Para selebritis kita

Selebritis IT, yang tong kosong namun nyaring bunyinya, kelihatannya lebih banyak dari yang saya kira. Selama beberapa bulan saya tinggal di Indonesia, makin banyak saja yang saya temukan 🙂

Orang-orang begini pada awalnya kelihatan lucu, lalu lama-lama menyebalkan ketika makin konyol; namun, mereka bisa juga menyulitkan. Saya pernah paling tidak 2 kali apes ketemu orang seperti ini di tempat kerja.

Yang pertama pada awalnya selalu sibuk bercuap-cuap soal teknologi, namun selalu diputar-putarkan (dan pastinya penuh jargon) sehingga orang menjadi kebingungan dan merasa rendah diri dan mengira bahwa dia ini jagonya IT.
Saya tertawa saja sih melihatnya sambil kasihan juga, habis waktunya cuma untuk membesarkan egonya. Padahal ego besar cuma membuat hidup ini jadi meresahkan, karena jadi makin perlu dielus-elus. Seperti minum air laut, justru membuat semakin haus.
Namun ketika dia mulai menghalangi pekerjaan saya, maka saya segera bertindak. Saya paling tidak senang kalau ada orang yang menghalangi menunaikan kewajiban saya – kalau enggak membantu, mbok ya jangan malah nyusahin mas.
Badut pertama ini kemudian tersingkir dari divisi komputer setelah saya menjelaskan masalah yang ada kepada manager, dan saya bisa kembali bekerja dengan tenang.

Tapi kemudian datang badut berikutnya. Jadi manager saya pula. Duh.
OK, saya tolerir saja… pertama-tama masih saya koreksi, namun lama-lama malas juga. Too much bullsh*t, overload… padahal kerjaan juga banyak. Agak kesal juga melihat orang yang gajinya hampir 2 kali lipat saya tapi kerjaannya cuma omong kosong kemana-mana. Tapi kemudian kasihan kalau pas melihat bagaimana jelas kelihatan hidupnya tidak tenang – iya lah, orang pemalas mana bisa hidup bahagia.

Sayangnya, kemudian dia mulai menghalangi pekerjaan saya 🙁 dan mulai memerintahkan saya mengerjakan berbagai hal yang tidak berguna.
Setelah berminggu-minggu mencoba dengan cara baik-baik (menjelaskan fakta dengan sabar, bicara 2 mata sampai larut malam di kantor, dst) tidak mempan, akhirnya terpaksa saya maju ke managernya. Saya jelaskan bahwa saya akan mengajukan protes resmi ke manager personalia. Konsekuensi ini cukup berat – kalau saya kalah, maka saya akan terpinggirkan di komunitas kantor (karena posisi dia sebagai manager). Tapi kalau saya menang, maka dia bisa dipecat dari jabatannya. Sayangnya, tidak ada jalan lainnya yang bisa saya temukan.

Manajernya kemudian mengambil jalan tengah yaitu dengan memindahkan posisinya ke pos yang lain. Sebetulnya sih tidak benar juga, karena dia tetap makan gaji buta tanpa menghasilkan apapun bagi perusahaan. Tapi ya sudahlah, yang penting saya bisa kembali bekerja tanpa dihalang-halangi.

Sekarang bertemu dengan berbagai badut-badut IT di Indonesia 🙂 smile aja deh. Sambil berdoa mudah-mudahan mereka tidak ada yang menyusahkan kita semua.

7 thoughts on “Para selebritis kita

  1. benar bangget tuh…biasanya orang2 kayak gitu emang sok pinter tapi aslinya gak tau apa2.

    utk nutupi kebodohannya, biasanya dgn cara selalu ngajak rapat dan selalu nyuruh2 utk urusan gak penting.

    salut atas keberaniannya utk protes! dan salut juga dgn managernya yg mau terima protes dan memindahkan orang seperti itu ke tempat lain.

  2. > orang pemalas mana bisa hidup bahagia.

    hidup akan lebih bahagia kalo bisa malas2an >:)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *