Diskriminasi umur di dunia pendidikan Indonesia

Hari ini keluarga kami sedang berkabung. Anak kami, Sarah, ditolak masuk ke sebuah sekolah dasar – hanya karena umurnya “baru” 4 tahun 8 bulan.
Padahal dia telah berhasil lulus dengan bagus tes masuk sekolah tersebut (yang menurut direkturnya sendiri, di-desain untuk anak umur 6 tahun), dan sudah jelas kelihatan bosan di TK-nya.

Padahal, sekolah tersebut juga bukan sekolah sembarangan, tapi termasuk salah satu sekolah favorit di daerah tersebut. Tapi sayang sekali wawasannya masih agak sempit dalam soal umur.

Memang direkturnya menjelaskan bahwa memang sudah pernah ada kasus-kasus seperti ini (anak dibawah umur masuk SD), dan kemudian anak tersebut gagal karena belum siap secara mental menghadapi tanggung jawab yang lebih besar (dibandingkan dengan TK yang masih banyak bermainnya).
Tapi kemudian kami sudah menyanggupi untuk membuat perjanjian bahwa kalau anak kami gagal sekitar pertengahan tahun ajaran maka akan diturunkan kembali ke TK, dan kami sudah menyatakan akan memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh Sarah.

Ibu saya kemudian bercerita mengenai kakak dan adiknya, yang juga menjadi di bawah umur karena “lompat kelas” – zaman dahulu, ketika prestasi seorang anak dinilai luar biasa dan mampu untuk menjalani kelas di atasnya, maka sekolah akan menaikkan anak ybs walaupun sedang di tengah tahun ajaran.

Saya punya prinsip bahwa sekolah makin baik jika bisa diselesaikan secepat-cepatnya, maka sangat ingin – jika memang si anak tsb mampu dan ingin – jika anak-anak saya bisa menyelesaikan sekolah mereka sebelum umur seharusnya.
Kebetulan saya juga seperti ini dan sudah merasakan sendiri bagaimana nikmatnya; yaitu kita bisa punya lebih banyak waktu untuk mulai berjuang untuk kehidupan pasca sekolah kita. Waktu sangat berharga karena kalau sudah hilang tidak bisa diganti lagi, sehingga saya senang kalau anak-anak saya bisa “mencuri” waktu untuk kehidupan masa depannya.

Kami akan mencoba lagi di sekolah yang lainnya, mudah-mudahan saja kali ini akan berhasil.

4 thoughts on “Diskriminasi umur di dunia pendidikan Indonesia

  1. Kalo masalah terlalu muda dalam masuk SD, kyknya salah satu contoh itu saya sendiri..

    long stories… yang pada akhirnya saya masuk universitas pada umur 15 taun (berumur 16 tahun setelah berapa bulan di universitas). Berhubung sebelum universitas saya termasuk manja, saya bisa dibilang tidak siap mental saat saya diharuskan untuk kuliah di universitas yang kebetulan diterima di luar negeri(hidup jauh dengan orang tua). Walaupun setelah 3 tahun universitas, saya bisa belajar untuk menjadi lebih dewasa, tapi saya sempat mengalami masa2 shock dgn university life..

    jadi consideration direktur SD itu mungkin kurang lebih benar juga, walaupun mungkin semua anak tidak seperti itu.. 😀 hehe..

  2. Selamat, cuma sedikit orang yang bisa menikmati hal seperti Anda ini. 🙂
    Semoga Anda bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

  3. Sebenernya saya berada di pihak anda dan ingin secepat mungkin memasuki dunia kerja.

    Saya termasuk orang yg iri dg teman2 saya yg berusia lebih muda. Waktu itu di SMA ada anak yg tanggal lahirnya persis saya namun 2 tahun lebih muda. Dan “kurangajarnya” ranking-nya lebih tinggi dari saya.

    14 tahun saya bersekolah di sekolah katolik no#1 di daerah saya. Disiplin tinggi dan waktu saya SMA, beberapa teman saya banyak yg lulus olimpiade fisika dan matematika di luar negri.

    Setelah saya amati, teman2 seangkatan yg usianya lebih muda pasti kualitas sekolahnya waktu kecil kurang bagus (abal-abal). Kasus saudara Anda yg bisa lompat kelas, boleh di-cek tuh sekolahnya, pasti tidak favorit, atau di kampung.

    Bila dibandingkan dengan teman2 kita di luar negeri. Mereka lebih awet umur. Waktu saya kuliah tingkat 4 di IPB, ada teman dosen saya, S3 tapi umurnya baru 26 tahun dari Jepang. Bagaimana saya tidak iri??

    Saya pikir ada benarnya untuk memuaskan masa bermain anak kita sebelum masuk SD. Walaupun saya pribadi cenderung akan bersikap seperti Anda (untuk anak saya) dan memasukkan anak saya di sekolah favorit.

    Pasti Sarah sekarang juara di kelas-nya ya pak? (2 atau 3 SD?)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *