To: forum-jumat@yahoogroups.com
From: Harry Sufehmi
Subject: Bahaya Syiah – was Re: [forum-jumat] Bidadari itu Perempuan yang Shaleh (Memperingati Hari IBU)
At 07:53 AM 12/28/2005 +0000, Dede wrote:
>Sekedar bahan renungan bagaimana menghormati Ibu dan Istri kita.
>
>Wass,
>dede
Terimakasih kang Dede atas kirimannya.
Mohon maaf, saya terpaksa mengkritisi beberapa poin di artikel tersebut ya.
InsyaAllah kebanyakan kita sudah tahu bahwa kang Jalal adalah salah satu syaikhnya rekan2 kita umat Syiah. Nah, salah satu usaha mereka, agar diterima oleh mainstream Islam di Indonesia, adalah dengan mengusahakan kepercayaan mereka dianggap sebagai MAZHAB ke lima di dalam Islam.
Biasanya mereka menyebutnya sebagai mazhab Ja’fari, dinisbatkan kepada Imam Ja’far, yang bernama lengkap Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib.
Hal ini karena para ulama besar Islam sejak dahulu sudah dengan sangat tegas mengatakan bahwa Syiah adalah agama non-Islam,.
Nah, tujuannya ada dua – selain agar diakui oleh Islam mainstream (Sunni), yang lebih berat lagi, yaitu untuk menghancurkan sendi-sendi Islam.
Karena, nantinya mereka akan bilang begini, “Guru Imam 4 mazhab itu ternyata Imam Syiah lho”.
(Imam Ja’far memang dianggap sebagai guru dari para Imam 4 mazhab)
Seorang Syiah dalam diskusinya mengatakan ini kepada saya. Tiba-tiba hidup ini terasa luar biasa berat bagi saya.
Apakah berarti selama ini saya telah mengikuti agama yang palsu?
Apakah sebetulnya Syiah itu adalah Islam yang sebenarnya, yang kemudian dimanipulasi oleh Imam 4 Mazhab (sehingga menjadi Islam yang sekarang ini) ?!
Cerita yang panjang disingkatkan – akhirnya saya menemukan berbagai bukti bahwa ternyata semuanya itu hanya (maaf kalau kasar, tapi ya inilah kenyataannya) tipuan dari para syaikh Syiah yang terdahulu. Tapi para syaikh Syiah yang sekarang juga tetap salah karena turut menyebarkan fitnah ini.
Salah satu diskusi kritis terhadap artikel ini misalnya ada disini.
Hadits “kebanyakan penghuni neraka itu adalah wanita” adalah hadits shahih dari Bukhari.
Secara logika saja, coba kita lihat ayat yang dikutip kang Jalal:
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka sebenar-benarnya; Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan berusia sebaya” (QS 56:36-37)
Bagaimana caranya sampai tiba-tiba kesimpulannya para bidadari itu adalah para wanita shalihah ? Tidak ada penjelasan alur logikanya, sampai tiba di kesimpulan tsb, dan tidak ada petunjuk di ayat tersebut bahwa memang demikian halnya. Cuma “kata” Imam Ja’far, dimana itupun perlu diragukan apakah beliau memang pernah bicara seperti itu; contoh: walaupun umat Syiah mengaku Ja’far sebagai salah satu dari 12 Imam mereka, tapi beliau sendiri tidak pernah menyatakan demikian.
Jadi sebelum kita percaya bahwa hadits shahih tersebut tidak benar, yang pertama perlu kita periksa sebetulnya adalah: apakah benar Imam Ja’far, actually, memang pernah mengatakan seperti itu?
Jangan-jangan itu cuma khayalan para syaikh Syiah zaman dahulu, seperti dibahas misalnya disini.
Nah, karena demikian banyaknya fitnah-fitnah seperti ini yang ada di agama Syiah, maka sudah banyak buku-buku yang meluruskan kembali hal-hal tersebut. Salah satunya yang dalam bahasa Indonesia adalah “Fitnah Kubro”, terbitan yayasan Al-Haramain (dulu pimpinan Hidayat Nur Wahid). Bukunya cukup tebal, tapi itupun belum membahas semua fitnah yang ada. Ya, karena memang terlalu banyak. Tapi sudah bagus untuk menjadi bahan untuk mem-balance (dis)informasi dari pihak Syiah.
Buku lainnya yang bisa saya rekomendasikan adalah “Mirage in Iran”, saya pernah lihat ada di toko buku di Small Heath, Birmingham.
Mohon maaf kalau saya tidak bisa mengkomentari hadits-hadits lainnya yang dikritisi di artikel di bawah ini, karena keterbatasan waktu saya. Tapi pada intinya, kalau ada kesalahan penafsiran, ya betulkan penafsirannya. Bukan justru teksnya yang sudah jelas shahih (hadits dari Bukhari) yang malah dianulir 🙂
Mungkin ada kawan-kawan lain yang lebih kompeten yang bisa membantu mencerahkan kita.
Jadi, Just Say NO to “Mazhab” Ja’fari, karena ujungnya adalah penganuliran Islam yang pada saat ini kita anut — dengan berdasarkan fitnah-fitnah / pemelintiran penafsiran/fakta.
Salam,
Harry
Bidadari itu : “Perempuan Shaleh”
oleh : Jalaludin Rakhmat
“Benarkah hadis yang mengatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka itu perempuan ?” tanya seorang murid kepada Imam Ja’far. Fakih besar abad kedua hijrah itu tersenyum. “Tidakkah anda membaca ayat Al-Qur’an – Sesungguhnya Kami menciptakan mereka sebenar-benarnya ; Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan berusia sebaya (QS 56:36-37) -. Ayat ini berkenaan dengan para bidadari, yang Allah ciptakan dari perempuan yang saleh. Di surga lebih banyak bidadari daripada laki-laki mukmin.” Secara tidak langsung, Imam Ja’far menunjukkan bahwa hadis itu tidak benar, bahwa kebanyakan penghuni surga justru perempuan.
Hadis yang ‘mendiskreditkan’ perempuan ternyata sudah masyhur sejak abad kedua hijrah. Tetapi sejak itu juga sudah ada ahli agama yang menolaknya. Dari Imam Ja’far inilah berkembang mazhab Ja’fari, yang menetapkan bahwa akikah harus sama baik buat laki-laki maupun perempuan. Pada mazhab-mazhab yang lain, untuk anak laki-laki disembelih dua ekor domba, untuk anak perempuan seekor saja. Mengingat sejarahnya, mazhab Ja’fari lebih tua, karena itu lebih dekat dengan masa Nabi daripada mazhab lainnya. Boleh jadi, hadis-hadis yang memojokkan perempuan itu baru muncul kemudian : sebagai produk budaya yang sangat maskulin ?
Karena banyak ayat turun membela perempuan, pada zaman Nabi para sahabat memperlakukan istri mereka dengan sangat sopan. Mereka takut, kata Abdullah, wahyu turun mengecam mereka. Barulah setelah Nabi meninggal, mereka mulai bebas berbicara dengan istri mereka (Bukhari). Umar, ayah Abdullah, menceritakan bagaimana perempuan sangat bebas berbicara kepada suaminya pada zaman Nabi. Ketika Umar membentak karena istrinya membantahnya dengan perkataan yang keras istrinya berkata : Kenapa kamu terkejut karena aku membantahmu ? Istri-istri Nabi pun sering membantah Nabi dan sebagian malah membiarkan Nabi marah sejak siang sampai malam. Ucapan itu mengejutkan Umar : Celakalah orang yang berbuat seperti itu. Ia segera menemui Hafsah, salah seorang istri Nabi : Betulkah sebagian di antara kalian membuat Nabi marah sampai malam hari ? Betul, jawab Hafsah (Bukhari).
Menurut riwayat lain, sejak itu Umar diam setiap kali istrinya memarahinya. Aku membiarkannya, kata Umar, karena istriku memasak, mencuci, mengurus anak-anak, padahal semua itu bukan kewajiban dia. Anehnya, sekarang, di dunia Islam, pekerjaan itu dianggap kewajiban istri. Ketika umat Islam memasuki masyarakat industri, berlipat gandalah pekerjaan mereka. Berlipat juga beban dan derita mereka. Untuk menghibur mereka para mubalig ( juga mubalighat ) bercerita tentang pahala buat wanita saleh yang mengabdi (atau menderita) untuk suaminya : Sekiranya manusia boleh sujud kepada manusia lain, aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya (hadis 1). Bila seorang perempuan menyakiti suaminya, Allah tidak akan menerima salatnya dan semua kebaikan amalnya sampai dia membuat suaminya senang (hadis 2). Siapa yang sabar menanggung penderitaan karena perbuatan suaminya yang jelek, ia diberi pahala seperti pahala Asiyah binti Mazahim (hadis 3).
Setelah hadis-hadis ini, para khatib pun menambahkan cerita-cerita dramatis. Konon, Fathimah mendengar Rasul menyebut seorang perempuan yang pertama kali masuk surga. Ia ingin tahu apa yang membuatnya semulia itu. Ternyata, ia sangat menaati suaminya begitu rupa, sehingga ia sediakan cambuk setiap kali ia berkhidmat kepada suaminya. Ia tawarkan tubuhnya untuk dicambuk kapan saja suaminya mengira service-nya kurang baik.
Cerita ini memang dibuat-buat saja. Tidak jelas asal-usulnya. Tetapi hadis-hadis itu memang termaktub dalam kitab-kitab hadis. Hadis 1 : diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud. Tetapi Bukhari (yang lebih tinggi kedudukannya dari Abu Dawud) dan Ahmad meriwayatkan hadis sebagai berikut : Ketika Aisyah ditanya apa yang dilakukan Rasulullah di rumahnya, ia berkata: “Nabi melayani keperluan istrinya menyapu rumah, menjahit baju, memperbaiki sandal, dan memerah susu.” Anehnya, hadis ini jarang disebut oleh para mubalig. Karena bertentangan dengan ‘kepentingan laki-laki’ ?
Hadis-hadis lainnya ternyata dipotong pada bagian yang merugikan laki-laki. Setelah hadis 2, Nabi berkata,”Begitu pula laki-laki menanggung dosa yang sama seperti itu bila ia menyakiti dan berbuat zalim kepada istrinya.” Dan sebelum hadis 3, Nabi berkata, “Barang siapa yang bersabar (menanggung penderitaan) karena perbuatan istrinya yang buruk, Allah akan memberikan untuk setiap kesabaran yang dilakukannya pahala seperti yang diberikan kepada Nabi Ayyub.” Tetapi, begitulah, kelengkapan hadis ini jarang keluar dari khotbah mubalig (yang umumnya laki-laki ).
Maka sepeninggal Nabi, perempuan disuruh berkhidmat kepada laki-laki, sedangkan laki-laki tidak diajari berkhidmat kepada perempuan. Fikih yang semuanya dirumuskan laki-laki menempatkan perempuan pada posisi kedua. Beberapa gerakan Islam yang dipimpin laki-laki menampilkan ajaran Islam yang ‘memanjakan’ laki-laki. Ketika sebagian perempuan muslimat menghujat fikih yang mapan, banyak laki-laki saleh itu berang. Mereka dituduh agen feminisme Barat, budak kaum kuffar. Mereka dianggap merusak sunnah Nabi. Nabi saw berkata, “Samakanlah ketika kamu memberi anak-anakmu. Bila ada kelebihan, berikan kelebihan itu kepada anak perempuan.” Ketika ada sahabat yang mengeluh karena semua anaknya perempuan, Nabi berkata, “Jika ada yang mempunyai anak perempuan saja, kemudian ia memeliharanya dengan sebaik-baiknya, anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka (Muslim).
Pendeknya, dahulukan perempuan, kata Nabi dahulu. Pokoknya utamakan laki-laki, teriak kita sekarang.
Disalin dari buku:
Catatan Kang Jalal, Visi Media, Politik Dan Pendidikan
Editor : Miftah F. Rakhmat
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA BANDUNG
Cetakan Kedua April