Alhamdulillah, setelah bekerja selama sekitar 1 bulan (sesuai dengan target yang diberikan), akhirnya AOSI (Asosiasi Open Source Indonesia) resmi terbentuk pada tanggal 30 Juni 2008 kemarin ini. Pada acara di gedung Depkominfo tersebut hadir 15 anggota pendiri berikut tim formatur, dan juga jajaran pejabat Depkominfo serta Depristek. Acara berlangsung ringkas, penuh semangat dan komitmen.
Ini bukan hasil akhir, namun adalah awal dari perjuangan kawan-kawan di AOSI. Mohon doa restunya agar mereka bisa mengemban amanah ini dengan baik, dan bisa mencapai berbagai tujuan AOSI tanpa masalah yang berarti.
Liputan mengenai acara pendiriannya saya kira sudah banyak dibahas oleh berbagai media massa, beberapa saya lampirkan di akhir posting ini. Jadi disini saya akan lebih banyak berbagai mengenai berbagai cerita di balik layar dan di seputar pendirian AOSI saja.
Awalnya adalah usulan saya mengenai pembentukan Aliansi Open Source Indonesia (AOSI), yang saya sampaikan kepada ibu Lolly Amalia / Depkominfo pada tanggal 26 Mei 2008. Di luar dugaan, ternyata ide tersebut langsung disambut dan ditindak lanjuti dengan sangat cepat, dan langsung diberi bentuk yang lebih riil – yaitu sebagai Asosiasi (Open Source Indonesia). 
Pada tanggal 28 Mei 2008 kemudian langsung diadakan forum diskusi di acara IGOS Summit 2, dimana AOSI disepakati. Dan terus dilanjutkan dengan acara penutupan IGOS Summit 2, yang sekaligus juga mengumumkan mengenai AOSI untuk pertama kalinya, serta menunjuk 5 orang sebagai tim formaturnya; ibu Betti Alisjahbana, Bpk. Rusmanto, Bpk. Sumitro Roestam, Bpk. Teddy Sukardi, dan saya sendiri.
Sedikit kilas balik – sebetulnya ide Asosiasi ini sudah lama. Kawan-kawan aktifis Open Source lainnya seperti Effendy Kho (Ase) dan juga yang lainnya sudah menyuarakan ide ini sejak 5 tahun yang lalu. Pak Sumitro Roestam malah sudah mengusulkan nama AOSI di tahun 2003. Kalau tidak salah, beliau malah sudah sempat langsung mencadangkan domain name aosi.org 🙂
Jadi sebetulnya ide saya ini tidak orisinil. Cuma saja mungkin situasi ketika itu belum memungkinkan, sehingga belum bisa diwujudkan pada saat tersebut.
Kembali ke beberapa minggu yang lalu – meeting pertama tim formatur AOSI diadakan di kantor PANDI, gedung Arthaloka lt. 13.
Sedikit melenceng lagi – disitu kita juga sempat membahas sekilas mengenai PANDI. Sangat menarik karena saya tahu beberapa sejarah pengelolaan .ID – sejak pertama kali didapatkan berkat usaha dari pak Samik, kemudian dikelola oleh para aktivis Internet, sampai kemudian terjadi konflik yang cukup mengenaskan. Pak Budi Rahardjo dan rekan-rekannya mengalami berbagai kerugian (waktu, pikiran, tenaga, dst) pada masa konflik tsb. Pada intinya PANDI adalah bantuan solusi dari pemerintah untuk menyelesaikan konflik pengelolaan TLD .ID tersebut. Kalau saya tidak salah dengar, bentuk PANDI adalah yayasan, sehingga non-profit (CMIIW)
Mudah-mudahan dengan demikian maka PANDI bisa banyak berperan aktif dalam memajukan dunia Internet di Indonesia.

Acara pertemuan pertama AOSI tersebut berjalan cukup lancar, dan semua tim formatur alhamdulillah bisa hadir. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya tidak pernah bisa lengkap lagi seperti ini, karena memang tim formatur ini isinya orang sibuk semua (kecuali saya yang sok sibuk 🙂 ); ibu Betti setelah lepas dari IBM pada tanggal 1 April 2008 kemudian membentuk PT Quantum Business International, yang membawahi beberapa bisnis. Pak Rusmanto menjabat posisi di berbagai lembaga seperti Nurul Fikri, Infolinux, YPLI – dan juga sering berkeliling Indonesia untuk mempromosikan Open Source. Pak Sumitro Roestam juga aktif mempromosikan Open Source serta menjabat sebagai Ketua MASTEL. Pak Teddy memiliki beberapa perusahaan dan juga adalah ketua FTII (Federasi Teknologi Informasi Indonesia), dimana nanti AOSI akan menginduk kesini pula.
Sebagai pimpinan rapat secara otomatis kami menyerahkan kepada ibu Betti. Dan tidak salah, terlihat jelas pengalaman beliau memimpin di IBM selama bertahun-tahun pada meeting tersebut. Rapat yang biasanya di Indonesia lazim menyasar keluar dari topik dan memakan waktu lama dan tanpa hasil yang jelas, kali ini bisa berlangsung dengan efisien serta tetap menarik.
Dengan cepat; tujuan, target, visi & misi AOSI selesai didefinisikan. Demikian pula agenda untuk pertemuan berikutnya. Kami semua kembali dengan semangat yang tinggi, karena kini sudah semakin jelas kelihatan berbagai manfaat yang bisa dicapai oleh AOSI.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya terus berlangsung seperti itu. Sangat menyenangkan. Lokasi pertemuan juga kemudian ada dilakukan di kantor ibu Betti. Namun, waktu terus mendekat ke batas waktu 1 bulan yang telah diumumkan.
Tanpa terasa, tiba-tiba kami sudah sibuk secara cukup intens mengenai penyelenggaraan acara peresmian AOSI ini. Sampai menit-menit terakhir saya masih menerima revisi daftar anggota pendiri. Demikian juga pak Sumitro masih terus mendapat masukan-masukan untuk revisi AD/ART nya. Menilik intens nya persiapan acara tersebut, sangat melegakan ternyata kemudian acara dapat berlangsung dengan sangat baik tanpa masalah. Bahkan Pak M. Nuh / Menkominfo yang baru diberitahu juga kemudian langsung menyanggupi untuk hadir. Tentu ini sangat memberikan semangat kepada semua an
ggota pendiri dan hadirin, apalagi ketika dengan jelas Menkominfo menyatakan bahwa komitmen dukungan Depkominfo kepada AOSI adalah dukungan moral dan riil. Depkominfo akan berpartner & bekerjasama secara aktif dengan AOSI.
Di balik itu tetap saja ada beberapa kekurangan pada acara ini. Misalnya, beberapa institusi Open Source di Indonesia sempat nyaris tidak diundang sebagai anggota pendiri, seperti Linuxindo. Beberapa malah akhirnya tidak sempat kami undang 🙁 seperti  Bajau, Indolinux, Ardelindo, Meruvian, dan banyak lagi yang lainnya. Mengkoordinasikan 15 anggota pendiri itu saja kami sudah cukup pontang-panting.
Mudah-mudahan keterbatasan kami tersebut dapat dimaklumi dan tidak mengecewakan. Anyway, status anggota pendiri sebetulnya sama saja dengan anggota biasa, cuma saja anggota pendiri itu hadir pada acara peresmian AOSI ini – itu saja. Tidak lebih.
Tentunya masih ada banyak sekali pertanyaan seputar AOSI ini.
Misalnya, saya mendapat pertanyaan mengapa komunitas JUG (Java User Group) tidak diundang pada acara peresmian AOSI. Saya jawab karena keterbatasan waktu kami, sehingga ada banyak pihak yang seharusnya diundang namun tidak sempat kami undang; dan saya pribadi minta maaf untuk hal tersebut. Jawaban tersebut sepertinya cukup memuaskan kawan kita tersebut, dan beliau mengucapkan selamat atas telah diresmikannya AOSI.
Namun saya sendiri baru sadar belakangan – Asosiasi ini adalah format untuk institusi komersial. Jadi, selama ini sudah ada banyak komunitas non-profit Open Source di Indonesia. YPLI, KPLI, JUG, Yayasan Ubuntu Indonesia, dan seterusnya. Tetapi, komunitas Open Source yang komersial belum ada. Pada gilirannya, ini adalah suatu kekosongan yang perlu diisi, karena telah terbukti menyebabkan berbagai ketimpangan dan masalah pada berbagai implementasi open source di Indonesia.
Nah, dengan adanya AOSI, bersama-sama dengan para aktivis Open Source, Akademisi, dan Pemerintah; maka diharapkan ekosistem Open Source Indonesia sudah menjadi lengkap. Dan karena itu gerakan Open Source di Indonesia bisa jadi semakin efektif lagi.
Mudah-mudahan kami (tim formatur) dan (nantinya) pengurus Asosiasi dapat melayani semua pertanyaan & harapan-harapan dari semua pihak dengan baik.
Terlampir di akhir artikel ini adalah definisi AOSI, kriteria sukses, serta rencana program kerja.
Artikel terkait :
Bersatunya para pendukung open source
AOSI resmi terbentuk
Komunitas Open Source Indonesia ‘Merapat’
Asosiasi open source dibentuk
Asosiasi Open Source Indonesia resmi berdiri
AOSI – perhimpunan organisasi pencinta, penggiat, pengembang, pemakai, pendidik dan pendukung open source yang bekerja sama membangun sinergi untuk mencapai sukses bersama
Ukuran Keberhasilan AOSI
1.Citra open source di mata masyarakat yang positif
2.AOSI menjadi sumber terpercaya dalam menentukan strategi TIK nasional
3.Indonesia melakukan adopsi open standard secara konkret (ODF dll)
4.Meningkatnya pangsa pasar dan jumlah pengguna Open Source (perusahaan, perorangan, pemerintah)
5.Tersedianya produk dan jasa open source untuk berbagai kebutuhan utama
6.Tersedianya piranti pendukung peripherals untuk produk open source (drivers, utilities)
7.Pemerintah memberikan prioritas pengadaan pada open source
8.Unggulnya kompetensi nasional TIK dengan memanfaatkan open source khususnya di bidang jasa dan pengembangan software
9.Adanya program dan regulasi di departemen terkait di pemerintahan  untuk mendukung open source
10.Pendidikan IT di sekolah dilakukan berbasis open source
11.Menurunnya kesenjangan digital di Indonesia sebagai hasil pemanfaatan open source
12.TIK lebih murah dan terjangkau sebagai hasil dari persaingan yang lebih sehat
13.Indonesia bisa mengeksport software aplikasi berbasis
14.Ketersediaan infrastruktur dukungan untuk pengguna open source
15.Bisnis TIK berbasis open source tumbuh secara sehat dan maksimal
16.Terjadi sinergi yang kuat antar  lembaga-lembaga anggota AOSI
17.Layanan publik dari pemerintah maupun swasta tersedia/mendukung open source (antara lain internet banking, pajak, pemesanan tiket, perijinan)
PROGRAM KERJA
Program 30 hari
1. Mendata Para Pebisnis Open Source
2. Terbentuk Kepengurusan Sementara
3. Mengembangkan Keanggotaan
4. Portal AOSI.or.id
Program 100 hari
1. Kepengurusan tetap terbentuk
2. Sosialisasi Open Source by application & industry
3. Training : Technical & Business Skill
4. Focus Group Discussion dengan Pemerintah : Kominfo, Ristek, Diknas, Keuangan Pajak, Depdagri, Deperin Telematika untuk membahas program & regulasi untuk mendukung berkembangnya open source
5. Roadshow, Exhibition & Publikasi Perkembangan Open Source
6. Ensure more drivers availability
7. Membangun Data Base Organisasi pengguna open source
Program 1 Tahun
1. Demo Center di kantor AOSI untuk berbagai aplikasi FOSS
2. AOSI sebagai marketing hub dari open source
3. AOSI go International
Tambahan – DAFTAR PENGURUS AOSI
Ketua Umum – Betti S Alisjahbana
Wakil Ketua 1 – Rusmanto
Wakil Ketua 2 – Sutiono Gunadi
Sekretaris Jenderal – Sumitro Roestam
Bendahara – Soegiharto Santoso
Bidang Di Bawah Wakil Ketua 1
Bidang Regulasi dan Hukum – Aulia Adnan
Bidang Pendidikan dan SDM – Nurlina
Bidang Pengembangan Teknologi – Harry Sufehmi
Bidang Dukungan Teknis dan Layanan Publik – Adi Siswanto
Bidang Di Bawah Wakil Ketua 2
Bidang Kerja-sama Luar Negeri – Gunawan Rianto
Bidang Riset Pasar dan Promosi – Widjaja
Bidang Pengembangan Model Bisnis – Akmaloni