Tadinya, saya kira karena kurangnya wawasan. Atau masih kurangnya keilmuan dari ustadz ybs. Dst.
Beberapa bulan terakhir ini saya baru menyadari kemungkinan lainnya – karena banyak orang tidak suka dengan sesuatu yang (menurut mereka) baru.Â
Resistence to change – sepertinya ini adalah salah satu fitrah manusia juga. Banyak orang tidak suka berubah. Nyaman di comfort zone nya.
Memang enak, karena tidak memusingkan. Satu pepatah mengatakan, ignorance is bliss.
Islam mendorong kita untuk tidak lalai & tidak terlena. Kita diwajibkan menuntut ilmu sampai akhir hayat. Berbagai ayat & hadits mengajarkan kita  untuk kritis, untuk tidak percaya begitu saja. To not take things as granted.
Dan hasilnya sudah nampak di berbagai masa, awal Islam, zaman keemasan Islam, dst.
Tapi dasarnya sifat manusia tetap, tidak menyukai perubahan. Ketika umat kurang memahami agamanya sendiri, maka manusia jadi sering memperturutkan instingnya. Agamanya jadi kurang berperan dalam mengontrol tindak tanduknya sehari-hari. Dan ini saya saksikan sendiri bahkan di depan Ka'bah sekalipun.
Mungkin media massa juga ada andilnya disini. Baik yang tradisional, maupun yang baru / new media / Internet. Semuanya serba instan. Serba cepat.
Kebiasaan untuk berkontemplasi jadi makin berkurang. Merenung, berzikir, mencoba memahami dunia di sekitar kita.
Ketika ada sesuatu yang (kita kira) baru, maka langsung bersikap reaktif. Tidak memberikan waktu kepada diri kita sendiri untuk mencernanya, memikirkannya, dan menelitinya.Â
Seorang kenalan pernah menyatakan kepada saya, bahwa "kita harus belajar Islam dengan benar".
Namun, kenalan tersebut juga dengan enak mengata-ngatai ustadz yang menyampaikan sesuatu (yang menurut dia) aneh (ternyata sebetulnya benar); dan lalu mengganti jadwal ustadz tsb dengan ustadz lainnya.Â
Dan kenapa saya heran ketika para ustadz ini isi ceramahnya pada seragam semua ? Silly me :)Â
Post imported by Google+Blog for WordPress.
Biasa klo seragam ketika waktu2 menjelang pemilihan gubernur atau walikota. Tema nya tentang pemimpin. Betul ga pak
Mas Harry, banyak ustadz yang hanya menguasai pengetahuan Agama, tapi tidak mau belajar publik speaking, ngoprek android, linux, sehingga mereka tidak biasa berinovasi. Tidak benar masyarakat resistensi terhadap perubahan. Dalam banyak shalat Jum'at bila ustadz nya khotbah  dengan topik sejuk (Tidak mengancam dan nakut nakutin), jamaah tidak pada nganthuk. Tapi bila ustadz nya membaca saja …. rata rata Jamaah pada menguap dan akhirnya sleeping beauty atau chicken sleep (tidur ayam … apa sih bahasa inggrisnya hahahahaha). Ustadz tidak usah mbahas Pilkada dsb. Kanjeng Nabi diutus untuk Memperbaiki Akhlak manusia, bukan memperbaiki system pemerintahan, demokrasi atau system operasi …. soal OS biarkan saja dengan android dan ubuntu. Yang penting Akhlak Mulia ….. amin
buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitu juga murid, tidak jauh dari gurunya.. coba tanyakan ke gurunya pak.. apakah sama materinya ? 🙂