Monthly Archives: June 2006

Riwayat Sabili

Trims kepada Arif Widi, saya jadi menemukan artikel yang menarik ini.

Kutipan:

“Kita ingin membangun media yang bisa mencerdaskan bangsa, bukan media yang sekadar menyajikan hiburan yang merusak ahlak sambil dapat untung. Kita tidak. Kita betul-betul ingin menyampaikan nilai-nilai yang baik. Paling tidak, media itu sebagai media pencerdasan, pencerahan, maupun sebagai penyampai informasi,” ujar Zainal.

Saya masih ingat kesan saya ketika dahulu pertama kali membaca Sabili. Ketika itu saya masih kuliah. Amat menarik membaca majalah Sabili ketika itu, karena isinya beda ! Ketika semua media massa membahas berita sama – yang sedang hangat, Sabili justru membahas berita yang perlu & penting. Pembahasannya pun cukup kritis, kita bisa mendapatkan banyak wawasan baru dari situ.

Sabili juga berani – bedakan dengan media massa sekarang, karena zaman dahulu (zaman Bpk. HM Soeharto), media massa yang kritis dan berani maka akan beresiko kena bredel, dan penanggung jawabnya bisa diciduk dan disiksa secara fisik dan mental.
Media massa pada saat ini tidak dibayangi oleh resiko ini.

Karena itu saya merasa sangat kehilangan ketika Sabili kemudian menghilang begitu saja pada akhir 1993. Mungkin karena keberaniannya membahas tragedi Tanjung Priok. Ternyata Sabili akhirnya kena juga, dibredel oleh Benny Moerdani (may you not rest in peace, penjagal umat Islam yang sangat kejam).

Kebijakan Orde Baru ini banyak dipengaruhi oleh CSIS :

Kebijakan Orde Baru ini dianggap banyak dipengaruhi oleh Center for Strategic and International Studies, sebuah think tank di Jakarta, yang didirikan pada awal Orde Baru.

Saya pribadi pernah bertemu & berdialog dengan dua orang anggota CSIS, dan memang agenda serta cara pandang mereka terhadap Islam sangat destruktif. Entah bagaimana sekarang, tapi mungkin untuk amannya kita anggap saja masih sama seperti demikian.

Sabili sebelum dibredel cukup spektakuler oplahnya, bahkan jika dibandingkan dengan media massa umum :

Pada waktu itu dunia Islam sedang tersudut, mulai dari Palestina, Afghanistan, Bosnia, Chehnya, hingga persoalan-persoalan umat Islam di tanah air, seperti kasus Lampung dan Tanjung Priok. Sabili terbit pada saat yang tepat.

“Gaya pembelaan Sabili sangat memungkinkan umat Islam yang selama ini tidak punya media, kemudian merasa terwakili. Jadi klop. Antara umat Islam yang tertindas selama Orde Baru, dengan munculnya media yang menyuarakan mereka,” kata Mabrur.

Setelah dibredel, dan kemudian terbit kembali di sekitar tahun 1998, oplah Sabili semakin melejit saja :

APA benar oplah Sabili 100 ribu? Pertanyaan ini muncul karena selama ini suratkabar Islam tidak pernah mengungguli media umum sejenis. Apalagi hasil survei AC Nielsen itu muncul saat Indonesia mengalami krisis ekonomi. Jangankan media Islam yang lekat dengan mitos “hidup enggan mati tak mau,” suratkabar umum pun pada bertumbangan. Belum lagi kemungkinan AC Nielsen melakukan kesalahan? Pertanyaan-pertanyaan itu mendorong saya melihat sendiri seberapa besar daya serap pasar terhadap Sabili? Bagaimana distribusi dikerjakan?

Hasilnya sungguh di luar dugaan. Dari 40-an agen yang saya temui selama hampir dua bulan, di mana 25 ada di Jakarta serta sisanya di sekitar Yogyakarta dan Surabaya, semuanya mengatakan Sabili hampir selalu habis terjual. Sesekali memang tersisa, tetapi ini jarang apalagi kebijakan pengembaliannya sangat ketat. Beberapa kios tegas mengatakan tak pernah ada sisa majalah Sabili.

Bagaimana dengan Sabili sekarang ? Sebagaimana dengan semua media massa lainnya, tentu akan selalu ada hal-hal yang bisa ditingkatkan lagi. Saya pribadi sekarang tidak membaca Sabili lagi, karena terakhir kali membacanya, isinya terlalu sensasionalis / bombastis bagi saya. Tentu saja YMMV. Kritik untuk Sabili juga ada beberapa di artikel asli tentang Sabili tersebut.

Mudah-mudahan Sabili akan terus menjadi makin baik, adil dalam membahas suatu topik, mencerahkan, mencerdaskan. Amin.

Sumber : [ Jihad Lewat Tulisan : Kisah sukses majalah Sabili dengan beragam ironi ]
(perlu registrasi dulu, tapi prosesnya gratis & cepat)

Itegno 3000 and Fedora Core 3

We bought Itegno 3000 last week and plugged it into a Fedora Core 3. To our surprise, it’s detected by FC3 straight away, and accessible via /dev/ttyUSB0

Then we’re able to set the internet access via Applications – System Settings – Network. We’re now able to share the internet connection to a few users more reliably.

Very nice. Kudos to Itegno for opening itself up to open-source developers.

And thanks also goes to Fajar for his information, which led to the purchase of this great device. We bought it from Data Sari Citra, which allowed us to test it for a week, again very nice. Just ask for Mr. Sudiro (marketing).

Arogansi Tim O’Reilly

Respons Tim O’Reilly mengenai masalah trademark “Web 2.0” cukup mengecewakan.

Pertama, tidak ada kesimpulan konklusif mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap sumber masalah – pengacara CMP. Tanpa surat C&D dari mereka, masalah ini tidak akan pernah terjadi. Dimana para blogger dikritik dengan pedas karena responsnya, Tim bersikap lunak terhadap CMP dan lawyernya.
Apa susahnya sih menyatakan “We will make sure this will not happen again in the future” ?

Kedua, kurangnya simpati terhadap posisi IT@Cork – organisasi non-profit, menerima surat C&D; karena akan sangat berat untuk menyewa lawyer, maka tentu saja akan berusaha melakukan segala cara untuk menyelamatkan dirinya. Disebutkan kurang simpati karena point pertama. Seharusnya Tim bisa memahami bahwa Tom mungkin melakukan kesalahannya (C&D dari O’Reilly – seharusnya CMP) karena panik. Ini malah menuntut meminta maaf. Memang haknya, namun ini tidak elegan dan jelas terkesan arogan. Bagusnya, Tom mau mengucapkan maaf kepada Tim.

Ketiga, O’Reilly tidak betul-betul bebas dari tanggung jawab – sebelum lawyer CMP mengirimkan surat C&D tersebut, Gina Blaber dari O’Reilly sudah menyetujuinya. Sudah jelas demikian, tapi tetap saja Tim mengeluh bahwa O’Reilly kena batunya disini. Whiner.

Keempat, Tim justru menghina bloggers dengan sebutan “mob”. Padahal ini, lagi-lagi, tidak akan terjadi jika tidak ada poin pertama. Tim tidak menyebut lawyernya (aka = sumber masalah) dengan kata yang buruk, malah blogger yang dikenakan.
Memang ada blogger yang salah dan patut disalahkan, namun para sumber masalah justru tidak dikenakan perlakuan yang buruk seperti itu juga.

Secara umum, respons Tim terkesan sangat arogan. Mengecewakan.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita dalam menangani kesalahan yang telah terjadi itu.
Dalam hal ini, O’Reilly gagal dengan cukup mengecewakan.

Contoh poin-poin lebih lanjut bisa dibaca pada komentar-komentar di posting tersebut, seperti pada komentar dari
Dale Sundstrom,
Varun at May 30, 2006 07:35 PM,
weber_grill (warning: emosional),
IAMweb2.0TM,
J. Random Hacker,
Clyde Smith (May 30, 2006 09:46 PM — CMP juga telah mendaftarkan “Software Development” ??),
Dennis Howlett,
Tim Almond,
Anon at May 31, 2006 05:02 AM,
Anonymous at May 31, 2006 08:44 AM,
David Jones at May 31, 2006 08:36 AM, dll.

CMIIW, karena postingnya cukup panjang, dan semakin mendekati akhir terus terang saya makin kecewa membacanya.

Nokia E61 dan E70

Kedua handphone ini sangat menarik, karena spec-nya lebih bagus daripada Nokia 9500 yang saya miliki saat ini (better camera/bluetooth/3G/PTT), dan harganya malah lebih murah !

[ E70 ] ini yang paling menarik, bentuknya seperti Nokia 6820 saya (bisa dibuka dan muncul keyboardnya); tapi dengan spec yang JAUH di atasnya – kamera 2MP, Bluetooth 1.2, WiFi, quadband GSM, 3G WCDMA, 65MB internal memory, hot-swap mini SD slot up to 2GB, infrared, USB, Push to Talk, Symbian OS v9.1.
[ E61 ] bentuknya mirip seperti Treo 650, spec mirip dengan E70 tapi minus kamera.

Barusan cek lagi, ternyata E61 kini sudah mulai dijual. Salah satunya adalah Butik Ponsel yang berlokasi di Jl. Sudirman (Jakarta), dengan harga Rp 4.700.000.
Sedangkan E70, menurut mereka, baru akan muncul sekitar bulan Juli.

Sekarang lagi mencari-cari kalau ada yang sudah duluan menjual E70. Ada yang tahu ? 🙂 🙂

Hizbut Tahrir vs Koran Tempo

Hari ini saya mendapat sebuah email di milis internal Isnet dari Fahmi Amhar. Isinya ternyata adalah press release dari Hizbut Tahrir, mengenai bantahan terhadap editorial Koran Tempo 29 Mei 2006.

Kutipan:

Editorial yang anda tulis dengan tajuk: Pengusiran Abdurrahman Wahid, sadar atau tidak merupakan provokasi yang sangat keji. Sejak awal, tidak ada kasus pengusiran, sebagaimana yang telah dijelaskan berkali-kali oleh Hizbut Tahrir Indonesia, dan juga ormas-ormas Islam lainnya, termasuk di dalamnya MUI dan kapolres Purwakarta. Bahkan, Gus Dur secara resmi telah menyatakan tidak ada pengusiran, sebagaimana yang dilansir oleh Detikcom (27/05/2006), dan Kompas hari ini (29/05/2006).

Karena itu, apa yang anda tulis di dalam editorial anda merupakan bentuk penyesatan, dan sekaligus provokasi yang bisa memancing emosi umat Islam. Sebagaimana yang kita ketahui, sebelum ada pemberitaan di Pikiran Rakyat (24/05/2006) dan Surya pada hari yang sama, kemudian RCTI (Seputar Indonesia, 24 Mei 2006), mengutip pernyataan Drs H. Agung Nurhalim dan Aliansi Masyarakat Anti Kekerasan (AMAK), yang menyatakan bahwa telah terjadi pengusiran terhadap Gus Dur oleh FPI, MMI, FUI (Forum Ulama Islam) dan HTI, yang dibumbui dengan sebutan-sebutan yang tidak senonoh, seperti preman berjubah yang meresahkan dan terkesan main hakim sendiri, nyaris tidak ada insiden pengerahan massa yang menjurus pada tindakan anarkis. Tetapi, setelah adanya pemberitaan tersebut, terjadilah ketegangan antara massa Garda Bangsa —yang mencoba menyeret-nyeret massa NU— dengan FPI, dan FBR di Jakarta dan beberapa daerah.

Untuk artikel selengkapnya (press release HT & Editorial Koran Tempo), silahkan klik.

Continue reading Hizbut Tahrir vs Koran Tempo

Banyak Anak = Banyak Rezeki ?

Ada seorang kawan akrab saya yang cerita. Latar belakangnya, dia skeptis dengan pendapat bahwa “banyak anak = banyak rezeki”. OK kita lanjutkan ceritanya; suatu hari dia bertemu dengan seorang ustadz yang sudah lama tidak ditemuinya.
Selagi di perbincangan yang menyenangkan itu tersebut bahwa sang ustadz kini anaknya sudah 9 orang.

Kawan saya ini tahu bagaimana kondisi ekonomi sang ustadz. Anaknya ada 9, dan kehidupannya cukup pas-pasan. Maka tidak tertahankan lagi olehnya untuk mencetuskan, “Ustad, bener gak sih bahwa banyak anak itu banyak rezeki ?”, yang dijawab oleh sang ustadz tanpa keraguan, “benar”.
Seperti bensin yang tersambar api, kawan saya langsung menyambut, “tapi ustadz kok hidupnya susah ???”

Dengan tenang sang Ustadz menjawab, “Itu karena rezeki & hak milik saya sudah dirampas oleh banyak orang, terutama pejabat yang zalim. Kalau uang rakyat tidak dikorupsi, tidak dipakai untuk membayar hutang luar negeri, tidak dipakai untuk menomboki BLBI 215 trilyun, tidak dirampas oleh pak harto, dst — maka 9 anak ini akan ada banyak rezekinya”.

Kawan saya tercengang.

Saya tertawa terbahak-bahak. Bukan saja karena ternyata akhirnya terbukti sang kawan keliru, setelah diyakininya selama bertahun-tahun. Namun juga karena takjub tentang bagaimana tepatnya jawaban sang ustadz tsb, berdasarkan pada pengalaman saya sendiri.
Anak kami ada 4, dan rezeki kami jadi bertambah banyak karena anak-anak ini sewaktu di Inggris. Paling tidak, dari children benefit saja sudah lumayan. Padahal masih ada banyak lagi.

Lalu saya tercenung, karena di negeri non-muslim itu, justru janji Allah swt diwujudkan – karena memang kezaliman penguasa terhadap rakyatnya tidak terlalu parah. Sedangkan di negara mayoritas muslim ini, Indonesia, janji tersebut justru tidak terjadi — karena malah dirampas oleh para penguasa dan segelintir kelompok elitnya.

Saya pribadi kalau sudah berjanji, lalu disabot oleh orang lain sehingga janji tadi gagal ditepati; terus terang saya akan jadi sangat marah. Atasan pun akan saya lawan. Nah, kini bagaimana perasaan Tuhan, rajanya segala raja, ketika ada makhluknya yang dengan sombong mensabotase realisasi janjiNya ?
Well, see you in Hell“, mungkin kira-kira begitu jawabnya 🙂 he he..

So, “banyak anak, banyak rezeki” itu memang benar. But, not here 🙂

The only way to hurry is to take your time

The only way to hurry is to take your time
– Beverly Crusher (Star Trek: The Next Generation)

I like watching ST:TNG for quotes like this — insightful, and actually very applicable.
Just a few weeks ago I benefited again from it.

A lot of my work was backlogged because I was down for the whole week (got throat infection, took antibiotics but kept working hard. Then even after 30 amoxicillin pills it’s still pretty bad).
So naturally, when I was able to start working again, I immediately went into overdrive.

For 3 days, I produced almost nothing.

On the fourth day, I began to realize this. While I was pondering on the possible cause, I remembered that quote above, and it dawned on me that I have (again) pushed myself beyond my limits.
Immediately I stopped over stressing myself. At the end of the day, I got immediate results, with a few more ready to be harvested by the next week.
Thank you Mrs. Crusher.

I think she said this when she was about to do a surgery on a dying patient. Needless to say, it needs to be done as soon as possible. But, she knew that it’ll only more likely to cause his death, and said that.
On jobs that require intense focus and thinking, the last thing you need is to be hurried and rushed. I’ve experienced it myself for many times now that when I’m calm, I’m able to get tremendous amount of work done in an amazingly short time.

btw; anyone knows which episode is it ? I watched it years ago, and can’t remember which.

Jurus-jurus praktis memulai bisnis Muslimah

Artikel ini aslinya dimuat di majalah Alia, dan atas izin redaksinya maka bisa dimuat disini, terimakasih.
Tulisan pertama dari tiga artikel.


Jurus-jurus praktis memulai bisnis Muslimah
Oleh: Helen Sufehmi

Akhir-akhir ini, biaya kehidupan sehari-hari makin terasa memberatkan. Listrik, bensin, transportasi; berbagai kebutuhan pokok tersebut telah naik berkali-kali. Kenaikannya tersebut kemudian biasanya diikuti dengan kenaikan berbagai komoditas yang tergantung pada hal-hal tersebut juga. Sehingga kini kenaikannya menjadi cukup merata di segala hal.
Banyak orang yang kemudian tergoda untuk berusaha sendiri. Tapi kemudian banyak juga yang kita lihat mengalami kegagalan dalam usahanya tersebut.

Bagaimana dengan kita? Tentu menarik sekali ya jika kita juga bisa memiliki usaha kita sendiri. Apakah itu niatnya sekadar mengisi waktu, apalagi ketika anak-anak kita sudah mandiri. Atau niat membantu suami untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mungkin malah untuk mengikuti sunnah Nabi saw sebagai seorang pedagang dulunya, dimana Nabi saw juga telah bersabda bahwa, “Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan dari sepuluh pintu rezeki” (HR Ahmad)

Pertanyaannya sekarang; how? Bagaimana caranya kita memulai usaha kita sendiri?

Selama bertahun-tahun, saya mengamati berbagai usaha muslimah; bagaimana awalnya, suksesnya, dan ada juga yang kemudian menurun. Dari situ, banyak sekali yang bisa kita jadikan pelajaran.

1. Temukan peluang, yang cocok, bagi Anda.

Pertama sekali, Anda harus menentukan dulu, bisnis apa yang ingin dan bisa Anda lakukan.

“Ingin” – usaha tersebut harus sesuai dengan bakat dan minat Anda. Jika usaha tersebut berpotensi bagus, namun tidak menarik bagi Anda, maka akan bermasalah di tengah jalannya kelak. Ini kadang terjadi, dan akibatnya biasanya cukup fatal.
“Bisa” – usaha tersebut memang adalah usaha yang mampu Anda lakukan; Anda punya cukup modalnya, ada waktunya, dan seterusnya.

Ada berbagai jenis usaha, yaitu produksi, jual-beli, jasa, atau kombinasinya. Contoh usaha produksi misalnya usaha konfeksi busana muslim, kerajinan tangan, bakery, dan lain-lain. Contoh usaha jual-beli misalnya warung, MLM, toko, dan seterusnya. Sedangkan contoh usaha jasa seperti konsultan komputer / arsitektur / pembukuan / landscape / dan lain-lainnya.
Yang kombinasi misalnya usaha konfeksi busana muslim, yang juga ada outletnya; sehingga, usaha tersebut mencakup produksi dan jual-beli.

Sebagai muslimah, memang kita ada memiliki beberapa keterbatasan. Biasanya dari segi waktu, karena memang tanggung jawab pertama adalah mengurus keluarga kita. Jadi kita perlu memilih jenis usaha yang bisa kita jalankan, walaupun dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Tapi jangan menganggap bahwa ini akan membuat kita tidak bisa menjadi maju – justru beberapa usaha muslimah bisa lebih maju daripada usaha suaminya. Biasanya ini terjadi ketika muslimah tersebut menganggap keterbatasan tersebut sebagai bagian dari tantangan, bukan halangan. Sehingga tidak menjatuhkan semangat, tetapi justru memicu kreatifitasnya.

Untuk pemula seperti kita, sebaiknya kita melakukan usaha yang belum banyak saingannya. Atau kalaupun sudah ada saingannya, kita bisa menawarkan kelebihan, sehingga ada alasan bagi customer untuk memilih kita.
Jangan cuma menjadi peniru tanpa ada kelebihan apa pun — ini yang sangat sering terjadi. Katanya, inilah orang Indonesia, satu orang buka usaha kios ponsel, maka semuanya ikut-ikutan membuat itu juga. Hasilnya? Biasanya cuma terbuangnya waktu, tenaga, dan uang Anda.

“Find your niche”, kata seorang pakar – temukan celah yang cocok bagi Anda. Ada yang membuat kerajinan tangan, sampai bisa diekspor. Ada yang memulai usahanya dari sekolah anaknya, sambil menunggui anaknya sekolah dia berdagang dengan ibu-ibu lainnya. Ada yang malah bekerja dari rumah – dengan modal bahasa Inggris dan bakat desain, kemudian menjadi freelance desainer situs Internet. Dan lain-lainnya.

Seperti yang Anda telah lihat, ini adalah hal yang penting. Karena itu, yakinkan dulu bahwa usaha tersebut memang adalah sesuatu yang cocok untuk Anda. Jika Anda telah merasa cocok, maka berikutnya kita perlu meneliti, apakah usaha tersebut memang bisa menguntungkan.

2. Proposal bisnis

Percaya atau tidak, cukup banyak orang melakukan usaha tanpa terlebih dahulu meneliti, apakah memang usaha tersebut bisa menguntungkan. Banyak orang yang memulai bisnisnya hanya dengan berdasarkan angan-angan, tanpa perhitungan.
Walaupun Anda sudah sangat ingin dan sangat perlu untuk memulai bisnis, tahan dulu sebentar. Waktu yang Anda luangkan untuk membuat proposal bisnis ini bisa menyelamatkan Anda dari kesulitan di masa depan.

“Saya mau buka usaha dengan uang saya sendiri, enggak pakai investor kok. Ngapain musti buat proposal juga ?”. Sebetulnya tetap ada investor disini – yaitu Anda sendiri. Tentunya Anda perlu tahu, apakah usaha yang akan dimodali ini memang akan bisa menguntungkan, atau justru cuma akan melenyapkan uang Anda tanpa bekas.

Minimal, berikut ini adalah hal-hal yang perlu tercantum di suatu proposal bisnis:

  • Kebutuhan modal awal
  • Ongkos rutin
  • Estimasi pemasukan
  • Strategi bisnis

Contoh proposal bisnis bisa kita lihat berikut ini :

Proposal usaha kedai sandwich (roti isi)

  1. Strategi bisnis:
    • Banyak pegawai yang tidak sempat sarapan, karena keterbatasan waktu. Sandwich harganya murah, mengenyangkan, rasanya enak, dan praktis – bisa dimakan sambil duduk di bis sekalipun.
    • Penjualan: sistim bagi hasil laba bersih, penjual: 30%, pemilik: 70%. Berupa kios sederhana, di lokasi-lokasi yang banyak dilewati orang-orang yang akan pergi berangkat kerja.
    • Estimasi modal per sandwich: Rp 3000, Harga jual: Rp 5000
    • Estimasi laba per bulan : (pemasukan – pengeluaran) =
      (laba kotor – ongkos) =
      ( 4.000.000 – 660.000) = Rp 3.340.000
  2. Kebutuhan modal awal:
    • Oven untuk membuat baguette (roti lonjong ala Perancis) : Rp 5.000.000
    • 2 buah kios @ Rp 3.000.000 = Rp 6.000.000
    • Persediaan filling (isi) sandwich untuk 2000 sandwich = Rp 4.000.000
    • Promosi : spanduk, pamflet, kartu nama: Rp 1.000.000
    • Total : Rp 16.000.000
  3. Ongkos rutin bulanan:
    • Gas Elpiji @ Rp 55.000 x 4 = Rp 110.000
    • Kemasan sandwich = Rp 300.000
    • Saus tomat, cabai, mayonnaise, mentega = Rp 250.000 (dimasukkan menjadi ongkos bulanan karena sulit diperhitungkan nilainya untuk setiap sandwich)
    • Total : Rp 660.000,-
  4. Estimasi pemasukan:
    Setiap kios diperkirakan bisa menjual 50 sandwich per hari. Jika target pasar adalah pegawai kantor, maka ada 20 hari kerja dalam sebulan.

    Berarti penjualan per bulan per kios adalah 1000 buah sandwich, total 2 kios = 2000 sandwich per bulan.

    Laba kotor:
    Laba per sandwich = Rp 2000
    Laba kotor per bulan = Rp 2000 x 2000 sandwich = Rp 4.000.000

Keterangan:

Kunci dalam pembuatan proposal bisnis adalah jujur dengan diri Anda sendiri. Terutama pada bagian estimasi pemasukan; sangat mudah untuk tergoda menaikkan angka-angka di bagian ini. Tapi jangan lakukan itu, karena hanya akan menyulitkan Anda sendiri di masa depan; proposal bisnisnya bagus dengan angka keuntungan yang fantastis, namun pada kenyataannya ternyata merugi besar-besaran.

Kunci berikutnya adalah informasi.
Dengan informasi yang mencukupi, maka Anda dapat membuat proposal bisnis yang realistis. Sehingga, pada pelaksanaannya nanti tidak akan meleset terlalu jauh dari apa yang telah kita perkirakan disini.
Untuk setiap bisnis, berbeda lagi cara mengumpulkan informasinya. Pada contoh usaha sandwich ini, mengenai estimasi pemasukan; misalnya kita bisa memperhatikan bakal lokasi usaha, dan menghitung kira-kira ada berapa orang pegawai yang lalu-lalang di daerah itu.
Misalkan ada 1000 orang, maka kemudian kita ambil persentase konservatif bahwa akan ada 5% yang tertarik dengan sandwich kita. Maka, didapatlah estimasi omset 50 buah sandwich per hari.

Bagian modal awal dan ongkos rutin tidak terlalu sulit, terutama memerlukan ketelitian. Jangan sampai ada hal yang terlewat, sehingga menjadi kejutan yang tidak menyenangkan setelah usaha berjalan.

Nah, setelah kita menuliskan semuanya dalam suatu proposal bisnis, maka kini kita telah mempunyai gambaran yang lebih jelas mengenai bisnis tersebut. Jika kita kemudian yakin bahwa bisnis ini memang bisa menguntungkan, maka selanjutnya kita perlu mencari lokasi untuk usaha tersebut.

3. Lokasi

Ketika dimintai tips-tips untuk membuka usaha, seorang kawan pernah menjawab, “1. Lokasi. 2. Lokasi. 3. Lokasi.”

Bagi sebagian besar bisnis, lokasi memang adalah kunci yang terpenting.
Pada usaha produksi, lokasi yang banyak sumber daya manusia dan dekat dengan sumber bahan produksi akan membantu meningkatkan efisiensi. Pada usaha dagang, lokasi yang yang tepat bisa membedakan antara keberhasilan dengan kegagalan. Pada usaha jasa, lokasi yang mudah dijangkau oleh customer bisa meningkatkan penghasilan Anda.
Demikianlah pentingnya lokasi.

Mencari lokasi ini bisa sulit sekali, karena daerah-daerah strategis biasanya sudah ditempati. Atau menjadi mall / ITC, yang biaya sewanya juga sangat mahal.
Tapi bisa juga menjadi mudah sekali, seperti misalnya jika silaturahmi kita bagus dan luas. Maka bisa saja tiba-tiba justru ada orang yang menawarkan tempatnya kepada Anda, tanpa perlu mencari-cari.

Jika Anda menemukan bahwa usaha Anda memang membutuhkan lokasi yang bagus, maka jangan sekali-kali tergoda untuk memulai usaha sebelum menemukannya.
Gencarkanlah usaha Anda untuk menemukan lokasi idaman tersebut. Silaturahmi juga dapat sangat membantu disini.

Tips: seringkali kita bisa menumpang lokasi. Seperti pada contoh usaha sandwich ini, karena kiosnya kecil, maka kita bisa menumpang di halaman minimarket Indomaret / Alfamaret, dengan membayar biaya sewa bulanan. Ini cenderung lebih murah daripada kita menyewa khusus untuk usaha kita sendiri.

4. Modal

Idealnya memang modal bisa 100% dari Anda sendiri. Tapi ini mungkin tidak selalu demikian halnya. Seringkali kita memerlukan tambahan dana dari investor lainnya.

Untuk memulai bisnis, saya sarankan untuk menghindari pinjaman bank, walaupun bank syariah.
Kalaupun proposal bisnis kita bagus, tetap usahakan menghindarinya; karena jika ternyata gagal, maka akan sangat sulit untuk mengembalikannya.

Lagipula pinjaman bank ini sering mengecoh. Kadang kita lupa, apalagi jika tidak ada pembukuan yang rapi, sehingga mengira uang bank sebagai uang kita sendiri. Walhasil, banyak orang yang kemudian justru memakai uang bank untuk membeli rumah, mobil, dan benda-benda yang lebih bersifat konsumtif lagi.

Selain terkecoh seperti itu, kadang juga kita lupa memperhitungkan beban bunga bank dan cicilan bank. Contoh; pada usaha warung, persentase labanya sangat tipis – seperti susu, labanya hanya sekitar 1% – 2%. Padahal harganya mahal sekali ya, siapa sangka ternyata labanya luar biasa tipis seperti itu.
Jika tidak hati-hati dalam memanfaatkan pinjaman bank, maka kita bisa kesulitan bahkan sekedar untuk membayar bunga setiap bulannya.

Alternatif lainnya adalah investor luar. Biasanya kemudian dibuat perjanjian / akadnya.
Jika kita telah membuat proposal bisnis seperti yang dibahas sebelumnya, ini bisa membantu kita untuk menjaring investor yang cocok dengan kita.
Kuncinya disini adalah pada akadnya; buat perjanjian yang tertulis, dan jelas. Bahkan (terutama) dengan investor yang dari keluarga sendiri. Karena seringkali kasus penzaliman itu dilakukan oleh keluarga.
Tapi kita sering lengah, ya maklumlah, apa iya keluarga sendiri mau menzalimi saudaranya sendiri – eh, ternyata, bisa saja lho. Dan sudah banyak kasusnya.

Jadi, berhati-hatilah. Pastikan bahwa akadnya akan mendorong terciptanya keadilan untuk kedua belah pihak.

5. Eksekusi

Ketika semuanya telah siap – maka kini adalah waktu untuk melaksanakannya. Anda kini berada di posisi eksekutif, sebagai eksekutor dari bisnis ini.
Inilah saatnya Anda melakukan semua yang telah Anda rencanakan selama ini.

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan :

  1. Promosi : Tidak ada gunanya Anda menjual barang/jasa yang sangat berguna, dengan harga yang murah, jika orang tidak tahu bahwa Anda ada.

    Promosi adalah suatu keharusan bagi setiap usaha. Namun, promosi yang ngawur juga justru bisa menghabisi suatu usaha.

    Untuk usaha yang tergantung pada lokasi, Anda perlu menyisihkan dana untuk membuat papan nama yang besar dan jelas.
    Sisihkan waktu/dana tambahan untuk membuat desain yang menarik pandangan mata orang yang tadinya hanya lewat. Tidak ada gunanya membuat papan nama besar jika bahkan sekedar dilirik pun tidak.

  2. The only constant is change – satu-satunya hal yang pasti adalah perubahan.

    Dalam melakukan usaha, sulit untuk bisa duduk tenang berpangku tangan. Akan selalu muncul hal-hal baru; pesaing baru, kenaikan ongkos, perubahan pasar, dan lain-lainnya.

    Tidak semuanya bisa Anda perkirakan di dalam proposal bisnis. Karena itu, Anda harus selalu siap untuk menghadapi masalah yang baru.

    Pertama-tama, Anda harus bisa menyadari dulu bahwa ada masalah. Karena, Anda tidak bisa menyelesaikan masalah yang setahu Anda tidak ada.
    Tapi kadang memang kita tidak menyadari akan adanya suatu masalah, karena kita telah sibuk (terjebak) dalam rutinitas.

    Disinilah pentingnya masukan dari pihak ketiga. Secara rutin, undanglah kawan atau saudara untuk menilik usaha Anda tersebut. Dan jangan lupa berterimakasih atas masukan-masukan yang mereka berikan.
    Tanpa informasi dari mereka, maka bisa saja tahu-tahu bisnis Anda telah berada di ambang kebangkrutan, dan Anda hanya bisa kebingungan, mengapa hal ini bisa terjadi.

    Kedua, Anda harus segera menyelesaikan masalah tersebut. Menunda masalah adalah menambah masalah. Masalah tidak akan selesai dengan menundanya.

    Ketiga, anggap saja masalah ini sebagai selingan yang menarik, di tengah-tengah rutinitas bisnis. Maka masalah yang muncul tidak akan membuat Anda patah semangat, malah justru akan mendorong munculnya ide-ide dan semangat baru.

  3. Customer service : Pembeli adalah raja, demikian pepatah yang sering kita dengar. Setelah melayani mereka dengan ramah, baik, dan sabar; maka biasanya beberapa customer akan merasa nyaman untuk berterus terang kepada Anda.

    Dari mereka Anda akan mendapatkan informasi-informasi paling berharga untuk usaha Anda tersebut — apa saja kekurangan Anda, apa kelebihan, apa potensi yang masih bisa digarap / dikembangkan.

    Customer service juga bisa menjadi kelebihan Anda dari para pesaing Anda, ketika usaha Anda sama dengan mereka.
    Berikan layanan yang lebih – layan antar, barang yang bisa dibuat sesuai pesanan, dan seterusnya.

  4. Hemat : Salah satu godaan dalam berbisnis adalah untuk berfoya-foya ketika memegang uang agak banyak.

    Semua pengusaha sukses yang saya kenal adalah orang yang hemat.
    Bahkan walaupun mereka kelihatan kaya / boros; namun ternyata sebetulnya masih termasuk hemat jika dibandingkan dengan income / pemasukan mereka.

    Ingatlah bahwa Anda baru memulai usaha Anda. Jalan Anda masih panjang. Pepatah “bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian” harus Anda camkan di benak Anda.

Berbisnis itu sulit ? Mudah ? Semuanya kembali kepada Anda. Namun, dengan perencanaan yang baik, maka segala hal bisa menjadi lebih mudah.

Selamat memulai usaha Anda.