Freedom of speech -vs- Hate speech

Saya selama ini selalu berusaha memperjuangkan kebebasan berbicara (freedom of speech) di blog. Alhamdulillah ada banyak kawan-kawan lainnya yang sepemikiran dan bahkan ikut terlibat secara aktif dalam topik ini. Berbagai hasilnya sudah mulai kita dapatkan; misalnya jaminan dari Menkominfo pada Pestablogger 2007 akan hak kebebasan berbicara para blogger.

Namun, freedom of speech bukannya berarti kebebasan tanpa tanggung jawab dan tanpa batas. Tetap ada batasan-batasan yang harus diperhatikan. Secara logis saja, hal-hal seperti fitnah tentu sebaiknya tidak kita lakukan. Atau, hal-hal yang melanggar hukum. Di negara kita, ada istilah SARA – suku, ras, agama, antar golongan. Speech / tulisan yang bersifat SARA adalah hal yang terlarang. Di luar negeri ini dikenal dengan istilah hate speech. Dan ini juga dilarang di banyak negara.

Sayangnya, hate speech masih banyak terjadi dimana-mana. Termasuk di blogosphere Indonesia.
Salah satunya pernah saya bahas disini. Hate speech, seperti namanya, sulit untuk bisa menghasilkan sesuatu yang positif. Lebih sering hasilnya adalah reaksi yang negatif juga. Karena itu sampai dilarang secara hukum di berbagai negara.

Sayangnya ini terulang terus. Setiap kali ada yang saya temukan, saya coba beri masukan baik-baik. Alhamdulillah kadang ada yang cuma karena tidak tahu saja, dan kemudian bisa menerima, jika kita juga menyampaikannya dengan cara yang baik.

Namun, ada saja yang semakin lama malah semakin kurang bagus kecenderungannya. Saya sebetulnya malas membahas hal ini karena berpotensi menyebabkan konflik. Dan di tengah kesibukan saya (libur Lebaran ini pun saya tetap beraktivitas), jelas konflik adalah sesuatu yang tidak saya inginkan. Namun di lain pihak, perlu ada edukasi juga untuk soal ini.

Salah satu blog yang pro hate speech adalah blog milik Wiryanto Dewobroto. Ini amat mengejutkan, juga bagi saya. Karena selama ini saya tahu bahwa blog tersebut banyak fokus ke soal engineering. Dan tulisannya juga bagus-bagus, terutama bagi para mahasiswa dan engineers, saya lihat banyak yang menarik manfaat dari situ.

Namun ketika dilihat lagi, ternyata ada beberapa artikelnya yang membahas Islam dan cenderung menyudutkan. Tendensius. Ini salah satu jenis tulisan yang saya paling tidak suka, karena secara sekilas terlihat netral; namun sebetulnya tetap menggiring opini kita.

Tetapi ini sulit untuk dibuktikan. Beberapa kali saya menemukan tulisan yang mengangkat kebencian, namun setelah diklarifikasi lagi dengan ybs, ternyata sebetulnya hanya salah paham saja.
Maka terhadap blog Wiryanto ini pun saya juga awali dengan prasangka baik dulu.

Setelah berpartisipasi di diskusi tentang Ahmadiyyah di artikel ini, saya mulai merasa adanya itikad tidak baik. Ada pencampur adukkan antara kebebasan beragama (antar) dengan pembajakan agama (internal).
Dan saya merasa sedih, apakah akan ada satu lagi intelektual Indonesia yang terjerumus kedalam kebencian?

Ini bisa dilihat lebih lanjut misalnya pada posting soal senjata. Saya cukup tercengang melihat komentar dari deteksi dipelintir oleh Wiryanto, sampai terkesan ybs sepemikiran dengan ekstrimis seperti Abu Dujana. Sangat emosional.
Padahal sudah jelas komentar ybs adalah untuk kasus militer & pertahanan (defensif) negara. Tapi malah dibelokkan ke pribadi & ofensif oleh Wiryanto. Juga dituduh melakukan generalisir, ketika ybs sebetulnya berusaha untuk tidak sok tahu. Lalu dicap dengan tudingan “Picik”.
Mungkin menulis artikel tersebut sedang dalam kondisi emosi, tetapi tetap saja memelintir seperti ini bukan etika blogging yang baik.

Masih ada beberapa artikel lainnya yang juga tendensius, tapi saya tidak akan bahas disini. Silahkan Anda bisa lihat sendiri.
Yang akan saya bahas adalah artikel terbarunya yang berkaitan dengan Islam, berjudul Bom di Hotel Marriott Islamabad.

Sebetulnya artikel ini menurut saya masih termasuk netral. Namun bisa juga dianggap tendensius, tergantung dari cara pandang ybs. Tetapi, yang mencolok adalah komentar-komentar pada artikel tersebut.

Kalau kita lihat komentar-komentar misalnya dari daud, jelas ini adalah hate speech.

Pada blog yang membuka fasilitas komentar, maka lolosnya komentar seperti ini bisa dimaklumi. Di blog saya sendiri juga terjadi, walaupun saya berusaha untuk memblokir sebisa saya. Karena komentarnya sudah muncul terlebih dahulu secara otomatis, sedangkan saya tidak bisa setiap saat memeriksa komentar-komentar yang masuk. Jika ada yang ketahuan, atau diberitahu oleh komentator lainnya, maka akan langsung saya berangus.

Namun pada blog dimana komentar yang masuk harus di approve terlebih dahulu oleh pemilik blog (di moderasi), seperti pada blog Wiryanto ini, maka jika ada komentar hate speech yang muncul, tentu berarti bahwa ini sudah disetujui secara eksplisit oleh pemilik blog ybs. 🙁

Masih berusaha berprasangka baik, maka kemudian saya mencoba meng klarifikasi sebuah statement dari Wiryanto melalui fasilitas komentar di blog tsb. Pesan saya adalah sebagai berikut :


Untuk bisa tahu hal yang baik, maka perlu juga mengetahui hal yang tidak baik (buruk).
.
Apakah maksud Anda berarti bahwa hate speech akan ditolerir di blog ini ?
.
Trims.


Apa yang terjadi?
Ternyata request klarifikasi tersebut tidak di approve oleh moderator.

Pada titik ini sudah sulit bagi saya untuk berprasangka baik lagi. Karena ketika saya masih berprasangka baik dan berusaha untuk sekedar klarifikasi saja ternyata malah di blokir. Sedangkan statement-statement yang menebar fitnah & kebencian malah di approve oleh Wiryanto.

Dan blog Wiryanto ini tidak sendirian. Masih ada lagi blog-blog lainnya yang serupa. Dengan berbagai dalih, mereka terus memupuk kebencian kepada pihak lainnya melalui tulisan-tulisan mereka.
Ini adalah perkembangan yang sangat menyedihkan di blogosphere Indonesia 🙁

Bersama dengan tulisan ini saya menghimbau agar kita semua berusaha untuk menebar kebaikan melalui blog kita. Manfaatkan kebebasan, freedom of speech, yang telah kita perjuangkan bersama-sama ini untuk hal-hal yang bermanfaat : berbagi ilmu, memotivasi, mendorong ke hal-hal yang positif, dst.

Jangan kita malah terjerumus ke hate speech. Ini tidak ada manfaatnya. Kebencian hanya akan membakar diri kita sendiri dari dalam.
Dan kebencian yang dibungkus / disembunyikan cenderung akan membakar dan menghancurkan kita sendiri dengan lebih cepat.

Sebagai blogger, kita mempunyai kekuatan untuk mengubah dunia sekitar kita. Terserah kepada kita apakah akan kita manfaatkan untuk kebaikan, ataukah keburukan. Saya sangat berharap bahwa kita semua akan memilih yang pertama.

Seperti teladan yang sangat baik yang telah ditunjukkan oleh para blogger Mesir. Dikutip :

Frustrated by the official posture of denial, a small group of Egyptian bloggers decided in January 2007 to try to bring Muslims and Christians together to talk. The group, which calls itself Together Before God, began with about 20 members of both faiths.

Sangat luar biasa ! Walaupun pemerintah mereka jelas tidak peduli soal toleransi beragama, namun para blogger Mesir tidak menyerah. Mereka justru saling bekerja sama, berusaha secara aktif untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, melalui dialog yang jujur dan terbuka.

Dikutip :

The survey showed profound misunderstanding on both sides, said Sherif Abdel Aziz, 36, a co-founder of the group. Some Muslims declared that Coptic priests wore black to mourn the Arab invasion of Egypt in the seventh century. Some Christians believed that the Koran ordered Muslims to kill all Christians.

Dari pengalaman saya sendiri, miskomunikasi seperti ini juga SANGAT banyak terjadi di Indonesia. Umat Islam memiliki prasangka buruk terhadap umat Nasrani, dan demikian juga sebaliknya. Malah di level ustadz & pastor pun masih ada sangat banyak kekeliruan & prasangka. Apalagi pada level umatnya.

Pada kasus Mesir, blogger ternyata bisa berbuat sesuatu untuk memperbaiki situasi ini. Tentunya kita juga bisa. Misalnya, pada Pestablogger 2008, salah satu hasilnya adalah forum diskusi antar-agama. Dimana disitu kita bisa menyampaikan berbagai prasangka kita, untuk kemudian diklarifikasi oleh pihak lainnya.

Pertanyaan saya; apakah kita sudah siap untuk berdiskusi & berkomunikasi secara jujur ?

Yaitu jujur berusaha untuk menyelesaikan salah paham dan bersilaturahmi.
Bukan pura-pura berbuat baik, namun sebetulnya bertujuan untuk mengalahkan / menjatuhkan “musuh” nya.

Ini sangat sulit dilakukan oleh para bigot. Bigot adalah orang-orang yang tidak bisa mentolerir perbedaan pendapat dan orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka.
Kadang mereka berpura-pura mentolerir, namun kemudian memelintir diskusi sehingga akhirnya tetap terjadi konflik.

Bigot ini bisa ada di berbagai komunitas. Di komunitas muslim jelas ada banyak, saya adalah saksinya. Di komunitas non-muslim juga banyak. Yang membuat saya terkejut beberapa tahun yang lalu, ternyata di komunitas atheis pun ada banyak bigot. Mungkin karena kita sama-sama manusia, sehingga sama-sama bisa terjerumus di lubang yang sama.

Diskusi antar agama ini tidak akan bisa terjadi jika tidak ada ketulusan dan kejujuran dari semua pihak. Ini adalah syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dan ini berarti bahwa para bigot dan tindakan bigotry tidak bisa ditolerir (paradoks? ha ha, tapi ini adalah intolerance yang bisa ditolerir menurut saya) pada forum tersebut.

Saya mengucapkan banyak terimakasih dan salut pada para blogger Mesir tersebut. Dan harapan saya bahwa kita bisa segera mengikuti teladan mereka. Semoga !

Civilized discussions most welcome.

Arsip : 1 2 3

41 thoughts on “Freedom of speech -vs- Hate speech

  1. Saya malah pernah mendapat beberapa email “teguran” karena dianggap melecehkan agama mereka 🙁

  2. Jangan kita malah terjerumus ke hate speech. Ini tidak ada manfaatnya. Kebencian hanya akan membakar diri kita sendiri dari dalam. <– SETUJU.

  3. Makasih Kang, sangat mencerahkan terutama untuk pemula sepertiku 🙂
    Ternyata bukan hanya tips blogging dan lomba trafik aja yang perlu dipelajari, banyak etika-etika blogging yang mesti dipahami. Terima Kasih dan Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1429 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

  4. Masih bingung sama hate speech dgn bom bunuh diri? Kejaman yg mana yah?

  5. Selamat Idul Fitri Pak,
    kalau saya boleh tahu seberapa “berat” sih suatu komentar itu bisa digolongkan ke hate-speech atau bukan?

    karena menurut saya komentar “keras” seperti komentarnya si daud itu sudah “lazim” bertebaran di internet, tidak hanya di blog Pak Dewobroto saja.

    di luar itu,
    dari kacamata saya (mungkin kita beda sudut pandang), saya rasa Pak Dewobroto cukup fair dengan tidak menyensor komentar2 yang sebenarnya juga berseberangan pendapat dan (menurut saya) cenderung menyerang dirinya seperti di sini dan di sini.

    Sekedar berprasangka baik, dari situ saya tidak melihat Pak Dewobroto memusuhi kaum tertentu. Barangkali ini soal anda dan Pak Dewobroto yang mempunyai standar berbeda untuk menentukan kelayakan suatu komentar.

    Terima kasih.
    Mohon maaf apabila ada salah kata.

  6. mo jujur dialog dan nantinya sepakat? susah boz, kecuali kita punya common enemy

    bener, karena kita manusia, bukan malaikat, nikmati saja, minimalisir semampunya…

    sampai ketemu di padang mahsyar, hehehe

  7. @ronsen – Masih bingung sama hate speech dgn bom bunuh diri? Kejaman yg mana yah?
    .
    Dua-duanya sama-sama tidak benar.
    .
    Dan apa maksudnya membandingkan antara hate speech dengan bom bunuh diri ?

  8. @Wirawan – karena menurut saya komentar “keras” seperti komentarnya si daud itu sudah “lazim” bertebaran di internet, tidak hanya di blog Pak Dewobroto saja.
    .
    “Lazim” bukan berarti lantas “benar” kan ?
    .
    saya rasa Pak Dewobroto cukup fair dengan tidak menyensor komentar2 yang sebenarnya juga berseberangan pendapat dan (menurut saya) cenderung menyerang dirinya seperti di sini dan di sini.
    .
    Itu adalah murni hak beliau apakah akan meloloskan komentar tsb atau tidak.
    .
    Yang saya fokuskan adalah komentar-komentar hate speech yang justru diloloskan.
    .
    dari situ saya tidak melihat Pak Dewobroto memusuhi kaum tertentu.
    .
    Saya sudah bahas panjang lebar di posting saya, silahkan bisa dibaca lagi.
    .
    Trims.

  9. @aespe – mo jujur dialog dan nantinya sepakat?
    .
    Eh dialog jujur bukan berarti terakhirnya musti ada kesepakatan lho 🙂
    .
    Bisa saja hasilnya adalah sepakat untuk tidak sepakat 🙂
    .
    Dan itupun tidak apa., Yang penting, komunikasi sudah terbentuk.
    Itu dulu yang paling penting.
    .
    susah boz
    .
    Pasti susah. Apalagi, selama 63 tahun kita merdeka ini, jarang sekali kita melakukan ini.
    .
    Tapi menilik alternatifnya, yaitu jurang kesalah pahaman yang terus menjadi makin besar, dengan resiko berupa letupan-letupan sosial (yang sudah terjadi berkali-kali); saya kira jadinya pantas dan tetap perlu untuk kita coba.

  10. @Wirawan – Mohon maaf apabila ada salah kata.
    .
    Eh tidak perlu, justru saya yang berterimakasih karena Anda sudah berusaha berkontribusi di diskusi ini secara positif.
    .
    Trims.

  11. yang terpenting adalah sebisa mungkin tulislah hal yang baik2 di blog kita, ingat peribahasa yang mengatakan:\blog adalah laksana pedang\. Jika tidak hati2 maka banyak orang yang akan terluka, dan mau tidak mau ita harus mau bertanggung jawab. Dari setiap hate-speech sebisa mungkin kita ambil sisi positifnya, kadang2 kita harus menarik suatu hal yang positif dengan hal yang negatif. Kita mix freedom of speech dengan hate speech agar mampu memberikan pencerahan pada semua, tapi caranya bagaimana ya?

  12. @muzy – Kita mix freedom of speech dengan hate speech agar mampu memberikan pencerahan pada semua, tapi caranya bagaimana ya?
    .
    Mungkin maksud anda adalah bertutur dengan tegas & apa adanya, bukan hate speech.
    .
    Hate speech itu sifatnya destruktif. Tidak ada manfaatnya. Karena tujuannya adalah untuk menimbulkan kebencian kepada kelompok tertentu. Tidak ada yang lainnya lagi.
    .
    Ada blogger yang tutur katanya keras, misalnya ViolentAcres.com. Namun, dia tidak terjerumus ke hate speech. Karenanya, tetap banyak yang bisa menarik manfaat dari ybs.

  13. Pak..

    bapak hebat ya. Bukan karena saya 100 persen setuju sama Bapak. Tapi karena Bapak berani bicara, tahu apa y bapak bicarakan dan bukan hanya bicara, bapak melakukan advokasi.

    saya berdoa, supaya ilmu yang saya cari, kelak akan cukup banyak dan pengalaman yang saya timba juga akan cukup banyak. sehingga saya bisa seberani, secerdas dan sejernih Bapak.

    salam,
    M

  14. @sufehmi
    Dan apa maksudnya membandingkan antara hate speech dengan bom bunuh diri ?
    karena yg dibahas di sini hate speech dan bom bunuh diri, kok lupa ? 🙂
    Yang akan saya bahas adalah artikel terbarunya yang berkaitan dengan Islam, berjudul Bom di Hotel Marriott Islamabad.
    eh salah ternyata membahas komentar.

  15. @ronsen – Siapa yang lupa? Saya cuma tidak tertarik untuk terjerumus ke membanding-bandingkan antara hate speech dengan bom bunuh diri. Karena artikel ini adalah tentang freedom of speech -vs- hate speech. Bukan bom bunuh diri.
    .
    Yang akan saya bahas adalah artikel terbarunya yang berkaitan dengan Islam, berjudul Bom di Hotel Marriott Islamabad.
    .
    Kebetulan judulnya demikian, bukan berarti lantas itu yang saya bahas kan ? Karena yang saya bahas malah komentar di posting tsb – bukan postingnya sendiri.

  16. Banyak orang yang mengagung-agungkan freedom of speech tetapi melupakan ethics of freedom dan ethics of speech. Kita harusnya sadar bahwa tidak ada kebebasan yang tanpa batas (kebebasan yang kebablasan), di negara yang sangat menghargai kebebasan berbicara pun masih menjunjung tinggi etika. Nampaknya kita harus bekerja keras untuk saling menyadarkan masalah ethic pada temen2 di negeri ini.
    Bravo mas Hery yang sudah mau bersusah payah mengawalinya. Mampir ke web saya mas…saya tunggu commentnya..

  17. @sufehmi
    Kebetulan judulnya demikian, bukan berarti lantas itu yang saya bahas kan ? Karena yang saya bahas malah komentar di posting tsb – bukan postingnya sendiri.

    Kalo gitu apakah komentar tsb otomatis menjadi “milik” pak Wir (pemilik blog) atau tetap milik comment poster (bhs indonesia enaknya apa yah?). Walaupun dalam kasus ini komentar tsb diapprove.

    Btw, kenapa yg dibahas *hanya* blog pak Wir? Apa gak ketemu blog yg juga menebarkan hate speech tentang agama lain (selain islam)? Seperti banyak blog yg berteberan di 100 BOTD-nya wordpress. Usulan aja biar imbang.

  18. @sufehmi
    Hehehe, nah ketemu sama org yang beginian juga yah mas… Mengenai artikel2nya seperti yang mas link-kan isi cuma menduga2, pengelakan, perkilahan dan yang lebih buruknya menegasikan secara langsung dan tidak langsung pendapatnya sendiri. Nah inikan artinya kerancuan logika-nya….

    Anyway Minal Aidin Wal Faidzin mas…

  19. @Ronsen – Kalo gitu apakah komentar tsb otomatis menjadi “milik” pak Wir (pemilik blog) atau tetap milik comment poster (bhs indonesia enaknya apa yah?). Walaupun dalam kasus ini komentar tsb diapprove.
    .
    Itu sudah Anda jawab sendiri lagi.
    .
    Dan seperti yang saya tuliskan di posting saya :
    .

    pada blog dimana komentar yang masuk harus di approve terlebih dahulu oleh pemilik blog (di moderasi), seperti pada blog Wiryanto ini, maka jika ada komentar hate speech yang muncul, tentu berarti bahwa ini sudah disetujui secara eksplisit oleh pemilik blog ybs

    .
    Btw, kenapa yg dibahas *hanya* blog pak Wir? Apa gak ketemu blog yg juga menebarkan hate speech tentang agama lain (selain islam)? Seperti banyak blog yg bertebaran di 100 BOTD-nya wordpress. Usulan aja biar imbang.
    .
    Gak ada waktunya mas. Mungkin sampeyan mau membantu ?
    .
    Seperti yang saya tulis di posting saya :
    .

    Saya sebetulnya malas membahas hal ini karena berpotensi menyebabkan konflik. Dan di tengah kesibukan saya (libur Lebaran ini pun saya tetap beraktivitas)

    .
    Ini saya baru saja sampai dari liburan 2 hari di Garut…. dan saya tetap membawa laptop & pekerjaan saya. Liburan pun saya tetap musti bekerja.
    .
    Blog Pak Wir itu cuma contoh. Ada lagi yang tendensius juga, seperti isi blog Robert Manurung beberapa waktu yang lalu (saya tidak tahu sekarang). Dan banyak lagi.
    .
    Jadi blog pak Wir ini adalah untuk memberikan ilustrasi / contoh. Jangan sampai kita tergoda untuk turut mengamini hate speech. It’s a very slippery slope – once you fell, it’ll be VERY hard to climb up again.
    .
    I know because I’ve fell down myself. And I’m still recovering from it.
    .
    Thanks.

  20. From your blog I know you are one of those who are still in denial 😀

  21. waduh, saya juga jadi bingung mana yang benar antara hete speech dengan freedom speech. kalo gini mah, sudah kembali ke masing2 individunya yah…

  22. setuju pak saya dengan ini 😀

    “Namun, freedom of speech bukannya berarti kebebasan tanpa tanggung jawab dan tanpa batas. Tetap ada batasan-batasan yang harus diperhatikan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *