 3 – 4 kali, lalu tidak pernah muncul lagi.
    .
    Kredit lunak – orang tua saya sudah sering mengalami ini. Orang minta dipinjami, diberi pinjaman tanpa bunga dengan skema cicilan yang sangat ringan – tetap juga uangnya tidak kembali. Ditagih pun juga cuek.
    .
    Butuh waktu untuk mengatasi masalah-masalah pada berbagai skema tersebut. Dan dengan sejalannya waktu; berarti juga diperlukan dana yang besar.
    .
    Dan dana yang besar itu tidak ada / sulit disisihkan, karena di korupsi beramai-ramai.
    .
    Kira2 ini salah satu relevansinya.
    .
    pertama karena gak bisa dikontrol siapa yang menerima dan siapa yang tidak menerima. kedua, gak bisa mencabut subsidi dari yang sudah tidak layak mendapat subsidi. dan ketiga, yang menerima subsidi gak menyadari kalau dia mendapatkan subsidi. ini bahaya sekali karena rakyat akan merasa biaya hidup lebih murah daripada yang seharusnya. people will live above their means. keluarga yang sebenarnya cuma mampu menanggung 2 anak, sekarang jadi punya 4 anak. akibatnya konsumsi jadi melonjak, dan harga2 real akan naik lebih cepat daripada yang seharusnya. hasil akhirnya jumlah rakyat miskin malah akan bertambah.
    .
    Nah ini argumennya lebih bagus dan jelas.
    Thanks.
    .
    mengatasi korupsi gak lantas bisa menyelesaikan masalah subsidi. demikian pula sebaliknya. semua bisa diselesaikan secara paralel.
    .
    Dan masalahnya, pada saat ini yang terjadi bukan paralel, tapi cuma salah satu.
    .
    Dan bukan yang koruptor 🙁 🙁

  35. Maksud saya – bagaimana jika Rupiah diamankan dengan logam mulia lagi? Apakah tetap bisa terjadi devaluasi seperti itu?

    Soalnya kalau menilik grafik harga minyak dalam dolar, rupiah, dan emas tersebut, kelihatannya enak sekali kalau mata uang kita berbasis rupiah. Harga minyak & nilai uang jadi stabil terus.

    sebenernya rupiah gak pernah dibackup logam mulia. yang pernah itu rupiah dipeg terhadap US dollar, dan US dollar waktu itu masih dibackup emas.

    tapi kalaupun mau dibackup dengan emas, mau gak mau tetap harus floating atau rupiahnya didevaluasi dari waktu ke waktu. gak bakalan kuat kalau harus dibuat fixed untuk jangka waktu lama. dan ujung2nya sama saja, rupiah akan tetap turun. there’s only so much gold in the world. nilai APBN indonesia itu sudah sekitar 2% dari seluruh emas yang pernah ditambang dari dulu sampai sekarang, sedunia, dan ini masih belum termasuk sirkulasi rupiah di luar APBN. yang lebih realistis mungkin emas dijadikan salah satu cadangan devisa, bukan cuma USD seperti sekarang. mungkin bisa dengan meniru cina atau malaysia.

    oh iya, kalaupun rupiah dibuat fixed ke emas, bukan berarti inflasi jadi 0%. inflasi akan tetap ada, tapi ukurannya yang beda. kalau sekarang ukuran inflasi adalah kenaikan harga2 terhadap rupiah, kalau pakai standar emas, ukuran inflasi menjadi effort yang diperlukan untuk mendapatkan uang. dengan standar emas, orang yang digaji 1 juta/bulan sekarang, dalam 10 tahun mungkin hanya akan mendapat gaji 500 ribu/bulan. ini dengan asumsi prestasi kerja sama, dan nilai rupiah terhadap emas konstan.

    standar emas ada kelebihannya, tapi bukan berarti inflasi akan hilang dengan standar emas. masalah realnya tetap ada: populasi manusia bertambah, demand bertambah, sedangkan bumi dan SDA-nya dari dulu sampai sekarang tetap sama.

    Berbagai skema tersebut tetap ada potensi mudharatnya juga. Misal, BLT kalau di UK mungkin seperti children benefit, bagi yang punya anak mendapat dana cash setiap minggu dari pemerintah.

    betul, tapi subsidi BBM mudharatnya jauh lebih besar. kalau bicara welfare gak bakalan ada yang 100% sempurna, semua pasti ada kekurangannya. tinggal dicarikan cara yang efek negatifnya paling kecil.

    Dan masalahnya, pada saat ini yang terjadi bukan paralel, tapi cuma salah satu. Dan bukan yang koruptor 🙁 🙁

    soal koruptor, rasanya hampir tiap minggu pasti ada berita koruptor kakap ditangkap. i don’t see what you are complaining about.

  36. @Oskar Syahbana & Priyadi
    Subsidi konsumtif dihapus? Setuju saja… Makanya Recovery Rate-nya BLBI harus lebih dari 100% + biar si “menteri” menanggung semua cost di Porong dan ++ jika semua pejabat mengahadapi pengadilan korupsi “pembuktian terbalik”. Berani gak?? Menangkap koruptor juga Cuma hanya untuk mempertahankan “image” saja. Buktinya Mother of all Corruption Case” tidak pernah disentuh, malah ditunda sampai hari kiamat.
    Konsumtif??? Ayo saja alihkan semua subsidi BBM ke sektor pendidikan, kesehatan dsb. Apa mereka berani?? Wong topik pengurangan subsidi HANYA masalah “mengamankan APBN” dan BUKAN dalam rangka pengalihannya ke sektor lain. Jadi harap-harap gigit jari jika pengurangan subsidi konsumtif bukan berarti subsidi produktif naik. Toh, sekarang ini minimum 20% APBN untuk pendidikan dicapai setelah mengutakngutik “istilah”.
    Dalam kenyataannya ortogonal-nya tidak berjalan seimbang. Pengurangan subsidi BBM harus dilakukan seimbang dengan membuat benar aspek2 yang lain. Pengalihan dari isu penghapusan BBM? Ya tidak juga, itukan kenyataan bahwa pemerintah hanya berani mengurangi subsidi konsumtif rakyat kecil (efek berantainya sufehmi) tapi ga berani mengurangi subsidinya rakyat besar (poin diatas).
    Kalau mau pragmatis dan fair yah ayo saja, jangan hanya mengorbankan rakyat kecil. Mana kewajiban untuk mensejahterakan rakyat sesuai amanat UUD 45?

    @Oskar Syahbana
    Mengenai “hutang” tersebut, anda misunderstanding deh, yang saya maksud bukan hutangnya tetapi kepada “subsidi terselubung”-nya. Si pemberi hutang melakukan tersebut dengan maksud agar perusahaannya “hidup” tanpa melalui “pasar bebas” yang mereka gembar-gemborkan

    Mengenai capres 2004 setahu saya hanya Amin-Siswono yang berani menandatangi “janji politik”. Calon lain tidak berani. Dan bahkan rezim sekarang juga dengan gampangnya bohong padahal sudah janji.

    @Enda
    Subsidi? Perlu sekali sesuai dengan amanat UUD 1945. Kalau mau diubah, ubah saja konstitusi-nya sekaligus.

  37. @Priyadi – soal koruptor, rasanya hampir tiap minggu pasti ada berita koruptor kakap ditangkap. i don’t see what you are complaining about.
    .
    They are still the small fries 🙂
    .
    Not much on BLBI, Lapindo (ini contoh subsidi yang sebetulnya tidak perlu terjadi), Soeharto, Freeport, Oil contracts, etc.
    .
    Digabungkan semuanya – jadinya ada lebih dari cukup dana untuk kesejahteraan rakyat yang tidak mampu.

  38. @Enda
    Kalo mo cari kata subsidi secara literal tentu saja ga ada.
    Tapi baca saja Preambule dan pasal UUD45: pasal 27, 31, 33, 34. Secara harfiah negara wajib mensejahterakan rakyat. Jika tidak bisa menyediakan lapangan kerja dengan penghasilan yang mumpuni untuk menghadapi biaya hidup, maka negara membantu dengan menyediakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat dengan harga terjangkau.

  39. Negara wajib mensejahterakan rakyat, setuju.

    Sejahtera = Subsidi, ini yang rasanya mental leap-nya kejauhan.

    Kalo mau buka mata dan liat kenyataan yang ada buktinya subsidi yang dilakukan rezim Soeharto malah menyengsarakan dan membuat dia berkuasa puluhan tahun dan bukannya mensejahterakan.

  40. @Enda
    Kalau dibanding vis a vis begitu yah tentu saja konklusi yang sangat2 salah. Rasanya saya tidak pernah bilang sejahtera = subsidi, baca deh posting saya.

    Yang saya garisbawahi (pakai contoh biar mengerti): Saya kuliah di PTN yang kalau tanpa subsidi biaya persemester saya jutaan. Tetapi dengan adanya subsidi maka saya hanya “sumbang” seratuslimapuluh ribu saja. Sisa-nya disubsidi oleh negara. Kenapa? Karena kalau ortu saya disuruh bayar jutaan itu, mereka tidak sanggup, karena mereka cuma pegawai negeri sipil biasa dengan anak 4. Mengapa negara mensubsidi saya? Pertama secara “kemampuan non uang” saya mampu mengikuti dan menyelesaikan tepat waktu (masuk melalui seleksi UMPTN). Kedua, Karena itu negara merasa sayang kalau saya terpaksa putus ditengah jalan. Tujuannya adalah dengan menolong diri saya, diharapkan saya dapat mandiri sehingga mampu hidup dengan kondisi lebih baik (alias sejahtera) dan mampu bayar pajak yang digunakan salah satunya untuk subsidi untuk yang lain.
    Itulah yang tertulis dalam preambule: “…memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”

    Subsidi untuk mendukung pencapaian kesejahtera pada jaman Suharto tidak salah. Suharto-nya saja yang keblinger. Yang salah itu sewaktu dia men-“subsidi” kroni-kroninya melalui fasilitas-fasilitas negara.

    Kalau dilihat program subsidi-nya seperti: subsidi biaya pendidikan (dari SD sampai PT hanya bayar minimal), posyandu, puskesmas, dsb. tidak ada yang salah tuh.

  41. Masa sih ga pernah bilang? :p

    PTN dan pendidikan negeri is overrated bisa diperdebatkan apakah “subsidi” yg diberikan pada beberapa mahasiswa PTN tidak lebih baik digunakan untuk memperkuat pendidikan dasar jutaan siswa lainnya.

    Tapi saya setuju kalo memang “subsidi” pendidikan dan kesehatan akan dilakukan lebih intensif, sudah terlalu lama sektro yang penting justru terbengkalai karena uangnya dipakai untuk subsidi2x yg membuat sistem ekonomi semu dan justru tidak mensejahterakan dan tidak mencerdaskan seperti subsidi BBM itu.

  42. Sepertinya tidak akan pernah ketemu kata sepakatnya 🙂
    .
    Satu kubu berpendapat berdasarkan rasio / logika. Satu lagi berpendapat berdasarkan empati.
    .
    Dari masing-masing perspektif tersebut, sebetulnya kedua-duanya benar. Hanya karena memang fundamental dasar pemikirannya sudah berbeda, jadi kesimpulannya pun berbeda-beda.
    .
    Terimakasih untuk semua kontribusinya sejauh ini.
    .
    OK, silahkan bisa diteruskan kembali diskusinya.

  43. @Enda
    Oh, klo gitu saya gak tulis secara lengkap dan akhirnya dimengerti ga pas. Maksudnya subsidi perlu untuk mendorong kesejahteraan, bukan subsidi = sejahtera.

    Yah berarti si mas enda setuju dong dengan subsidi….. Yah kalau mengikuti preambule-nya UUD 45 seharusnya semua biaya pendidikan gratis.

    Setahu saya subsidi BBM itu untuk mengatasi multiplier effect-nya jika sektor energi dibebaskan gitu. Dengan kenaikan harga energi maka akan ada kenaikan harga akhirnya bisa menimbulkan cost push inflation seperti kenaikan BBM tahun 2005. Realitasnya inflasi malah bisa lebih besar dari 19% (2005).

    Salahnya pemerintah, tidak pernah peduli dan tidak pernah berusaha mempersiapkan blue print sektor energi kita (kecuali untuk liberalisasinya).

    Nah, itu saya tantang kalau pemerintah gentlemen dan jujur, seperti posting saya diatas, pindahin saja subsidi BBM semua ke subsidi pendidikan dan kesehatan dan lainnya, dengan syarat, “subsidi” salah kaprah lainnya juga dihabiskan/dihilangkan. Klop dah itu. Pertanyaannya: Berani gak?
    Kayaknya ini pertanyaan retoris yang jawabannya kita sudah ketahui.

  44. Setahu saya subsidi BBM itu untuk mengatasi multiplier effect-nya jika sektor energi dibebaskan gitu. Dengan kenaikan harga energi maka akan ada kenaikan harga akhirnya bisa menimbulkan cost push inflation seperti kenaikan BBM tahun 2005. Realitasnya inflasi malah bisa lebih besar dari 19% (2005).

    errr, terbalik. inflasi dengan multiplier effect yang berlipat2 itu justru karena dari awalnya sudah disubsidi :). kalau dari awalnya dulu tidak disubsidi maka inflasi gak akan setinggi sekarang.

    kalau mau mindahin subsidi dari BBM ke pendidikan misalnya, ya sekarang sudah jauh terlambat. kalau sekarang tahun 1996 misalnya barangkali masih bisa :).

  45. @Priyadi
    Saya mengambil perbandingan saja mas, kalau bbm naik, ongkos produksi naik, harga barang naik yang memberikan kontribusi ke inflasi.
    Kalau memang subsidi tidak diberikan dari tahun 1996 = harga naik, berarti inflasi turun, hmmm gimana penjelasannya yah mas? Ada data yg bisa di share ke kita? Thx ya

  46. Berita terbaru, saya melihat dari acara tv, wawancara dengan wakil Ketua Mahkamah Agung. bahwa Mahkamah Agung dalam membenahi Institusinya juga “dibantu” oleh USAID dan LSM serta Universitas, termasuk juga pembuatan peraturan Hukum di Indonesia.

    Wakh repot deh, udah ekonomie dikuasai Amerik, hukum kita juga dikuasai, bisa2 kembali menjadi budak !! mereka.

    Dilain pihak rakyat hanya disibukkan dengan Sinetron, Nyanyi dsb untuk mengalihkan pandangan.

  47. Seru liat diskusinya para blogger senior diatas.. ampun dah saya gak ngerti. salut buat artikel ini 😀 i like this

  48. wah mantap banget nih info yang si sampaikan kita jadi semakin jelas akan permasalahan yang di hadapi negeri ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *