Sumbangan komputer bekas

Beberapa hari yang lalu saya berkenalan dengan seorang kawan aktivis Open Source. Beliau adalah orang yang luar biasa – sendirian, dia berhasil mengangkat profil Open Source di daerahnya sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Sehingga kemudian banyak orang bisa menikmati berbagai manfaatnya.

Dalam diskusi via instant messages tersebut, terucap bahwa beliau mendapat tawaran sumbangan komputer bekas dari Australia. Ini sangat menarik bagi beliau; dengan sumbangan tersebut, maka beliau akan bisa membagi-bagikan komputer gratis untuk sekolah. Nah, kemudian komputer-komputer tersebut (tentu saja) sudah dipasangi berbagai software Open Source. Sekolah-sekolah penerima kemudian bisa langsung memanfaatkannya. Mirip dengan ide Microsoft beberapa waktu yang lalu, untuk lebih memperbesar penetrasi softwarenya ke sektor pendidikan 🙂
Meniru ide bagus tidak apa kan ya? Mumpung belum dipatenkan 🙂

Pengenalan ke topik IT sejak dini dapat memperbesar kans keberhasilan ybs di masa depan. Salah satu contoh; beberapa kawan-kawan saya yang sukses di bidang IT telah memulai kiprah mereka di bidang ini JAUH sebelum saya. Jika hal ini bisa dimeratakan di berbagai sekolah Indonesia, maka kita bisa berharap bahwa 10 tahun lagi Indonesia akan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di sektor ini.
Dan berbagai potensi lainnya.

Beliau kemudian menanyakan bagaimana kans dari peluang ini untuk bisa direalisasikan.

Saya berterus terang dengan beliau – kansnya cukup kecil. Ide filantropis yang serupa sebelumnya (setahu saya) belum pernah berhasil. Saya tahu karena saya sendiri sempat mau mencoba memasukkan 1 kontainer sumbangan dari universitas di Skotlandia untuk Indonesia. PPI Jepang juga gagal memasukkan sumbangan komputer dari negerinya para samurai tersebut.
Penolakan dari berbagai pihak terlalu kuat – yang cukup membuat saya terkejut, termasuk dari pihak-pihak yang saya kira akan lebih paham soal ini.

Nah, pada posting ini saya ingin mencoba menginventarisir berbagai pendapat yang kontra, dan membahas apakah kira-kira pendapat tersebut memang bisa dijustifikasi :

  1. Komputer bekas = Limbah :
    Seingat saya ini adalah pendapat mayoritas pada pro/kontra soal sumbangan komputer bekas yang terakhir. Menurut kubu ini, menerima sumbangan komputer bekas itu sama saja dengan memasukkan limbah ke negara kita. Argumennya kemudian dilengkapi dengan link ke artikel ke berbagai pusat limbah komputer di Cina atau India.

    Saya kira ini argumen yang cenderung emosional. Mungkin karena terpengaruh dari artikel yang membahas berbagai masalah kemanusiaan yang terjadi di berbagai pusat limbah komputer di Cina / India tersebut. Sangat bisa dipahami sebetulnya, karena situasinya memang amat mengenaskan. Para pekerja di lokasi-lokasi tersebut sebenarnya sama saja dengan bunuh diri perlahan-lahan, karena terekspos setiap hari ke berbagai zat berbahaya (karena cara daur-ulang yang tidak benar). Dan dampaknya mengenai semua orang di daerah tersebut, bukan hanya pekerjanya saja. Hal ini karena zat-zat berbahaya yang timbul kemudian juga meracuni tanah / air / udara di sekitar daerah tersebut.
    Saya sendiri juga amat prihatin melihat situasi tersebut. Mereka berhak mendapatkan kondisi kehidupan yang jauh lebih layak daripada itu.

    Namun, sebetulnya yang demikian sebenarnya bisa dihindari. Misalnya; salah satu fakta yang ada yaitu keberadaan berbagai LSM di berbagai negara maju yang sudah lama bergerak pada bidang ini (sumbangan komputer bekas), dan mereka sudah menyumbangkan ratusan ribu komputer berkualitas ke berbagai negara berkembang, secara aman. Kecuali Indonesia, tentunya.
    Belum lagi sumbangan yang langsung dilakukan antar institusi, seperti yang ingin dilakukan oleh institusi Australia dan kawan kita ini.

    Sumbangan komputer bekas JUSTRU membantu menghindari komputer menjadi limbah. Di berbagai negara, komputer Pentium-III mungkin sudah tidak layak pakai. Nah, daripada mereka kirim ke pusat limbah komputer di Cina / India untuk kemudian dipreteli, dan mencemari lingkungan dalam prosesnya; tentu saja lebih baik dikirim kepada mereka yang masih bisa memanfaatkannya, kan?
    Alih-alih menjadi limbah, malah masih bisa dimanfaatkan lagi.

    Dan, SEMUA perangkat elektronik (tidak hanya komputer, atau komputer bekas) pasti akan menjadi limbah. Jika limbah elektronik adalah alasannya, maka seharusnya kita melarang semua jenis perangkat elektronik. Baik baru maupun bekas.

    Solusi :

    • Buat standarisasi untuk komputer yang akan disumbangkan, seperti yang dilakukan oleh Computer-Aid.org.
    • Sebelum dikirim dari negara asal, perlu dilakukan seleksi / pengawasan agar benar-benar komputer yang memenuhi standar yang akan dikirim. Ini bisa dilakukan misalnya dengan melibatkan PPI di negara/kota ybs (ini yang rencananya akan kami lakukan pada kasus sumbangan komputer dari Skotlandia beberapa tahun yang lalu)
    • Pemerintah bisa mendukung dengan membuat pusat pengolahan limbah komputer, yang memproses limbah komputer menjadi unsur-unsur yang bermanfaat & tidak berbahaya bagi lingkungan. Sebenarnya ini adalah peluang bisnis yang cukup BESAR – di Eropa saja, pada saat ini ada direktif WEEE (Waste Electrical and Electronic Equipment) yang menyatakan bahwa limbah elektronik harus diproses secara khusus. Karena itu kini berbagai perusahaan di Eropa malah bersedia membayar untuk bisa memberikan komputer mereka kepada kita 🙂
      Sebuah pusat pengolahan limbah elektronik yang memenuhi standar WEEE akan bisa mendapatkan bisnis dari mereka, plus ekstra profit dari penjualan hasil recycling nya (emas, logam berharga lainnya, berbagai komponen yang masih bisa digunakan, dst)
    • Terkait dengan soal recycling center (pusat pengolahan limbah elektronik) di poin sebelumnya – seharusnya sekarang pun (tanpa adanya kontraversi sumbangan komputer bekas ini) kita sudah memilikinya di Indonesia.
      Bayangkan saja, sudah berapa lama alat-alat elektronik masuk ke Indonesia ? Nah, lalu sudah berapa lama & berapa banyak dari alat-alat tersebut yang sudah mencemari alam lingkungan Indonesia ?
      Proses daur-ulang yang tidak benar malah akan mencemari lingkungan secara dahsyat, seperti yang telah terjadi di beberapa lokasi di Cina & India tersebut.
  2. Masa penggunaan :
    Ada alasan bahwa umur komputer bekas akan lebih pendek daripada komputer baru. Dengan menerima sumbangan komputer bekas, maka kita mempercepat penambahan limbah komputer di tanah air ini.

    Saya kira ini sudah terjerumus dalam generalisasi, dimana kaidah berikut ini berlaku : “All generalizations are false (including this one 🙂 )”
    Saya sendiri juga sudah terlalu sering melihat komputer baru yang rusak secara spektakuler dalam waktu beberapa bulan saja.

    Solusi : Terima sumbangan hanya dari komputer berkualitas/branded.
    Lalu setup dalam kondisi yang tahan lama. Contoh: dalam skenario LTSP / thin-client, workstation yang berkualitas bisa bertahan sampai 7-8 tahun, karena hampir tidak ada moving parts nya.
    Dan juga pada skenario tersebut kita tidak pernah perlu untuk melakukan upgrade spec hardware di client (karena proses komputasi yang paling intensif dilakukan di sisi server – bukan client). Jadi kalau perlu dilakukan upgrade, maka akan dilakukannya di server.

  3. Gengsi :
    Biasanya ini adalah sebab penolakan dari berbagai wakil pemerintah. “Indonesia: negara bekas”, mungkin kira-kira ini headline di berbagai koran & media yang tidak ingin mereka lihat.

    Secara politis mungkin valid, dan saya kira sangat bisa dimengerti. Namun secara praktis, tentu saja tidak demikian halnya. Dan faktanya, sumbangan komputer tersebut bisa dapat merubah nasib banyak orang.

    Solusi:

    • Opini & dukungan dari publik yang pro dengan sumbangan komputer bekas bisa membantu merubah situasi ini.
    • Keberadaan Recycling Center di Indonesia malah akan mengangkat gengsi Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang pertama di dunia yang memiliki kemampuan untuk mengolah perangkat elektronik sesuai dengan standar Internasional.
      Dan, tentu saja, akan menjadi tambahan sumber devisa negara — para negara maju akan berlomba-lomba membayar kita untuk menerima komputer mereka 🙂 , agar kemudian bisa diproses oleh kita secara berkualitas, atau, jika masih layak pakai, dimanfaatkan lagi di berbagai institusi yang membutuhkannya.

Jadi sejauh ini, saya belum berhasil menemukan showstopper (penghalang absolut) untuk ide sumbangan komputer bekas ini. Sementara potensi manfaatnya bisa amat besar.

Namun karena ide ini (pada saat ini dilarang), sementara demand / kebutuhannya memang ada, maka pada saat ini dipenuhi oleh berbagai bisnis / pengusaha yang tidak terawasi. Akibatnya, sudah pernah ditampilkan pada sebuah acara investigasi di TV — penyelundupan komputer bekas, proses recycle komputer yang rawan bahaya, dan cenderung menipu konsumen.

Anyway, bagaimana pendapat Anda mengenai ide sumbangan komputer bekas ini? Silahkan berbagi komentar Anda tentang soal ini disini. Terimakasih.

25 thoughts on “Sumbangan komputer bekas

  1. Saya pengennya sih malah ada sumbangan komputer baru, tapi yang sudah cukup green (definisi green saya sih power consumption nya < 150 watt), misalnya Mac Mini, Dell Studio Hybrid http://www.dell.com/content/products/productdetails.aspx/desktop-studio-hybrid?c=us&cs=19&l=en&s=dhs&ref=homepg , Acer Veriton L460 http://www.acer.com.sg/products/veritonL460/ dan HP Compaq dc7800 http://h10010.www1.hp.com/wwpc/us/en/sm/WF25a/12454-12454-64287-321860-3328898-3459242.html

    🙂

    Dikaitkan dgn komputer bekas, kita juga di kampus2 di Indonesia mestinya juga punya masalah utk merecycle komputer2 bekas ini, sebab barang2 bekas ini totally waste, ngabis2in listrik, susah dimanage (cuma bisa diinstall Windows 2000 maksimum, sementara driver & update sudah nggak ada) sementara performa kerja nya rendah. Kalau ada lembaga recycling komputer yg kerjaannya menampung komputer2 bekas dari organisasi dalam negeri mestinya menarik. Tapi kalau urusan birokrasi/policy nya sih saya nggak tahu.

  2. Biasanya kena masalah sejak di beacukai sini Bos. Pihak beacukai minta dokumen ini itu, yg pada dasarnya minta uang pelicin. Ini nyata, hanya ada di Indonesia. Wong dikasih sumbangan koq dipersulit.

  3. Sebenarnya yang terjadi bukan menolak sumbangan komputer bekas, namun yang terjadi adalah: jika keran untuk impor barang bekas dibuka, maka banyak yang memanfaatkan keran tersebut untuk memasukkan sampah. Ini kan kondisi serba salah. Yang berguna sedikit, yang tidak berguna malah sebukit.

    Yang paling parah adalah aparat kita, yang direcoki nanti adalah yang benar, bukan yang memasukkan sampah. Ini saya alami sendiri ketika tahun 2000 memasukkan komputer bekas sumbangan dari Rotary Club untuk sekolah-sekolah di Makassar. Ada setahun lebih sebuah kamar di rumah saya di segel oleh pihak Bea Cukai hanya karena kami ngotot tidak mau memberikan satu buah komputer pun ke pihak yang tidak berhak.

    So, kesimpulannya adalah: pragmatisme terhadap persoalan. Ini makanya saya dan teman-teman yang menolak komputer bekas mengatakan: jika ingin menyumbang, jangan yang bekas, tapi yang baru saja.

  4. Mungkin supaya tidak dianggap sampah, bisa dibatasi produk yang boleh diimport adalah yang masih dalam masa support oleh produsennya (jadi belum EOSL), tapi sudah tidak dijual lagi (jadi sudah EOL). Atau kalo malah belum EOL, lebih bagus lagi.
    Otomatis juga kudu branded dari enterprise provider, bukan whitebox PC

  5. Komputer bekas apa malah ndak boros listrik.. Indonesia kan lagi krisis energi.. Indonesia memang tempat sampah.. LoL

  6. komp bekas…
    bener kata mas tuh… kita tidak boleh menolak n tidak boleh juga menerima mentah.. harus di filter. sebab setiap niat baik selalu aja akan ada niat jahat yang membonceng…
    karena nila setitik rusak susu sebelanga. iay ga mas…
    untuk indonesia saya lihat kita dah punya teori sistem yang ga kalah lha dibanding luar negeri… apa aja deh. mulai politik,IT,pendidkam dll. kelemahan kita hanya ada pada KONTROL. gimana cara dari masuk mpe keluar tuu sama???? dari awal mpe akhir sama???? cuman ini yang jadi masalah…… sehingga terjadi pro dan kontra….. termasuk tuh menerima komp bekas…. smuaa alsan bisa dimainin…pinter2 mulut politisi ngomong aja lagi :))

  7. Buat saya, dengan adanya komputer bekas malah bagus. Anak indonesia pinter dan orang indonesia akan dipaksa mencari solusi sumber energi listrik lainnya.

    Semua kan demi kemajuan anak negeri

  8. komputer bekas…..
    yayasan yg mengelola madrasah n pesantren saya aja masih perlu komputer walaupun bekas, karena anggaran utk beli yg baru itu nggak ada. dengan diberikan operating sistem yg open source saya sangat mendukung sekali, karena banyak guru2 madrasah yg tidak tahu bahwa operating sistem jendela?????? yang umumnya dipakai di madrasah2 adalah illegal. mereka bahkan menganggap lumrah….?
    kini bila ada pembelian komputer baru, saya minta mereka instal operating sistem yang legal atau open source —— saya rekomen ubuntu.

  9. kalau komputer bekasnya masih hidup tentu masih bisa dimanfaatkan, kalau sudah tewas mau diapakan dong.
    Kebanyakan komputer bekas dibawah pentium sudah tdk bisa dimanfaatkan lagi alias tewas, tentunya komputer ada expirednya juga lho

  10. Komputer bekas
    Itu sah2 saja sepanjang memang untuk kepentigan kemajuan pendidikan, dan jalur pemasukannya benar adanya tidak ada pihak yang bermain curang dan tidak diboncengin dengan pihak politik yang tidak berkepentingan dan hanya bisa cuap2 doank tapi prakteknya NOL bukankan hal itu sudah menjadi tradisi di negeri tercinta kita ini

  11. Saya juga sependapat kita sebaiknya tidak membuka keran import komputer bekas dari luar negeri, karena tinggi peluang muncul dampak sampingan yang tidak diharapkan.

    Menurut saya yang perlu digalakkan adalah penyaluran komputer bekas dari perusahaan – perusahaan besar semacam PMA minyak. Selama ini kan komputer bekas mereka kurang terkordinasi penyalurannya, padahal belum benar – benar bekas, karena biasanya baru 3 tahun pakai.

    Yang kemudian perlu dirintis juga adalah pembuatan komputer (bukan notebook) murah dengan spec cukup sekelas Pentium 3. Agar murah kita pakai mainboard yang onboard semuanya termasuk prosesor. Karena pakai linux, tentu kita tidak perlu harddisk, flash sudah cukup jadi lebih murah. Untuk monitor mungkin bisa pakai CRT bekas, atau menyulap dari TV. Tapi karena industri kita juga sudah bisa memproduksi TV, seharusnya masalah ini tidak sulit.
    Soal harga jual, mengingat dulu saya bisa beli ECS K7SEM dengan onboard prosesor sekitar 600 ribu, seharusnya sasaran harga komputer 1 jutaan bisa tercapai.

  12. Komputer Bekas masih sangat dibutuhkan sekali, karena sangat banyak sekolah-sekolah yang belum mempunyal laboratorium komputer.

    Saat ini ditempat saya penjualan komputer bekas masih laris manis, dan saya pernah menyalurkan komputer bekas ke 8 sekolah yang berbeda dengan total 160 unit.

    Domisili saya saat ini di Medan, jika ada teman-teman yg mempunyai komputer Bekas boleh disumbangkan agar saya dapat menyalurkannya ke sekolah yang memerlukan.

    Bersama kita majukan dunia komputer di Indonesia

  13. komputer bekas…. mengapa tidak lha wong banyak berita di TV barang black market isinya bekas dari singapura… jadi siapa sebenarnya yang menghalangi… kemajuan ?? atau bisniss..

  14. yang menghalangi pembisnis di indonesia.
    para pemegang product komputer di negri ini.
    kalau komputer bekas masuk….mereka kalah harga.
    caranya… dia deketin pemerintah supaya mengeluarkan peraturan, melarang komputer bekas.
    bodo amat anak-anak indonesia yg tidak mampu membeli komputer branded. demi dagang…..tetap bodohlah anak kita.
    pakai alasan limbah…MISKIN BELAGU LO

  15. Biasanya kena masalah sejak di beacukai sini Bos. Pihak beacukai minta dokumen ini itu, yg pada dasarnya minta uang pelicin. Ini nyata, hanya ada di Indonesia. Wong dikasih sumbangan koq dipersulit.

  16. Kebiasaan bangsa kita ini adalah persoalan yang mudah dipersulit, bahkan ada jargon ” KALAU BISA DIPERSULIT KENAPA DIPERMUDAH !”. Semua masalah ini gampang banget pemecahannya, yaitu sesuai dengan perintah agama “Ambil yang baik, dan buang yang buruk”. Artinya, Melarang Import 100% itu tidak bijaksana tapi menerima import juga harus hati-hati dan tetap waspada. Kalau banyak MANFAATNYA, ambil. Tapi kalau banyak MUDARATNYA, tolak.

  17. What an amazing story! It’s a good thing the police where there and ready for action!

  18. I am happy to find this post very useful for me, as it contains lots of information. I always prefer to read the quality content and this thing I found in you post. Thanks for sharing!

  19. Very good written story. It will be valuable to everyone who usess it, as well as me. Keep doing what you are doing – for sure i will check out more posts.

  20. komputer bekas mengapa tidak?di indonesia perlu perkembangan teknologi,berharap sangat komputer yang sudah bisa memenuhi kebutuhan untuk bisa memajukan atau menciptakan usaha nantinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *