Tag Archives: facepalm

Kesan di Jepang

:: Beberapa waktu yang lalu, saya menemani si sulung dalam perjalanan Study Tour nya ke Jepang. Sebagaimana perjalanan ke tempat asing lainnya, selalu ada hal menarik yang kita akan temukan ๐Ÿ™‚ Apa saja yang kami temukan disana ?

1. TEPAT WAKTU : mungkin sudah banyak yang tahu ini ๐Ÿ™‚ namun, tetap saja mengesankan ketika mengalaminya sendiri. Semuanya serba tepat waktu. Keterlambatan kereta MRT adalah dalam hitungan detik.

Ketika Shinkansen terlambat sekitar 20 menit, mereka minta maaf sampai berkali-kali — padahal, terlambatnya karena turun salju yang sangat deras ๐Ÿ™‚ paling deras sejak Perang Dunia II ! Sehingga, sebetulnya tentu saja bukan kesalahan mereka.

Anyway, sekitar pertengahan perjalanan, tour guide kami sudah mulai memahami kultur orang Indonesia – alih-alih meminta kami kembali ke bus pukul 11:00, Yumi-san meminta kami kembali pukul 10:50. "That way, there is still 10 minutes to spare", katanya sambil nyengir.

Namun tetap saja terjadi satu kali, ada seorang anak yang terlambat sampai 40 menit. Berdiri Yumi-san di depan bus, dan dia berkata melalui microphone bus, " I am angry!".

Waduh, mau ditaruh dimana muka ini…. untunglah setelah itu tidak ada lagi kejadian serupa.

2. EFISIEN : ada banyak bentuk efisiensi di Jepang. Salah satu yang nampak kentara, dari perspektif Indonesia, adalah bagaimana cepatnya mereka berjalan kaki ๐Ÿ™‚ kita betul-betul menjadi seperti siput.

Pihak EO (event organizer) sudah mengantisipasi ini, dan menjelaskan di dalam booklet panduan, bahwa di jalur pejalan kaki, kita harus di sebelah kiri. Sehingga, yang lebih cepat bisa terus berjalan di sebelah kanan, tidak terhalang oleh rombongan kita. Alhamdulillah, kita jadi tidak terlalu sering menghalangi pejalan kaki lainnya.

Dulu di Inggris juga saya sudah terbiasa dengan kecepatan mereka berjalan kaki. Tapi saya berasumsi ini karena postur tubuh mereka yang lebih besar. Saya termasuk pejalan kaki yang cepat di Indonesia, kadang sampai nyaris menabrak orang lain yang terlalu lambat & luput saya antisipasi, namun, tetap saja saya masih termasuk lambat di Inggris.

Eh, ternyata di Jepang, yang postur tubuhnya serupa dengan kita, mereka pun berjalan dengan cepat juga.

3. TAAT ATURAN : Mirip seperti Singapura, orang Jepang juga sangat taat aturan. Namun, terasa lebih nyaman, karena, tidak ada nampak ancaman denda sampai ratusan / ribuan dolar (yen), seperti di Singapura. Nampaknya masyarakatnya sudah sadar sendiri mengenai pentingnya mengikuti aturan, sehingga tidak perlu di "ancam" lagi.

4. SEHAT : ini yang cukup mencengangkan saya – nyaris tidak pernah saya bertemu dengan orang gendut di Jepang ๐Ÿ™‚ tepatnya, Tokyo & Nagoya.

Jika Anda pernah menonton film Jepang, dan melihat postur tubuh aktor & aktrisnya, bagus & berisi; ya, kira-kira seperti itu juga postur tubuh kebanyakan orang Jepang ๐Ÿ™‚

Seingat saya, sepanjang perjalanan 6 hari, ke banyak tempat & lokasi, hanya 2 kali saya bertemu dengan orang yang gendut.

Apakah mungkin faktor makanan ? Contoh : Saya terkesima ketika menikmati minuman jeruk kemasan yang sangat enak, ternyata, kandungan gulanya hanya 10 gram !
Padahal, minuman serupa di Indonesia biasa mengandung 40 gram gula, empat kali lipatnya !

Sedangkan minuman favorit mereka, ocha / teh hijau, bahkan yang versi kemasan, tidak mengandung gula. Ya, ZERO SUGAR ๐Ÿ™‚ dan tetap terasa enak sekali.
Bahkan kecap mereka pun tidak manis.

Dan tentu saja mereka suka makanan segar, ikan mentah, sayur mentah, dst. Hanya sekali saya bertemu dengan gorengan ๐Ÿ™‚ (tempura). Berbeda sekali dengan misalnya Hoka-Hoka Bento, yang mayoritas menunya adalah gorengan ๐Ÿ™‚

Plus, kebiasaan mereka berjalan kaki kemana-mana.
Plus, populernya sepeda di Jepang – ya, tidak kalah dengan Amsterdam, banyak orang di Tokyo menggunakan sepeda sebagai transportasinya ๐Ÿ™‚ takjub betul melihatnya.

Sepeda seorang ibu bisa ada 2 boncengan, di depan & di belakang. Wow.

Sedangkan sepeda motor justru dilarang seperti itu, 1 sepeda motor hanya boleh mengangkut 1 penumpang. Jadi, bisa ditebak, yang mana yang lebih dipilih oleh masyarakat ๐Ÿ™‚

5. SALING HORMAT & TENGGANG RASA : dulu ketika melihat foto-foto seputar Jepang, dan melihat orang-orang yang menggunakan masker, saya berpikir, wah, segitu pedulinya mereka dengan kebersihan. Atau, terlalu takut kena penyakit dari orang lain ?

Setiba di Jepang, baru saya tahu, ternyata mereka menggunakan masker itu adalah supaya orang #lain tidak kena penyakit dari mereka. Wow ๐Ÿ™‚ senang sekali mendengarnya.

Jadi, jika ada yang tidak enak badan / pilek / batuk, mereka sadar saja sendiri, dan langsung menggunakan masker. Sambil berharap bahwa orang lain jadi tidak ikut kena sakit juga. Sungguh menyenangkan.

Juga di hari kedua di Jepang, leher saya terasa sakit sekali. Awalnya saya sempat bingung kenapa.

Lalu saya baru sadar, karena nyaris setiap orang yang kami temui selalu memberikan hormat / menunduk, dan saya selalu kaget karena belum terbiasa, maka saya selalu membalas sekenanya…. tidak menunduk dari pinggang, tapi cuma kepala / dari leher saja.

Dan yah begitulah hasilnya ๐Ÿ˜€ sakit leher, ha ha.

Setelah itu, saya berusaha untuk membalas salam / hormat mereka dengan benar juga.

6. TRANSPORTASI PUBLIK YANG MENGESANKAN : soal bagusnya MRT di Tokyo mungkin sudah banyak diketahui, namun, sebetulnya bukan itu saja — transportasi publik mereka juga sudah saling terintegrasi dengan cukup efisien.

Contoh : untuk menuju ke stasiun Shinkansen, kami cukup menggunakan MRT saja, karena sudah tersambung antara kedua stasiun tersebut. Tidak ada terputus, tidak perlu berjalan kaki di antaranya. Nyaman sekali.

Juga ketika perlu menyambung dengan bus di Nagoya, sudah ada rute bus yang melalui stasiun tersebut dengan frekuensi yang memadai. Sehingga kita bisa terus menikmati transportasi publik yang nyaman.

Mudah-mudahan suatu hari kita juga akan bisa menikmati hal seperti ini di Jakarta.

7. MAKANAN HALAL : sebelum pergi ke Jepang, saya sudah ikhlas jika musti berpuasa disana sampai berhari-hari. Saya berasumsi bahwa akan sulit menemukan makanan halal disana. Mungkin setiap hari cuma akan bisa makan biskuit atau roti yang sudah jelas halalnya saja.

Di luar dugaan.. ternyata di dekat hostel kami saja, ada restoran India halal yang buka sampai larut malam ๐Ÿ˜€ saya & anak saya sarapan Nasi Biryani, sementara yang lainnya makan mie instan sambil bengong melihat kita, ha ha.

Dan di sepanjang jalan juga sering menemukan restoran halal lainnya, seperti di Akihabara, Tokyo Bay, dst.

All-You-Can-Eat pula ๐Ÿ˜€ minta ampun. Pulang dari Jepang, berat badan saya malah bertambah…. ๐Ÿ™ terlalu sering pesta kari ayam, roti naan, chicken tikka, manisan yoghurt, dst, dst… duh gusti… ๐Ÿ˜€

Alhamdulillah, ternyata jika diusahakan, bisa juga menemukan makanan halal di Jepang.

8. MUSEUM SAINS YANG MEWAH : ini benar-benar membuat saya iri berat. Selama disana, kami mengunjungi beberapa museum sains, milik PAM (perusahaan air) / Tokyo Water, milik Pemda Tokyo (Mirai), dan milik Panasonic. Mungkin masih ada banyak lagi lainnya, namun itu saja yang kami sempat kunjungi ketika itu.

Dan, setiap museum itu bukan main mewahnya. Saya kira Science Museum di Singapura sudah sangat bagus. Ternyata yang Mirai saja adalah gedung 7 (tujuh) lantai, wow ! ๐Ÿ˜€ pontang-panting saya berlari kesana kemari, mencoba semua eksibisi yang ada… dan tetap saja akhirnya hanya satu lantai yang berhasil saya nikmati ๐Ÿ™ terlanjur kehabisan waktu.

Belum lagi Tokyo Water Museum, cuma membahas soal air saja, namun bukan main canggihnya. Dan Panasonic Science Museum menyediakan 1 lantai khusus untuk teknologi-teknologi terbaru mereka, sehingga disitu dilarang foto.

Saya sampaikan apresiasi saya kepada Yumi-san, yang sudah berkenan membawa kami ke museum-museum tersebut. Saya katakan bahwa sebetulnya butuh 1 hari untuk setiap museum tersebut, bukan hanya beberapa jam, dan untuk Mirai mungkin perlu 2 hari atau lebih.

Tiba-tiba, raut mukanya berubah jadi terharu….. saya bingung…. lalu Yumi-san bercerita, bahwa turis-turis Indonesia lainnya yang sebelumnya dia antar, mereka hanya celingak-celinguk beberapa menit saja… dan lalu bertanya kepada Yumi-san : "Kapan kita ke Imperial Palace?"

Yak, dan saya pun refleks #facepalm di hadapan Yumi-san… malunya…. oh well ๐Ÿ™‚

Anyway, itulah sekilas pengalaman saya keluyuran beberapa hari di Jepang. Semoga bermanfaat ๐Ÿ™‚

รฏยปยฟ

Post imported by Google+Blog for WordPress.

Beragama Tapi Bangkrut di Akhirat

Beragama Tapi Bangkrut di Akhirat. :: Saya diledek oleh Si Fulan, "jangan makan roti putih, bahaya, banyak pemutih, zat kimia, pengawet, bla bla" – padahal saya juga jarang sekali makan roti putih ๐Ÿ™‚ Eh, lalu si Fulan ini memberikan sebuah Roti tawar Putih ukuran JUMBO kepada saya…… #facepalm #alamak

Orang seperti ini juga yang nekat meledek saya, dianggap saya kurang agamanya, karena saya jarang tahajud, puasa senin – kamis, dst.
Dengan seringnya si Fulan ini ikut pengajian (seminggu > 2 kali), puasa sunat, sholat sunat, dst; dia merasa bahwa dia lebih superior dari yang lainnya – tapi, ghibahnya kencang, agamanya bisa dia lepaskan dulu ketika berlawanan dengan kebutuhan/kemauannya, dst.

Saya tidak menganggap diri saya sebagai orang yang paling sholeh, tapi saya merasa nyaman setiap hari berkat agama ini. Berbeda dengan si Fulan ini, yang selalu risau setiap saat. Ingin ini, ingin itu – padahal badannya sudah makin tidak kuat, dan tidak semua orang punya waktu untuk melayaninya.

Karena banyak keinginan, akhirnya banyak kecewa – karena tidak siap dengan ikhlas.

Orang-orang seperti Fulan ini yang membuat bingung & sesat umat yang masih awam. Mereka kebingungan melihat orang yang sudah naik haji ini, kaya raya, sholatnya rajin, puasa wajib + sunat, dst — tapi, akhlaknya ke orang lain betul-betul rusak. Orang-orang takut dengan lidahnya yang sangat tajam. dst.

Tapi kemudian umat jadi mengira bahwa ini yang benar / wajar. Tidak apa akhlak jeblok, asalkan kuat beribadah.

Sabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.รขโ‚ฌย
(HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim)

Agama Islam itu menyenangkan, menentramkan, meluruskan pikiran, membuat kita menjadi lebih baik. Membuat hidup ini menjadi jelas, dan jauh lebih mudah untuk dijalani.
Ini pengalaman saya sejauh ini, yang masih sangat awam & dhaif. Saya tidak bisa membayangkan seperti apa kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang shaleh & para kekasih Allah setiap harinya.

Post imported by Google+Blog for WordPress.