If those indon run, just shoot them

Demikian kata seorang polisi Malaysia kepada kawannya,sambil menunjuk ke istri bpk. Budiman, wisatawan Indonesia yang sedang berkunjung ke Malaysia.

Dikutip :

Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
if those indon run, just shoot them… katanya sambil menunjuk istri saya.
Saya cuma bisa istigfar saat itu, ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga yang sering kita banggakan sebagai “sesama melayu”.

Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
tangan saya, sambil bilang: Indon… dont lie to us. Saya kurung kalian…

..sambil memegangi tangan saya, tuan polis meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama saja…

Apa salah kita sehingga diperlakukan lebih rendah dari binatang seperti ini ?

Apakah karena kita selama ini membiarkan para pejabat kita “menjual” saudara-saudara kita kesana sebagai TKI (tanpa perlindungan yang memadai) ?

Mungkin kita memang layak diperlakukan seperti ini.

Stop eksploitasi TKI !
Dan, boikot wisata Malaysia !

Artikel selengkapnya :

(dari milis Pantau):
==========================

Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun, WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di Jakarta.

Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang “Tamu Negara” hingga kasusnya terexpose besar-besaran.
Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia. BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga WISATAWAN.

Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2 anak, adik ipar), pertama kalinya kami “melancong” ke Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
imigrasi).
Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia anak-anak gembira.

Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan, menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.

Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchard Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin Tower.

Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri, saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang “Polis”, memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa passport?). Salah satu “polis” ini bicara dengan HT,entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya, sementara seorang rekannya tetap memaksa saya mengeluarkan identitas.

Perilaku mereka mulai tak sopan dan Istri saya mulai ketakutan. Saya buka dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya :”kerja ape kau disini?” saya melongo… kan turis, wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?

Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba memegang tas istri, dan bilang: “mana kunci Hotel?” … wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan ipar saya yg pulang duluan ke hotel.

Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi tangan saya, sambil bilang: Indon… dont lie to us.
Saya kurung kalian…

Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama saja…

Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya tertulis nama: Rasheed.

Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka berbicara bertiga, mirip berunding. Wah, apa polis malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan
orang ujung2nya merampok?

Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan dirinya, sang preman marah dan mendekati saya, mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun dicegah polisi berseragam.

Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk membuktikan identitas diri. saya langsung setuju, namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi.
Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh menyentuh kami.

Akhirnya kami bersepakat, namun polisi preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
if those indon run, just shoot them… katanya sambil menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu, ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga yang sering kita banggakan sebagai “sesama melayu”.

Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.
Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan Business class pada Flight Malaysian Airlines.
Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.

Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan “membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di malaysia” (padahal saya tak punya rekan bisnis di negeri sial ini).
Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin, berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.

Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP P990i saya dan merekam wajah kedua polisi ini.
Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk tidak merekam wajah mereka.

Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat ini, tanpa berjabat tangan.

Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.

Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000 WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
mengalami hal yg sama.

Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia, sebaiknya pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja bisa dihajar polisi Malaysia.
Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus sedih.

Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia, WNI diperlakukan seperti Kriminal.

34 thoughts on “If those indon run, just shoot them

  1. Di level atas, kedua pemerintah Indonesia dan Malaysia, kelihatannya damai. Dilevel bawah, instruksinya beda lagi ya..
    Mau tarik TKI disana, pemerintah RI mau kasih makan apa?
    Mau “jewer” pemerintah Malaysia, pakai aksi balasan? Sweeping warga Malaysia? Jelas bukan perbuatan baik.
    Seharusnya oknum Malaysia ini yang diberantas oleh pemerintah Malaysia. Tapi kalau melihat contoh2 kasus seperti ini dan dibiarkan saja oleh Malaysia, bisa jadi ini adalah semacam shock therapy untuk WNI yang ingin datang ke Malaysia. Supaya membawa paspor dan identitas jelas ketika berkunjung kesana.
    Gak bisa dipungkiri, ada oknum WNI di Malaysia yang berbuat kejahatan. Tapi berimbas kepada kebanyakan WNI di Malaysia.
    Turut prihatin untuk keluarga Pak Budiman.
    Harus ada tindakan nyata antara dua negara untuk menghilangkan kejadian seperti yang terjadi akhir2 ini.

  2. Haha.. bang harry, tambah satu banner lagi di sebelah kanan
    “INDONESIAN BLOGGERS CONDEMN MALAYSIA”

    Kalo dipikir-pikir. Banyak banget ya yang Indonesia suka condemn condemn. Bahkan Malaysia yang serumpun (ceilehhhh) ternyata begini.

    Bagaimana cara memperbaiki citra Indonnesia? Condemn ga bakal menyelesaikan masalah.

  3. Di level atas, kedua pemerintah Indonesia dan Malaysia, kelihatannya damai.
    .
    Saya kurang tahu juga ya, tapi indikasi saat ini, ketua MPR menolak datang ke undangan Dubes Malaysia. SBY juga menyayangkan fakta bahwa Menlu Malaysia enggan meminta maaf pelanggaran HAM yagn sangat serius ini, dimana pada kasus kebakaran hutan kita meminta maaf kepada Malaysia. (walaupun insiden tersebut juga di luar kemampuan kontrol pemerintah)
    .
    Tarik TKI, why not? Indonesia negara kaya kok.
    Pejabat & masyarakatnya sendiri yang membuat menjadi miskin.

  4. Tahun 60-70an, M*l*ysi* bukan apa2 bahkan dlm pendidikan, mereka justru mendatangkan guru-guru dari Indon. Begitu terhormatnya bangsa kita saat itu.

    Namun skrg justru sebaliknya, Indon malah jadi ekportir buruh yg nasibnya disia-siakan di sana. Apalagi setelah membaca ceritanya pak budiman, begitu rendahnya martabat orang Indon di negeri jiran.

  5. Malaysia, the trully of Asia.

    asia yang seperti apa sih? asia yang sering kasar sama turis asing?
    kalo dilihat sekarang, itu iklan pariwisata yang paling TIDAK MASUK AKAL.
    😀

    -IT-

  6. yeah, memang begitulah malaysia. dulu gw jg sekul disana n ada beberapa kejadian yang cukup tidak mengenakkan. aneh, beberapa temen indonesia yang pernah kena kasus pencurian, mesti kasusnya nguap gitu aja. ga pernah tau selesai apa ngga, ato pencurinya ketangkep apa ngga.

    tp gw ga pengen ikut2an emosi dulu. gw belom ngrasa ga perlu untuk men-generalisir permasalahan. barangkali aparat n pejabatnya mreka yg memang sombong congkang bin angkuh. tapi gw setuju juga untuk sementara tidak bepergian ke sana. ato kita kirim aja asap yg banyak sekalian.

  7. Well, bukan hanya di Malaysia saja, di Arab yang notabene cari makan dari ongkos naek haji kita aja, orang Indonesia masih dibentak-bentak, dipukulin, diperkosa, dibunuh. Di Hong Kong, waduh biarpun pegang paspor Amrik juga kalo muke Jawa direndahin.

    Mungkin sudah semestinya kita mengoreksi diri sendiri.

  8. kalo aku melihatnya, karena memang citra kita sudah buruk.
    ditambah, memang aparat mereka itu seperti itu.

    jadi, sebenernya pengiriman buruh TKI dan TKW itu harus dikurangi sedikit demi sedikit. bukan malah makin membabi buta…

    dengan begitu citra indonesia bisa dibangun dari awal lagi dari dalam. sambil mengirimkan tenaga2 ahli ke negara2 lain.

    kita memang harus bertugas bersosialisasi kepada orang-orang pedesaan bahwa, “bekerja di negara orang jika bukan sebagai tenaga ahli adalah percuma. karena akan menjadi lebih parah di negara orang nantinya. contohnya sudah banyak”

    aku sampai saat ini sangat concern dengan masalah TKI dan TKW. hiks. sedih.

  9. Mungkin dari pihak Indonesia harus ada “good will” dulu. Hampir setiap tahun Indonesia meng-export asap pembakaran (smoke haze) ke Singapur dan Malaysia.
    http://www.planetark.com/dailynewsstory.cfm/newsid/38366/story.htm
    http://www.abc.net.au/news/stories/2005/08/11/1434939.htm
    Pemerintah Malaysia dan Singapur sudah berkali-kali memohon pemerintah RI untuk turun-tangan mengontrol pembakaran hutan di Singapur.
    No wonder orang Malaysia agak “pissed off” dengan orang Indon 🙂

  10. Pertama-tama.. kantor gw kan milik Malaysia nih, gimana donk 🙁 ehehe…

    Kedua-dua, klo ngebalasnya dengan sweeping, ya emosional itu namanya. Lebih cantik, menutup bandara untuk para encik dan puan Malaysia 😛

    Pastinya, gak perlu emosional lah… Saya ndak setuju ada swiping-swiping an. Tapi kalau tidak hadir memenuhi undangan Malaysia, sampai ada permintaan maaf resmi perihal kebrutalan aparat mereka, nah ini saya setubuh (setuju buhanget).. Sekali-kali galak ama tetangga (yg agak kampretos) kan gak apa-apa…

  11. Yaaaaach tidak perlu gusar pada malaysia. kalau malaysia kurang ajar yah itu sudah sejak dulu bosss. sipadan ligitan dibadog, sekarang coba rampok blok ambalat. tapi masalah kita bukan itu. masalah kita adalah ‘banci’nya pemerintah yang selalu yess bosss kepada siapapun. Bagi masalah kayak gini jangankan pemerintah negara lain lawong pemerintah negari sendiri saja tidak peduli dengan ‘wong cilik’. apalagi pembantu di negara lain lawong orang indonesia sendiri juga banyak yang menyiksa pembantu hingga tewas. aaaahhhh capek tidur dulu ya. Pak SBY jangan cuma Tebar —— di mana-mana ya. saya sudah bosan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

  12. Kalau menurutku sih emang beginilah Bangsa Indonesia sekarang. Memprihatinkan… :((

    Ayo betapa ingin membalasnya kita kepada Malaysia kepada Singapura, kepada Arab, kepada Amerika, kepada Israel

    Perlakuan mereka kepada bangsa kita sangat pahiiiit sekali.
    Ini pil yang harus kita telan, karena kebodohan kita dalam bernegara ini.

    kita tetep tidak akan berdaya, kalau bangsa kita memang masih tetep seperti ini.

    Mari kita perbaiki apa yang bisa kita perbaiki, mulai dari diri sendiri, dan lingkungan di sekitar kita dulu, bahwa kita adalah bangsa yang unggul.
    bangun komunitas yang unggul.

    Kegelapan akan hilang begitu saja bila ada jutaan lilin2 yang menerangi.

    Jadilah kita salah satu titik cahaya yang menerangi kegelapan ibu pertiwi.

    Insyaalloh tidak sampai 10 tahun, bila kita konsisten INDONESIA akan menjadi bangsa yang disegani kembali.

  13. Kita tidak bisa menarik begitu saja para TKI. Mereka butuh uang untuk hidup. Uang yang sulit dicari di dalam negeri.

    Maka perbanyaklah pebisnis yang tangguh di negeri ini, sehingga mereka mampu membuka semakin banyak lapangan kerja. Syukur-syukur pebisnis tersebut bisa masuk ke pasar Malaysia.

  14. dari pengalaman tinggal di KL beberapa bulan, saya liat ada perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda di malaysia.
    orang-orang yang sudah berumur, terutama (maaf) ras keling, memandang orang-orang indonesia dengan parameter buruh. buat mereka, orang-orang indonesia yang datang ke sana hanya akan jadi buruh dan mempersempit kesempatan kerja masyarakat asli malaysia (atau mungkin buruh yang satu ras dengan mereka, pikir saya). ini diucapkan langsung kepada saya dan saya dengar sendiri.
    sementara anak mudanya menganggap anak-anak muda Indonesia (terutama jakarta) adalah trend setter. Trend yang dibawa dari jakarta ini akan jadi trend kemudian di KL. Teman saya, pemudi asli malaysia, malah sempat menebak dg tepat seseorang dari jakarta hanya dengan melihat penampilannya. Anak-anak muda Jakarta sangat dihormati dlm pergaulan anak muda di KL.
    jadi, kesan yang timbul di malaysia, juga disebabkan oleh apa yang kita kirimkan ke sana. Kita lebih banyak kirim buruh kasar, maka buat malay bangsa Indonesia = buruh kasar.

    btw, kemaren atlet malaysia di surabaya juga udah diusir tuh sama bonek. Tinggal yang di trisakti nih masih banyak bau malay. 🙂

  15. teman sekampung saya, ada yang kerja jadi TKI di malaysia. suatu hari ketika akan kirim uang ke keluarganya, di jalan dicegat 3 preman dan dimintai uangnya.

    kebetulan teman saya tsb badannya luar biasa kuat, sehingga dia bisa menghajar ketiga preman tersebut. maka masuklah teman saya dengan sukses ke penjara malaysia selama satu tahun *sigh!*

  16. @Tia – kalau bukan “condemn” / menyatakan itu salah, alternatifnya apa ?
    .
    1. membiarkan / pasif : ini salah satu hal yang memungkinkan kita jadi di injak-injak seperti ini.
    .
    2. membenarkan : wah ini jelas lebih keliru lagi. Penganiayaan mosok kita benarkan.
    .
    Jadi memang sikap kita terhadap insiden tersebut adalah harus menganggap itu suatu kesalahan.
    .
    Nah, tindakan / reaksinya yang perlu kita arahkan.
    .
    Jangan sampai jadi gerakan GAMAL ala Soekarno dulu, karena jelas tidak produktif, malah cenderung self-destruct.
    .
    Kesalahan terbesar memang ada di pemerintah yang tidak peduli dengan nasib TKI. Bayangkan, mosok paspor TKI kita boleh dipegang oleh majikannya ? Gila betul. Gimana mereka gak mau pada kena sweeping oleh polisi-polisi preman di Malaysia itu.
    .
    Saya sempat ketemu dengan kawan yang mempekerjakan pembantu dari Czech. Wah enak euy, ada jam kerjanya 🙂 kalau lewat dari jam 5 sore, sudah tidak bisa diganggu lagi. Ada jatah cuti, dan weekend libur.
    Ini karena mereka dilindungi betul dari awalnya, sehingga majikan juga tidak bisa menganiaya & semena-mena.
    .
    Kita harus tekan pemerintah, agar TKI kita juga bisa menikmati perjuangannya di negeri orang.
    .
    @AhSya – sweeping pekerja ilegal saya kira tidak apa, toh peraturannya memang pekerja harus resmi kan ? Cuma yang penting diperhatikan adalah caranya – jangan kita ikut-ikutan main fisik seperti polisi-polisi preman di Malaysia itu 😛
    .
    @Nukman – akur pak, yang sudah terlanjur ya sudah. Tapi stop dulu pengiriman TKI, sampai peraturan untuk perlindungan mereka jelas. Kalau tidak, kejadian ini ya akan terus berulang lagi 🙂
    .
    @All – kelihatannya sudah clear ya, Badawi sudah minta maaf ke SBY. Sekarang bolanya kembali di pemerintah; apakah mau & bisa mereka membuat aturan main yang melindungi TKI kita.
    .
    Ngomong-ngomong, melihat respons masyarakat yang luar biasa soal TKI, Raisyah, tol JORR; saya jadi ngelamun, apakah mungkin bisa dibuat respons yang lebih dahsyat lagi soal minyak tanah vs Elpiji ? Rakyat kecil banyak sekali yang dibikin sulit gara-gara agenda beberapa kelompok elit ini.
    Bersatu kita teguh banget ternyata ya.

  17. malaysia tuh lama-lama kelihatan konyol banget, tapi nggak lucu justru bikin geram. seharusnya mereka malu dengan indonesia, founding father kita berhasil menyatukan berbagai macam suku, ras dan agama di bawah naungan NKRI, kita mendaptkan kemerdekaan dengan hasil jerih payah dan pengorbanan dari segenap anak negeri. nggak seperti mereka cuman nunggu hadiah kemerdekaan dari inggris.
    seharusnya kita bangga dengan negara ini, karena kita berhasil mengembalikan demokrasi di negara ini, meskipun masih perlu pendidikan berdemokrasi yang baik, lha malaysia katanya negara maju, tapi demonstrasi anwar ibrahim yang tanpa anarkis ditembakin ama polis malaysia.
    kita harus sadar bahwa kemajuan malaysia (katanya seeh) tak lebih hanya sebuah topeng kesultanan mereka untuk membungkam orang-orang yang menyuarakan demokrasi di malaysia, so where’s freedom of speech!!!
    if you want to create democracy in malaysia, just DREAM ON!!

  18. gw jadi sebel ma orang malaysia…, susah juga sih … kalo baca di koran kompass sebenarnya yang angkuh itu elit politiknya.

    warga malaysia sendiri jarang mendengar berita seperti ini karena hal seperti ini jarang di xpos di media.

    tapi tetep aja si.., harusnya pemerintah turun tangan ga cuma maksa minta maaf aja. tapi pelakunya arus di hukum pula.

  19. apa yang mau diribut2…bangsa indonesia kan bangsa yang lemah dan sering ditindas..menangis aja kita dehh minta pertolongan..iya malaysia kan negara kuat militernya..dihantarin azahari seorang aja udeh cukup letup jakarta..bagaimana kita mau ganyang malaysia ya? kensel aja kok hahahaha

  20. Kita semua prihatin dan dada ini terasa sangat sakit dengan kenyataan pahit yang ada, yaitu begitu rendahnya Malaysia memandang Indonesia dan juga begitu lemahnya pemerintah kita…
    Tapi kita ga perlu mengotori mulut kita dengan sumpah serapah busuk spt yg orang Malaysia lakukan thd kita…krn tanpa kita balas, mereka tu sdh menghinakan diri mrk sendiri ke titik yg plg bawah…
    Sebaiknya kita skrg berusaha bangkit, kita harus membalas penghinaan ini dengan achievement…itu akan jauh lebih mulia drpd membalas dgn sumpah serapah…
    Suatu hari kita akan bisa berjalan tegak dihadapan malaysia & mdh2n mulut yg sdh menghina kita itu akan membusuk di neraka…

  21. Met thn baru 2008 buat semua.
    Stop tki dan tkw.masih banyak yg bisa kt lakukan di indonesia.cr uang disini susah?apa iya?
    Wassalam.

  22. Nasionalisme telah membuat Malaysia dan Indonesia menjadi sombong kepada sesama muslim,Jika Indonesia dan Malaysia berperang karena Adu domba Anjing – anjing Yahudi sementara tuannya membantai Palestina, maka kami akan memancung kepala para Provokator yang membantu anjing – anjing yahudi dan
    memancung kepala anjing – anjing yahudi.
    kunjungi situs saya : http://www.setansatan.blogspot.com

  23. Assalamualaikum kepada sahabat2ku di indonesia, saya telah membaca komen anda semua. Apa yang dapat saya nyatakan di sini kita hendaklah bertindak mengikut akal fikiran. Bukankah anda semua orang2 yang bijaksana. Janganlah kerana hal yang kecil hendak diperbesarkan. Kan tak elok namanya tu…Sebenarnya banyak perkara yang anda tak tahu sebenarnya dan anda bercakap pun ikut perasaan. Jadi, apabila kita bercakap ikut perasaan maka benda yang tak elok akan keluar. Semestinya, anda kena berbincang dengan orang yang tahu dahulu…Sekian, terima kasih.

  24. Saya ikut prihatin dgn kejadian yg menimpa Bpk Budiman.Saya WNI yg tinggal di KL.Selama ini tidak ada masalah dengan polis Malaysia.Tapi memang pak setiap keluar rmh “WAJIB”hukumnya bawa paspor apapun alasan dan siapapun kita.Sama halnya di Indonesia kita harus selalu bawa KTP,dan banyak kejadian razia KTP dan bisa2 urusannya jd panjang.Saya rasa di Negara manapun kita wajib bawa paspor,krn hanya itu satu2nya identitas diri kita.
    Mengenai penyebutan Indon memang sangat menyinggung perasaan kita,tp yg paling menyakitkan hati saya ketika ada WNI yg telah lama tinggal di Malaysia dan ikut2an menyebut Indonesia dengan Indon.Hal ini pernah saya alami sendiri,dan saya dgn kesal mengatakan:Maaf,saya bukan indon,negara indon itu di mana? Saya orang INDONESIA.Jangan sekali2 lagi sebut saya Indon.Mungkin krn malu langsung dia minta maaf di depan orang2 Malaysia

  25. Pingback: English Setter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *