Category Archives: Islam

Fahmi Salim: Al-Quran tetap terjaga keasliannya – bagian kedua

Sebagai bantahan klaim dari Luthfi Assyaukanie, berikut saya postingkan bagian kedua (terakhir) dari artikel Fahmi Salim.

Semoga bermanfaat.


II.c. Kompilasi Alquran Masa ‘Utsmân ra.

Penjelasan tradisional tentang alasan yang menyebabkan diambil langkah selanjutnya dalam menetapkan bentuk Alquran, menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan serius qiraat terdapat dalam salinan-salinan Alquran yang ada pada masa ‘Utsmân ra. di berbagai wilayah. Dikisahkan bahwa selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang bacaan Alquran muncul di kalangan tentara muslim yang direkrut dari Syiria (mengacu kepada qiraat Ubay) dan sebagian lagi dari Irak (mengacu kepada qiraat Ibnu Mas’ûd). Perselisihan ini muncul serius hingga menyebabkan pimpinan tentara muslim—Hudzayfah—melaporkannya kepada Khalifah ‘Utsmân sambil mendesaknya agar mengambil langkah guna mengakhiri perbedaan bacaan tersebut. Khalifah lalu berembug dengan sahabat senior dan akhirnya menugaskan Zayd ibn Tsâbit menyalin Alquran. Bersama Zayd ditunjuk ‘Abd Allâh ibn al-Zubair, Sa’îd ibn al-‘Ash dan ‘Abd al-Rahmân ibn al-Hârits untuk menyalin naskah Abû Bakr ke dalam beberapa mushaf. Satu prinsip yang harus mereka ikuti dalam menjalankan tugas ini adalah bahwa dalam kasus kesulitan bacaan, dialek Quraisy harus dijadikan pilihan.

Continue reading Fahmi Salim: Al-Quran tetap terjaga keasliannya – bagian kedua

Fahmi Salim: Al-Quran tetap terjaga keasliannya – bagian pertama

Sebagai bantahan klaim dari Luthfi Assyaukanie, berikut saya postingkan bagian pertama dari artikel Fahmi Salim.

Semoga bermanfaat.


SEJARAH OTENTIKASI AL-QURAN; TINJAUAN KESARJANAAN MUSLIM DAN ORIENTALIS

by: Fahmi Salim

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran dan Kami pulalah yang akan memeliharanya”
(Q.s. 15:9)

Awwalan

Alquran memperkenalkan dirinya dengan beberapa ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah SWT. Dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara, sebagaimana tersurah dalam ayat Alquran sebagaimana yang dikutip di atas. Demikianlah Allah menjamin keotentikan Alquran, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh kaum beriman. Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Alquran tidak berbeda sedikitpun dari apa yang pernah dibaca oleh Nabi saw. dan yang didengar serta dibaca sahabat Nabi saw. Akan tetapi adakah bukti lain yang dapat membuktikan keotentikan Alquran selain kepercayaan yang diyakni setiap muslim itu? Sebagai muslim kita dengan tegas mengatakan ya, dengan didasari dengan bukti-bukti kesejarahan yang mengantarkan kita pada kesimpulan tersebut. Lagi pula banyak kalangan yang sepakat bahwa Alquran merupakan satu-satunya kitab yang paling otentik yang pernah dikenal dalam sejarah kemanusiaan. Sementara kitab-kitab suci agama lain diriwayatkan beberapa abad setelah diturunkan, Alquran ditangani dan dipelihara secara serius semenjak wahyu tersebut diturunkan pada masa Rasulullah saw. hidup.

I. Bukti-bukti otentisitas

Continue reading Fahmi Salim: Al-Quran tetap terjaga keasliannya – bagian pertama

Luthfi Assyaukanie – Al-Quran sudah tidak asli lagi

Satu lagi dari grup Jaringan Islam Liberal / Paramadina – menurut salah satu tokohnya, Al-Quran yang kita pegang pada saat ini sudah tidak asli lagi.

Pada posting ini saya akan lampirkan tulisan Luthfi selengkapnya yang saya kutip dari milis INSIST net. Kemudian saya akan posting juga bantahannya dari Fahmi Salim.

Semoga bermanfaat,


Dikutip dari:
Luthfi Assyaukanie.
Dosen Sejarah Pemikiran Islam
Universitas Paramadina
Jakarta

Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa Alquran dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma’ nan). Kaum Muslim juga meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam.

Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam.
Continue reading Luthfi Assyaukanie – Al-Quran sudah tidak asli lagi

Islamic Republic of Iran

I was busy creating an e-commerce website for my friend when I noticed that on the list of the countries there’s one listed “islamic republic of iran”. I was speechless.

Shia / Shi’ite, especially the 12 Imaams sect (which is the majority), is everything but Islam. Their core beliefs contradicts the core beliefs of Islam. For now I’ll just list a few saying from the great early Muslim scholars that refuted their claim as being a Muslim :


Imaam Abu Hanifah

It was reported that often Abu Haneefah used to repeat the following statement about the Shi`ites, “Whoever doubts whether they are disbelievers has himself committed disbelief.”

Imaam al-Shaafi`e

On one occasion al-Shaafi`i said concerning the Shi`ites, “I have not seen among the heretics a people more famous for falsehood than the Raafidite Shi`ites.” [Ibn Taymeeyah, Minhaaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, 1/39]

On another occasion he said, “Narrate knowledge from everyone you meet except the Raafidite Shi`ites, because they invent Hadeeths and adopt them as part of their religion.” [Ibid, p. 38]

Imaam Maalik

Once Maalik was asked about them and he replied, “Do not speak to them nor narrate from them, for surely they are liars.” [Minhaaj as-Sunnah, 1/37]

During a class of Imaam Maalik, it was mentioned that the Raafidite Shi`ites curse the Sahaabah. In reply, he quoted the Quranic verse, “Muhammad is the Messenger of Allah and those with him are harsh with the disbelievers and gentle among themselves. So that the disbelievers may become enraged with them.”
He then said, “Whoever becomes enraged when the Sahaabah are mentioned is one about whom the verse speaks.”
[Tafseeer al-Qurtubee, Soorah al-Fath; Editor’s note: That is, anyone who is enraged by the mention of the Sahaabah is a dsibeliever, because the verse says, “…the disbelievers may become enraged with them (Sahaabah).”]

Maalik ibn Anas

Imaam Ibn Hazm quoted a report with an isnad going back to Hishaam ibn ‘Ammaar, who said: “I heard Maalik ibn Anas say: “Whoever curses Abu Bakr should be whipped, and whoever curses ‘Aa’ishah should be killed.” He was asked, “Why do you say that concerning (the one who curses) ‘Aa’ishah?” He said, Because Allah says concerning ‘Aa’ishah, (may Allah be pleased with her): “Allah forbids you from it (slander her) and warns you not to repeat the like of it forever, if you are believers.” (al-Noor 24:17)’”


For more information in English, you can read the book titled Mirage in Iran. (Amazon link)

Gotta run, will discuss in more details (much) later.

keywords: syiah, imam syafi’i, imam malik, malik bin anas, ibnu taimiyyah.

Peringatan agar jangan pernah merasa sombong / yang terbaik

Hadist Ali r.a katanya:
Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Pada akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akalnya. Mereka berkata-kata seolah-olah mereka adalah manusia yang terbaik. Mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melepasi kerongkong mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah menembusi binatang buruan. Apabila kamu bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka karena sesungguhnya, membunuh mereka ada pahalanya di sisi Allah pada Hari Kiamat
(HR Muslim)


Mudah-mudahan kita tidak terjerumus menjadi orang-orang yang dikecam di hadits di atas tersebut.

Beberapa orang mungkin akan dengan cepat menuding kelompok Salafy dengan dasar hadits ini, tetapi saya lihat ada berbagai kelompok-kelompok lainnya yang juga menunjukkan ciri-ciri yang lebih parah lagi, beberapa di antaranya justru adalah para penentang Salafy tersebut :

  • Didorong agar cepat berdakwah. Sebetulnya ini bagus, namun kemudian yang sering terjadi dan saya saksikan sendiri adalah para da’i tersebut mentafsirkan Quran dan Hadits tanpa dasar yang jelas. Ini sangat riskan dan berbahaya kalau dilakukan dengan ada rasa ujub di hati.
  • Mengklaim bahwa kelompoknya adalah yang paling benar
  • Membaca Al-Quran, berdakwah kepada Islam – namun kelakuannya sendiri terkadang melanggar agama
  • dst

Catatan:
Saya jelas tidak bisa memfatwakan tindakan yang disebut di hadits tsb, karena saya bukan ahli agama. Tapi saya hanya bisa mengingatkan kita semua, terutama saya sendiri, untuk tidak melakukan hal-hal yang tersebutkan diatas itu.

Jaringan Islam Liberal didanai oleh The Asia Foundation

Sumber:
www.hidayatullah.com


Hidayatullah.com, Senin, 06 Desember 2004

Ulil Abshar: “1,4 milyar, Tapi Itu Kecil”

Gemerincing dollar di balik program Liberalisasi Islam di Indonesia sering hanya menjadi gosip. Tapi, tokoh JIL, Ulil Abshar Abdala mengaku jujur pada Hidayatullah tentang isu itu

Ulil Abshar Abdalla (Koordinator Jaringan Islam Liberal)

Benarkah JIL didanai oleh The Asia Foundation? Benar, berapa jumlahnya?

Setiap tahun kami mendapat sekitar Rp 1,4 milyar. Selain itu, JIL juga mendapatkan dana dari
sumber-sumber domestik, Eropa, dan Amerika. Tapi yang paling besar dari TAF. Tapi dana itu jauh lebih kecil daripada dana yang diperoleh ormas-ormas Islam lainnya.

Ormas mana?

Selain kami ada juga ormas Islam yang menerima dana dari TAF program Islam and Civil Society. Mereka itu adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Solo, dan Departemen Agama. Dana yang diterima JIL jauh lebih kecil daripada mereka.

Ormas-ormas tersebut dipandang menggulirkan isu yang sejalan dengan JIL?

Tidak juga, justru bermacam-macam. Ada isu toleransi, kesetaraan gender, demokrasi, dan pluralisme.

TAF menjalin kerjasama dengan Yahudi dan CIA. Berarti JIL sesungguhnya menjalankan agenda mereka?

Ini cara berpikir orang yang dibingkai dalam kerangka berpikir teori konspirasi. Seolah ada agenda besar yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Perlu Anda tahu bahwa orang-orang kaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi, punya tradisi yang sama, yaitu menyumbangkan sebagian kekayaannya kepada kegiatan sosial. Mereka akan dibebaskan dari pajak dan memperoleh reputasi lebih tinggi karena telah berbuat baik untuk masyarakat. Hal ini sangat menakjubkan dibanding dunia Islam.

Apa yang dilakukan TAF dan Yahudinya itu tidak akan bermasalah?

Saya tidak keberatan mendapatkan dana dari Yahudi atau CIA. Memangnya kenapa? Sepanjang mereka tidak mempengaruhi kebijakan internal organisasi saya dan selama saya tidak diintervensi, tak masalah buat saya.

Tetapi tentu saja mereka tidak akan memberi bantuan secara cuma-cuma kan?

Sudah tentu mereka akan mendanai kegiatan-kegiatan yang punya satu visi dengan mereka. Tidak mungkin mereka mendanai kegiatan organisasi yang bersifat fanatisme agama. Kami, seperti JIL, NU, IAIN,Muhammadiyah, juga tidak mungkin mencetak buku-buku Wahabi walau diiming-imingi oleh, misalnya, Arab Saudi.

Kami punya ideologi tertentu, dan kami tidak bisa menerima uang dari orang yang tidak seideologi dengan kami. Kalau Pemerintah Arab Saudi akan membiayai kegiatan JIL, fine (baik). Tapi kalau mereka menyuruh saya untuk mengadakan kegiatan yang anti Islam liberal, anti Islam progresif, menyebarkan Islam yang konservatif, ya saya tidak mau.

Pendapat Anda seringkali kontroversial dan berbeda dengan para ulama. Kenapa begitu?

Kontroversi itu bukan tujuan saya. Kontroversi itu akibat yang tak terelakkan. Saya mengemukakan pendapat tentang Islam yang berbeda dengan orang banyak.
Otomatis, kalau pendapat Anda berbeda dan perbedaan itu sangat prinsip, yaitu agama, maka sudah tentu akan menimbulkan kontroversi. Jadi, kontroversi itu akibat, bukan sebab.

Secara jujur saya katakan, pandangan-pandangan saya itulah iman saya tentang Islam. Saya merasa tenteram dengan pemahaman saya itu.

Kalau boleh tahu, bagaimana dengan kehidupan keagamaan Anda sehari-hari?

Soal shalat, saya tetap shalat dengan cara seperti orang Islam yang lain. Soal puasa, saya tetap puasa seperti orang Islam lain. Karena bagi saya, soal ritual itu sudah selesai. Itu saya anggap bagian dari agama yang tidak perlu dipersoalkan. Saya merumuskan pandangangan yang liberal berkaitan dengan hal-hal di luar ritual. Pandangan tentang nikah beda agama, bagi
saya, itu bukan ritual.

Anda setuju dengan pernikahan beda agama. Bagaimana jika suatu saat pernikahan beda agama itu terjadi pada anak Anda?

Saya harus menanggung, karena itu pandangan saya. Meskipun berat. Jadi, kalau saya ditantang seperti itu, secara rasional saya akan menyatakan boleh.
Tetapi secara hati saya tidak mau munafik, saya mengatakan berat. Tetapi itu manusiawi.

Ada beberapa lembaga yang punya visi yang sama dengan JIL, seperti Majalah Syir’ah, ICRP, Radio 68H, dan lainnya. Ada hubungan apa?

Mereka teman seperjuangan kami. Dalam LSM itu ada yang disebut culture network (budaya jaringan). Jaringan ini bukan hanya di Indonesia, tapi global. Kami punya teman-teman di luar negeri yang punya visi yang sama, dan kami saling share (berbagi).

* (Ahmad Damanik/Hidayatullah)

Hikmah & Kasih sayang

Umat Islam butuh lebih banyak lagi orang-orang yang mampu melihat hikmah di balik musibah, dan penuh kasih sayang kepada sesama makhlukNya.

Seperti satu contoh ini :

“…Di forum-forum saya berkeliling dengan grup musik Kiai Kanjeng, dalam pementasan yang rata-rata berdurasi 4-6 jam, kegembiraan kami adalah kalau ada orang gila, gelandangan atau jenis orang terbuang lain, yang datang. Selalu saya ajak naik, dan tak jarang saya sodori mikrofon kalau saya lihat bibirnya bergerak-gerak bisa mengikuti lagu yang dilantunkan.
Di Jakarta Timur, seorang wanita muda telanjang dan menari-nari tatkala datang ke acara sekitar pukul 7 malam, orang-orang akan mengusirnya, kami kasih pakaian, saya naikkan panggung, dan di akhir acara, pukul 2 dinihari, ia sudah normal kembali kemudian kepada seluruh hadirin menyatakan minta maaf – kemudian kami mengantarnya mencari di mana rumahnya. “

Selamat Natal

Sebentar lagi hari raya Natal akan tiba bagi umat Kristiani.
Dan sebentar lagi juga umat Islam akan ribut lagi mengenai halal-haramnya mengucapkan selamat natal (walaupun sudah jelas buya Hamka sampai ditendang dari MUI oleh Soeharto karena menolak menghalalkannya).

Sehingga, kiriman email barusan dari mifta-perjuangan@yahoogroups.com ini menjadi sangat menarik:

Assalamualaikum wr wb.

Tempat saya bekerja adalah sebuah perusahaan asing (di Singapura) yang berkantor pusat di Jerman.

Saya pikir tentunya mengucapkan selamat natal sudah biasa dilakukan.
Tapi ternyata bagian marketing kami berpikiran lebih maju, mereka punya cara tersendiri dalam memanfaatkan momen ini.

Perhatikan cuplikan e-mail berikut:

=====
Hi,

Just to let you know that Xmas card stock has arrived. These cards
are non-religious & simply state “Seasons Greeting and Best Wishes
for the New Year” in english & 6 european languages.

Kelihatannya, kita bisa menarik pelajaran dari orang-orang non-muslim ini 🙂

Kiai Kanjeng @ Birmingham

Kiai Kanjeng @ Birmingham

UPDATE:
A few of their video clips can now be downloaded [ from here ]

Yesterday (Wednesday, 24 November 2004), we enjoyed the opportunity to watch Kiai Kanjeng’s live show at the BMI (Birmingham and Midlands Institute). I must admit that I never heard their performance before. My knowledge about Emha Ainun Nadjib (the leader of the group) was strictly limited to his writings and interviews in the various mass media.

Some people criticised him, saying that music is not permitted in Islam, and said he’s doing the wrong thing. I honestly admit that I don’t feel capable to judge whether they’re right or wrong; I can only relay things that I’ve read and hear – but I reserve the final judgement to Allah swt.
Anyway, most of the time I’m not hugely interested in music, and therefore didn’t really looking forward to this event.

It all turned out to be a lot of pleasant surprises and experience.

I was most impressed by the composers (I believe Emha is not the only composer in the group) skill and talent. We’re talking about many type of instruments and kinds of music: saron, rebana, keyboard, violin, electric guitar, bass, drum, percussion, demung, kendang, bamboo flute, (and of course) gamelans; dangdut, jazz (there were even jam sessions!), pop, rock, arabian, javanese, blues, chinese, etc.
I’m still amazed and very impressed that the composers managed to bring them together in various of their songs and adaptations, tastefully and beautifully. Sometime, a single song will be performed in several style – jazz and Arabic, pop & blues, and so on; and they’re performed cohesively and smoothly. I know creative works when I see one, and I enjoyed plenty of them in the event. It was a rare experience of sensory overload.

Kiai Kanjeng based their works on Islam. Therefore, many of their songs have chants / prayers in arabic / indonesian / english. The music serves as mood setters, and I must confess that it works. I got goosebumps many times during their 4 hours of performance.
Sometimes it also makes it fun – I’ll be interested to see if anyone else can make “Everything I do, I do it for you” (Brian Adams) into a religious song, and perform it in such a tasteful way 🙂
Do prepare to be surprised over and over again – for example, at one moment the melody of “Silent Night” started. A friend of us who is a Christian evangelist stood up in joy and anticipation. No luck though, Cak Nun is not crossing that line – shalawat (praises for prophet Muhammad) was heard instead, with the melody of Silent Night. It seems that he’s being cheeky and creative at the same time 🙂

The musicians skills are also quite impressive. Most of them handle more than one music instruments, with some handling as many as four. They bring life to the performance, slow and mesmerising at some times; fast, clean, and powerful at other times, and clearly enjoying it the whole time.

It’s even more impressive when I read the booklet that was given at the show.
Apparently, many of them are not musicians by trade. They’re teacher, civil servant, self-employed businessman, housewife, medic, etc. And not a single one in the group consider themselves as a musician. They see music as a tool to connect with other people. In their own words, music meant to be a way, not a destination.

I think it’s quite a brilliant idea, when executed properly (which seems to be the case here).
Music is the human’s universal language. I can even use it to communicate with my babies.

Upon more reading, I found out that they’ve travelled all over Indonesia. They played their music, soothing the restless masses, and then talk with them regarding their problems, and enlighten them. Their music becomes a powerful tool, connecting them too all sorts of people; from the poor to the rich, from the grass root to the elites.

Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) himself is a well-known humanist figure. He was among the ones who stand in front at the time of “Reformasi” – people’s movement to replace the bloody dictatorship who has ruled Indonesia for decades. “Cak” is a loving calling to a brother, and Cak Nun actually does not like to be called “kiai” (a guru / a master in religious matters).
He seems to be an intelligent and unique person, and it definitely shows in his music.

“Kiai Kanjeng” is actually the name of the gamelan being used in their performance. Basically, it’s a Javanese custom that once a gamelan crafter has finished crafting a gamelan, then the creation is named. Gamelan Kiai Kanjeng is a special breed of gamelan. It’s based on their diatonic scale, but with only a limited number of notes chose. Even so, it’s been used successfully in their various music style.

At the moment, they should have left London and now should be heading towards Manchester for their next show. I wish them the best.

Sufi – bagian kedua

Satu lagi masalah besar dengan berbagai aliran sufi yang ada adalah ketergantungan yang sangat besar dengan gurunya. Di berbagai aliran sufi, posisi guru sudah hampir sama / melebihi Nabi Muhammad. Di beberapa aliran malah sudah menyamai Alah swt sendiri.

Beberapa contoh dari sebuah aliran sufi di Kanada:

  • Berdoa adalah sambil membayangkan wajah sang guru
  • Guru tidak bisa salah
  • Ridho Allah swt hanya bisa didapatkan dengan ridho sang guru
  • Taqlid / patuh buta kepada guru adalah kewajiban
  • dst

Padahal berbagai sahabat / ulama besar Islam sendiri justru mempunyai banyak guru. Dan sebagai guru, mereka tidak segan untuk dikritik jika mereka melakukan kesalahan.

Jangan mau dibodohi oleh oknum-oknum ini.

Sufi ?

Barangsiapa mempelajari Tasawuf tanpa Fiqh maka akan sesat.
Barangsiapa mempelajari Fikih tanpa Tasawuf adalah fasiq (orang yang melakukan kesalahan).
Barangsiapa yang mengumpulkan keduanya maka akan menemukan kebenaran

— Imam Malik

Ada kawan-kawan yang berguru kepada berbagai syekh sufi di berbagai negara. Tapi anehnya, kelakuan mereka jauh dari bayangan kita mengenai sufi itu sendiri. Beberapa contoh ucapan mereka:

  1. Kalau kamu enggak punya guru, maka gurunya adalah setan.
  2. (diucapkan ke seorang guru TPA yang mengajar dengan ikhlas tanpa bayaran) Enggak boleh ngajarin Al-Quran kalau agamanya belum sempurna (baca: punya guru/syaikh)
  3. Ghibah bahwa seseorang telah menzaliminya – tetapi ketika dicek ke ybs, ternyata tidak pernah
  4. dll

Menyedihkan.

Saya pribadi berpegang pada nasihat dari Imam Malik diatas.
Semoga Allah swt berkenan untuk selalu menunjuki kami di jalan yang lurus, Amin…