Pertemuan @ Depkominfo

Kemarin malam saya tidak jadi bisa menghadiri pertemuan antara Menkominfo dan jajaran tim Depkominfo dengan komunitas blogger dan hacker. Riyogarta sibuk menggosipkan dengan Eko bahwa mungkin saya takut kena ciduk sepulang dari acara tersebut. Heh, tidak baik ya ngegosipin orang sakit πŸ˜‰

Secara khusus saya minta maaf kepada mas Didit / Kompas, yang seharusnya berangkat ke pertemuan tersebut bersama-sama dengan saya. Juga kepada yang telah mengundang kita semua – mas Romi, pak Son, Menkominfo, dan para pengundang lainnya. Dan juga kepada beberapa rekan yang sebetulnya ingin sekali saya temui disana (mohon maaf ya mas Koen, perut saya boleh besar ukurannya, tapi bukan berarti kuat/tahan banting, he he).
Mudah-mudahan ketidak hadiran saya kemarin tidak menyebabkan kesulitan bagi yang lainnya.

Anyway, topik pembicaraannya sepertinya cukup luas dan general. Wajar saja, karena yang hadir juga cukup banyak. Kalau mau fokus, memang tidak bisa sebanyak itu. Namun di lain pihak, ini juga bagus karena jadi ada banyak variasi masukan.
Seperti pendapat kawan-kawan blogger lainnya, mudah-mudahan akan ada terus lanjutannya, sehingga semua masukan yang sudah ada bisa di follow up / ada lanjutannya juga.

Salah satu topik yang paling menonjol adalah soal sensor. Dari Depkominfo memang hanya diminta sensor film Fitna. Sayangnya, implementasinya di level ISP / carrier banyak menghasilkan collateral damage / korban yang tidak bersalah. Tentu saja kita juga tidak bisa menyalahkan ISP/carrier, karena mereka mungkin ada keterbatasan resources, sehingga implementasinya ada yang meleset.
Nah di pertemuan kemarin Menkominfo sudah mengundang kalau ada masukan yang bisa menghasilkan solusi yang lebih baik.

Secara pribadi, saya berpendapat bahwa filtering wajib / mandatory oleh negara itu akan bisa banyak menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Saya pribadi percaya pada kebebasan informasi dan berpendapat.
Lagipula karena sifat Internet itu sendiri yang resilient dan terbuka, maka tidak akan ada bisa skema filtering yang 100% sukses. Betul kan ?

Namun di lain pihak, saya setuju bahwa hate speech (seperti film Fitna) tidak lagi berada di dalam kategori freedom of speech / kebebasan berpendapat.
Bahkan di ToS (Terms of Service, pasal 6E) Youtube.com sendiri ini sudah jelas tidak diizinkan, walaupun anehnya tetap saja tidak diapa-apakan (Youtube.com tidak konsisten dengan ToS-nya sendiri?)

Ditambah lagi jika pemerintah mendapatkan indikasi bahwa (misalnya) film Fitna ini dapat menyebabkan kerusuhan di masyarakat (karena misalnya ada anggota masyarakat yang kurang dewasa dalam menyikapinya), maka filtering Fitna bisa menjadi sesuatu yang perlu dilakukan.

Secara teknis, cara yang paling elegan / jalan tengahnya mungkin adalah dengan Depkominfo menyediakan sebuah daftar blacklist-URL, yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang memerlukannya.
Blacklist tersebut bisa diakses oleh ISP/carrier/institusi/komputer saya di rumah dengan bebas.

Kelebihannya :

[ 1 ] Mengurangi korban yang tidak bersalah / collateral damage : Karena blacklist dilakukan secara fine-grained (per URL/halaman) / bukan sistim “bumi hangus” (seluruh domain), maka akan dapat mengurangi masalah yang mungkin akan timbul.

[ 2 ] Sentralisasi : sehingga ISP/carrier/institusi tidak repot. Cukup satu kali setting, maka akan selalu terus up to date.

Pemerintah bertanya, blogger menjawab. Ask, and ye shall receive. πŸ™‚

Anyway, semoga silaturahmi antar ABG-K (Akademisi – Bisnis – Government – Komunitas) seperti ini bisa terus berlanjut dan berjalan dengan baik. Dan bisa ditiru juga oleh pihak-pihak lainnya.
Trims.

30 thoughts on “Pertemuan @ Depkominfo

  1. Kuampuni, Tovarish. Aku pun langsung terserang nyeri lambung hebat di perjalanan pulang; dan harus dikenai terapi tradisional semi-placebo.
    Dan, konon Youtube memang harus ditutup agar “Tuan Harus Dijawil” itu bisa ngaku2 menemukan Indonesia Raya lagi di Leiden.
    Sorry, candaan kasar dan nggak lucu. Cepat sehat ya.

  2. Mungkin Youtube bukannya tidak konsisten, karena berbasis community sehingga banyak orang yang mengupload kembali walaupun sudah dihapus.

  3. menurut APJII, kutipan dari detikinet (url di nama saya)

    Jika sampai dengan tanggal tersebut belum juga ada arahan dari pemerintah, maka APJII akan menutup 10 URL terpopuler (bukan situs) yang mengandung film Fitna, karena secara teknis dan ekonomis APJII mengaku hanya sanggup melakukan itu.

    Hal ini dilakukan guna tetap memfasilitasi para pelanggan yang memang memanfaatkan situs-situs tersebut untuk bisnis mereka yang sempat terganggu dengan adanya pemblokiran ini.

  4. @Koen – terimakasih banyak untuk perkenannya. Alhamdulillah saya sudah jauh mendingan sekarang πŸ™‚
    .
    Sekarang lagi mencoba tidak makan malam + lebih banyak olahraga. Agak susah tapinya untuk kalong seperti saya. Kalau kalong yang suka beraktivitas fisik (baca: Batman) sih oke, tapi kalong yang satu ini cuma duduk di depan komputer semalaman πŸ™‚

  5. @wildan – tadinya saya kira juga demikian.
    .
    Tapi, menilik fakta bahwa ada video Fitna yang ternyata sudah dikunjungi sampai 1.2 juta kali dan masih terus ditayangkan oleh Youtube.com, maka kemungkinan ini menjadi tipis sekali.

  6. @Kunderemp – terimakasih banyak untuk tambahan informasinya πŸ™‚
    .
    @Yahya Kurniawan – terimakasih banyak untuk doanya πŸ™‚
    Iya nih, saya kehilangan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan banyak kawan-kawan komunitas πŸ™
    .
    InsyaAllah di kesempatan yang lainnya. Trims.

  7. Cepat sembuh pak!

    Beda pendapat sedikit boleh dong ;). Buat saya lebih baik energi pemerintah dipakai encourage orang untuk buat yang seperti ini: http://video.google.com/videoplay?docid=2454406555518580010 daripada kasak-kusuk filtering, blocking atau apalah namanya.

    Ide blacklist-URL memang bagus, tapi nanti kalau diabuse dan dijadikan sarana memblacklist suara/tulisan/video yang tidak ‘sesuai’ dengan keinginan penguasa?

    Yang anda tulis di http://harry.sufehmi.com/archives/2008-04-08-1630/ berlaku untuk pemerintah tidak? Apakah mereka sudah dewasa untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk rakyatnya? Kalau untuk diri sendiri saja belum bisa, bagaimana menentukannya untuk orang lain?

  8. @avianto – terimakasih untuk doanya πŸ™‚
    .
    Beda pendapat sedikit boleh dong πŸ˜‰
    .
    Halal !! πŸ˜€
    .
    Ide blacklist-URL memang bagus, tapi nanti kalau diabuse dan dijadikan sarana memblacklist suara/tulisan/video yang tidak Ò€ℒsesuaiÒ€ℒ dengan keinginan penguasa?
    .
    Ini adalah hal yang kita semua, termasuk saya, tidak inginkan tentunya.
    .
    Silahkan bisa dibaca lagi di posting ini, bahwa saya pribadi pro dengan freedom of speech.
    .
    Namun, kasus film Fitna sudah bukan di ranah ini lagi. Film Fitnah sudah jatuh di level hate speech.
    .
    Jadi, saya setuju blacklist-URL adalah **kecuali** untuk freedom of speech; misal: hate speech, rasisme, pornografi, dst.
    Kira-kiranya seperti filter lainnya lah seperti DansGuardian, OpenDNS, dll.
    .
    Apakah mereka sudah dewasa untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk rakyatnya? Kalau untuk diri sendiri saja belum bisa, bagaimana menentukannya untuk orang lain?
    .
    Makanya saya kecewa berat tidak bisa datang ke acara kemarin, dan lupa titip pesan pula ke kawan2 lainnya — bagaimana jaminan freedom of speech di UU-ITE ?
    .
    Saya masih ingat bahwa Pak Nuh menjamin kebebasan ini bagi para blogger ketika di acara PestaBlogger.com kemarin ini.
    Wah saya bahagia luar biasa mendengarnya. Belum pernah terdengar perlakuan sedemikian istimewa khusus bagi blogger di negara lainnya (bukan freedom of speech secara general).
    .
    Tapi ketika UU-ITE kemarin ini keluar saya jadi resah, karena ada pasal-pasal yang bisa memberangus freedom of speech banyak pihak; termasuk blogger.
    Ini perlu diklarifikasi ulang lagi jadinya dengan Depkominfo / Menkominfo.
    .
    Mudah-mudahan masih akan ada lagi acara silaturahmi dengan Depkominfo yang selanjutnya, dan kita bisa angkat poin yang penting ini disitu.
    .
    Mudah-mudahan menjelaskan πŸ™‚

  9. Sekarang lagi mencoba tidak makan malam + lebih banyak olahraga. Agak susah tapinya untuk kalong seperti saya. Kalau kalong yang suka beraktivitas fisik (baca: Batman) sih oke, tapi kalong yang satu ini cuma duduk di depan komputer semalaman

    bisa kok jadi sesehat batman
    sambil pake komputer tiap 15 menit langsung loncat2 atau angkat barbel
    lebih bagus lagi sambil cuci piring, ngepel lantai, setrika baju2 anak2

  10. Hoho, nggak jadi datang rupanya? udah sembuh kang? πŸ™‚
    Kita lihat sisi positifnya, dengan berlakunya UU-ITE, ternyata pemerintah malah berinisiatif mengajak bertemu dengan blogger dan hacker…bahkan ada pernyataan “blogger is our family”. Jadi, ini kan sebuah langkah yang baik bagi perkembangan IT di negara kita. UU-ITE itu pun blm final, masih bisa direvisi dan terbuka untuk itu. ‘Kita’ nggak pernah memberi kesempatan pemerintah untuk melakukan yang menurut mereka ‘benar’. Sekali ini percaya pada mereka nggak ada salah nya kan?

  11. Dokter gimana sih ngelarang-ngelarang makanan tertentu biar saya sehat. Emang dokter lebih sehat dari saya ? Kemarin saya lihat dokter diare ke belakang mulu, jadi dokter jangan ngelarang saya donk.

    Semoga lekas sembuh Harry πŸ™‚

  12. Let me guess what this is about …

    Okay, without understanding any other line you wrote here, I totally agree with you: “and information wants to be free”.

  13. #15, zaman alt.binaries.picture getoo ? hi hi hi siapin uuencode/uudecode dulu deh.

  14. Makin panas aja ya soal blogger = hacker ? ini dia yang terjadi kalau “pakar” salah sebut, sampai sampai menteri ikut direpotin. πŸ™

    soal blocking, kayaknya nggak akan efektif, soalnya banyak web based proxy seperti http://www.hidemayass.com yang bertebaran.buang buang uang dan tenaga, hasilnya nggak dapet.

  15. pak bisa dikerucutkan lagi gak hasil pembicaraannya kemerin seperti apa… apakah ada keputusan2 penting yang diambil pemerintah dari diskusi ini atau hanya pertemuan umum saja?

  16. @chuchan – bisa kok jadi sesehat batman
    sambil pake komputer tiap 15 menit langsung loncat2 atau angkat barbel
    lebih bagus lagi sambil cuci piring, ngepel lantai, setrika baju2 anak2

    .
    beuh, buntutnya kemudian dikira sudah gila …. πŸ˜€

  17. @Donny reza – mempercayai (seluruh aparat) pemerintah saya kira sangat beresiko πŸ™‚
    .
    Tapi Depkominfo, terutama beberapa pihak di dalamnya (Menkominfo, pak Cahyana, ibu Loly, dst); saya kira pantas untuk kita percayai, karena integritas mereka sudah cukup terbukti.
    .
    Kalau orang-orang baik di pemerintahan tidak kita dukung, maka mereka akan kena libas terus oleh yang jahat. Selain kasihan, juga (tentu saja) kita akan kena getahnya pula jadinya.
    .
    Mungkin kira-kiranya demikian ya ?

  18. @IMW – kawan saya dokter malah menderita asam urat. Wajar saja, karena makanannya ENAK terus; gulai kambing, gulai kikil, soto jerohan, dst. Mmm… kalau sudah dijamu di rumahnya, saya cuma berani menelan ludah (ngiler), lalu mengambil sedikit saja πŸ˜‰
    .
    Kemarin ini kita kirimi teh bunga rosella untuk membantu penyakitnya. Senang dia, ada terasa kemajuan, dan dia minta dikirimi lagi. He he.
    .
    Terimakasih untuk doanya.

  19. @boyke – setuju, solusi yang di blog sampeyan benar-benar ideal.
    .
    Tapi ketika dituntut “quick fix”, maka inilah yang terjadi.
    .
    Di lain pihak, apakah ada yang memperhatikan bahwa Depkominfo hanya memerintahkan menghentikan video Fitna ?
    Blokir seluruh domain dilakukan oleh ISP, namun bukan itu perintah Depkominfo yang sebenarnya.
    .
    Kembali ke zaman BBS ? Sebentar, dimana itu SLMR saya taruh ya …. πŸ˜€

  20. @alva – setahu saya memang belum ada kesimpulannya. Ini baru awalnya saja. Mudah-mudahan masih dilanjutkan, sehingga diskusi awal ini kemudian bisa mengerucut menjadi kesimpulan dan action plan.
    .
    @maiden – saya pribadi sih setuju saja. Selain tidak berguna, melecehkan wanita, juga banyak menghabiskan bandwidth / devisa. Tapi mungkin akan banyak yang protes πŸ˜‰

  21. Sufemi: Lagipula karena sifat Internet itu sendiri yang resilient dan terbuka, maka tidak akan ada bisa skema filtering yang 100% sukses. Betul kan ?

    Mulia: Betul! Soal ide bapak boleh tuh. soalnya kan, negara gak bisa campur tangan 100% begitu. gila, temen saya yang HT aja gak setuju negara atur2 ini semua. hahaha. soal filter filem fitna dari youtube itu urusan fungsi keluarga.

  22. saya setuju sekali. memang tidak semua film itu memenuhi syarat untuk disebarluaskan. apalagi yang bersangkutan dengan pelecehan agama. itu bisa menimbulkan perang dingin antar agama

  23. Hanya saja karena ada stigma yang lebih negatif soal perjodohan, maka saya membuat posting ini, yang memberikan contoh sebaliknya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *