Ada apa Kompas ? Opini Kompas 30 Agustus 2006 : Enaknya menjadi Menteri

Kutipan :

Kekuasaan wartawan amat besar… tulisan koran seperti Kompas amat dapat mempengaruhi opini publik… , dia bahkan jauh lebih tajam dari pedang…bahkan bisa lebih berpengaruh dari pada senjata…

Jadi mengingatkan kita pada sebuah pepatah yang sudah sangat terkenal : The pen is mightier than the sword

Email dibawah ini saya posting di milis Forum Pembaca Kompas pagi hari ini :


> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0608/30/opini/2917890.htm
> Enaknya Menjadi Menteri

Enaknya jadi editor 🙂 bisa menyerang terus, tanpa menampilkan data berimbang.

> Pertanyaan lain, apa yang sudah dilakukan Departemen
> Pertanian? Apakah Deptan telah melakukan tugas
> utamanya untuk mendorong petani meningkatkan produksi
> dan menerapkan teknologi terbaru?

Di radio Elshinta beberapa hari yang lalu saya mendengar reportase soal ini yang lebih komprehensif daripada editorial ini.

Ternyata, stok beras sebenarnya cukup, apalagi memang sudah/hampir panen. Hanya saja, ada terdeteksi usaha untuk menimbun / menahan stok beras oleh mafia / kartel. Sehingga terjadi kelangkaan stok, sampai stok Bulog pun turut menipis, yang berujung pada kenaikan harga beras.
Pejabat yang diwawancarai mengakui ini (menipisnya stok Bulog), padahal Bulog makin ditekan untuk melakukan operasi pasar (agar harga beras turun kembali), yang tentu sulit dilakukan jika stok Bulog sendiri tidak mencukupi.

Saya tidak tahu alasan mafia ini melakukan ini, apakah ingin melakukan aksi profit-taking menjelang puasa/lebaran, atau ingin menekan DPR & pejabat pemerintah yang anti impor agar menjadi setuju untuk impor beras, atau lain-lainnya, wallahua’lam.

Seorang pendengar kemudian mengirimkan SMS, yang mendukung pemerintah untuk membasmi para cukong beras ini. Saya kira ini langkah yang lebih tepat, daripada hanya mencaci tanpa solusi seperti ini.
(tanpa data yang akurat pula)

Salam,
Harry

> Di sini sering kali kita merasa terganggu. Seremoni
> untuk melakukan panen raya begitu sering dilakukan.
> Namun, kenyataannya, produksi nasional tidak mencukupi
> dan terpaksa kita harus mengimpor.
>
> Terus terang yang ingin kita gugat adalah kebiasaan
> untuk begitu mudahnya melakukan impor. Bukan hanya
> terbatas pada urusan beras, untuk komoditas lainnya
> pun kita begitu entengnya untuk mengimpor. Dengan
> alasan agar masyarakat bisa mengonsumsi daging, maka
> impor daging akan dilakukan. Buah-buah impor terus
> berdatangan masuk. Di Brebes, petani bawang merah pun
> melakukan protes karena bawang produksi mereka
> tertekan bawang impor. Dan yang sekarang menjadi
> kontroversi, tepung daging dan tulang (meat and bone
> meal) akan diimpor dari AS, padahal negeri itu
> terjangkit sapi gila dan oleh Badan Kesehatan Hewan
> Dunia (OIE) komoditas itu dilarang untuk
> diperdagangkan.
>
> Kita ingin mengingatkan, salah satu tugas para menteri
> itu seharusnya mendorong produksi. Bahkan, dalam
> kondisi negeri yang sedang terpuruk seperti sekarang,
> tugas para menteri untuk bisa membuka lapangan kerja
> dan menyumbangkan devisa kepada negara. Bukan justru
> berlomba menghambur-hamburkan devisa.
>
> Selalu kita ingatkan bahwa kehormatan itu membawa
> tanggung jawab, noblesse oblige. Sebagai seorang
> menteri, menjadi pejabat negara banyak privilese yang
> diberikan rakyat. Di balik kenikmatan yang dirasakan
> itu, ada tanggung jawab yang harus dipenuhi, yakni
> menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kemajuan
> negeri.
>
> Jangan hanya kenikmatannya saja yang mau diterima,
> sementara tanggung jawabnya tidak mau dilaksanakan.
> Tidak mau turun ke bawah untuk mengetahui apa yang
> dirasakan oleh rakyatnya, tidak peduli dengan realitas
> bangsanya. Enak betul jadi menteri di Indonesia kalau
> hanya kenikmatan yang diterima, kerja kerasnya tidak!


Dari : http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/37174

Dari : Haniwar Syarif
Subject: Re: Tanggapan utk Enaknya Menjadi Menteri

Betul Mas..kita bisa tinggal nanya, kalau Mentan anggota FPK .

Tapi kalau gaya tajuk Kompas yang pasti bisa nanya , jangankan nanya… malah nuduh saja…

Soal beras kasusnya jelas…menurut data ..produksi beras lebih gede dari konsumsi…tapi..stok bulog nipis…, Mentan juga sudah nyalahkan mengapa Bulog tidak berhasil melakukan pembelian cukup utk stoknya pada saat panen raya.

Lepas dari itu, stok Bulog saat ini tinggal 300.000 an dari seharusnya 1 juta tonan. Nah BULOG punya tanggung jaWab utuk suplai raskin, beras utk bencana, dan juga OP didaerah tertentu yg krn satu dan hal lain harga berasnya melonjak, belum lagi mau hari raya keagamaan, krn itu kabinet
memutuskan mau impor . Mentan sdh bilang nggak boleh masuk pasar, tetapi utamanya utk raskin dan kalau ada bencana.

Hari ini Kompas mengutip Wakil Rektor IPB bahwa ” saat ini memang stok beras banyak dipakai untuk penalanggungan bencana bencana nasional , sehingga impor beras memang diperlukan ”

Bandingkanlah dengan tulisan Tommy dalam tajuknya yang menyerang Mentan tanpa ampun sebagai orang yang mau enaknya aja nggak mau susah ..apa apa tinggal impor…

Di coba kesankan seolah Mentan ini mahluk ajaib, yang kerja di bidang pertanian tapi nggak bebruat aopa apa untuk meningkatkan produksi pertania..

Dalam tajuk sebelimnya tanggal 26 Juli Tommy juga nulis menyerang mentan dgn nada sama , bahkan implisit menuduh bhw buka kran impor mungkin krn terima kick back, sebelumnya berita Kompas menyebut issue adanya kepentingan partai tertentu ( mudah ditebak partai mana yg asalnya pak Anton) dalam mencari dana..

Perlu saya ingatkan sesudah tajuk 26 Juli , awal agustus MenTan mengundang umum termasuk kompas, utk dialog terbuka dimana beliau menjelaskan alasan kebijakan impor nya…dan tidak dimuat secuilpun oleh wartawan kompas dalam berita esoknya….:(

Lha …saya kan jadi bertanya…ada apa dengan Tommy… ???? Pak Yacob Utama..ada apa dengan Tommy ??

Di tajuknya terus memberi kesan..bhw Mentan nggak kerja apa apa..maunya enak dan gampang terus..

Faktanya , soal beras misalnya, di jajaran pimpinan Deptan ada Prof.Dr Djoko Said yang dianggap Mpunya perberasan…bahkan ditingkat dunia , ada Kaman yang juga tokoh yang mumpuni dalam ketahanan pangan..

Saya tahu benar bagimana mereka berusaha meningkatkan produksi beras ( dan menurut data memang meningkat)

Lha memangnya sumber berita Kompas pasti lebih jago dari mereka..??? Nggak pasti kan…

Perhatikan deh yang menggebu gebu menyerang kan hanya KOmpas..koran lain maupun media elektronik lain kan nggak..

Kekuasaan wartawan amat besar… tulisan koran seperti Kompas amat dapat mempengaruhi opini publik… , dia bahkan jauh lebih tajam dari pedang…bahkan bisa lebih berpengaruh dari pada senjata…

Di tangan Pemred lah kekuasaan besar itu ada..

Power tends to corrupt…

Siapapun pemegang kekuasaan sebesar itu…haruslah di kontrol…

Siapapun pemegang kekuasaan sebesar itu..haruslah merasa itu adalah amanah
Allah yang akan dimintai tanggung jawabnya

Dia lebih berkuasa dari pada George Adi Tjondro… dia lebih
bisa berpengaruh di banding orang yang punya senjata sekalipun.

Bayangkan kalau lalu tulisannya ternyata bukan untuk kepentingan umum ,
pakai issue populis.seperti kepentingan petani, atau tolak impor cintai
produk dalam negeri, . tapi sebenarnya..ada hal lain yang jadi
motifnya..yang bisa jadi bukan kepentingan bangsa..Bayangkan kalau opini yg
tercipta ternyata sesat dan merugikan bangsa ini..

Selalau ada lebih banyak dari satu sisi..misal ada kepentingan produsen (
petani) ada juga kepentingan konsumen..

Bagaimana ya caranya atau mekanismenya kalau misalnya kita berpendapat ada
sesuatu yang perlu dipertanyakan dalm kredibilitas pemred ??? just a
question…

Saya nulis disini karena masih percaya kredibilitas Kompas.. koran
kesayangan kita yang saya sudah jadi pelanggan sejak lama… Saya sudah
nulis pula langsung ke pembuat berita ( Maryoto), tapi nggak
berjawab…jadi coba liwat FPK..moga moga aja…

Banyak yang mudah di jawab..tapi nara sumber yang digarap Kompas itu itu
juga ..DR..Sudrajat, … misalnya ..kalau lain dikit aja..seperti Wkl
Rektor iPB ..langsung terlihat ada yang salah dr tajuknya kompas..dia jela
sbilang wajar saat ini impor kok..

Salam,

Haniwar

14 thoughts on “Ada apa Kompas ? Opini Kompas 30 Agustus 2006 : Enaknya menjadi Menteri

  1. dari dulu bener2 nggak suka ma gaya berita Kompas (kecuali lembar budaya). isinya tuh cenderung menyerang “komunitas muslim”. masih ingat bagaimana Kompas menampilkan berita yang sangat tidak berimbang antara yang Pro RUU APP dan yang kontra RUU APP?

    Kompas s*ck!

  2. Bikin opini balik aja om. Sudah jamannya kan opini dibalas dengan opini? 😉

  3. ngga sepakat dgn mba devie.
    dalam pemberitaan aksi militer israel ke libanon (hizbullah), pemberitaan kompas selaras dgn apa yg dimau “komunitas muslim”. Jd kalo dlm kasus ini terkesan kompas menyerang mentan (dr PKS?) ya semata2 karena perbedaan persepsi politik ttg impor beras tsb.

  4. Walah udah jarang baca kompas. Britanya itu lho… dah gak bermutu. Mending baca bagian teknologi atau crita tentang wilayah indonesia lainnya. Yang terpencil misalnya.

  5. Senin, 2009 Mei 18
    CAPRES-CAWAPRES “NEOLIB vs NYULAP ”
    CAPRES-CAWAPRES “” NEOLIB vs NYULAP “”

    Penetapan Budiono sebagai pendamping SBY, jagat perpolitikan Nasional kembali dihentakkan oleh suatu pencitraan buruk (?),pencitraan seakan menyalib citra positif yang selama ini sudah sekian lama di tambang oleh SBY. Apakah citra positif itu akhirnya juga akan tumbang di tengan gempuran.pencitraan yang tampak secara terfokus dialamatkan pada seorang figur Budiono??. Kita tahu kalau Budiono merupakan figur yang kaya FITUR,formulasi ekonomi/ekonometri sebagai keahliannya sedang mendapat ujian. Ujian yang akan dikaji dengan cita rasa indonesia. Akankah ilmu ekonometrinya yang selama ini menjadi jembatan kepentingan indonesia dengan dunialain (barat) harus ia yanggalkan.Haruskah idealisme keilmuwan /pakar ekonomi yang dibesarkan oleh remah-remah liberalisasi/ Pencitraan antek-antek Neolib yang di personifikasikan dengan diri seorang Budiono, mengasndung manfaat (koreksi) dan warning dan evaluasi mendasar terhadap langkah/kebijakan pemerintah selama ini.

    Stratery mengawinkan Neolib dengan Neososialisme akan menjadi kajian menarik kedepan. Fakta bagaimana Cina dan Sovyet mengelola dan menumpuk pundi0pundi devisa seakan menjadi daya pikat bagi negara-negara yang kehilangan arah bagaimana seharusnya mengelola ekonomi negara dan rakyatnya.

    Yang jelas tidak ada suatu modul dan modus ekoni mana pun yang akan bisa MENYULAP ekonomi rakyat dan negara tanpa DASAR dan ARAH yang jelas dari mesin ekonomi. Bangsa-bangsa didunia sedang terjebak pada pada suatu suber daya baru “SUMBER DAYA UANG uang bekerja untuk kita” .Model ekonomi/modus pengelolaan yang di anut suatu negara berimplikasi pada posisi /garis edar bangsa itu ditengah arus besar ekonmi yang tengah di anut mayoritas masyarakan ekonomi dunia ,yang lebih kuat daya isap dan daya tariknya. Daya tarik/tekan/paksa arus ekonomi itu merupakan suatu suatu rantai makanan dan jaring kehidupan ekonomi yang lebih kuat,berkuasa.Pengingkaran terhadap suatu kemapanan sama saja menuai badai isolasi/penyingkiran suatu negara dari komunitas yang telah setia/taat membina selera ekonomi mereka.

    Yang paling pentimng dan jauh lebih esensial dari pada sekedar NEOLIB adalah bagaimana kita mengidentifikasi mana kawan dan mana lawan dan bila perlu mana guru/contoh dan tailadan bangsa kita.Karakter sutu bentuk ekonomi “NEOLIB” yang mendewakan pasar (pasar/market bebas-persaingan bebas) tentunya bukanlah karakter ekonimi bangsa kita,sifat dan potensi bangsa kita memiliki sifat yang bertolak belakang dengan bentuk ekonomi sperti itu. Bentuk ekonomi yang mengharapkan adanya denyut positif itu,sesungguhnya katalain dari “denyut nafas rakyat bagai mana denyut pasar global” . Apayang dinamakan rencana pembangunan jangka menengah atau pun janggka panjang jelas akan menjadi antitesisnya. Contoh khas dan nyata bagaimana kita saksikan para anggota DPR dan perwakilan pemerintah melakukan lobi=lobi untuk menalaukan apa yang dinaman MENYELAMATKAN APBN,MENAMBAL BOLONGNYA pos-pos tertentu akibat diterpa vibrasi ekonomi yang tak beraturan// Memang disinilan ekonometri akan menemukan arti pentingnya/ Ramalan,prediksi.forecasrting yang tidak jarang membuat optimisme dan pesimisme tiddada sekat pembatas yang jelaslagi. Denyut ekonomi sudah seperti denyut jantung,semakin tidak sehat beberapa faktor penting penentu kesehatan ekonomi maka akan membuat vibrasi semakin berdenyut kencang,dan bisa bisa stroke. Ecostroke.

    Yang jelas Neolib saat tersekap di antara TABU,TUBA dan BATU. Jelas pula bagaimana syair ekomi Neolib itu kita lagukan kalau jiwa dan semangatnya terlahir dari rahim ekomi dan budaya bangsa lain/ Ini yang perlu kita renungkan. Kitapun tau kalau didalam tantang terkandung bibit peluang,yah NEOLIB dengan tantangan,pantangan dan keuntungannya sendiri-sendiri. Saya akan nlebih yakin syair dengan melodi indah itu akan akan lebih mampu membuat saya bisa melupkan sejenak penat saya dari kerja.pacul dan menbcabut rumput di sawah tadi siang. Mudsah mudah=mudsah tidak ada yang bermimpi disiang bolong///// Akhirnya kebijakanlan yang lahir dari hati yangluruslah yang akan mampu membawa bangsa ini kejalan yang lurus.Luirus dan lurus…

    OLEH

    MAX UMBU

  6. I love Google translate, this is one of the first times I’ve used it to completely translate a site. Very cool.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *