KBH is the new buzzword : Result-oriented versus 9-to-5

Suatu hari di kantor saya, pukul 13:00, Andy tiba “assalamu’alaikum” sapanya, dijawab oleh rekan-rekan di ruangannya. Andy langsung memulai pekerjaannya hari itu di mejanya. Yang lainnya meneruskan kembali pekerjaan mereka masing-masing. Saya berhenti sejenak dan menutup mata, meredakan sakit kepala setelah mengerjakan riset untuk presentasi seorang client selama beberapa jam.

Apa yang aneh disini ?

Ya, di tempat lainnya, Andy bisa dipecat karena baru tiba di kantor pukul 13:00.
Tidak demikian halnya di kantor saya. Disini, jam kerja bebas. Mau datang jam 5 sore,tidak apa. Pulang jam 8 pagi keesokan harinya ? Tidak masalah, sleeping bag juga sudah disediakan. Paling ada jadwal piket telpon, sehingga selalu akan ada yang menerima telpon pada jam kantor standar (9 – 5).

Hari ini kebetulan saya menemukan artikel BusinessWeek dengan judul Smashing The Clock. Kutipan :

… workers pulling into the company’s amenity-packed headquarters at 2 p.m. aren’t considered late. Nor are those pulling out at 2 p.m. seen as leaving early. There are no schedules. No mandatory meetings. No impression-management hustles. Work is no longer a place where you go, but something you do. It’s O.K. to take conference calls while you hunt, collaborate from your lakeside cabin, or log on after dinner so you can spend the afternoon with your kid.

Saya tersenyum simpul. Ini adalah yang telah saya lakukan sejak awal, jauh sebelum saya membaca artikel tersebut. Pada awal pendirian perusahaan, saya meluangkan sedikit waktu untuk memikirkannya, dan memutuskan kondisi kerja kantor sebagai berikut :

  • Jam kerja bebas
  • Kantor bisa diakses 24 jam
  • Masa cuti : tidak terbatas.

Satu-satunya persyaratan saya adalah : deadline tidak boleh terlampaui. Target harus tercapai.

So far so good.
(fingers crossed !)

Dasar pemikirannya sederhana – saya kira, percuma saja staf bekerja 9-to-5 kalau hatinya tidak berada di yang sedang dikerjakannya. Jangan-jangan nanti malah cuma pada chatting atau browsing Internet seharian, menunggu waktu pulang kantor. Lha ya gimana, hidup seperti ini memang berat, saya tahu karena saya juga pernah menjalankannya.
Pergi ketika jalanan macet, pulang ketika jalanan macet juga. Sampai di rumah anak-anak sudah tidur semua. Ketika libur weekend, semuanya juga sedang di tempat rekreasi yang sama. Stress 24×7. Bangun pagi dengan perasaan tertekan, membayangkan 3 jam perjalanan menuju ke kantor. Setiap hari Minggu sore mulai depresi, menyadari bahwa besok adalah hari Senin. Sounds familiar ?

Dengan KBH (Kerja Berorientasi Hasil), maka staf kami bisa bebas menentukan hidup seperti apa yang mereka inginkan. Yang tipe kalong, bisa datang jam 5 sore dan pulang jam 9 pagi 🙂
Ada juga yang bisa menginap berhari-hari ketika di kantor, namun libur di hari Rabu dan Kamis. Ada lagi yang di kantor hanya pada hari Rabu dan Kamis. Ada juga yang belum pernah datang ke kantor sama sekali !

Keuntungan bagi perusahaan juga besar. Ruang kantor kami tidak perlu berukuran raksasa. Jumlah komputer juga tidak perlu banyak – staf kami akan bekerja menggunakan komputer mereka sendiri di rumah dengan senang hati. Staf yang bermotivasi tinggi memungkinkan kami untuk menangani proyek-proyek yang normalnya tidak akan bisa tertangani oleh perusahaan seukuran kami.
Dan ketika target kerja selalu tercapai 100%, (tentu saja!) ini sangat membantu meningkatkan daya saing perusahaan.

Selain itu mudah-mudahan kami juga jadi berkontribusi untuk mengurangi berbagai masalah nasional; staf kami tidak turut menambah kemacetan, kami lebih banyak menggunakan daya listrik ketika beban listrik sedang rendah, akses internet banyak dilakukan ketika traffic internet Indonesia sedang rendah, staf kami meramaikan angkutan umum ketika jam-jam sepi, dan seterusnya.

Masih kecil kontribusi di atas tentunya karena kami juga perusahaan kecil. Akan menjadi lebih signifikan jika Anda juga ikut serta.
Bagaimana, tertarik ?

Tambahan:
Artikel dari NetworkWorld mengenai perusahaan-perusahaan yang sudah mengimplementasi KBH – tantangan berikutnya adalah menjaga semangat teamwork agar tetap tinggi. Ini menjadi perlu diperhatikan ketika sudah pada level seperti IBM, dimana 40% staffnya bekerja dari rumah / mana saja.

Semoga bermanfaat 🙂

69 thoughts on “KBH is the new buzzword : Result-oriented versus 9-to-5

  1. Saya juga begitu. Pake KBH. Akan tetapi…
    bakalan amat sangat menderita kalau harus menutupi kesalahan / kekurangan orang / pos lain. Jam kerja tak terbatas bowwwwowowow
    Kalau gak dikerjakan, kerjaan kita juga berantakan. Sementara yang bersangkutan udah ngabur dapat tugas baru.
    *lho malah curhat?*

  2. wah kerja kaya gini nih yang gw pingin. sembari kul bisa otak-atik program, ga harus fulltime lagi. jadi gw bisa manfaatin kompinya lab buat koding. pasti asik!

  3. KBH cuma bisa untuk ‘bagian dapur’ yang gak berhubungan dengan orang lain. kalau bagian depan, mau gak mau harus 9-5, soalnya harus menyesuaikan dengan jam kerja orang lain 🙂

  4. tempat kerja gw dulu sempat punya aturan begitu, tapi karena disalahgunakan segelintir orang, aturan itu disetop 🙁

    memang butuh komitmen bersama dgn aturan seperti itu

  5. @Q – ya, memang perlu ekstra kerja keras dari manajemen agar skema KBH bisa sukses — harus adil, harus mau repot set target, mau repot monitor achievement, mau pusing menasehati / memberi sanksi kepada non-achiever, dst. Kuncinya ada di manajemen saya kira.
    .
    @alamster – betul. Tapi juga masih bisa diakali saya kira; homeschooling, sekolah terbuka / universitas terbuka, dst.
    .
    @buchin – tertarik ya ? 🙂
    .
    @Priyadi – kalau di kantor kita solusinya adalah dengan jadwal piket. Jadi kita saling bergantian meng cover resepsionis & telpon. Sejauh ini, kompromi ini tidak bermasalah bagi semua pihak.
    .
    @Ben – ya, sayang juga ya, kalau manajemen mau sedikit pusing, sebetulnya ini bisa diatasi. Target & deadline jelas, sanksi jelas — nah kalau ini dijalankan oleh manajemen dengan disiplin, maka saya kira tidak akan ada celah bagi para abuser tersebut.
    .
    @sandal : *tendang sandal ke kamenrider.com* 🙂

  6. wah..enak kayaknya ya mas harry. tapi berapa banyak sih perusahaan yang mau memikirkan hal seperti itu?

  7. sama dengan di NiSHa alias Nippon Sharyo , pabrikan kereta di Jepang.

    jam kerja fleksible asal pulangnya sesuai, maksudnya masuk jam 7 pagi pulang jam 17 sore ( 10 jam kerja ) masuk jam 10 pulang jam 20.00 begitu 🙂

  8. waduh, udah keduluan komen ksatria baja hitam. lagian judulnya bahasa inggris tapi kbh-nya ternyata singkatan bahasa indonesia…

  9. @cahyo – mustinya banyak; karena yang akan diuntungkan adalah perusahaan itu sendiri.
    .
    @rasyid – belum ada lagi saat ini, makanya bantu doakan supaya perusahaan ini cepat besar dan jadi ada lowongan lagi untuk Anda 😉

  10. Boeng, koweorang di maatschappij mana ja ? soalan ik perna dapet itoe peladjaran management, iang soeda bahas in soewal. Satoe maatschapij di itoe Brasil poenja negri, bebas kasih mardika marika orang poenja djem kerdja, bahken bole kassie besaran wang gadjih sendirih itoe…..maimangnjah kowe kerdja apa itoe ? ik djahadie tertariek poen….kassie tahoe ik ja ?

  11. @koeaingdiboeroehkeunsiah! — euh, kalau saya tidak salah paham; anda bertanya dimana saya bekerja ? saat ini sih di perusahaan saya sendiri 🙂
    .
    Dan ya, juga bisa bebas menentukan gajinya sendiri… kalau ada yang bisa merefer sebuah proyek ke perusahaan, maka dia bebas menentukan komisinya. Anda juga bisa begini – refer sebuah proyek IT kepada kami, dan tentukan sendiri komisi Anda 🙂
    .
    btw; blognya super unik 😉 kreatif !

  12. @koeaingdiboeroehkeunsiah! — saya kira belum. “Kelemahan” dari sistim KBH ini adalah beban pihak manajemen menjadi bertambah, he he.
    .
    Walhasil, saya biasa bekerja Senin – Minggu. Kadang juga baru pulang kerja pukul 12 malam.
    .
    Tapi kalau melihat kinerja perusahaan dengan scheme ini, worth it lah saya kira. Semangat kerja selalu tinggi, dan hasil kerjanya juga jadi selalu memuaskan.
    .
    Sambil pelan-pelan skema ini terus disempurnakan, sehingga akhirnya kami semua bisa lebih banyak bekerja dari jarak jauh :).
    .
    btw; pada saat ini salah satu masalah terbesar adalah: AKSES INTERNET.
    Karena akses yang lambat / tidak stabil / mahal, maka berkali-kali akhirnya kita terpaksa ngantor.
    .
    Kalau akses internet sudah bagus (reliable & murah), maka skema ini akan dapat berjalan dengan lebih lancar lagi saya kira.

  13. @kus : beberapa perusahaan di Jakarta, sekitar 5 tahun yang lalu mungkin sampai sekarang masih menerapkan cara kerja seperti itu. Datang lebih pagi, pulang lebih sore. Contohnya bekas perusahaan adik saya di Benhil, kerjasamanya dengan Perancis. Akhirnya mereka lebih memilih datang jam 7 pulang jam 3 karena lebih cepat sampai dirumah.

    Tempat kerja teman saya di Cawang juga gitu. Datang siang berarti pulangnya lebih malam. Kalau ga salah ingat perusahaan BUMN ada yang menerapkan seperti itu.

  14. wah kalo kerja sistem begituan sih udah gue lakukan sejak dulu mas herry….lha wong saya gak punya kantor kok…hehehe.
    Pokoknya dead line gak boleh lewat dan target harus tercapai. Mau gak kerja 1 minggu kek, 2 minggu kek…yang penting minggu ke empat kelar kerjaannya….hehehehhe

  15. This was a very well-written and enjoyable post to read.I like the way you describe all the things and the examples.Thanks a lot.Keep up the good works.

  16. Dsquared2 Jackets can offer you the best service and best selection of stylish dsquared2 jackets, Dsquared2 Jeans and shoes. You can stay right where you are and continue shopping at Dsquared2 online shop. Top quality, best price, complete package, quick response, safe and fast shipping, professional service. Are you like Cheap Dsquared2 products, so you can think about our Dsquared2 online shop. If you wear the shoes, you will look very confident and generous. Dsquared2 store shoes are at competitive and discounted prices.

    Dsquared2 T-shirt is the latest popular with decorative design, unique style and very fashionable. Once you get it, you will find that it is worth paying. Its careful design style and fashionable brilliant appearance is a notable feature. Dsquared2 belts is the coolest effect and would not look bloated fashion items, from autumn to winter has been wearing. Now the cool and sexy dsquared jeans absorbed the tradition and retro elements, not only can easily create stylish, personalized, and easy to integrate with the trend.

    Dsquared2 Belts is also designed to absorb the elements of knitting patterns and some adorned with fur collar office or of patent leather is also a sense of the fabric. Good in the winter sun, when closing the body but stylish Dsquared2 jeans would be a good choice. Dsquared2 jeans the fit, the cut, the way in which they flatter your leg–amazing. Dsquared2 clothing really are a do the responsibility of art. They should understand that it’s not just rich-ass women shopping here at Christiands Dsqaured2 jeans Sale.

    Some of us will actually desire for gorgeous shoes and it’s scary to make this kind of purchase Dsquared2 jeans men hough when it comes down to it, i do know they are not meant being walked all over in much, but are so amazing and really feel so amazing on, I really enjoy getting just like a good offer use out them as possible! i’d recommend steering for just about any gorgeous Dsquared2 men ought for you may be steering to splurge on these puppies, just because the way the Cartier glasses are made is so amazingly special.

  17. Pingback: gaming jobs
  18. permisi mau tanya dong..

    ada list perusahaan2 yang menggunakan sistem jam kerja bebas seperti ini di Jakarta gak?

    Mohon infonya ya..

    Thx

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *