With work on creating GPL3 underway, there have been a few concerns about it. One of them was [ discussed here ]. Hopefully it will turn out to be okay.
Monthly Archives: April 2005
Fujitsu Lifebook P2040
Sebelum kembali ke Indonesia, saya mencari-cari laptop yang bisa dengan mudah saya bawa kemana-mana, setelah gagal menemukan PDA yang bisa memenuhi kebutuhan saya. Setelah lama mencari-cari, saya menemukan Fujitsu Lifebook P2040.
- Ukuran Lifebook terlihat cukup jelas
- Bentuk bawah laptop, 5 karet anti-slip, dan alas pegangan anti-slip (tidak mudah lepas dari genggaman)
- Tampilan keyboard, juga menampilkan baterai besarnya yang sekaligus menjadi arm rest.
- Bisa disambungkan langsung ke TV
- Foto-foto lainnya bisa dilihat di http://www.leog.net/photos.htm
Laptop ini cukup menyenangkan karena beratnya hanya sekitar 1kg, namun fiturnya cukup bagus – layar 1280×768 widescreen + DVD/CD-RW (kalau sedang bepergian dengan mobil sering ditagih anak-anak untuk dipakai menonton DVD), prosesor Transmeta Crusoe 800MHz, memory 256MB, USB2x2, firewire, PCMCIA, dll. Tapi yang paling menyenangkan adalah ukurannya yang kecil dan ringan, sehingga tidak memberatkan untuk dibawa kemana-mana. Baterai ekstranya juga cukup powerful.
Dulu kekurangannya adalah tidak cukup kuat untuk menjalankan VMware (sayangnya RAM 256MB itu sudah maksimal), sehingga saya tidak bisa menjalankan Linux diatas laptop ini. Coba diakali dengan Cygwin, tapi hasilnya kurang memuaskan, karena banyak program yang bermasalah ketika di-compile di Cygwin. Mengganti Windows dengan Linux juga tidak bisa karena sedang ada sebuah proyek yang menggunakan platform Windows.
Untunglah kemudian saya membaca posting Kemas di [ blog-nya ] mengenai [ coLinux ]. coLinux adalah sebuah software yang memungkinkan kita untuk menjalankan berbagai distro Linux di Windows. Tapi karena coLinux tidak meng-emulasikan prosesor / membuat komputer virtual (ala VMware), melainkan hanya menterjemahkan syscalls Linux ke host (Windows) – maka performanya menjadi jauh lebih cepat dan lebih sedikit membutuhkan memory. Pada saat ini distro Debian sedang berjalan dengan menggunakan hanya sekitar 8MB memory saja.
Kini laptop saya ini sudah memuat semua software yang saya butuhkan, alhamdulillah.
Sebetulnya saya mengincar notebook Sony Vaio, yang ukurannya bahkan lebih kecil lagi daripada Lifebook – namun jauh lebih powerful. Kalau tidak salah, spec-nya adalah P4 2GHz, 512MB RAM, 30GB HD, DVD writer, firewire, wireless NIC, dst — padahal lebarnya ya hanya selebar DVD writernya itu! Panjangnya cuma sekitar sejengkal tangan saya *glek*.
Dan layarnya, luar biasa cerah dan tajam gambarnya; saya belum pernah melihat layar LCD setajam itu lagi sampai saat ini.
Sayang saya lupa menanyakan tipe apa, dan ketika kemudian saya cari-cari tidak pernah ketemu 🙁
Oh well, dasar manusia enggak pernah puas 🙂
Umur Aisyah ra pada saat menikah
Akhir-akhir ini, umur pada saat Aisyah ra (kadang ditulis sebagai Aisha / A’isyah / Ayesha) dinikahi oleh Rasulullah saw menjadi bahan menarik bagi para penyerang Islam untuk merusak nama Nabi Muhammad saw. Mereka menuduh bahwa Nabi saw telah melakukan praktek pedofilia (na’udzubillah min dzalik).
Berikut ini adalah kutipan diskusi dari milis KIBAR mengenai topik ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
(nama poster telah dihapus untuk menjaga privacy)
==================
To:
From: “xxxxxxxxx”
Date: Fri, 8 Apr 2005 09:58:20Mbah putri nikah umur 13. Tapi mbah kakung juga masih muda, 20 th.
Menikah umur 21 th ya pas kuat-kuatnya, hehehe.salam,
————–
From: xxxxx
Sent: 08 April 2005 08:52
To: kibar@yahoogroups.com
Subject: Re: saudara Newcastle RE: [kibar] Re: Hadis untuk Pak eddyNenek angkat saya, sekarang masih hidup menikah dengan kakek angkat saya ketika umurnya 9 tahun.
Jackie satallone, ibunya silvester stallone, sekarang masih hidup juga, melahirkan anaknya ketika berumur 12 tahun. ‘Nikahnya’ kira kira umur berapa ya?
Teman teman saya di gunung kidul, gadis gadis menikah umur 15 – 16 thn sangat normal
Saya sendiri menikah ketika berumur 21 thn (emangnya gue pikirin!, he he he…)
Wassalam,
————-
Harry Sufehmi wrote:
Saya membaca-baca berbagai artikel mengenai hadits ini, kelihatannya ada
salah satu perawi hadits dari A’isyah tsb yang dipercaya, namun ternyata di
masa tuanya menjadi agak pelupa. Sehingga ada kemungkinan dia keliru
menyebutkan umur Aisyah, jadi belum tentu A’isyah sendiri yang memang
menyebutkan umurnya sekian.Tapi diskusi mengenai hadits yang satu ini kelihatannya baru akhir-akhir
ini agak ramai, karena zaman dahulu menikahnya seorang wanita dalam umur 11
tahun bukanlah masalah. Baru akhir2 ini saja ketika dikritik oleh orang2
Barat, barulah kaum muslimin menjadi gerah. Padahal kalau kita lihat
konteksnya (kebiasaan pada masa tsb, cepatnya menjadi dewasa wanita di
zaman/daerah tsb, dst), kalaupun ternyata Aisyah menikah pada umur 11 tahun
itu bukan masalah.Mungkin karena inilah yang satu ini lolos dari investigasi lebih lanjut
dari imam Bukhari, karena memang tidak mencurigakan bagi beliau (menilik
kebiasaan di zaman tsb).Toh lagipula tolak ukur dewasanya seseorang didalam Islam (dus, bisa
dinikahi) adalah apakah telah (bagi wanita) mendapatkan menstruasi. Dari
sejak zaman Rasulullah saw sampai sekarang saya rasa tidak pernah berubah.
Ini kontras sekali dengan standar moral Barat yang selalu berubah-ubah.Saya pernah berbincang-bincang dengan kawan kantor saya (non-muslim)
mengenai hal ini. Dia berkomentar, bahwa neneknya dulu menikah pada umur 13
tahun, dan masyarakat tidak menganggap kakeknya sebagai paedophile.
Saya cukup terkesima mendengar ini, terutama ketika mendengar bahwa
neneknya menikah sekitar awal abad ini. Jadi bahkan di dunia Barat pun
belum lama ini mereka masih banyak yang melakukan praktek pedofilia ya –
kalau menggunakan standar moral mereka pada saat ini 🙂Hanya sekedar untuk menambah wawasan, trims.
Wassalam,
HarryAt 18:45 07/04/2005 +0100, Muhammad wrote:
>Nah Ini saudara saya dari Newcastle muncul.
>Silakan dibantah contoh saya pak. Memang biasanya kalau saya bicara
>soal syiah, pak ini kurang rela, he, he, he, 🙂
>Hadis Abu Tholib itu sekedar contoh, yang saya pentingkan adalah metoda
>kritik sejarah nya.
>
>Ini saya beri contoh lain yang mungkin sampean suka. Sayangnya saya tidak
>menemukan kembali emailnya, jadi tidak bisa menyebut nama penelitinya. Yang
>jelas penelitinya adalah seorang Barat yang masuk Islam (nah lebih senang lagi
>ini). Dia merasa risau ketika menghadapi tuduhan orang barat tentang
>pernikahan Nabi dengan A’isyah berdasar sebuah hadis yang menyatakan bahwa
>Nabi menikahi A’isyah dalam usia 11 tahun, sementara Nabi sendiri berusia 50
>tahun.
>
>Dari kritik sejara yang dilakukan thd hadis ini, dengan memperbandingkan
>terhadap usia Ashma, kaka A’isyah, dengan memperbandingkan terhadap peristiwa
>hijrah dan saat kelahiran A’isyah, dsb, maka orang barat ini meragukan
>validitas hadis itu. Dia menyimpulkan bahwa hadis itu tidak valid. Dia
>kemukakan alternatif temuannya bahwa ketika menikah, A’isyah ummul mukminin
>berusia 18 tahun.
>
>Ini yang saya maksud, meneliti validitas dan kebenaran hadis dengan metoda
>kritik sejarah. Sekali lagi, informasi yang saya pentingkan adalah metoda
>kritik sejarahnya. Abu Thalib sekedar contoh. Kalau tidak memenuhi selera bagi
>netter kibar, ya saya tarik contoh itu (kasihan Pak Abu Thalib ini, tapi saya
>ingin tetap menghormatinya dan mengharapkan beliau ini benar-2 mukmin :-)),
>saya ganti saja dengan hadis A’isyah ummul mukminin itu 🙂
>
>Wassalam,*******************************************************
* Keluarga Islam Britania Raya dan Sekitarnya (KIBAR) *
* Forum Silaturahmi warga muslim Indonesia di UK *
* Mailing List: kibar@yahoogroups.com *
* Web Site: http://www.kibar.org.uk *
*—————————————————–*
* Unsubscribe: kibar-unsubscribe@yahoogroups.com *
*******************************************************
Diskriminasi umur di dunia pendidikan Indonesia
Hari ini keluarga kami sedang berkabung. Anak kami, Sarah, ditolak masuk ke sebuah sekolah dasar – hanya karena umurnya “baru” 4 tahun 8 bulan.
Padahal dia telah berhasil lulus dengan bagus tes masuk sekolah tersebut (yang menurut direkturnya sendiri, di-desain untuk anak umur 6 tahun), dan sudah jelas kelihatan bosan di TK-nya.
Padahal, sekolah tersebut juga bukan sekolah sembarangan, tapi termasuk salah satu sekolah favorit di daerah tersebut. Tapi sayang sekali wawasannya masih agak sempit dalam soal umur.
Memang direkturnya menjelaskan bahwa memang sudah pernah ada kasus-kasus seperti ini (anak dibawah umur masuk SD), dan kemudian anak tersebut gagal karena belum siap secara mental menghadapi tanggung jawab yang lebih besar (dibandingkan dengan TK yang masih banyak bermainnya).
Tapi kemudian kami sudah menyanggupi untuk membuat perjanjian bahwa kalau anak kami gagal sekitar pertengahan tahun ajaran maka akan diturunkan kembali ke TK, dan kami sudah menyatakan akan memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh Sarah.
Ibu saya kemudian bercerita mengenai kakak dan adiknya, yang juga menjadi di bawah umur karena “lompat kelas” – zaman dahulu, ketika prestasi seorang anak dinilai luar biasa dan mampu untuk menjalani kelas di atasnya, maka sekolah akan menaikkan anak ybs walaupun sedang di tengah tahun ajaran.
Saya punya prinsip bahwa sekolah makin baik jika bisa diselesaikan secepat-cepatnya, maka sangat ingin – jika memang si anak tsb mampu dan ingin – jika anak-anak saya bisa menyelesaikan sekolah mereka sebelum umur seharusnya.
Kebetulan saya juga seperti ini dan sudah merasakan sendiri bagaimana nikmatnya; yaitu kita bisa punya lebih banyak waktu untuk mulai berjuang untuk kehidupan pasca sekolah kita. Waktu sangat berharga karena kalau sudah hilang tidak bisa diganti lagi, sehingga saya senang kalau anak-anak saya bisa “mencuri” waktu untuk kehidupan masa depannya.
Kami akan mencoba lagi di sekolah yang lainnya, mudah-mudahan saja kali ini akan berhasil.
Windows Firewall
I’m going to evaluate a new Internet Provider in my laptop in the company where I’m currently consulting for, but this means I’ll need a Windows Firewalll which support ICS. ZoneAlarm seems to be too expensive, being the most popular, and I’ve also feared that it’s being targeted the most by criminals. So I started to look for alternatives.
Basically, ezFirewall is a rebranded version of ZoneAlarm (just try installing ZoneAlarm with ezFirewall already installed – it’ll complain that ZoneAlarm is already installed). But at almost only half the ZoneAlarm’s price, ezFirewall is quite interesting.
Sygate got loads of recommendations. Kerio seems to have security holes and issues.
But Jetico interest me the most, probably being a geek I like it’s detailed interface where you’re given a load of controls – not a watered-down version like the others. But I have a few questions, so I sent them an email.
To my surprise, I got such detailed answer below.
It’s easy to guess which firewall is going to be installed in my laptop.
From: “Jetico, Inc.”
Subject: Re: FeedbackDear Harry Sufehmi,
Thank you for your interest in Jetico Personal Firewall.
Let me answer on your questions below.
> Jetico Personal Firewall: YES
> Windows XP: YES
>
> Hi, since I can’t find the answer to my questions below, here goes :
>
> 1. Does your firewall works with XP SP2 ?Yes, the firewall works with Windows XP SP2.
> 3. Does it work with Windows 2000 Server ?
Yes, the software works with Windows 2000 Server too.
> 2. Can it protect shared Internet connection / ICS ?
>
> As you can see, we’re planning to use it on several scenarios, but we don’t know
> if it’ll work. So I’d be grateful if you can let us know.
>
> Many thanks in advance.
>
> Regards,
> HarryThe firewall can be configured for using it with
Internet Connection Sharing, but please note that
an overall level of protection aginst inbound
scanning will be lower in this case. It happens
because of the following.JP Firewall has two levels of protection: low-level
Network Level and Application Level. (We don’t keep
in mind here third Process Attack Protecting level,
because it will work in any case.)Application Level provides Network Level with information
about applications that have active connection and about
all the network traffic Windows applications are interested
in. All other network traffic is blocked. It is so-called
Stateful Inspection.Now when you turn on Internet Connection Sharing, you get
private network (for example interface B: 192.168.0.1) and
continue to have interface with IP address that is opened
to Internet (say interface A: 207.46.156.188).All the packets that come from interface B to interface A
and all the packets that come from Internet for interface B
– all that packets do not correspond to any application
in Windows! The packets should simply go from/to interface
A to/from interface B.So default JP Firewall configuration with stateful inspection
rules will reject the “interface A < -> interface B” traffic.Hence, to get Internet Connection Sharing working, we should
turn off Stateful Inspection in JP Firewall:1). Select “Configuration” tab in JP Firewall;
2). Select the following table in “Optimal Protection” configuration
tree: Root -> System IP Table -> System Internet Zone;3) In the “System Internet Zone” table find rule with
“Stateful TCP Inspection” rule and run “Edit” command for the rule;4) In the “Protocol specific” settings for the rule uncheck the
“Stateful inspection” checkbox.5) Do the same for the “Stateful UDP Inspection” rule.
Then, Private Network with interface B should be added as
Trusted Zone in JP Firewall. It can be done quite simply.
After you finish configuring Internet Connection Sharing,
run Configuration Wizard program from “Jetico Personal Firewall”
program group.Configuration Wizard should automatically discover the Private
Network address and add it to the list in the “Trusted zone”
dialog window. Just finish Configuration Wizard normally.After the procedure Internet Connection Sharing should work on
your computer.Sincerely,
Sergey Frolov=================================================
Jetico, Inc. phone: +358-9-25173030 =
Tekniikantie 14, fax: +358-9-25173031 =
02150, Espoo e-mail: info@jetico.com =
Finland http://www.jetico.com =
>
Fedora Core 3 – some tips
I needed to recover data from a crashed hard drive. Problem is, the data is on NTFS partition, and FC3 doesn’t support NTFS out of the box.
Here’s how to enable it to access NTFS partitions :
### Obtain current kernel version number
uname -r#make VERY sure that the uname output (above) matches the version string (below)
apt-get install kernel-module-ntfs-2.6.9-1.667/sbin/modprobe ntfs
# An example on how to mount an NTFS partition
mount /dev/hdb1 /mnt/D_drive -t ntfs -r -o umask=0222
I like using Fedora Core 3 especially after I was able to get apt to work with it. It enable me to keep the computers up to date (very important nowadays, especially with regards to security updates) with little / no work in my part.
But it’s not very obvious on how to set it up on FC3, so here you go :
I just found out that support for apt has been deprecated for FC3 :
[ Merger announcement of Fedora Extras with Fedora Project ]
It’s suggested that you use yum instead of apt. Yum is already included in FC3, and the syntax is quite similar too with apt. It’s quite good actually.
To get access to loads of (previously known as) Fedora Extras packages, just [ follow the instructions here ]
That’s it for now, I’ll continue to share FC3 tips here inshaAllah.
Pedagang yang tidak suka duit
Saat ini saya sedang mencoba berbagai provider CDMA, karena sebal melihat tarif GSM yang tidak masuk di akal. Untuk saat ini kelihatannya Esia yang cocok untuk keperluan saya, tapi pulsanya sudah hampir habis.
Di perjalanan pulang saya melihat-lihat berbagai kios voucher, namun memang sedikit sekali yang menjual esia.
Mendekati rumah tiba-tiba terlihat sebuah kios yang cukup besar, yang menjual pulsa elektronik Esia.
Saya menghentikan mobil, dan kemudian menanyakan voucher Esia seharga Rp 50.000. Um.. tapi kok dia malah mengeluarkan voucher Jempol ya?
Lha, ternyata agak budek 🙂 saya kemudian ucapkan lagi dengan agak keras.
“Oh, Esia enggak ada pak”. Gedubrak.
Duh, kalau gitu ya jangan ditulis dong ada Esia di papannya.
Tapi tidak hanya sampai disitu, kebetulan terlihat ada box handphone CDMA yang cukup bagus, saya pikir mungkin istri saya akan tertarik.
“Bang, yang ini harganya berapa?”. “Oh, itu sudah kejual pak”, katanya.
Yeh.. kalau gitu ngapain juga kotaknya dipajang terus ?
Sekilas mungkin cerita ini terbaca lucu – namun ini adalah kesalahan fatal yang banyak dilakukan oleh para pedagang kecil:
- Barang dagangan sebaiknya lengkap, karena customer akan lebih memilih toko yang bisa memenuhi semua kebutuhan mereka.
- Jika toko Anda tidak lengkap, maka para customer akan menghindari datang lagi di masa depan.
- Kalau ada suatu barang yang kebetulan kita tidak punya, minta maaflah kepada customer tersebut, dan janjikan bahwa barang tsb sudah akan tersedia di toko kita (misalnya) minggu depan. Ini akan menyenangkan mereka dan memperkecil kemungkinan mereka menghindari toko Anda.
- JANGAN berbohong. Ini mungkin adalah pantangan terbesar bagi seorang pedagang yang ingin sukses.
Dalam cerita ini, Anda bisa menjamin bahwa saya tidak akan mampir lagi ke toko voucher tersebut, walaupun hampir setiap hari melewatinya.
Kia Carens II, automatic transmission
JANGAN DIBELI – walaupun saya pakai ini 🙂 tapi saya tidak bisa merekomendasikan 🙁
Untuk keperluan sehari-hari di Jakarta, pemakaian bensinnya sekitar 1:5
Sialnya, pulang-pergi ke lokasi kerja saya saat ini berjarak total lebih dari 100 km. Walhasil, biasanya saya mengisi bensin sekitar 40 ltr setiap 2 hari sekali 🙁
Duh… Kia Carens II
Duh.. Blue Bird
Kemarin pergi menjemput anak-anak pulang sekolah tanpa mobil. Rencananya akan pulang dengan memakai taksi. OK telpon Blue Bird, karena sering mendengar cerita seram mengenai operator-operator taksi lainnya. Dijawab oleh seorang operator yang ramah, yang kemudian mencatat nomor telpon dan alamat sekolah kami serta jam ketibaan taksi di lokasi (11:00), dan kemudian menutup pembicaraan dengan mengatakan bahwa dia akan mencarikan taksinya dulu. Fair enough, maka kemudian kami duduk dulu di kantin karena anak-anak sudah pada menjerit kelaparan sedangkan kami tidak membawa cukup makanan dari rumah.
Jam 11 lewat kami mendapat telpon bahwa taksi belum didapatkan, apakah mau menunggu? OK, gak apa-apa deh, kita sabar saja. Operator tersebut kemudian mengucapka terimakasih dan menutup telpon.
Lama menunggu, kami mulai gelisah karena anak-anak mulai kelihatan lelah. Maka kemudian saya menelpon Blue Bird lagi. “Oh, taksinya sudah menuju kesana pak”. Yay. Lah, kok enggak menelpon sama sekali sih ?!
Kita langsung pontang-panting menuju ke lokasi penjemputan yang telah disepakati.
Tapi lama menunggu disitu, tetap saja taksi belum muncul. Untung lokasi penungguannya adalah di TK nya Sarah, jadi anak-anak lupa akan lelahya dan asyik bermain-main di taman bermainnya.
Tiba-tiba handphone saya berdering.
“Hallo, ini dari pool Blue Bird pak. Lokasinya ini dimana ya pak ?”. Lah, udah dijelasin sampai mendetail ke operator yang pertama, kok ditanya lagi.
“Posisi saya saat ini di seberang UIN Syarif Hidayatullah Ciputat”,kata saya. “UIN yang di Rempoa apa bukan ya pak ?”. Errr… “umm, itu lho pak, yang bisa dilihat di pinggir jalan kalau kita menuju ke Ciputat dari Lbk.Bulus”.
Bla..bla..bla.. ternyata kesimpulannya mereka tidak tahu dimana UIN Syarif Hidayatullah itu 🙁
Padahal yang menelpon adalah pool Blue Bird di Tanah Kusir, bukan pool yang luar biasa jauhnya entah dimana, masih cukup dekat juga.
Tapi lama-kelamaan saya tersadar bahwa mungkin ini cuma cara saja agar mereka tidak perlu mengirim mobil, entah kenapa pembicaraannya berputar-putar terus disitu-situ saja. Akhirnya saya bilang “Ya sudah pak, kalau terlalu merepotkan, gak jadi saja deh”. “OK pak *klik*”
Hiks! Asma saya tiba-tiba terasa akan kumat.
Akhirnya kita mengajak Anisah, Sarah, dan Umar untuk berjalan kaki lumayan jauh ke pinggir jalan besar, dan mencoba menghentikan taksi yang kebetulan sedang lewat.
Banyak taksi yang lewat, namun sebagian besar sudah terisi dan lampu merk taksinya mati. Selagi kami melihat-lihat sambil menghisap asap tebal dari berbagai bus yang lewat, tiba-tiba terlihat oleh saya taksi Blue Bird di depan mata yang lampu merk taksinya mati – namun kosong! Argh.
Akhirnya dengan dongkol kami naik angkot 2 kali sampai tiba di rumah.
Total waktu terbuang sekitar 2,5 jam, namun lebih sedih lagi melihat anak-anak yang sudah kuyu kelelahan. Apalagi ketika angkot kami terhenti karena jalan macet, persis di belakang sebuah bus besar yang menghasilkan polusi yang luar biasa.
Duh… Blue Bird.
Peter Pumpkinhead
Anak saya yang paling besar suka sekali dengan lagu ini. Jadi suatu hari, sambil menyetir mobil, kemudian saya ceritakan siapa si Peter ini :
“The Ballad Of Peter Pumpkinhead”
Peter Pumpkinhead came to town
Spreading wisdom and cash around
Fed the starving and housed the poor
But he made too many enemies
Of the people who would keep us on our knees
Hooray for Peter Pumpkinhead
…..
But he made too many enemies…
Peter Pumpkinhead put to shame
Governments who would slur his name
……
Peter Pumpkinhead was too good
Had him nailed to a chunk of wood
He died grinning on live TV
Hanging there he looked a lot like you
And an awful lot like me!
But he made too many enemies…
Hooray for Peter Pumpkin
Oh my oh my oh!
Doesn’t it make you want to cry oh?
Dengan bahasa anak-anak, saya ceritakan kalau si Peter ini orang baik; dia kasih makan orang miskin, malah ngasih tempat tinggal juga. Dia disenangi semua orang. Tapi akibatnya jadi orang jahat yang ngiri.
Akhirnya dia meninggal dibunuh, tapi dia meninggal dunia dengan tersenyum.
Suasana kemudian hening setelah saya selesai bercerita / menterjemahkan lirik lagu tsb.
Akhirnya kemudian Anisah berkata, “Anisah pingin… kalau sudah gede, jadi seperti Peter Pumpkinhead”; dengan suara yang parau.
Saya enggak tahu mau ngomong apa, akhirnya saya belai-belai saja dia dengan rasa sayang.
RS, FT, etc – who’s next ?
Duh, ternyata FT masih belum juga tobat. Setelah ditendang dari milis komunitas linux indonesia, kini FT membuat marah komunitas Mac indonesia dengan pernyataan-pernyataan ngawurnya.
Sayang juga ya, padahal dikasih anugrah pintar ngomong & meyakinkan orang, sayang malah doyannya ngomong ngaco. Mudah-mudahan segera “sadar”.
How much of our money went to Microsoft
Berikut ini adalah sebuah [ posting dari Adinoto ] yang cukup menarik mengenai biaya yang bisa terkenakan kepada Anda jika menggunakan solusi Microsoft.
Cukup menarik, menampilkan contoh kasus di Indonesia.
Parenting tips – How to force your kids without causing them pain
Sometimes (a LOT of times ? 🙂 ) children refuse to do your command because of various reason.
If the reason is valid, then you must be fair. But if it’s not valid, then you need to make them do it.
First you have to speak kindly, but firmly, to them.
Use as little words possible, don’t flood them with angry/irrelevant sayings.
Persuade them to do it, WITHOUT lying (believe me, this will cause you serious problems later).
If they still refuse, you can cancel the order if it’s not important. But if it is, then somehow you need to get them to do it anyway.
Some parents will be inclined to use physical force at this point.
Here’s the tip – if you child is ticklish, just say that you’ll tickle them until they do it 🙂
No harm’s done, instead they will laugh uncontrollably while getting the job done 😀
And it’s fun to both of you. What could be better ? Let me know 🙂
Khotbah Jumat
Khotbah Jumat di berbagai mesjid cenderung garing, tapi yang kali ini cukup membuat ngilu.
Topiknya mengenai MENGAPA sampai terjadi gempa di Nias.
Apakah khatibnya mungkin sudah diberitahu oleh Allah swt ? Kok rasanya tidak ya.
Tapi tetap saja bpk. Khatib berkhutbah bahwa gempa di Nias adalah azab dari Allah swt, karena manusia telah berbuat jahat. Yaitu golongan elitenya saja (padahal baru kemarin uang kembalian beli bensin saya ditilep oleh petugas pom.bensin) sehingga semua rakyat dari golongan atas sampai bawah dikenakan azab.
Duh.
Apa tidak mungkin bahwa bencana tersebut justru adalah bagian dari proses Kiamat, dimana orang-orang baik dipanggil ke haribaan Tuhannya, sehingga setelah hanya orang-orang jahat yang tersisa di bumi maka terjadilah Kiamat itu ?
Atau apa tidak mungkin bahwa bencana tersebut terjadi karena suatu alasan lainnya ? Atau tanpa alasan, hanya karena Allah swt Maha Kuasa ?
Dst.
It gets better – bpk.Khatib juga salah menjelaskan apa itu gempa vulkanik, beberapa aspek agama, dst. Lalu kadang-kadang seperti bicara dengan diri sendiri, suaranya kecil sekali walaupun sudah di depan mikropon. Sisanya bicara ngalor ngidul yang kurang jelas maksudnya.
Anyway, lumayan ngilu juga mendengar ucapan-ucapan yang cukup sok tahu seperti itu, sampai asma saya jadi kumat di tengah khotbah 🙁
Bpk.Khatibnya kemudian kena azab oleh Allah swt, yaitu ketika sedang memimpin sholat dan sedang membaca sebuah surat, tiba-tiba tidak tahu apa yang harus dibaca; padahal cuma surat pendek dari juz amma. Terbata-bata cukup lama, sampai saya yang tadinya sempat kesal pun jadi merasa kasihan sekali.
(eh saya cuma bercanda lho, saya belum bisa kok ngobrol-ngobrol dengan / membaca pikiran Tuhan 🙂 )
Kepada para bpk.Khatib yang baik, saya berharap agar Anda sekalian dapat mengabdi kepada umat, dengan menyampaikan ilmu dan hikmah yang bermanfaat bagi mereka. Kami amat, sangat membutuhkan uluran tangan Anda tersebut agar dapat menjadi tercerahkan.
Sebelumnya saya ucapkan banyak-banyak terimakasih.
GIMPshop
Akhirnya, bagi yang tidak mampu membeli Adobe Photoshop, kini telah tersedia [ GIMPshop ].
Salut kepada Scott atas kerja kerasnya.
nb: pada saat ini GIMPshop baru tersedia untuk OS X dan Linux.
Pengumuman
Flamers are going to be made silly instead of getting sent to /dev/null from now on 😉
Semoga anakku menjadi orang yang biasa-biasa saja
Dari milis Balita-Anda, semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua.
Tahukah anda, apa yang paling dibanggakan orang tua dari anak-anaknya?
Boleh jadi adalah kecerdasan scholastic, seperti matematika, bahasa, menggambar (visual), musik (musical), dan olahraga (kinestetik).
Tetapi, pernahkah kita membanggakan jika anak kita memiliki kecerdasan moral, kecerdasan intrapersonal, atau kecerdasan interpersonal?
Rasanya jarang, sebab ketiga kecerdasan yang terakhir hampir pasti uncountable, tidak bisa dihitung, dan sayang sekali tidak ada pontennya (nilainya) di sekolah, karena di sekolah hanya memberikan penilaian kuantitatif.
Ada sebuah cerita tentang seorang anak, sebut saja namanya Fani (6,5 tahun),kelas I SD. Ia memiliki banyak sekali teman.
Dan ia pun tidak bermasalah harus berganti teman duduk di sekolahnya. Ia juga bergaul dengan siapa saja dilingkungan rumahnya. Ada satu hal yang menarik saat ia bercerita tentang teman-temannya.
“Bu, Ifa pinter sekali lho, Bu…! Pinter Matematika,Bahasa Indonesia, Menggambar….pokoknya pinter sekali….!” katanya santai. Vivi juga pintar sekali menggambar, gambarnya bagus …sekali! Kalau si Yahya hafalannya banyaaak… sekali!”
Ya memang fani senang sekali membanggakan teman-temannya. Ketika mendengar celoteh anaknya ibunya tersenyum dan bertanya, ” Kalau mbak Fani pinter apa?” Ia menjawab dengan cengiran khasnya,” Hehehe…kalau aku, sih, biasa-biasa saja”.
Jawaban itu mungkin akan sangat biasa bagi anda, tetapi ibunya tertegun, karena pada dasarnya fani memang demikian. Ia biasa-biasa saja untuk ukuran prestasi scholastic.
Tapi coba kita dengarkan apa cerita gurunya, bahwa Fani sering diminta bantuannya untuk membimbing temannya yang sangat lamban mengerjakan tugas sekolah, mendamaikan temannya yang bertengkar.
Bahkan ketika dua orang adiknya, Farah (4,5 tahun ) dan Fadila (2,5 tahun) bertengkar. Fani langsung turun tangan. “Sudah..! sudah, Dek! sama saudara tidak boleh bertengkar, Hayo tadi siapa yang mulai?” Adiknya saling tunjuk.”Hayo, jujur …Jujur itu disayang Allah..! Sekarang salaman ya… saling memaafkan”.
Pun ketika suatu hari ia melihat baju-baju bagus di toko, dengarlah komentarnya! “Wah bajunya bagus-bagus ya Bu? Aku sebenarnya pengin, tapi bajuku dirumah masih bagus-bagus, nanti saja kalau sudah jelek dan Ibu sudah punya rezeki, aku minta dibelikan …” Ibunya pun tak kuasa menahan air matanya, subhanallah anak sekecil itu sudah bisa menunda keinginan, sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional.
Saya sebenarnya ingin berbagi cerita tentang ini kepada anda, karena betapa banyak dari kita yang mengabaikan kecerdasan-kecerdasan emosional seperti itu. Padahal kita tahu dalam setiap tes penerimaan pegawai, yang lebih banyak diterima adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional walaupun dari sisi kecerdasan scholastic adalah BIASA-BIASA SAJA.
Kadang kita merasa rendah diri manakala anak kita tidak mencapai ranking sepuluh besar disekolah. Tetapi herannya, kita tidak rendah diri manakala anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, mau menang sendiri, sombong, suka menipu atau tidak biasa bergaul.
Maka ketika Fani mengatakan “AKU BIASA-BIASA SAJA”, maka saat itu ibunya menjawab “Alhamdulillah, mbak Fani suka menolong teman-teman, tidak sombong, mau bergaul dengan siapa saja. Itu adalah kelebihan mbak Fani, diteruskan dan disyukuri ya..?” Ya… ibunya ingin mensupport dan memberikan reward yang positif bagi Fani. Karena kita tahu anak-anak kita adalah amanah dan suatu saat amanah itu akan diambil dan ditanyakan bagaimana kita menjaga amanah.
Sebagaimana doa kita setiap hari agar anak-anak menjadi penyejuk mata dan hati. Sudahkah kita mencoba untuk menggali potensi-potensi kecerdasan emosional anak-anak kita? Kalau belum mulailah dari diri kita, saat ini juga.