Category Archives: Sosial

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat ….

Team buying

Atau, “yuk kita keroyok sang penjual”, kini mulai populer di Cina.
Singkatnya, para peminat suatu benda / jenis barang berkumpul di suatu forum online, dan kemudian saling berjanjian untuk membelinya di tempat & waktu yang sama.

Maka, pada tempat dan waktu yang telah disepakati tersebut, kemudian bisa muncul ratusan orang, membeli barang / jenis barang yang sama. Di bawah godaan ini (panen besar !!!), sang pedagang biasanya kemudian akan rela untuk menjual barang-barangnya dengan harga yang jauh dibawah harga pasaran.

So, kapan kita bisa mulai ini di Indonesia ?

Dunia Akademis kita

Disclaimer: saya tidak menyatakan bahwa situasi pada posting ini adalah situasi pada seluruh institusi pendidikan kita di Indonesia. Ini hanya beberapa contoh, dan mudah-mudahan tidak demikian halnya di institusi-institusi lainnya.

[ 1 ] Kawan saya bercerita mengenai seorang dosen di Universitas negeri terbesar di Indonesia. Dosen ini senang terjun ke lapangan, mengadakan proyek-proyek yang riil, dan menulis berbagai hasilnya di berbagai media. Jumlah pointnya sudah 2000, sedangkan jumlah point yang dibutuhkan untuk menyandang gelar profesor adalah 800.
Apa yang terjadi ? Karena kebetulan yang berpengaruh di jurusannya adalah koleganya yang menganut aliran textbook (baca buku-buku teori, hafalkan, maka nilai siswa akan bagus. Penghuni menara gading), maka dosen ini masih tetap belum menjadi profesor.

Untunglah hal ini tidak menjatuhkan semangat dosen tsb. Ybs sampai saat ini terus berkiprah di bidangnya secara aktif, dan malah lebih populer di dunia internasional daripada di negerinya sendiri.

[ 2 ] Sebuah universitas Islam, adalah tempat seorang kawan saya mengabdi. Suatu hari mereka mendapatkan proyek dari luar negeri dengan jumlah yang cukup besar. Maka dengan penuh semangat, kawan saya menyampaikan rencana-rencana kerja untuk realisasi proyek ini. Rencana-rencana tersebut penuh idealisme, sesuai dengan yang dituntut oleh proyek tersebut, dengan hasil yang nyata baik untuk lingkungan maupun dunia riset akademis.

Apa komentar atasan dan koleganya ? “Lha, nanti untuk uang saku kita mana ?”

Proyek tersebut (dan proyek-proyek selanjutnya) kemudian dikerjakan ala kadarnya, dengan sehemat mungkin. Laporannya dibuat dengan bagus, untuk menyenangkan pemberi proyek. Sisa dana proyek kemudian dibagi beramai-ramai antara mereka semua, termasuk juga pihak universitas.

Needless to say, my friend is now looking actively for another job, so he can quit this institution.

[ 3 ] Ada seorang yang baik yang (lucky me) adalah kawan saya yang cukup akrab. Suatu ketika, beliau mendapat kepercayaan untuk memimpin sebuah SMP boarding school di luar kota Jakarta.
Beliau memimpin dengan bijaksana dan penuh kasih sayang kepada semua orang. Maka tentu saja semua orang menjadi sayang juga kepada beliau; para staf, para murid, dan bahkan para orang tua murid.

Ternyata, pelaksana yayasan pemilik sekolah tersebut malah menjadi cemas melihatnya. Bukannya gembira.
Mereka tidak senang melihat kawan saya tersebut menjadi populer. Maka, orang-orang hasad ini kemudian memecat kawan saya tersebut. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Walaupun kemudian para murid dan orang tua mereka mendemo keputusan yayasan tersebut, namun pihak yayasan tidak bergeming, dan tetap mengusir kawan saya dari posisinya tersebut.

Dengan istri dan anak tiga, alangkah beratnya beban kawan saya tersebut ketika beliau mendadak menjadi pengangguran seperti itu. Alhamdulillah, karena beliau memang muslim yang kualitasnya sangat jauh di atas saya, maka beban ini tidak ada terlihat berat pada beliau sama sekali. Masya Allah.
Semoga Allah swt akan menggantikannya dengan yang lebih baik, amin.

Rants over.

Catatan singkat dari Seminar Homeschooling

Walaupun terlambat sekitar 1 jam karena harus mengambil raport anak saya dulu, alhamdulillah kami masih sempat menghadiri acara seminar homeschooling di Gedung Depdiknas.

Mengesankan sekali, ruang acara penuh sesak. Sampai ada beberapa yang berdiri di belakang. Mungkin ada sekitar 300 – 400 peserta pada acara tersebut. Syukurnya masih ada 2 kursi kosong, walaupun terpisah, sehingga saya dan istri tidak duduk berdampingan. Resiko datang terlambat πŸ™‚

Acara pada awal-awalnya banyak membahas technicalities & legislasi seputar homeschooling. Cukup menentramkan karena homeschooling sudah ada landasan hukumnya, dan telah diakui oleh Depdiknas. Sehingga para peserta homeschooling bisa mendapatkan ijazah juga. Kini sedang diusahakan agar homeschooling ini mendapat perhatian & dukungan yang lebih besar lagi dari Depdiknas.

Yang paling menarik adalah presentasi dari Kak Seto. Efficient, very interesting, to the point, dan penuh dengan wawasan-wawasan baru (at least bagi kami). Kak Seto adalah salah satu presenter terbaik yang pernah kami lihat.
Di presentasinya dibahas bagaimana cara untuk mendidik anak yang baik (mengarahkan bukan mendikte, menjadi kawan bukan diktator, dst), berbagai contoh kekeliruan dalam mendidik anak, berbagai kelebihan homeschooling, mengapa homeschooling, dll.
Saya merekam presentasi itu, tapi sayang ternyata hasilnya kurang jelas. Mudah2an ada yang merekam dan hasilnya bagus, monggo kalau bisa di-share dengan kita semua.

Ada juga presentasi dari sponsor. Telkom mempresentasikan mengenai produk eLearning / distance learning mereka yang berbasis web. Sayang presentasi yang dibawakan adalah yang generik, sepertinya adalah yang biasa mereka bawa ke presentasi di perusahaan / corporation. Sehingga kurang relevan untuk para peserta.
Mungkin di masa depan bisa dibuat produk elearning khusus homeschoolers – sehingga kita tinggal membuka website eLearning Telkom dalam kegiatan pendidikan anak-anak kita di rumah. Tentu saja dengan membayar biaya langganan ya. Saya kira ini bisa menjadi peluang bisnis bagi divisi eLearning Telkom.

Karena keterbatasan waktu, maka moderator (Dewi Hughes) kemudian membuka forum tanya-jawab yang terbatas. Tiba-tiba dia di interupsi oleh seorang peserta, yang menuntut agar peserta diberi waktu untuk memberikan tanggapan.
Moderator menerima, dan ybs diberi kesempatan sebagai pemberi tanggapan pertama.

Ternyata, ybs malah mengkritik/menasehati mengenai kehidupan pribadi Dewi Hughes. Di depan 400 orang !
Satu contoh yang memalukan dari umat Islam (mbok ya sebelum memberi nasehat, belajar dulu fikih / etika dakwah). Moderator agak terkesiap, dan bisa sangat mengerti jika dia merasa tersinggung karenanya. Segera moderator mengingatkan peserta ybs untuk menyampaikan apa yang dia sendiri minta tadi, yaitu tanggapan untuk acara tersebut.
Disini saya semakin merasa malu melihat orang ini. Ternyata, tidak ada tanggapan yang dia sampaikan di pidatonya yang panjang lebar ini, malah pertanyaan-pertanyaan. Tidak itu saja, setelah mengatakan bahwa ini yang terakhir, ternyata setelahnya ybs menambah pertanyaannya satu lagi. Total ada 4 pertanyaan yang diajukan, dan nol tanggapan. Shame on this guy.

Penanggap setelahnya cukup bagus, mengingatkan agar Depdiknas mau memberikan prioritas pada homeschooling. Yang mengejutkan, ternyata ibu berbaju biru ini ditendang dari sekolah tempat dulu dia bekerja karena dia adalah guru yang populer di kalangan muridnya ! Dengan tuduhan menggalang massa (hah?), maka dia dipecat.
Kejadian ini persis seperti yang dialami oleh kawan saya – sebagai kepala sekolah, dia sangat memperhatikan anak muridnya; mereka diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang. Hasilnya ? Dia ditendang oleh yayasan pemilik sekolah tersebut, karena mereka ketakutan dengan popularitasnya ini ! (WTF)

Apakah begini potret sekolah kita masa kini – pribadi-pribadi yang peduli dan berkualitas justru diusir ? Jika ya, maka semakin besar saja minat saya dengan homeschooling ini.
Kebetulan salah satu anak saya sudah menjadi korbannya – dia menjadi korban bullying, kawan-kawannya ada yang pencuri, ada anak laki yang senang menyiksa perempuan; dan gurunya tidak peduli sama sekali.

Setelah para penanggap (total 3 orang) selesai, maka kemudian sesi tanya-jawab dimulai. Sayangnya saya tidak bisa memperhatikan betul-betul, karena sudah perlu segera kembali ke rumah.

Bagi yang berminat namun tidak sempat menghadiri acara ini, Anda tetap bisa mendapatkan informasi yang Anda butuhkan dari komunitas ASAH PENA (Asosiasi Sekolah rumAH dan PENdidikan Alternatif); via email asahpenaindonesia@yahoo.com, atau mailing list asahpenaindonesia@yahoogroups.com

Semoga bermanfaat.

Sekolah Swadaya – diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis

Malam ini saya baru saja menelpon Pak Deni Wahyudi (DW), salah seorang penyelenggara sekolah (SMP) terbuka di daerah Bekasi. Sangat menarik, siapa sangka ternyata di Indonesia ini masih ada sekolah yang gratis DAN berkualitas ?

Keypoints :

  • Ijazah: Sama dengan seperti yang bersekolah biasa, dan diakui oleh Diknas.
  • Raport: Sama dengan seperti yang bersekolah biasa, dan diakui oleh Diknas.
  • Lokasi: bisa di mana saja, tidak perlu mengeluarkan biaya. Ada yang di mesjid, teras rumah, aula pertemuan, dst.
  • Materi pelajaran: Diberikan gratis oleh Diknas & Sekolah Rakyat. Pengajar cukup bisa berkonsentrasi mengajar.
  • Pengajar: Relawan yang tidak dibayar. Mungkin bisa diganti dengan para ibu-ibu dari anak-anak tersebut sendiri, berganti-gantian sehingga tidak merepotkan.
  • Seragam: Tentu saja jadi bebas dari seragam πŸ™‚
  • Waktu belajar: Bebas, sesuai kesepakatan antara pengajar dengan anak didik.
  • Ringkasan cara pendirian: cari lokasi, cari pengajar, kontak Yayasan Sekolah Rakyat (untuk dukungan teknis dan materi pelajaran), cari anak didik (minimal 15 orang), cari SMP negeri yang akan menjadi induk – mulai berjalan.
  • Tingkat pendidikan: Sepertinya pada saat ini baru ada dukungan untuk SMP terbuka. (belum ada untuk SD/SMU ?)

TKBM (Tempat Kegiatan Belajar Mandiri) yang dikelola oleh DW didirikan pada tahun 1996. Sampai saat ini masih terus berjalan, dan telah meluluskan 10 angkatan. Pada awalnya berlokasi di mesjid, namun seiring dengan berjalannya waktu, ada beberapa donatur yang bersimpati sehingga kemudian tidak hanya bisa menyewa lokasi belajar, namun juga bisa mulai memberikan sedikit kompensasi kepada para pengajarnya.

TKBM tersebut meng-induk ke sebuah SMP negeri di dekatnya. Kepala sekolah SMP tersebut justru senang, mungkin karena Diknas menghargai sekolah yang mau menjadi induk bagi TKBM.
Menginduk disini setahu saya tidak merepotkan pihak sekolah yang bersangkutan sama sekali – hanya sekedar formalitas dimana nomor induk siswa, ijazah, dan raport akan berasal / bertuliskan nama sekolah induk tersebut.

Waktu belajar TKBM ini cukup unik, yaitu mulai dari pukul 16:00 s/d 20:00. Sepertinya kebanyakan relawan TKBM adalah pekerja kantor, sehingga waktu belajarnya adalah setelah jam kerja mereka.

Pada awalnya, masyarakat sekitar merasa pesimis dengan TKBM ini. Bagaimana dengan kualitasnya, status siswanya, dst.
Namun akhirnya, kini justru bahkan yang secara ekonomi mampu ikut mendaftarkan anaknya ke TKBM, karena kualitasnya yang telah terbukti. Tentu saja para pengelolanya terpaksa menolak, karena prioritas SMP Terbuka adalah untuk anak-anak yang secara ekonomi tidak mampu untuk bersekolah biasa.

Kendala utama TKBM adalah lokasi, tenaga pengajar dan waktu mereka.
Disini saya menyampaikan beberapa ide solusinya, seperti memberdayakan para siswa itu sendiri.
Lokasi adalah rumah-rumah yang cukup luas untuk digunakan. Sedangkan para pengajarnya adalah ibu dari para siswa yang mampu. Ada gilirannya, sehingga tidak merepotkan. Dst.

Pak Deni kemudian memberikan informasi mengenai seorang contact person di Sekolah Rakyat, yaitu Pak Ludi. Tentu saja bagi yang berminat juga bisa langsung menghubungi Yayasan Sekolah Rakyat, di 021 70174410.

Demikian informasi yang bisa di posting pada saat ini. Untuk selanjutnya saya akan mengkontak Bpk. Ludi, sehubungan dengan seorang kawan saya yang tertarik untuk membuka sekolah terbuka. Dan juga menyampaikan informasi ini kepada sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak.

Ternyata, membuka sekolah gratis itu tidaklah terlalu sulit.
Cuma, banyak orang yang tidak tahu, bahwa ada alternatif ini (sekolah gratis). Jadi, sebarkanlah informasi ini kepada semua orang yang mungkin bisa memanfaatkannya. Terimakasih atas bantuan Anda.

Links:
[ Yayasan Sekolah Rakyat ]
[ Sekolah Rakyat @ Wikipedia ]
[ Ancol dan Sekolah Rakyat ]

Tunas Cendekia

Tadi malam ketemuan dengan Yudhis dari Yayasan Tunas Cendekia (YTC) di Buzz cafe, dekat RS Pondok Indah. Dulu sewaktu YTC pertama kali launch sempat mampir ke situsnya, tapi kemudian lupa dengan kesibukan2 lainnya. Ternyata alhamdulillah perkembangan YTC termasuk cukup bagus, 65000+ gelang sudah terjual (dalam satu tahun saja). Dan, masih banyak lagi berbagai achievements lainnya.

Baru ketahuannya sebabnya kemarin itu. Ada beberapa orang yang menganggap saya kreatif, tapi ketika bertemu Yudhis, sampai overload mendengar berbagai ide-idenya untuk memasarkan (ya, melihat Yudhis jadi ingat dengan seorang marketer senior yang pernah saya temui) kepedulian dengan sesama. Bagaimana agar orang-orang yang lupa dengan sesamanya, karena kesibukannya sehari-hari dan berbagai hal lainnya, bisa ingat lagi, dan ikut membantu, dengan cara yang mudah bagi mereka.
Mudah-mudahan makin banyak usaha sosial lainnya yang bisa kreatif dan attitude nya positif seperti ini juga.

Please keep it up mas, dan mudah-mudahan saya bisa ikut berkontribusi juga.

Sekolah Swadaya – bagian II

Sewaktu ada bahasan mengenai homeschooling di milis mifta-perjuangan@yahoogroups.com, saya ikut memberikan link ke posting saya mengenai sekolah swadaya

Di luar dugaan, tiba-tiba muncul beberapa aktifis yang telah terlebih dahulu menjalankan kegiatan ini / sekolah swadaya.

Jadi menarik sekali… karena kalau ini bisa lebih dimasyarakatkan (sekolah swadaya), maka masyarakat jadi bisa mendapatkan pendidikan yang murah dan terjangkau biayanya.

Sedang diusahakan agar bisa bertemu antara para aktifis dan peminat, waktu dan tempat akan saya posting di bagian komentar.

Berikut ini adalah posting selengkapnya mengenai kasus sekolah terbuka yang sudah berjalan.


Assalamualaikum warahmatullah…..

Ramai-ramai bicara ttg sekolah swadaya terutama dari blognya mas Harry saya hanya ingin sekedar berbagi cerita. Saya pun saat ini aktif di LSM Bina
Insan Prestasi yang saat ini baru mampu membiayai biaya pendidikan beberapa anak-anak dari keluarga dhuafa yang kurang mampu.

Ada cerita dari sahabat saya akh Deny yang tinggal di Bekasi yang bergelut
di bidang pendidikan bagi yang tidak mampu. Dulu sempat ada yang namanya SMP Terbuka, namun karena dalam pelaksanaannya yang kurang amanah (korupsi, data fiktif, etc.) sekarang sudah diambil alih dan alhamdulillah sekarang sudah bagus karena pengelola dan relawan yang ada di dalamnya amanah dan punya concern yang kuat terhadap pendidikan.

Jadi kita bisa saja membuat TKB (tempat kegiatan belajar) dengan jumlah
murid tertentu lalu jadi pengalaman sahabat saya tesebut pengajarnya adalah
dari para pengurus DPC suatu partai dakwah, karena memang yang menggagas
adalah para simpatisan dan kader partai tersebut. Lalu dibuat jadwal
kegiatan belajar, misal senin – sabtu, jam berapa saja, disesuaikan dengan
murid-murid yang rata-rata sudah nyambi kerja seperti menjual koran, tukang bantu cuci, etc. Lalu TKB kita kita daftarkan ke Yayasan Sekolah Rakyat (www.sekolahrakyat.org) yang mengurus SMP Terbuka.

Untuk modul belajar akan dibantu dan disiapkan. Pengalaman sahabat saya
tersebut, ada tambahan pelajaran yang diberikan kepada mereka seperti
outbound dan kajian keislaman. TKB bisa berada dimana saja, rumah pengurus yang bisa, masjid, atau dimana saja. Yang pasti untuk masalah ijazah
tersebut menurutnya kita menginduk kepada sebuah SMP Negeri di daerah dimana TKB itu ada. Dari Sekolah Rakyat juga ada sedikit tunjangan buat para
pengajar per TKB.

Alhamdulillah dari cerita sahabat saya tersebut mereka sudah sampai pada 3
angkatan. Dan respon dari tetangga sekitar malah banyak yang lebih simpatik.
Dari dulu yang meragukan kemampuan sekolah semacam ini, malah sekarang
beberapa orangtua dan murid banyak yang mau anaknya didika seperti di TKB
tersebut. Ada yang bilang, “wah kalo sekolah di sana, anak saya bisa lebih
sholeh dech,” atau ada anak yang bilang,”enak belajarnya ada outboundnya,”

Mungkin itu saja sekedar share yang bagi yang tertarik untuk membuka TKB dan ingin melihat model langsung bisa kontak ke saya untuk HP akh Deny -nya.

Wassalamualaikum

Cece YS

Siapa bilang Indonesia sudah merdeka ?

Untuk para orang tua: hati-hati, jaga anak-anak Anda dengan waspada.

Untuk para korban: semoga pemerintah negara ini (sebagai pengayom rakyatnya) mau untuk segera berbuat sesuatu.
πŸ™


Jika Indonesia sudah merdeka, lalu kenapa PERBUDAKAN masih ada? Tim Investigasi Trans TV menemukan praktik jual beli manusia. Diperdagangkan layaknya binatang dan benda mati ! Yang membuat kami kaget, korban adalah perempuan dibawah umur.

Saat penelusuran kami lakukan, budak-budak ini tidak dipaksa kerja kasar seperti jaman dulu. tapi dipaksa menjadi budak seks! Sungguh miris, kami menemukan perempuan dibawah umur–maaf–bahkan belum memiliki payudara, sudah disodorkan tubuhnya kepada si hidung belang. “Tolong…kami dijual layaknya binatang”…begitu kira-kira jeritan hati para perempuan muda ini.

