Category Archives: Teknoblogia

Support your local industry

…buy your local laptop bag: [ Move-X ]

I find it interesting because it looks just like a normal backpack (ignored by laptop thieves), seems to have loads of space, loads of place to put your things, and the price is quite reasonable.

If you wish to buy one, they can be contacted on movepack@yahoo.com or phone/SMS : 0815 938 3936.

Kompas vs Priyadi ?

Mudah-mudahan tidak bertambah daftar orang yang di-somasi oleh Kompas. Tapi cukup surprise ketika tahu bahwa Kompas menayangkan artikel yang secara langsung [ mengkritisi blog /milis /new media secara umum ].
Sayangnya, lagi-lagi artikel tersebut melakukan generalisasi dan/atau asumsi yang tidak tepat.

Tapi “perang” antara Kompas/old media & Priyadi/new media tidak hanya terbatas pada artikel-artikel di Kompas saja. Priyadi mengungkapkan bahwa ada komentar-komentar anonim pro Kompas yang sebetulnya berasal dari kantor Kompas.
Jadi sangat ironis kalau kita mengingat bahwa Kompas menuntut BS karena menyampaikan informasi dari sumber anonim.

Kalau mau satu contoh ironi lainnya lagi, silahkan baca [ posting Ben ] yang satu ini.

Bagi saya, keberadaan new media bermanfaat karena menambah jumlah sumber informasi saya. Reaksi Kompas seperti ini mungkin adalah karena mereka mulai merasa bahwa hegemoni old media mulai terancam. Namun saya, dan Anda, yang akan diuntungkan karena: ada tambahan sumber informasi untuk crosscheck, terkadang lebih cepat dalam penyampaian informasi, dan (yang paling penting) semua orang bisa berbicara -dan- terdengar. Bukan cuma media besar dengan dukungan modal kuat saja. New media memungkinkan the little people untuk menjadi lebih terdengar. Sedangkan di old media ada keterbatasan jumlah berita yang bisa mereka angkat, [ kecenderungan short-term memory ] / cepat dalam melupakan berbagai isu penting, terkadang ada self-censorship, seringkali bias, dll.

New media dan old media sama-sama bisa tidak reliable, yang penting adalah kita kritis dalam menerima berita dari kedua sumber ini.

Apakah kita sedang menyaksikan awal dari menurunnya kekuasaan old media di Indonesia ? Time will tell.

Wiki comparison

I’ve been looking for the right Wiki for a company that consulted me. After looking around for a while, I think I’ll try [ PmWiki ] – users can upload files to its pages and it’s still relatively easy to setup.
Anyway, if you’re looking for similar information, here are some links to begin:

[ first comparison ]
[ second comparison ]
[ third comparison ] (most comprehensive)

note:
it looks like that [ DokuWiki ] is quite good too.

phpMailman

Last year I spent about 2 weeks working on [ phpMailman ].
Unfortunately, I had to abandon it because I was assigned to other projects.

It was the most interesting projects, and potentially quite useful, that I’ve been working on. And it seems that quite a lot of others agree – I still got emails asking about it.

In short – phpMailman is a milis (mailing list) software, composed of php scripts and uses MySQL database to store its data.
It require very little to run (most webhosting package will suffice) and easy to set up. These two are things that I found lacking in other milis software.

I apologize that I’m still not able to continue my work on it. Meanwhile, I’ve updated the page with more useful information, and a link to the latest version. Hope someone will find it useful.

[ homepage of phpMailman ]

Kompas vs BS

Posting Priyadi di blognya yang berjudul [ Ketika penerus informasi di somasi ] mengundang diskusi yang cukup panjang. Isinya adalah membahas lebih lanjut mengenai masalah anonimitas Satrio Kepencet dan isi-isi emailnya yang di forward oleh Basuki Suhardiman.

Tapi yang menarik perhatian saya adalah somasi yang dilakukan oleh Kompas, [ dimana BS dituntut, karena dianggap telah mencemarkan nama wartawan ybs ].

Apakah Kompas sudah lupa beberapa kasus pengadilan seperti ini, dimana beberapa media massa menjadi korbannya ? Apakah enak berada di posisi tersebut – Anda perlu melindungi identitas sumber berita Anda (atau sumber-sumber berita sensitif akan bungkam), namun ternyata Anda malah dieksekusi di pengadilan karena berita Anda tsb.

Sebetulnya yang perlu dilakukan oleh Kompas adalah sekedar membuat pernyataan bahwa berita dari BS tersebut tidak benar (kalau memang menurut mereka demikian).
Itu saja sudah cukup. Biarkan masyarakat yang menilai. Dan saya pribadi terus terang tidak / belum menganggap BS sebagai sumber informasi yang kredibel karena beberapa blunder yang telah dilakukan oleh beliau di masa lalu (sistim TI KPU anti hacker, dll).

Sehingga ketika Kompas menuntut BS, justru berarti Kompas telah membantu mengancam kebebasan pers di Indonesia.

Lebih ironis lagi, di artikel tuntutan tersebut kita bisa menemukan link ke artikel [ Terancam, kebebasan berekspresi ].
Di satu artikel Kompas berusaha menuntut satu sumber berita, di lain pihak Kompas berusaha mengamankan posisi sumber berita dari tuntutan seperti yang sedang dilakukannya sendiri.

Bagaimana ini, Kompas ?

Artikel SWA tentang Anne Ahira

Trims [ Ben ] atas linknya, yaitu [ artikel mengenai bisnis Anne Ahira dari majalah Swa ].

Ternyata penulis artikel tersebut juga menemui kesulitan yang sama dengan saya, yaitu tidak berhasil mengetahui apa yang sebetulnya dijual oleh tim AA, yang mengaku sebagai bisnis IM (Internet Marketing). Jadi, memang seperti membeli kucing di dalam karung.
Lalu juga ada indikasi bahaya skema piramida pada bisnis tersebut, disebutkan secara halus yaitu dengan menyebutkan berbagai ketidak jelasan di seputar bisnis AA tsb.

Semoga bermanfaat.

Masalah Kompas

Saya cukup terkejut ketika membaca entri blog [ Priyadi ] ini.
Kompas, yang mungkin adalah koran yang paling terkenal di Indonesia, ternyata mengusir orang-orang yang memberikan informasi masalah tentang seorang yang dianggap pakar TI dan Anne Ahira (pendiri salah satu skema piramida di Indonesia); dari Forum Pembaca Kompas (FPK).

Saya memang malas berlangganan koran karena sering menemukan berbagai data yang tidak diverifikasi dan masalah lainnya, tapi menendang orang yang menginformasikan skema piramida ? Apakah ini berarti Kompas mendukung skema piramida tersebut ?

Mungkin sudah saatnya kita memiliki semacam media watch di Indonesia ini.

PostgreSQL – numeric data type

I was a bit confused when PostgreSQL refused to accept a numeric data which is of the right type.
Or so I thought.

Turned out that on pgAdmin III, for numeric data type, where there are “Length” and “Precision” textbox; numeric (4,2) really means a 2 digit integer and 2 digit fraction. NOT 4 digit integer and 2 digit fraction.

After realizing this, every numeric fields on the database now accepts the input as it should.

Finishing touch

Ada sebuah proyek saya yang core-nya sudah selesai di-develop, dan sekarang sedang diselesaikan pernak-perniknya / finishing touch. Sekali lagi saya menemui kenyataan bahwa justru “pernak-pernik” ini yang paling berat untuk penyelesaiannya 🙂

Jadi ingat John Carmack (developer Quake/Doom), dimana dia pernah bilang bahwa salah satu kelebihan id software adalah mengkemas produk sehingga siap pakai oleh customer, dalam batas waktu yang telah disepakati.
Kelihatannya simple ? Coba kita lihat dulu bagaimana pak John ini bekerja – saat riset untuk inti dari game ybs, dia masih bisa balas email, diwawancarai, dst. Tapi ketika waktu sudah crunch time / memoles produk agar siap diluncurkan, mereka bisa tidur di kantor selama berminggu-minggu.

Bagi seorang programmer, memecahkan berbagai masalah dengan algoritma yang tepat adalah kesenangan. Tetapi, mengubah layout report, memastikan bahwa field input numerik tidak akan bisa dimasuki input text, dst – adalah chores / tetek bengek yang memakan waktu. Namun, tetek bengek ini sangat penting bagi customer.

Jadi, jangan terlena sewaktu di tengah perjalanan Anda, seperti si kelinci yang berlomba dengan kura-kura. Jangan lupa bahwa pekerjaan yang paling berat justru adalah ketika sudah dekat dengan garis finish. Mudah-mudahan customer Anda tidak akan kecewa karenanya.

Garuda’s Deadly Upgrade

Saya selama ini tertarik dengan investigative journalism (bukan sekedar reporting), jadi acara berikut ini sangat menarik bagi saya :

[ Garuda’s deadly upgrade ] – sebuah dokumenter yang menyelidiki keganjilan di seputar kematian Munir.

Tempat: Goethe Haus,
Jalan Sam Ratulangi, No. 9-15
Menteng, Jakarta Pusat

Jadwal Screening:
Rabu, 27 April 2005
Kamis, 28 April 2005
17.00 WIB & 19.00 WIB

FREE ENTRY

Para selebritis kita

Selebritis IT, yang tong kosong namun nyaring bunyinya, kelihatannya lebih banyak dari yang saya kira. Selama beberapa bulan saya tinggal di Indonesia, makin banyak saja yang saya temukan 🙂

Orang-orang begini pada awalnya kelihatan lucu, lalu lama-lama menyebalkan ketika makin konyol; namun, mereka bisa juga menyulitkan. Saya pernah paling tidak 2 kali apes ketemu orang seperti ini di tempat kerja.

Yang pertama pada awalnya selalu sibuk bercuap-cuap soal teknologi, namun selalu diputar-putarkan (dan pastinya penuh jargon) sehingga orang menjadi kebingungan dan merasa rendah diri dan mengira bahwa dia ini jagonya IT.
Saya tertawa saja sih melihatnya sambil kasihan juga, habis waktunya cuma untuk membesarkan egonya. Padahal ego besar cuma membuat hidup ini jadi meresahkan, karena jadi makin perlu dielus-elus. Seperti minum air laut, justru membuat semakin haus.
Namun ketika dia mulai menghalangi pekerjaan saya, maka saya segera bertindak. Saya paling tidak senang kalau ada orang yang menghalangi menunaikan kewajiban saya – kalau enggak membantu, mbok ya jangan malah nyusahin mas.
Badut pertama ini kemudian tersingkir dari divisi komputer setelah saya menjelaskan masalah yang ada kepada manager, dan saya bisa kembali bekerja dengan tenang.

Tapi kemudian datang badut berikutnya. Jadi manager saya pula. Duh.
OK, saya tolerir saja… pertama-tama masih saya koreksi, namun lama-lama malas juga. Too much bullsh*t, overload… padahal kerjaan juga banyak. Agak kesal juga melihat orang yang gajinya hampir 2 kali lipat saya tapi kerjaannya cuma omong kosong kemana-mana. Tapi kemudian kasihan kalau pas melihat bagaimana jelas kelihatan hidupnya tidak tenang – iya lah, orang pemalas mana bisa hidup bahagia.

Sayangnya, kemudian dia mulai menghalangi pekerjaan saya 🙁 dan mulai memerintahkan saya mengerjakan berbagai hal yang tidak berguna.
Setelah berminggu-minggu mencoba dengan cara baik-baik (menjelaskan fakta dengan sabar, bicara 2 mata sampai larut malam di kantor, dst) tidak mempan, akhirnya terpaksa saya maju ke managernya. Saya jelaskan bahwa saya akan mengajukan protes resmi ke manager personalia. Konsekuensi ini cukup berat – kalau saya kalah, maka saya akan terpinggirkan di komunitas kantor (karena posisi dia sebagai manager). Tapi kalau saya menang, maka dia bisa dipecat dari jabatannya. Sayangnya, tidak ada jalan lainnya yang bisa saya temukan.

Manajernya kemudian mengambil jalan tengah yaitu dengan memindahkan posisinya ke pos yang lain. Sebetulnya sih tidak benar juga, karena dia tetap makan gaji buta tanpa menghasilkan apapun bagi perusahaan. Tapi ya sudahlah, yang penting saya bisa kembali bekerja tanpa dihalang-halangi.

Sekarang bertemu dengan berbagai badut-badut IT di Indonesia 🙂 smile aja deh. Sambil berdoa mudah-mudahan mereka tidak ada yang menyusahkan kita semua.

Wine @ Woody

Kemarin ini mencoba install Wine di Woody (Debian stable), tapi kok OfficeXP enggak bisa install ya ? Ternyata versi Wine-nya sudah uzur betul, rilis November 2002.

Setelah investigasi sebentar, ternyata di backports.org juga tidak ada versi terbarunya. Dan kelihatannya juga tidak ada di berbagai repository Woody lainnya di Internet (dulu pernah ada di people.debian.org/~andreas, tapi kini sudah tidak ada lagi).
Oh well, untung instalasi Wine dari source tidak terlalu sulit.

Kalau Wine + KDE + vncserver sudah terpasang, maka nanti workstation bisa menjadi thin-client saja, dengan berbagai aplikasi yang diperlukan (termasuk aplikasi Windows) dipasang di server. Looking forward to it.

Fujitsu Lifebook P2040

Sebelum kembali ke Indonesia, saya mencari-cari laptop yang bisa dengan mudah saya bawa kemana-mana, setelah gagal menemukan PDA yang bisa memenuhi kebutuhan saya. Setelah lama mencari-cari, saya menemukan Fujitsu Lifebook P2040.

Foto-foto lainnya:

Laptop ini cukup menyenangkan karena beratnya hanya sekitar 1kg, namun fiturnya cukup bagus – layar 1280×768 widescreen + DVD/CD-RW (kalau sedang bepergian dengan mobil sering ditagih anak-anak untuk dipakai menonton DVD), prosesor Transmeta Crusoe 800MHz, memory 256MB, USB2x2, firewire, PCMCIA, dll. Tapi yang paling menyenangkan adalah ukurannya yang kecil dan ringan, sehingga tidak memberatkan untuk dibawa kemana-mana. Baterai ekstranya juga cukup powerful.

Dulu kekurangannya adalah tidak cukup kuat untuk menjalankan VMware (sayangnya RAM 256MB itu sudah maksimal), sehingga saya tidak bisa menjalankan Linux diatas laptop ini. Coba diakali dengan Cygwin, tapi hasilnya kurang memuaskan, karena banyak program yang bermasalah ketika di-compile di Cygwin. Mengganti Windows dengan Linux juga tidak bisa karena sedang ada sebuah proyek yang menggunakan platform Windows.

Untunglah kemudian saya membaca posting Kemas di [ blog-nya ] mengenai [ coLinux ]. coLinux adalah sebuah software yang memungkinkan kita untuk menjalankan berbagai distro Linux di Windows. Tapi karena coLinux tidak meng-emulasikan prosesor / membuat komputer virtual (ala VMware), melainkan hanya menterjemahkan syscalls Linux ke host (Windows) – maka performanya menjadi jauh lebih cepat dan lebih sedikit membutuhkan memory. Pada saat ini distro Debian sedang berjalan dengan menggunakan hanya sekitar 8MB memory saja.
Kini laptop saya ini sudah memuat semua software yang saya butuhkan, alhamdulillah.

Sebetulnya saya mengincar notebook Sony Vaio, yang ukurannya bahkan lebih kecil lagi daripada Lifebook – namun jauh lebih powerful. Kalau tidak salah, spec-nya adalah P4 2GHz, 512MB RAM, 30GB HD, DVD writer, firewire, wireless NIC, dst — padahal lebarnya ya hanya selebar DVD writernya itu! Panjangnya cuma sekitar sejengkal tangan saya *glek*.
Dan layarnya, luar biasa cerah dan tajam gambarnya; saya belum pernah melihat layar LCD setajam itu lagi sampai saat ini.
Sayang saya lupa menanyakan tipe apa, dan ketika kemudian saya cari-cari tidak pernah ketemu 🙁
Oh well, dasar manusia enggak pernah puas 🙂

Windows Firewall

I’m going to evaluate a new Internet Provider in my laptop in the company where I’m currently consulting for, but this means I’ll need a Windows Firewalll which support ICS. ZoneAlarm seems to be too expensive, being the most popular, and I’ve also feared that it’s being targeted the most by criminals. So I started to look for alternatives.

Basically, ezFirewall is a rebranded version of ZoneAlarm (just try installing ZoneAlarm with ezFirewall already installed – it’ll complain that ZoneAlarm is already installed). But at almost only half the ZoneAlarm’s price, ezFirewall is quite interesting.
Sygate got loads of recommendations. Kerio seems to have security holes and issues.

But Jetico interest me the most, probably being a geek I like it’s detailed interface where you’re given a load of controls – not a watered-down version like the others. But I have a few questions, so I sent them an email.

To my surprise, I got such detailed answer below.
It’s easy to guess which firewall is going to be installed in my laptop.

From: “Jetico, Inc.”
Subject: Re: Feedback

Dear Harry Sufehmi,

Thank you for your interest in Jetico Personal Firewall.

Let me answer on your questions below.

> Jetico Personal Firewall: YES
> Windows XP: YES
>
> Hi, since I can’t find the answer to my questions below, here goes :
>
> 1. Does your firewall works with XP SP2 ?

Yes, the firewall works with Windows XP SP2.

> 3. Does it work with Windows 2000 Server ?

Yes, the software works with Windows 2000 Server too.

> 2. Can it protect shared Internet connection / ICS ?
>
> As you can see, we’re planning to use it on several scenarios, but we don’t know
> if it’ll work. So I’d be grateful if you can let us know.
>
> Many thanks in advance.
>
> Regards,
> Harry

The firewall can be configured for using it with
Internet Connection Sharing, but please note that
an overall level of protection aginst inbound
scanning will be lower in this case. It happens
because of the following.

JP Firewall has two levels of protection: low-level
Network Level and Application Level. (We don’t keep
in mind here third Process Attack Protecting level,
because it will work in any case.)

Application Level provides Network Level with information
about applications that have active connection and about
all the network traffic Windows applications are interested
in. All other network traffic is blocked. It is so-called
Stateful Inspection.

Now when you turn on Internet Connection Sharing, you get
private network (for example interface B: 192.168.0.1) and
continue to have interface with IP address that is opened
to Internet (say interface A: 207.46.156.188).

All the packets that come from interface B to interface A
and all the packets that come from Internet for interface B
– all that packets do not correspond to any application
in Windows! The packets should simply go from/to interface
A to/from interface B.

So default JP Firewall configuration with stateful inspection
rules will reject the “interface A < -> interface B” traffic.

Hence, to get Internet Connection Sharing working, we should
turn off Stateful Inspection in JP Firewall:

1). Select “Configuration” tab in JP Firewall;

2). Select the following table in “Optimal Protection” configuration
tree: Root -> System IP Table -> System Internet Zone;

3) In the “System Internet Zone” table find rule with
“Stateful TCP Inspection” rule and run “Edit” command for the rule;

4) In the “Protocol specific” settings for the rule uncheck the
“Stateful inspection” checkbox.

5) Do the same for the “Stateful UDP Inspection” rule.

Then, Private Network with interface B should be added as
Trusted Zone in JP Firewall. It can be done quite simply.
After you finish configuring Internet Connection Sharing,
run Configuration Wizard program from “Jetico Personal Firewall”
program group.

Configuration Wizard should automatically discover the Private
Network address and add it to the list in the “Trusted zone”
dialog window. Just finish Configuration Wizard normally.

After the procedure Internet Connection Sharing should work on
your computer.

Sincerely,
Sergey Frolov

=================================================
Jetico, Inc. phone: +358-9-25173030 =
Tekniikantie 14, fax: +358-9-25173031 =
02150, Espoo e-mail: info@jetico.com =
Finland http://www.jetico.com =

Fedora Core 3 – some tips

I needed to recover data from a crashed hard drive. Problem is, the data is on NTFS partition, and FC3 doesn’t support NTFS out of the box.

Here’s how to enable it to access NTFS partitions :

### Obtain current kernel version number
uname -r

#make VERY sure that the uname output (above) matches the version string (below)
apt-get install kernel-module-ntfs-2.6.9-1.667

/sbin/modprobe ntfs

# An example on how to mount an NTFS partition
mount /dev/hdb1 /mnt/D_drive -t ntfs -r -o umask=0222

I like using Fedora Core 3 especially after I was able to get apt to work with it. It enable me to keep the computers up to date (very important nowadays, especially with regards to security updates) with little / no work in my part.
But it’s not very obvious on how to set it up on FC3, so here you go :

I just found out that support for apt has been deprecated for FC3 :
[ Merger announcement of Fedora Extras with Fedora Project ]

It’s suggested that you use yum instead of apt. Yum is already included in FC3, and the syntax is quite similar too with apt. It’s quite good actually.

To get access to loads of (previously known as) Fedora Extras packages, just [ follow the instructions here ]

That’s it for now, I’ll continue to share FC3 tips here inshaAllah.