Hati-hati antibiotik

Hati-hati membawa anak Anda ke dokter, perhatikan apakah obat yang mereka berikan ? Apakah, lagi-lagi, antibiotik ?

Antibiotik memang menyenangkan pada awalnya, karena sangat cepat menyembuhkan anak Anda. Namun, efek sampingnya di kemudian hari bisa cukup mengenaskan, seperti :

  • Kalau sering tidak habis diminum / dosisnya kecil, maka lama-kelamaan kuman-kumannya bisa menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Istilahnya adalah superbugs.
    Dosis kecil – contohnya; ada dokter yang benar, kalau memberi saya Amoxicillin selalu 30 butir (3×1 sehari, total 10 hari). Tapi ternyata ada juga yang hanya memberikan 10 butir. Waduh.
  • Kalau sampai kumannya kebal / bermutasi menjadi superbugs, dan menyebar ke orang lain, maka orang lain juga akan sengsara karena antibiotik yang dia minum juga tidak akan mempan.
  • Antibiotik cenderung melemahkan daya tahan alami tubuh. Karena antibiotik yang bekerja membasmi kuman. Saya merasakan sendiri ketika awal berusaha melepaskan diri dari ketergantungan antibiotik – infeksi tenggorokan saja sampai menyebabkan saya terkapar 3 minggu di rumah.
    Alhamdulillah sekarang hanya beberapa hari saja, seiring dengan semakin terbiasanya daya tahan tubuh menghadapi kuman tanpa dibantu antibiotik.
  • Ketergantungan antibiotik : Seperti yang saya sebut diatas, dan untuk mengujinya mudah saja. Ketika Anda sakit lagi, coba tidak minum antibiotik. Dan lalu lihat, berapa lama Anda baru sembuh ?
    Kalau luar biasa lama seperti saya dahulu, maka kemungkinan besar Anda sudah mengalami ketergantungan antibiotik.

Saya rasa Anda tidak akan mau mengalami sendiri hal ini, apalagi jika terjadi kepada anak-anak Anda. Jadi, hati-hati dan lebih selektif lah dengan penggunaan antibiotik. Biarkan daya tahan tubuh anak Anda mendapatkan cukup “latihan”, demi kebaikannya sendiri di masa depan – anak menjadi sehat, kuat, dan tidak mudah sakit; insyaAllah.

37 thoughts on “Hati-hati antibiotik

  1. Kalau boleh nambahin… Intinya, kita nggak bisa (nggak boleh) menyerahkan tanggung jawab kesehatan & pengobatan kepada orang lain, apa itu dokter, psikiater, dll. Kita sendirilah yang harus mengambil tanggung jawab tsb. Cari referensi penyakitnya, obat tsb efeknya apa, second opinion, dll. Kalau di gue, ke dokter iya, ditebus obat iya (ini kudu biar dibayar asuransi), tapi obat diminum… lebih banyak nggak. Jadi memang ke dokter lebih utk mencari pendapat dia saja.

  2. Kebetulan sudah beberapa kali pengalaman dimana diagnosis/treatment dokter ternyata meleset (paling tidak satu kali nyaris fatal), jadi lumayan setuju juga dengan statement itu. Kuncinya adalah memperhatikan sumber-sumber informasi kita mungkin.

  3. Selama ini saya sekeluarga mencoba menerapkan dengan terapi nutrisi melalui makanan, yang masuk ke tubuh, karena memang tubuh kita dapat dengan sendirinya melawan penyakit yang datang (selama kondisi tubuh terjaga / imunitas), seperti kalau kami terserang flu kami makan mangga yang mengandung vitamin C dosis tinggi dan biasanya dalam satu hari kondisi tubuh membaik dan pencernaan pun menjadi lancar karena serat yang terkandung pada buah mangga tersebut. Bayi saya mia berusia 16 bulan kami menggunakan terapi makanan untuk Mia, kalau dia sakit pun kami memberikan suplemen herbal atau makanan yang bergizi tinggi, Mia jarang sekali sakit dan perkembangan motoriknya pun diatas rata2 anak seusianya. Bukan berarti kami mengkronfortir dunia media modern dalam hal ini kedokteran, kami tetap mencari opini dokter walaupun kemudian utk treatmentnya kami belajar mengenai gizi dan nutrisi. Berhati-hatilah dengan antibiotik, ayah saya yang bertahun2 menggunakan antibiotik imunitas tubuhnya menurun dan kulitnya mengalami penipisan seperti albino, setelah menghentikan antibiotik dan tidak terlalu tergantung serta memperbaiki pola makan, kondisinya menjadi lebih baik dan imunitasnya pun beranjak membaik. Oh ya untuk anak2 juga sebaiknya selain makanan perhatikan kebersihan lingkungan juga pakaian anak….. demikian sharing dari saya, terimakasih…

  4. Terimakasih atas sharing informasinya, mudah2an kita juga bisa melakukan seperti itu.

    Sedikit tambahan mengenai kebersihan lingkungan – ada saudara saya yang menjaga agar lingkungan anak-anaknya selalu steril (bukan cuma sekedar bersih). Tapi ternyata ini akibatnya buruk; anak-anaknya jadi mudah sekali jatuh sakit.
    Kelihatannya karena jarang terekspos ke bakteri/kuman, sehingga kalau tertular sekali biasanya langsung jadi sakit parah. Sistim kekebalan tubuh mereka seperti kurang “latihan”

    Hubungannya adalah ke berbagai iklan di TV yang mengajak kita untuk mensterilkan rumah kita, tentu dengan memanfaatkan produk-produk mereka.
    Jadi saya kira, untuk kebaikan anak-anak kita sendiri, cukup menjaga kebersihan rumah – tapi jangan sampai steril.

    Mungkin itu sedikit tambahan dari saya.

  5. saya setuju dengan pendapat anda tapi kebayakan dari masyarakat kita sendiri kurang menyadari hal ini lantas bagaimana cara anda untuk menyampaikan hal ini kepada masyarakat

  6. tolong juga jika ada informasi tentang bagaimana efek yang ditimbulkan jika tidak cocok dengan antibiotik tertentu, ciri fisik yang bisa tampak, apakah yang harus diperhatikan jika kita mendapatkan resep antibiotik dari dokter, bolehkah kita mengkonsumsi antibiotik atas keinginan kita sendiri mengingat pernah sembuh dari sakit yang lalu.apakah antibiotik bisa larut atau bisa timbul efek dikemudian hari. apakah penggunaan antibiotik juga tergantung dengan jenis golongan darah seseorang.
    mohon para ahli juga memberikan info yang jelas dan membuka layanan yang bisa diakses siapa saja.

  7. Seperti pengalaman saya setahun ini, apakah itu efek samping dr antibiotik ato bukan, saya kurang tau pasti,yg jelas setiap kali minum antibiotik, sll alergi pada kulit di bwh mata saya, berupa bentol2 berah, rasanya gatal dan pegal,
    pdhl dulu tdk begitu

  8. iya nih anak saya davin now berumur 5 thn pernah step umur 2 thn mudah bgt sakit karena kebanyakan antibiotik waktu batita.dia sering menderita radang tenggorokan dan sariawan,gimana ya caranya biar daya tahan tubuhnya kuat?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *