Category Archives: Sosial

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat ….

Homeschooling dikecam oleh Daoed Joesoef

Saya agak kaget ketika membaca Kompas edisi 9 Juni 2007, membaca kolom opini yang ditulis oleh Daoed Joesoef, dimana isinya sangat menyerang homeschooling dengan berbagai FUD / half-truths / dll. Sekalinya baca Kompas, langsung ketemu artikel begini. Versi onlinenya bisa dibaca disini.

Beberapa kutipan :

Bila pendidikan privat jenis ini memarak dan menjadi pengganti (alternatif) pendidikan sekolah formal, dalam jangka panjang ia akan berakibat fatal bagi pertumbuhan anak Indonesia menjadi manusia yang bermasyarakat (homo socialis).

Jenis sekolah rumah seperti inilah yang sebaiknya tidak dibiasakan karena bisa merusak pertumbuhan anak menjadi manusia yang bermasyarakat.

Daoed Joesoef Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III, 1978-1983

Ada banyak paparan yang menjelaskan berbagai pendapat simplistis dari Daoed Joesoef di atas dari milis sekolahrumah. Beberapa di antaranya saya lampirkan di bawah ini :

Seburuk Itukah Sekolahrumah?

Tulisan Prof. Dr. Daoed Joesoef di harian Kompas (Sabtu, 9/6/2007) mengenai fenomena sekolahrumah (homeschooling) layak untuk diapresiasi sekaligus dikritisi. Sebab, banyak paparan yang disampaikan dalam tulisan itu yang tak hanya bersifat simplifikasi, tetapi juga menempatkan model pendidikan sekolahrumah tak selayaknya. Seolah, para praktisi pendidikan sekolahrumah bersifat asosial dan praktek belajar yang dilakukan sehari-hari dalam sekolahrumah melawan norma-norma sosial yang ada di masyarakat. Labelisasi asosial pada anak-anak sekolahrumah adalah sebuah stigmatisasi yang sangat tidak layak diterapkan.

Continue reading Homeschooling dikecam oleh Daoed Joesoef

Polres Cilacap Tertibkan Knalpot Sepeda Motor

Akhirnya, ada juga tindakan terhadap tindakan yang cukup keterlaluan ini. Selain berisik, asap knalpotnya juga cenderung lebih kotor. Tidak kalah dengan bajaj 🙂

Moga-moga Polres lainnya akan segera meniru juga.

Dan moga-moga juga tidak berhenti sampai disitu saja; demi kebaikan kita semua. Menyetir (bahkan malam hari) tanpa lampu & mengemudi motor tanpa helm (ternyata cukup banyak orang sudah tidak sabar untuk segera mati dengan mengenaskan), menerobos lampu merah, mengemudikan kendaraan tanpa SIM, meningkatkan kualitas ujian SIM, dll — semua ini dapat membuat jalan raya menjadi lebih baik untuk semuanya; dan bahkan dapat menyelamatkan banyak nyawa.

BRR – A complaint from an Acehnese

BRR (Badan Rehabilitasi & Rekonstrusi / Aceh and Nias Rehabilitation and Reconstruction Board) has been criticized by an Acehnese, who happen to be a friend of mine who’s studying in UK.

He complained about how 70.000 people are still living in tents, two years after the Aceh Tsunami. He’s asking the heads of BRR to come down and stay in the tents, together with the people that they’re supposed to help. He’s quite sure that will help to speed up the housing project.

Internal corruption was also mentioned, along with statement about how some people that care about abolising it were fired instead.

Another spotlight was cast on the salary of the BRR staff, with some compensated between US$ 1000 – US$ 5000/mo, in a country with average income of US$ 150/mo, and that excludes various benefits (meetings, transportation, etc). Meanwhile the tsunami refugees are living on US$ 9 / mo.

If anyone’s interested to clarify this, just comment here, then I’ll help you get in touch with him

The complete details of his complaint is below :

Kalau saya boleh saran tuk Pak Kuntoro dan seluruh staf ahli nya (deputi, satker, pengawas)

1. Lakukan rekonstruksi sesuai dengan prioritas. BRR hadir untuk membantu para korban tsunami dan bukannya untuk mendirikan sebuah perusahaan. Agar lebih memahami nasib para korban tsunami dan juga demi percepatan rekonstruksi, Pak Kuntoro dan para petingginya pindah aja tempat tinggal di Barak-barak pengungsian, rasakan penderitaan mereka yg masih di barak atau kalau perlu tinggal sekalian di tenda-tenda. Saya yakin, ngak sampai setahun, tugas prioritas utama BRR tuk membangun rumah korban tsunami akan segera berakhir. dua tahun lebih, masih 70.000 korban tsunami tinggal di Barak, ngapain aja coba???

2. Kerja BRR dikendalikan langsung dari Banda Aceh, dan bukannya buat rapat di Jakarta, Bogor, Singapura dll.

3. Serius menangani korupsi internal, sayang org yg benar-benar ingin BRR bersih dari korupsi malah dipecat.

4. Teliti seluruh staf yg rangkap jabatan, dan minta mereka memilih satu tugas. BRR menggaji karyawannya cukup tinggi, namun kerjanya tak setimpal. Masak karyawan BRR masih sempat kerja double functions padahal BRR harusnya memikirkan ttg komitment para pekerjanya. Ada teori yg baik memang ketika ‘ you pay nut you will get monkey’, tapi heran kalau ‘you pay high price, but you still get monkey??’ . BRR membayar gaji karyawan dari 10 jt-50 jt perbulan (diukur dengan dolar lah katanya), lengkap dengan fasilitas tunjangan lainnya, termasuk lunch, dinner, rapat yg wah. sementara Jadu (jatah hidup) untuk pengungsi sunami diberikan cuma Rp.90.000 per bulan atau $9/bulan. artinya mereka cuma dapat $0.30 sehari (mungkin di US uang ini cuma cukup untuk ke public toilet itupun sekali). Hebat ya BRR?

5. BRR harus mengganti paradigma berpikir, bahwa bantuan dan dana itu ‘amanah’ yg harus disampaikan kpd haknya, dan bukannya ‘ghanimah’ yg bisa dibagi-bagi ke rekanan. BRR diperlukan untuk mengelola dana tsb seefektif dan seefisient mungkin.

Bagi yang kurang berkenan, bagus kerja sekali-sekali langsung ke Aceh, lakukan interview dengan korban tsunami, lihat kualitas rumah bantuan BRR, lihat sarana utama penunjang kehidupan mereka spt wc, air, listrik, dan kemudian bandingkan dengan fasilitas karyawan BRR. Meski laporan BRR ‘cukup cantik’, namun kenyataanya, cuma cantik di kertas …

Sekali lagi, duh BRR, ngapain aja ya…

Waspada: Obral BUMN kepada Swasta

Salah satu posisi Menteri yang diganti pada reshuffle kabinet baru-baru ini adalah Menneg BUMN. Ini adalah saya kira yang paling mencemaskan.

Kita tentu masih ingat, bagaimana di zaman Megawati, banyak BUMN yang dilego dengan harga yang sangat merugikan negara. Kini, ada kemungkinan skenario tersebut akan terulang kembali.
Yang dirugikan nantinya tentu adalah rakyat kecil lagi.

Tapi ini bisa kita atasi, jika kita semua mau bekerjasama.
Komunitas IT Indonesia kemarin ini sudah berhasil menggagalkan MoU Pemerintah dengan Microsoft. Bersama-sama, kita bisa mencegah terjadinya berbagai proyek yang justru akan merugikan rakyat.

Bacaan lebih lanjut :

1. Hasil reshuffle kabinet
2. Konspirasi membidik posisi Menteri BUMN
3. Posisi Menneg BUMN diincar

Open source : penjelasannya dalam bahasa Indonesia

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang anggota DPR. Seperti biasa, pada kesempatan tersebut saya mempromosikan mengenai open source.
Di luar dugaan, pertanyaan beliau sederhana, namun cukup membuat terhenyak; “Open source itu apa sih ?”

Kemudian saya baru sadar, sepertinya saya belum pernah ada membuat penjelasan mengenai open source itu sendiri, dalam bahasa yang mudah dimengerti masyarakat. Tentu juga ada perlu dijelaskan mengenai berbagai keuntungannya, sehingga menjadi menarik.

Yah, beginilah, dasar techie 😀 ngomongnya sudah yang ribet duluan. Padahal masyarakat lebih memerlukan yang sederhana saja.

Dengan itu, maka terlampir adalah presentasi mengenai Open Source dan berbagai keuntungannya :

Sekilas Open Source :

[ format HTML ]
[ format Open Office ] (31 kb)
[ format PDF / Acrobat Reader ] (70 kb)
[ format Microsoft PowerPoint ] (136 kb)

Silahkan dimanfaatkan, semoga berguna.

How Iraq’s Trillion Could Have Been Spent (and other links)

Can You Say $1,000,000,000,000? That’s the current cost of Iraq’s invasion, and it can easily ended up more than double of that.

Let’s see how that amount of money can REALLY improve the ordinary American’s quality of life, and/or others :

…note that the annual budget for the Department of Education is about $55 billion, which puts the price tag for Iraq at about 18 EDs. Just a few of these EDs would certainly have put muscle into the slogan “No child left behind.”

A… time analogy is illuminating. A million seconds takes approximately 11.5 days to tick by, whereas a billion seconds requires about 32 years. Fully 32,000 years need to pass before a trillion seconds elapse.

Another way to get at the $1 trillion cost of the Iraq War is to note that the Treasury could have used the money to mail a check for more than $3,000 to every man, woman and child in the United States. The latter alternative would have an added benefit: Uniformly distributed and spent in this country, the money would have provided an economic stimulus that the war expenditures have not.

Alternatively, if the money was spent in an even more ecumenical way and a global mailing list was available, the Treasury could have sent a check for more than $150 to every human being on earth. The lives of millions of children, who die from nothing more serious than measles, tetanus, respiratory infections and diarrhea, could be saved, since these illnesses can be prevented by $2 vaccines, $1 worth of antibiotics, or a 10-cent dose of oral rehydration salts as well as the main but still very far from prohibitive cost of people to administer the programs.

Of course, … (these) isn’t quite appropriate when trying to come to terms with the more than 3,000 U.S. soldiers killed, the 20,000 wounded, and the number of Iraqis killed and wounded. The latter number is staggering, whether you subscribe to the figures put out by Iraq Body Count or those published in Lancet or to other even higher estimates.

While at it, we must not forget Cheney the Joker, who might be seem to be funny with his comment below; although somehow I suspected that he actually meant it from the bottom of his (bottomless) heart :

Of course, some might argue that the $1 trillion expenditure in Iraq has made us both more secure domestically and more respected internationally than ever before. Perhaps as many as a dozen people agree with Cheney’s recent hallucinatory comment that “we’ve had enormous successes, and we will continue to have enormous successes” in Iraq.”

John replied :

At times, it seems that the nightmare and expense of these enormous successes will continue for the next trillion seconds.

Well said, John.


Drinking Lighter Fluid, Eat Chicken McNugget : If you’re feeling crazy sometime, try eating McDonald’s Chicken McNugget. It’s like drinking the lighter fluid, only tastier.


According to a new study, alcohol & tobacco is worse than drugs.

Quoted :

Tobacco causes 40 percent of all hospital illnesses, while alcohol is blamed for more than half of all visits to hospital emergency rooms. The substances also harm society in other ways, damaging families and occupying police services.

“This is a landmark paper,” said Dr. Leslie Iversen, professor of pharmacology at Oxford University. Iversen was not connected to the research. “It is the first real step towards an evidence-based classification of drugs.”

Jangan mencari kebahagiaan

Banyak orang yang mencari kebahagiaan sejati dengan berbagai cara, namun, seringkali malah menderita hidupnya. Seringkali yang didapat hanya kebahagiaan sementara, atau semu.
Narkotika, dugem, alkohol, kesenangan pribadi, dan berbagai candu lainnya; cenderung justru menghancurkan pada akhirnya.

Lalu saya menemukan quote dari Nenek Eleanor yang bagus ini :

Happiness is not a goal; it is a by-product.

Kebahagian sejati bukan tujuan, tetapi adalah hasil sampingan (dari pekerjaan lainnya).

Apa “pekerjaan lain”-nya itu? Salah satunya mungkin adalah ini.

Ada banyak lagi quote bijak lainnya dari ibu yang satu ini. Selamat menikmati.

What is to give light must endure the burning.

Absence makes the heart grow fonder.

Freedom makes a huge requirement of every human being. With freedom comes responsibility. For the person who is unwilling to grow up, the person who does not want to carry is own weight, this is a frightening prospect.

Friendship with ones self is all important, because without it one cannot be friends with anyone else in the world.

I think, at a child’s birth, if a mother could ask a fairy godmother to endow it with the most useful gift, that gift should be curiosity.

In the long run, we shape our lives, and we shape ourselves. The process never ends until we die. And the choices we make are ultimately our own responsibility.

It is better to light a candle than curse the darkness.

It is not more vacation we need – it is more vocation.

It takes as much energy to wish as it does to plan.

No one can make you feel inferior without your consent.

Only a man’s character is the real criterion of worth.

Understanding is a two-way street.

When life is too easy for us, we must beware or we may not be ready to meet the blows which sooner or later come to everyone, rich or poor.

When you cease to make a contribution, you begin to die.

Women are like teabags. We don’t know our true strength until we are in hot water!

You can’t move so fast that you try to change the mores faster than people can accept it. That doesn’t mean you do nothing, but it means that you do the things that need to be done according to priority.

You gain strength, courage, and confidence by every experience in which you really stop to look fear in the face. You are able to say to yourself, ‘I lived through this horror. I can take the next thing that comes along.’

Jumpa Blogger @ CiWalk

Pada tanggal 18 Maret kemarin ini saya berjalan-jalan ke Cihampelas Walk (CiWalk) lengkap sekeluarga. Tujuannya selain untuk rekreasi, juga untuk bertemu dengan beberapa kawan-kawan blogger yang sedang / berdomisili di Bandung.

Untuk perjalanan yang cukup jauh ini, perlu sedikit trik agar anak-anak merasa lebih nyaman. Mengingat perjalanan saya sendiri ketika kecil ke kampung (pulang basamo 1984?) – tempat duduk belakang Panther saya turunkan, lalu dialasi dengan papan kayu tebal, kemudian ditutupi lagi dengan kasur yang agak tebal.
Sepanjang jalan anak-anak bisa bermain-main di bagian belakang dengan nyaman, walaupun kemudian justru adik saya sendiri (Arief, 10 tahun) yang sibuk bertanya, “Cileunyi masih berapa kilometer??”, “Padalarang masih berapa kilometer??”, “Pasteur masih berapa kilometer???” – dll, dst 😀 cape deuhh…

Mengenai tol Cipularang; tol ini termasuk yang paling berbahaya di Indonesia. Pertama, banyak jalanannya yang bergelombang. Seringkali banyak mobil yang dengan seenaknya berganti jalur untuk menghindari gelombang tersebut, tanpa memberi tanda sebelumnya sama sekali. Juga, menghantam gelombang tersebut dalam kecepatan tinggi dapat menyebabkan Anda kehilangan kontrol kendaraan.

Lanjut….. Continue reading Jumpa Blogger @ CiWalk

Pornografi & Anak Kita

Kemarin ini ada beberapa acara menarik di sekolah anak sulung saya (kelas 4 SD), yaitu pengenalan sex kepada anak, dan kemudian juga ada seminar untuk orang tuanya. Pada acara seminar saya diwakili oleh istri karena sedang berhalangan.
Pada acara yang untuk anak sekaligus diadakan sebuah survey. Setiap anak diberikan kuesioner dan jawaban mereka dikumpulkan serta dianalisa.

Biro psikolog yang mengadakan semua acara ini ternyata sudah cukup banyak melakukan ini di berbagai sekolah dasar Islam lainnya juga. Hasilnya cukup mencengangkan — lebih dari 50% anak-anak yang di survei telah mengenal pornografi dalam berbagai bentuknya.

Sebagai contoh, ada seorang anak kelas 4 SD ini yang menuliskan, “Bagaimana caranya agar penis dapat terus berdiri dalam waktu yang lama ketika melakukan hubungan sex ?”.
Jelas hal seperti ini belum ada manfaatnya sama sekali bagi mereka, namun pada kenyataannya pada saat ini pikiran mereka telah didominasi (kalau tidak bisa dikatakan terobsesi) oleh hal-hal yang tidak berguna seperti ini.

Tidak ada satu pihak yang dapat disalahkan sendirian dalam hal ini – baik sekolah maupun orang tua sama-sama memiliki keterbatasan. Karena itu pihak sekolah hari ini kembali mengadakan pertemuan orang tua murid membahas hal ini, sekaligus menyepakati sebuah rencana kerja bersama untuk mengatasinya.

Kembali ke masalah tersebut – anak-anak mendapatkan input negatif ini dari berbagai media. Baik dari TV (sinetron yang mengobral seksualitas wanita, sumpah serapah dan perkataan senonoh, dll), Playstation, VCD, dan bahkan komik stensilan porno. Input negatif ini kemudian tersebar lebih lanjut di sekolah ketika mereka bersosialisasi dengan kawab-kawannya.

Pornografi adalah suatu hal yang tidak sehat, menjerumuskan (cenderung addictive), bisa merusak mental, merusak kemampuan bersosialisasi; apalagi ketika yang terekspos adalah anak-anak.

Seperti yang telah dikutip pada sebuah posting sebelumnya :

Porn is a trap – it feeds the pleasure centers of the brain, devalues the humanity of the person being used for that pleasure, and damages people’s ability to relate to one another in a healthy way. Real relationships are not self-focused, but must have a significant component of other-focus or they don’t survive.

Mari kita berusaha sekuat tenaga agak anak-anak kita tidak menjadi korbannya.

Kilas balik: Hidup tanpa TV

Ketika kami sekeluarga pindah ke Bintaro beberapa waktu yang lalu, momen ini kami manfaatkan untuk mencoba merasakan hidup tanpa televisi. Waktu di Birmingham sebetulnya juga sudah mulai mencoba eksperimen ini; TV masih ada, namun aksesnya sangat kami batasi. Hanya acara anak-anak, dan itu pun tertentu saja. Sebagai kompensasinya kami menyediakan berbagai activity kit/toys, pilihan film yang cukup banyak di video, dan satu komputer untuk setiap anak.

Kini kami ingin mencoba menghilangkan TV sama sekali dari rumah kami. Apa yang kemudian terjadi ?
Berikut ini adalah beberapa kesan yang kami rasakan dari eksperimen ini.

Keakraban antara anggota keluarga : Hubungan kami terasa menjadi lebih baik lagi. Tidak lagi ada kejadian anggota keluarga yang marah karena merasa terganggu ketika sedang menikmati acara TV favoritnya. Sering ada komunikasi yang hangat antara anggota keluarga. Anak-anak kami menjadi lebih dekat dan tidak ragu-ragu untuk menceritakan berbagai hal & curhat kepada kami.

Lebih banyak waktu bebas : Biasanya, setiap hari ada beberapa jam waktu di keluarga kami yang diambil oleh TV. Tidak terasa lama ketika itu, namun ketika TV menghilang, kami baru menyadari bagaimana satu hari jadi terasa lebih panjang. Jadi ada lebih banyak waktu untuk mengerjakan berbagai hal. Sehingga tidak perlu lagi terburu-buru mengerjakannya (dan tidak lagi mengalami berbagai masalah yang terjadi karena ketergesa-gesaan itu).

Rasa tenang : Hidup jadi terasa lebih tenang. Tidak lagi ada perasaan gelisah, seperti “aduh nih sinetron XX habis pas lagi tanggung! duh minggu depan lama amat, sudah gak sabar mau nonton lanjutannya nih!”.
Rasa tenang juga didapat dari kebebasan seperti tidak adanya rasa cemas takut lupa / terlewat acara favorit, dst.

Kreatif & aktif : Anak-anak kami terlihat menjadi lebih kreatif dan aktif. Mereka senang menjelajah lingkungannya bersama kawan-kawannya. Kebetulan lingkungan sekitar masih cukup asri dan masih banyak perkampungan di dekat cluster kami. Setiap anak kami sediakan sepedanya masing-masing.
Kreatifitas mereka juga menjadi lebih jelas. Sarah sudah berkali-kali membuat comic strip. Anisah ketika sakit justru asyik membuat kerajinan tangan untuk adiknya. Aminah (2 tahun) sangat senang menggambar. Hasil karya mereka semua sudah terlalu banyak dan ada beberapa yang jadi terpaksa kami buang (note to self: beli album & lemari untuk penyimpanan).

Kehilangan acara TV favorit ? Tadinya kami kira kami akan sangat kehilangan berbagai acara yang ada di TV. Tapi ternyata setelah melakoni ini, kami tidak merasa kehilangan apa pun. Tanpa terasa kami jadi bisa lebih menikmati berbagai hobi dan kegiatan yang tadinya sulit untuk dilakukan karena kekurangan waktu.
Kalau kami kebetulan sedang mampir ke rumah kakek & neneknya anak-anak kadang saya memang menonton Discovery channel, tapi santai saja dan tidak ada rasa kehilangan ketika kemudian kami kembali ke rumah kami sendiri – mungkin karena sudah ada sangat banyak situs-situs Internet (seperti DamnInteresting.com, HowStuffWorks.com, dll) yang tidak kalah menariknya.
Lagipula kini sudah mulai ada seperti AntaraTV.com – kita jadi bebas mau menonton yang kita mau; bukan apa yang kebetulan saat ini sedang ada di TV kita.

Hemat waktu & sakit kepala : Ada banyak acara televisi yang sangat tidak pantas untuk ditonton oleh anak-anak, namun tetap disiarkan pada waktu-waktu mereka bangun & berada di rumah. Ada kenalan kami yang rajin mengawasi acara yang ditonton anak-anaknya – namun luput beberapa kali saja, dan anak-anaknya langsung dapat menirukan berbagai contoh yang tidak baik dari acara-acara tersebut. Jadi tidak boleh luput sama sekali.
Kami tidak dipusingkan dengan hal-hal seperti ini, and can concentrate on things that matters instead.

Secara ringkas demikian. Sejauh ini kami merasa sangat puas, dan merencanakan untuk terus meniadakan TV dari rumah kami.

Beberapa catatan : Awalnya yang keberatan justru pembantu kami. Namun setelah kami komunikasikan dan beri pengertian, sekarang dia juga sudah senang saja tanpa TV sehari-harinya. Malah jadi bisa lebih sering bersosialisasi dengan kawan-kawannya.

Tentang komputer: sekarang komputer tidak lagi ada untuk setiap anak; karena dari pengalaman kami ini ternyata cenderung menjadikan anak egois. Dengan 2 komputer di rumah untuk 4 orang anak, mereka jadi terpaksa belajar berbagi dan bersabar.
Awalnya jelas mereka berkelahi dan ribut berebutan menggunakan komputer 🙂
Tapi dengan trik jam, maka mereka jadi bisa bergilir – sekaligus jadi belajar membaca jam sejak usia dini. Trik jam adalah cara dimana mereka sendiri yang bersepakat mengenai jatah pemakaian komputer, contoh: “umar main sampai angka 6 ya, trus kakak sampai angka 9, lalu sarah sampai angka 12”.
Dengan ini, kita juga tidak pusing menengahi mereka, karena mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Jadi juga sekaligus mengajari mereka untuk mandiri dan memiliki inisiatif.

Sekilasan

TV seperti pisau – dia adalah alat yang bisa sangat bermanfaat, atau sangat merusak. Pendapat kami pribadi, pada saat ini, kebanyakan TV di Indonesia lebih cenderung berdampak negatif. Dengan adanya alternatif seperti VCD, komputer, dan tentu saja lingkungan sekitar kita; maka sejauh ini kami tidak merasakan masalah dengan ketiadaan TV di rumah kami.

Demikian sekilas kesan kami, semoga ada manfaatnya.

Krisis Darah – donor yukk..

Dapat kabar dari orang tua saya, katanya PMI sedang krisis darah, karena berbagai bencana yang menimpa kita akhir-akhir ini. Terutamanya mungkin berkaitan dengan wabah demam berdarah akhir-akhir ini ya.


STOP PRESS – daftar lokasi acara donor darah :

  1. Setiap hari Kamis, lokasi dekat kantor Republika.
    Belum sempat diverifikasi – ada yang bisa membantu konfirmasi kebenaran kabar ini ?
  2. Jumat, 23 Februari 2007, pkl 10:00 – 13:30. Lokasi: mesjid raya Bintaro.

Jadi teringat rencana saya untuk donor darah di Hangtuah, namun selalu gagal karena acaranya selalu hari Sabtu – kebetulan hari Sabtu itu masih hari kerja bagi saya (Yudi – saya gak menyalahkan Hangtuah lhoo, hehe). Biasanya justru banyak meeting bisa diadakan pada hari itu.

Nah, ternyata hari Rabu, 21 Februari 2007, ada acara donor darah PMI, di Carrefour Lebak Bulus. Mulai dari pukul 10:00 s/d selesai.
Wah ternyata kebetulan itu pas waktu lowong saya, syukurlah !

Bagi yang sedang tidak sempat, atau lokasinya jauh, bisa mencoba salah satu dari berbagai kantor PMI berikut ini : Daftar kantor PMI di seluruh Indonesia.

Anda punya informasi mengenai acara donor darah di lokasi lainnya ? Mohon bantuannya untuk berbagi beritanya dengan berkomentar di posting ini, sehingga kita bisa ramaikan acaranya.

Kapan lagi kita bisa memberikan bantuan yang sedemikian besarnya, tanpa mengeluarkan duit ? 😀

Mari menyumbangkan darah — kalaupun Anda sedang tidak bisa, paling tidak sebarkan informasi ini, sehingga jadi ada (syukur-syukur malah banyak) yang menyumbangkan darahnya.

btw; saya akan coba untuk selalu update posting ini dengan informasi acara donor darah terbaru.

Rujukan:
1. Blood donor saves lives
2. Daftar kantor PMI di seluruh Indonesia

Indonesia Flood : hundreds thousands homeless, death toll rising

(source: Reuter)

Jakarta, the capital city of Indonesia, has been hit by some of the worst flood in years. Some areas are said to be submerged 4 meters under water. About 200,000 thousands are currently homeless, with 20 found dead; and the numbers are rising.

The rain has finally stopped after pouring in for days, giving chance for rescue workers to evacuate people faster. This is in anticipation of more rain.

“Jakarta is geographically not qualified to be the capital city, but this is the reality,” Sutiyoso, Jakarta’s governor, said in an interview on Metro TV. “We can’t afford to move the capital city somewhere else.”
Sutiyoso blamed deforestation south of Jakarta, which obliterated the water catchment area. However, when the rain fell just in Jakarta alone, it still floods. Sutiyoso was under heavy fire when similar flood happened five years ago, and the flood this time proved that he hasn’t accomplish anything to stop it from happening again.

There was plan to build a new flood canal on 1970, in addition to the current one built by the Dutch on 1930; but it was never completed. Talks are starting again now to restart the project. It’s estimated that it will cost around $440 million.

People are concerned that the flood will bring new outbreak. With dengue fever already in rise, additional outbreaks will seriously burden already overloaded medical facilities.

Parts of Jakarta has experienced various loss of services – electricity, clean water, telephone & mobile phone service, etc. The flood is so bad it reached places which never experienced it before.
Internet access also has been affected, with Telkom (one of the biggest Internet Service Provider) Internet giving out sluggish performance. Telkom’s datacenter, which hosts the Indonesian President’s website, was also affected when the electricity went out and the generators can’t be started because it’s put in the basement, which was already submerged under water.

Below is list of important contact details / source of information, courtesy of Indonesia News Blog :

Continue reading Indonesia Flood : hundreds thousands homeless, death toll rising

Bee magazine : membagi data pribadi customernya ?

Istri saya sudah beberapa bulan ini berlangganan Bee magazine, sebuah majalah anak-anak edukatif. Saya pikir ini termasuk salah satu majalah edukatif yang terbaik yang pernah saya lihat, dan saya mendukung keputusan istri saya untuk berlangganan ini.

Namun, beberapa hari yang lalu ada sebuah kejadian yang aneh. Istri saya tiba-tiba ditelpon oleh seorang sales Indosat, yang menawarkan berbagai paket Matrix. Anehnya karena sales tersebut tahu persis berbagai informasi seputar kami, termasuk alamat lengkap dari rumah baru kami. Tentu istri saya jadi kebingungan bagaimana sales Indosat tersebut bisa mengetahuinya.

Ternyata kemudian ketahuan bahwa promosi tersebut adalah kerjasama antara Bee magazine dengan Indosat. Saya cukup kecewa mendengarnya, karena ini telah melanggar privasi kami. Kami memberikan berbagai data pribadi kami hanya sekedar agar Bee magazine bisa mengantarkan majalahnya kepada kami (kurir mereka mengantarkannya langsung ke rumah kami) — bukan untuk dibagi lagi ke pihak-pihak lainnya.

Kesalahan kami memang tidak memeriksa apakah ada klausa mengenai privasi di kontrak berlangganan majalah tersebut, karena kami terlanjur terbiasa dengan situasi Inggris. Dimana privasi customer, secara default, adalah rahasia.
Kalaupun kami mendapatkan berbagai promosi dari vendor lainnya dari service provider (contoh: PLN, PAM, dll) kami; itu dilakukan tanpa vendor tersebut mengetahui data pribadi kami, karena promosi-promosinya diselipkan ke amplop tagihan. Jadi, privasi kami tetap terjaga.

Kami sebentar lagi akan komplain ke customer service Bee magazine mengenai hal ini. Mudah-mudahan mereka bersedia untuk bekerja sama.

Sementara itu, apakah ada lagi vendor lainnya yang melakukan hal ini juga ? Membagi-bagi data pribadi Anda kepada pihak-pihak lainnya ?

Bagi pengalaman Anda disini, agar kita semua dapat terhindar dari masalah tersebut.
Terimakasih.

Catatan Pertemuan dengan Menkominfo

Update: foto-foto sudah saya upload di akhir posting ini.

Pada hari Kamis, 18 Januari 2007, pkl 11:00; beberapa perwakilan komunitas open source Indonesia bertemu dengan Menkominfo, Sofyan Djalil, berikut beberapa staf ahli beliau dan kawan-kawan dari pihak wartawan. Daftar hadir (yang saya ingat) :

Komunitas OSS Indonesia:
Adang
Ahmad Sofyan (fade2bl.ac, Rimbalinux)
Andy Apdhani (Ubuntu Indonesia)
Aulia
Bona Simanjuntak (ICT Center)
Frans Thamura
Heru Nugroho (AirPutih)
Hidayat (Aspiluki)
Harry Sufehmi (Rimbalinux)
Made Wiryana
RMS 🙂 (Rahmat M. Samik Ibrahim)
Romi Satria Wahono (IlmuKomputer.com, Brainmatics.com)
Teddy (FTII)
Rusmanto (InfoLinux)
Wandi (AirPutih)

Depkominfo:
Sofyan Djalil
Cahyana
Kemal
Alex

(mohon maaf sebelumnya jika ada kekeliruan dalam penulisan nama / ada yang terlewatkan, tolong kabari saja saya)

Pertemuan berlangsung dengan terbuka dan cukup blak-blakan, diawali dengan Menkominfo menjelaskan latar belakang MoU yang menghebohkan tersebut.
Ternyata, MoU ini adalah hasil kesepakatan dewan TIK nasional, yang beranggotakan antara lain menteri-menteri lainnya juga; seperti Menko Polkam, Perdagangan, Ekonomi, Dalam negeri, dll. Pada suatu pertemuannya, diangkat issue HAKI, dimana Indonesia tercatat sebagai negara pembajak terbesar di dunia. Hal ini berpengaruh ke banyak hal lainnya, seperti perdagangan, politik, dan lain-lain; dimana posisi Indonesia di dunia menjadi dipersulit karena ini.
Maka disepakati untuk melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan rating Indonesia, yaitu dengan mengadakan MoU dengan Microsoft – sebagai vendor yang produknya paling banyak dibajak.

(Non-binding) MoU ini kemudian sedianya akan di follow up dengan kontrak pembelian lisensi software Microsoft, dimana dengan ini maka otomatis seluruh komputer pemerintah dianggap telah berlisensi dan legal menggunakan software Microsoft.
Dengan jumlah komputer pemerintah sebanyak sekitar 500.000 buah, maka nilai yang dibahas di MoU, menurut pendapat dewan TIK nasional, sudah termasuk cukup baik.

Ternyata MoU ini kemudian bocor, dan mengundang banyak protes dari banyak pihak. Menkominfo dikira sebagai “dalang”-nya, dan banyak mendapatkan kecaman, padahal sebetulnya ini adalah kesepakatan dewan TIK nasional.

Beberapa alasan MoU versus Migrasi OSS yang diajukan Menkominfo, yang kemudian dianggap mengada-ada oleh banyak pihak, ternyata adalah karena kekurangan informasi. Pada forum kemarin berbagai hal tersebut telah diklarifikasi.

Pemerintah sendiri tetap komitmen untuk OSS. Dibahas berbagai rencana kerja dan budget yang tersedia untuk itu. Menkominfo sendiri telah memasang OSS di komputernya sebagai langkah awal untuk memberikan contoh kepada staf-stafnya.
Champion program OSS pemerintah adalah Depristek dan Universitas.

Menkominfo menyatakan bahwa tidak masalah sama sekali jika MoU dibatalkan. Namun kemudian, apa solusi alternatifnya (untuk memperbaiki rating Indonesia di bidang pembajakan HAKI) ? Apakah komunitas siap untuk membantu pemerintah Go Legal ?

Diskusi yang cukup seru kemudian berlangsung dengan tema tersebut.

Yayasan AirPutih (Heru Nugroho & Wandi) mengatakan akan mengadakan program Helpdesk Nasional.Salah satu masalah OSS (Open Source Software/Solution) adalah support – siapa yang akan menyediakan dukungan teknis ? Program Helpdesk Nasional bertujuan untuk menyelesaikan masalah ini. Selain itu Yayasan AirPutih juga akan mengadakan pilot migration programme – ada 5 institusi (pemerintah, universitas, warnet, perusahaan, satu lagi saya lupa) yang dimigrasi 100% ke OSS, dan kemudian dapat dijadikan contoh.

Made Wiryana, yang baru saja sampai dari Jerman di Indonesia sehari sebelumnya, menjelaskan mengenai beberapa concern masalah teknis seputar migrasi ke OSS. Beliau juga menceritakan beberapa contoh kasus migrasi OSS pemerintah di Eropa.

Frans Thamura mengangkat issue mengenai pentingnya pembuatan kebijakan procurement yang pro OSS. Sebagai contoh diberikan antara lain jika pemerintah sudah migrasi, namun tetap ada software proprietrary yang dibeli, maka ini akan menjadi mengacaukan situasi yang ada; karena software proprietary ini akan menjadi sulit untuk dijalankan di platform OSS. Beberapa contoh antara lain adalah software custom-made dari Dirjen Pajak, Bea Cukei,dll.

Rusmanto mengusulkan diambilnya jalan tengah untuk MoU versus Migrasi OSS.
Dimana proses pemutihan/Pemerintah Go Legal terus berlangsung; namun pemerintah akan bernegosiasi dengan gigih untuk menekan nilai angkanya.
Dan sambil menunggu finalisasi kontrak legalisasi tersebut, pemerintah juga menjalankan program Migrasi OSS.
Dengan ini, maka diharapkan pada saat kontrak ditandatangani, maka seluruh/sebagian besar instansi pemerintah telah legal dengan menggunakan OSS.

Bona Simanjuntak melaporkan kesiapan SDM untuk mendukung program migrasi OSS pemerintah. Beliau menjelaskan jaringan IT SMK, dengan jumlah SDM yang cukup banyak.
Rusmanto menyatakan bahwa beliau optimis program Migrasi OSS pemerintah akan bisa berhasil dengan dukungan ini; dimana sejak 2001 InfoLinux tiap bulan telah menurunkan laporan perusahaan-perusahaan yang berhasil migrasi ke open source dengan perkiraan total mencapai 2.000 komputer di berbagai lokasi di Indonesia dengan resources yang terbatas. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Samudra Indonesia Tbk, Garuda Indonesia, Konimex Group, Astra Group, dan lain-lainnya.

Harry Sufehmi menjelaskan bahwa masalah teknis bukan masalah utama dalam migrasi OSS, karena bisa selalu dicarikan solusinya. Beberapa contoh seperti driver printer (ada turboprint.de yang gratis atau bisa juga berbayar), OSS lambat di komputer lama (OSS sudah terbukti bisa berjalan di komputer seharga Rp 300.000 dengan kecepatan komputer Pentium 4), menjalankan software proprietary di platform OSS (bisa menggunakan Wine, Crossover, VMware, dll).
Yang diperlukan adalah itikad & dukungan pemerintah, direalisasikan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang teratur.
(Menkominfo kemudian menyatakan itikad pemerintah untuk menjalankan IGOS, dan mendukung komunitas untuk mengeksekusinya)

Mendukung jalan tengah yang diusulkan oleh Rusmanto.
Salah satu contohnya lagi adalah melisensi Microsoft Windows, namun untuk aplikasi Office (yang persentase harganya paling mahal) menggunakan OpenOffice. Ini akan dapat menghemat sangat banyak uang rakyat.

Mengusulkan untuk membuat semacam Dewan OSS Nasional, agar komunikasi dan koordinasi menjadi lancar. Jangan sampai harus ada MoU dulu baru kemudian berkumpul semuanya di meja bundar (said jokingly).

Menyampaikan terimakasih karena pihak pemerintah telah bersedia membukakan diri terhadap masukan-masukan dari grassroot/komunitas.

RMS kemudian menceritakan beberapa hal teknis seputar OSS, dan pengalaman UI dalam soal OSS.

Hidayat (Aspiluki) mengkritik program Bona Simanjuntak, karena menurutnya “guru ya guru, jangan merangkap-rangkap jadi trainer IT”, yang diprotes oleh Bona – dijelaskan bahwa ini selain meningkatkan kompetensi dan wawasan guru, juga bisa bermanfaat meningkatkan kesejahteraan para guru. Saya pribadi mendukung pandangan Bona dalam hal ini.
Hidayat melanjutkan dengan saran agar pemerintah membeli software legal, karena mendapat dukungan teknis (sebetulnya ini sudah terjawab dengan program Helpdesk Nasional), memberikan contoh “kalau beli software Microsoft pasti dapat support kan?” (tidak juga pak, satu contoh; Birmingham City Council membeli sekitar 15000 lisensi Windows, dan ketika ada corporate application yang tidak bisa berjalan gara-gara bug Internet Explorer, kami TIDAK mendapat support dari Microsoft. It was VERY painful)

Pertemuan ditutup dengan “tantangan” Menkominfo kepada komunitas untuk menjadikan Migrasi OSS Pemerintah (IGOS) menjadi kenyataan; agar komunitas bisa mengeksekusi program ini secara profesional dan business-like. Rusmanto kemudian ditunjuk oleh Depkominfo sebagai koordinator komunitas untuk ini.

Secara umum, pertemuan kemarin berjalan dengan sangat positif, dan mudah-mudahan akan ada hasil yang riil dari meeting tersebut untuk program OSS Indonesia.
Saya pribadi juga senang sekali karena dapat bertemu dengan banyak kawan-kawan aktivis yang sebelumnya cuma dikenal secara virtual.

Foto-foto insyaAllah akan saya upload belakangan.

Jika ada kekeliruan/kekurangan dalam catatan meeting ini, tolong kabari saya agar dapat dikoreksi. Terimakasih.

Link ke bahasan serupa: Masih tentang MoU Microsoft

Continue reading Catatan Pertemuan dengan Menkominfo

TKW, nasibmu…

Didats, yang sekarang sedang membanting tulang demi segenggam sekarung dinar di Kuwait, menceritakan pengalamannya sekitar TKW.

Kutipan:

Mengunjungi KBRI beberapa hari lalu seakan-akan membuat mataku lebih terbuka melihat para TKW. Selama ini mereka dieksploitasi sejak dari tanah air mereka sendiri. Para agen-agen TKW yang berada di Indonesia maupun Kuwait hanya meraup keuntungan demi perutnya sendiri!

Eksploitasi sudah dimulai sejak masih di negeri sendiri :

TKW yang diberangkatkan dari Jakarta juga sudah menerima kenyataan pahit sejak dari tanah air mereka. Dibentak-bentak oleh para petugas bandara. Perandaiannya seperti seorang majikan yang sedang darah tinggi memarahi seorang pembantu yang kebetulan bersalah. Nah, masalahnya, para TKW yang berada di Bandara tidak salah apa-apa. Tapi sudah dibentak-bentak secara tidak wajar. Ini aku lihat sendiri ketika berangkat dari Jakarta.

Pesan Didats untuk para calon TKW:

Pesanku lewat tulisan ini adalah, JIKA DIANTARA PEMBACA ADALAH TKW (eh, ada ga ya), URUNGKAN NIATMU BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI NEGERI LAIN (kalau selain PEMBANTU boleh! Justru dianjurkan). ATAU JIKA DIANTARA PEMBACA MEMPUNYAI SAUDARA YANG AKAN BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI NEGARA LAIN, CEGAH! PENYESALAN SELALU DATANG TERLAMBAT, KAWAN.

Pesan Didats untuk pemerintah:

Pertanyaannya, DIMANA KESERIUSAN PEMERINTAH KUWAIT DAN INDONESIA? Apakah ini hanya kepentingan beberapa orang yang hanya ingin meraup keuntungan demi buncitnya perut sendiri?

Salah satu solusi :

negara seperti pakistan sudah menyatakan fatwa haram mengirim pembantu ke negara lain.

mereka menanggulangi masalah pengangguran dengan mengirim laki-laki bekerja di luar negeri, sedangkan perempuan bekerja di dalam negeri.

Iya ya, kenapa juga musti terus ekspor perempuan, sementara korban sudah jelas ada (banyak sekali malah)

Ayo mari kita link ke posting Didats ini, agar semakin banyak yang “aware” mengenai masalah ini.

catatan:
masalah TKW bukan cuma di Kuwait / negara-negara Arab. Banyak juga TKW Indonesia yang dizalimi di negara-negara lainnya.

catatan/2: maaf bagi para pemirsa Planet.Terasi, posting non-IT ini saya munculkan untuk mendapat publikasi yang lebih luas.

Buruan Nikahin Gue

Blogwalking malam ini menemukan sebuah posting yang membahas soal pernikahan. Kutipannya langsung menangkap mata saya :

“Siapa bilang gampang? Makanya kalo belom siap, jangan kawin dulu, donk. Kalo perlu ngga’ usah! Ngga’ tau apa kalo akhirnya nanti cuma bakal nyusahin anaknya? See… this is the very reason, why I don’t intend to get married at the first place.“

Kelihatannya perspektif ini makin banyak dianut oleh banyak orang pada saat ini. Belum siap (mental), jadi jangan nikah dulu. Tunggu siap. Mirip seperti haji ya, walaupun finansial sudah mampu, tapi belum siap (istilah teknisnya: belum dipanggil), maka belum berangkat haji juga.

Tapi ada satu hal penting yang mungkin kita lupakan – manusia mungkin adalah makhluk yang paling mampu untuk beradaptasi.

Dari kutub utara sampai sahara, dari puncak gunung sampai di lautan, di bumi sampai luar angkasa; hidup mewah sampai anak-anak palestina yang hidup di sela-sela desingan peluru — ketika ada tekad, maka biasanya manusia akan menemukan jalannya.

Pernikahan saya kira juga demikian. Kalau ditunggu-tunggu, bisa terlambat sekali. Lebih baik nikah saja, setelah sama-sama sepakat untuk :

  1. Mau berusaha memahami satu dan lainnya. Pria dan wanita memang berbeda. Dengan adanya usaha dari kedua belah pihak untuk saling memahami, maka bisa terjalin kehangatan dan bukannya keributan.
  2. Mau untuk berubah menjadi lebih baik. Setelah menikah, maka biasanya barulah akan kelihatan berbagai kekurangan dari pasangannya. Tapi ini tidak masalah ketika sudah ada janji untuk berubah (adaptasi) untuk kebaikan, maka baik suami maupun istri akan sama-sama menjadi lebih baik.
    Tentunya definisi “kebaikan” ini juga perlu disepakati dulu sebelumnya. Biasanya adalah agama, atau dengan tambahan lainnya.
  3. Komitmen menjaga agar komunikasi selalu lancar. Ini akan mencegah asumsi/prasangka buruk. Jadi jika ada sesuatu pada pasangan Anda yang tidak menyenangkan, jangan didiamkan. Mendiamkan masalah tidak akan membuat masalah hilang, justru akan memperparahnya.
    Tanyakan dengan cara yang baik. Siapa tahu ternyata sebetulnya tidak ada apa-apa, cuma salah paham saja. Wajar terjadi, apalagi pada dua makhluk yang berbeda total (pria dan wanita)

Saya pikir, modal menikah sebetulnya ini saja kok. Simpel ya?

Termasuk masalah parenting / merawat anak. Kalau mau menunggu “siap”, tanpa didefinisikan dengan jelas, maka bisa jadi jomblo terus. Lha sekolah merawat anak juga enggak ada tho.
Tapi dengan modal poin #2, maka kita jadi bisa menghadapi hal-hal yang baru, termasuk mengasuh anak-anak kita.

Sekalian saya ingin meluruskan beberapa propaganda pro-nikah — nikah itu bukan melulu senang-senang 🙂 “they live happily ever after” – BS, he he.

Pernikahan itu adalah perjuangan, yang kalau kita jalani dengan sabar, maka hasilnya akan kita nikmati belakangan.
Menghabiskan hidup bersama soulmate, dengan anak-anak yang menyenangkan hati orang tuanya. Ini cuma bisa dinikmati setelah melalui cobaan mental & fisik yang berat. No pain no gain, kata oom Smith. Tapi proses ini yang akan membuat kita dan pasangan kita menjadi orang-orang yang lebih baik. Seperti besi yang awalnya dibakar dan dipukuli berkali-kali, akhirnya menjadi sebuah pedang yang anggun.

Kalau kita cuma ingin bersenang-senang sekarang, maka kesusahannya akan datang belakangan. Jadi saya kira, lebih baik susahnya sekarang; ketika pikiran masih tajam dan badan masih tegap. Bersama dengan pasangan yang sehati, maka susah pun jadi tidak terlalu terasakan.

Saya tunggu undangannya 😉

Komentar untuk di Politikana.com

Komentar saya di politikana.com tampil acak-acakan, terutama berbagai link yang dicantumkan disitu. Mungkin karena bug pada script komentar. Jadi saya lampirkan disini sebagai rujukan :

Apalagi selama 5 tahun ini praktis tak ada sama sekali kasus korupsi dalam skala sangat besar yang diungkap kader PKS. …. Kenapa para kader PKS tak mengungkapkan secara luas ke publik praktek-praktek suap dan korupsi yang umum terjadi di lembaga legislatif?
——–

Err…

PKS: Korupsi terbesar ada di DPR
http://www.inilah.com/berita/politik/2009/03/24/93044/pks-korupsi-terbesar-ada-di-dpr/

Korupsi DPR via 400 cek : http://www.pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=5917

PKS Setuju Koruptor Dihukum Mati : http://www.pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=5515

PKS ungkap ciri-ciri anggota DPR yang korupsi : http://www.inilah.com/berita/citizen-journalism/2009/03/29/94295/pks-ungkap-ciri-anggota-dpr-korup/

PKS terbesar mengembalikan dana gratifikasi (Rp 1,9 milyar), terbesar berikutnya hanya Rp 15 juta :
http://suryama.multiply.com/journal/item/225/
http://www.inilah.com/berita/2009/03/30/94430/pks-menang-uang-negara-aman/

PKS : Gelar Nasional Pemberantasan Korupsi : BENTUK KPK DAERAH : http://www.pks.or.id/v2/main.php?op=isi&id=6448

PP 37/2006, Korupsi Yang Dilegalkan : http://www.pks.or.id/v2/index.php?op=isi&id=2643

FPKS Laporkan Korupsi Penambangan Batubara ke KPK : http://www.pk-sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=5699

Petunjuk ke beberapa kasus korupsi besar : http://www.pks.or.id/v2/main.php?op=isi&id=2703

Usul penyadapan dilakukan lebih meluas : http://www.pks.or.id/v2/main.php?op=isi&id=4775

Dst, dst, dst.

Pencegahan korupsi lebih efektif jika KPK bisa mengakses Bapenas (ide brilian) : http://www.pks.or.id/v2/index.php?op=isi&id=5715

———
Kenapa para kader PKS tak mengungkapkan secara luas ke publik praktek-praktek suap dan korupsi
———

Well, easy for you to SAY :

Ungkap Korupsi Pengadaan Buku Rp 1,6 Miliar, Ketua DPRD Bengkulu Malah Dipenjara :
http://pk-sejahtera.de/index.php?option=com_content&view=article&id=56:ungkap-korupsi-pengadaan-buku-rp-16-miliar-ketua-dprd-bengkulu-malah-dipenjara&catid=1:berita&Itemid=57

Pemberantasan Korupsi Hadapi Serangan Balik :
http://www.pk-sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=565

Saya sendiri pada saat ini sedang berusaha mengungkap satu kasus korupsi besar, dan saya bisa katakan dari pengalaman sejauh ini : sulit sekali.
Sistim tidak mendukung, resiko kepada pelapor sangat besar, bukti-bukti sangat sulit untuk dikumpulkan, dst

Dan kalaupun ini semua sudah dilampaui, musti siap-siap dituntut dengan tuduhan “pencemaran nama baik”. Beuh…

———
Publik tidak buta.
———

Well… bisa jadi, ya. **sigh**

(bukan kader PKS, cuma sudah bosan saja melihat artikel2 dengan klaim bombastis tapi kontradiksi dengan fakta yang ada)

Anyway, bagi saya pribadi, ini satu lagi reminder mengenai kebenaran pepatah “perception is reality”

Dalam soal pembentukan persepsi positif / opini publik, memang jelas PKS masih keok. Masih sangat sering gagal.
Ini perlu segera menjadi perhatian mereka, jika tidak ingin terus semakin terpuruk lagi.

Bahagia Instan

Lagi sedih ? Bete ? Kenapa setiap hari selalu saja ada masalah ? Bagaimana caranya bahagia, setiap saat ?

Ada banyak cara orang untuk menjadi bahagia. Ada yang menjadi bahagia dengan mampir di mall favoritnya, dan shopping sepuasnya. Apalagi kalau pas lagi ada diskon 50%, wow. Kemarin saya juga melakukan ini ketika menemukan sebuah toko sepatu di Pondok Indah Mall yang sedang promosi BOGOF (Buy One Get One Free), lha kebetulan lagi perlu sepatu karena yang lama sudah butut. Untuk sepatu wanita malah cuma Rp 100.000 dapat 3, halah langsung terlampiaskan lah hasrat soulmate saya, he he.
Sudah murah, kualitasnya juga bagus pula. Bahagia? Jelas 🙂 Tapi kalau setiap hari, tetap saja jadi berat di ongkos ya?

Ada lagi yang menemukan kebahagiaan dengan menikmati makanan yang enak. Ada yang dengan dugem dan nongkrong semalaman. Ada yang bahagia dengan bepergian ke luar negeri. Dan banyak cara lainnya.

Tetapi, apakah ada cara untuk bahagia setiap saat, dimana saja, kapan saja, dan tanpa biaya ?
Ternyata ada !

Sewaktu sedang browsing milis kampung gajah, tidak sengaja menemukan posting dari devykoe, dan tidak sengaja (lagi) terbaca taglinenya :

.

the best way to cheer yourself up is to cheer somebody else up

.

Straight to the point. Bahagiakan orang lain, maka kita pun akan merasakan kebahagiaannya.
Salah satu variasi BOGOF juga; yang dibahagiakan satu orang (orang lain), namun hasilnya jadi dua orang yang bahagia (orang lain dan kita).
Terimakasih pada mbak Devy untuk taglinenya.

Jadi, mari kita blogwalking dan membahagiakan orang lain *lho* 🙂