Budak perempuan ini bukannya tidak melawan. Mereka sudah sekuat tenaga mencoba melarikan diri dari rumah milik germo yang jadi majikannya. Apa daya…ada mafia berada dibelakang praktik jual beli perempuan (women traficking! ) ini. Mafia yang melibatkan aparat penegak hukum.

Budak-budak ini dipukuli, dan diancam penjara oleh polisi yang sudah merasakan nikmatnya uang haram dari germo-germo sialan !

Bahkan, ketika tim kami berusaha membantu membebaskan seorang gadis berusia 13 tahun yang akan dijual keperawanannya, TIM kami diseret layaknya binatang, dan dipukuli oleh bodyguard alias preman yang setia kepada para germo. SADIS ! Sayang, waktu itu kami tidak berhasil mengambil gambar kekerasan ini.

Tapi kami sempat merekam adegan kejar-mengejar antara setan-setan germo dan perempuan muda yang melarikan diri. berhasilkah perempuan muda ini meraih kembali kemerdekaannya yang sempat hilang?

*Bagaimana seluk beluk jual beli perempuan berkedok Mini Bar atau pub-pub ini?*
*SIMAK: *

*”Women Traficking episode 1,2,dan 3″*
*Hari: Jumat, Sabtu, dan Minggu (3,4,5 maret 2006)*
*Pukul 17.00 WIB*
*Hanya di Reportase Investigasi Trans TV*

Sekolah Swadaya

Beberapa minggu yang lalu, saya dan istri saya berkesempatan menemui seorang kawan yang dulu sama-sama berdomisili di Birmingham. Mbak Retno kini telah menyelesaikan studi S3-nya, dan kini kembali melanjutkan pengabdiannya di Depdiknas.

Setelah berbincang-bincang beberapa lama, kami kaget ketika menyadari bahwa disertasi beliau adalah mengenai sekolah non-formal.
Saya jadi ingat mengenai ide sekolah swadaya, dimana kegiatan persekolahan dilakukan oleh kita sendiri – namun kemudian diformalkan dengan ujian kesetaraan, dan mendapatkan ijazah resmi dari Depdiknas.
Ternyata, menurut beliau ya inilah sekolah non-formal itu. Jadi, sekolah non-formal / swadaya itu bisa di akomodir di sistem pendidikan Indonesia saat ini, dan anak muridnya bisa mendapat ijazah pula, sebagaimana kawan-kawannya yang bersekolah di sekolah formal.

Tidak itu saja, bahkan materi pendidikannya pun sudah ada. Jadi, tinggal dijalankan. Tidak perlu men-develop lagi materinya. Ada beberapa paketnya, seperti paket A dan paket B.

Sekolah swadaya ini pernah kami jalankan dulu ketika masih di Birmingham.
Ketika itu topiknya lebih mengarah kepada agama, karena materi pendidikan yang tersedia hanya itu pada saat tersebut. Cara pelaksanaannya mudah sekali – pertemuan dilakukan di rumah para peserta, secara bergantian. Pengajarnya adalah para ibu-ibunya sendiri, berganti-gantian juga.
Walhasil anak-anak senang sekali, karena suasana belajar-mengajar lebih rileks / tidak kaku, dan di lingkungan yang nyaman bagi mereka. Alhamdulillah, perkembangan mereka ketika itu sangat bagus jadinya.

Kembali ke ide sekolah swadaya di Indonesia – ini bisa menjadi alternatif yang sangat membantu masyarakat, karena :

  • Murah – tidak perlu membayar uang gedung, uang SPP, uang seragam, uang buku paket, dst.
    Biaya pendidikan jadi bisa ditekan menjadi sangat minim. Seorang kawan saya mengadakan sekolah untuk sekitar 60 anak jalanan, dengan biaya hanya Rp 200.000 / bulan. Luar biasa.
  • Terjangkau – karena biaya pendidikan menjadi sangat minim, tiba-tiba pendidikan menjadi sesuatu yang lebih terjangkau bagi banyak orang. Diharapkan makin banyak anak-anak yang bisa terhindar dari kasus putus sekolah karena ini.
  • Targeted / Specialized – di diskusi tersebut, mbak Retno juga mendiskusikan beberapa ide dimana sekolah swadaya bisa mengadaptasi kurikulumnya, sehingga menjadi lebih sesuai dengan minat dan bakat dari setiap anak. Ini agak sulit dilakukan di sekolah biasa, yang cenderung bersifat mass education; sehingga sulit untuk menyesuaikan materi pendidikan dengan minat/bakat setiap anak.
  • Lebih relevan – jika poin di atas digabungkan dengan ide apprenticeship / magang, maka tiba-tiba sekolah akan menjadi lebih relevan dan bermanfaat bagi masa depan sang anak. Sekolah bukan lagi semata-mata soal prestasi akademis, namun dapat secara riil menjadi sarana mengantarkan anak kepada kemandiriannya.

Bagi yang juga tertarik dengan ide ini, saya dapat membantu menghubungkan dengan beliau. Saya sedang mencoba memikirkan cara agar ide ini bisa terealisasi dan menyebar di masyarakat. Kita bisa membuat sebuah forum khusus bagi peminat ide ini, dan kita coba godok agar bisa terimplementasikan.

Semoga bermanfaat.

Orang bijak

Salah satu kelebihan beberapa orang bijak yang saya kenal adalah bahwa mereka bisa bersabar dengan orang-orang bodoh di sekitar mereka.

“Sabar” disini adalah :
1. Tidak menjadi emosi karena kebodohan (dan, seringkali diiringi juga dengan kesombongan) mereka.
2. Tidak meremehkan mereka karena kebodohannya
3. Berusaha terus untuk membantu mereka dalam memperbaiki kekurangannya
4. Dan yang paling penting; selalu berusaha memperbaiki kebodohan yang masih tersisa pada diri mereka sendiri.

Mudah-mudahan saya juga dapat meniru kebaikan mereka, tapi ini memang betul-betul terasa berat bagi saya yang lemah ini…

Twelve Monkeys

Just watched this 1995 movie, and it’s great. Lots of interesting ideas and thought-provoking.
Advice: watch it with the subtitle turned on, otherwise you may miss clues and ended up confused.

A few quotes from it:

Dr. Kathryn Railly:
…the truth is what everybody accepts. …psychiatry: it’s the latest religion. We decide what’s right and wrong. …I’m losing my faith.

Jeffrey Goines:
There’s no right, there’s no wrong, there’s only popular opinion.
(in this case, the fruitcake is actually wiser than most people)

Ikan beracun

Kemarin adik saya bercerita. Katanya, dia kini cuma berani membeli ikan dari satu pedagang di pasar dekat rumahnya.
Pedagang ini agak mojok sendiri lokasinya, ikan yang dijualnya dikerumuni lalat, dan harganya hampir 2 kali lipat pedagang lainnya. Namun, adik saya bisa yakin bahwa ikannya tidak diberi formalin (bahan untuk pengawet mayat).

Para pedagang ikan lainnya bersumpah bahwa ikan jualan mereka tidak diberi “obat” (istilah untuk formalin). Namun, ikan mereka tetap utuh dan tidak membusuk, padahal hanya direndam di dalam air (berformalin?). Dan tidak ada lalat yang mendekati ikan-ikan tersebut.

Alangkah sulitnya untuk hidup sehat di negara ini πŸ™

Tentang BBM

Saya baru saja kembali dari perjalanan ke Sumatera Barat. Ini beberapa hal yang saya temukan disana:

1. Antrian BBM selalu panjang di SETIAP SPBU. Ini tidak terlihat di Jakarta.
2. Saya bertanya ke seorang distributor besar di Sumbar (nomor satu se Indonesia untuk produk rokok, dan banyak mendistribusikan barang2 lainnya di provinsi ini). Cukup mengejutkan, menurutnya kenaikan harga BBM tidak akan menaikkan biaya operasional mereka secara terlalu signifikan.
3. Namun di lain pihak – dia perhatikan bahwa walaupun harga BBM belum naik, namun berbagai harga produk sudah naik terlebih dahulu

Secara umum saya setuju dengan Priyadi, bahwa subsidi BBM memang tidak sehat dan rentan penyalah gunaan.
Satu contoh: Di Inggris, BBM yang di subsidi untuk pertanian ternyata cukup banyak yang kemudian disalahgunakan untuk keperluan industri. Ini padahal di negara yang sudah cukup bebas korupsi. Di Indonesia? Yang teranyar kemarin ini adalah penyelundupan BBM Rp 8 trilyun/tahun.

Beberapa ide solusi dari masalah yang mungkin timbul dari penaikan harga BBM:

  • Spekulan pasar (seperti pada poin ketiga diatas) perlu dihantam dengan sekeras-kerasnya, karena mereka yang paling banyak menyakiti rakyat kecil.
  • Perbaiki transportasi publik: Perbaiki perusahaan milik negara (PPD, PJKA, dll) dari segi pelayanan & efisiensi, tekan berbagai kartel transportasi publik yang berlindung di balik kedok yayasan (terutama agar tidak semena-mena menaikkan tarif dengan alasan BBM), hapuskan sistim setoran (karena menyengsarakan supir, memaksimumkan keuntungan majikan, menyebabkan buruknya layanan, dll)
  • Teruskan sikap tegas terhadap kreditor asing yang selama ini ternyata cuma mengacaukan perekonomian Indonesia. Kalau kita kira subsidi BBM sudah besar jumlahnya, sebetulnya dana yang dipakai untuk membayar bunga + hutang Indonesia lebih besar lagi. Jadi, kalau ini diselesaikan, maka akan ada penyelamatan dana yang jumlahnya signifikan, dan bisa dimanfaatkan untuk pembangunan.
  • Kampanyekan / Informasikan berbagai sumber energi alternatif: CPO / minyak kelapa sawit, gasohol, dll
  • Hantam spekulan pasar: yang sebetulnya tidak banyak dirugikan oleh kenaikan BBM, namun sok menderita dan kemudian menaikkan harga produk-produknya. (eh, sudah saya tulis sebelumnya ya.. πŸ™‚ )

Saya pribadi sebetulnya akan menderita jika BBM naik, karena harga premium & pertamax tidak lagi di subsidi. Tapi kalau kita melihat kebawah, mustinya rakyat kecil justru tidak akan terpengaruh (kecuali jika spekulan pasar bertingkah).
Jadi, sekali lagi saya pribadi setuju dengan ide penghapusan subsidi BBM.

SBY and friends

Saya senyum-senyum membaca postingan si gombal soal teleconference-nya SBY. Sama seperti si gombal, saya tidak mengerti logika para pengkritik teleconference ini.

Kalau dibilang mahal, jalan-jalannya DPR lebih mahal lagi dan hasilnya lebih tidak jelas.
Kalau dibilang sok mengatur, saya rasa masih jauh lebih mendingan daripada salah satu presiden kita yang hobi jalan-jalan ke luar negeri tapi cuek urusan dalam negeri.
Kenapa tidak pakai Y!M/VoIP/Skype – well, saya sudah pernah pakai Y!M untuk teleconference dari luar negeri ke Indonesia, dan saya menikmati tampilan slow motion di monitor saya dengan sepenuh hati πŸ™‚
Ini padahal sudah menggunakan koneksi broadband 512Kbps dan kualitas webcam maksimum yang didukung Yahoo.

Tapi kemudian muncul rencana interpelasi dari DPR karena ini. “What ?!”, kontan pikir saya.

Rencana Interpelasi DPR dulu pernah muncul biasanya karena hal-hal yang sangat serius; misalnya karena kasus Buloggate dan Bruneigate pada zaman Gus Dur.
Tapi interpelasi karena seorang Presiden ingin mengontrol kinerja kabinetnya ? Saya baru dengar lho.

Kemudian saya membuka-buka koran (saya paling malas membaca koran, karena sering bias, tidak akurat, dll). Saya kaget ketika melihat soal ini sudah di blow up habis-habisan.
Lho, dimana bahasan korupsi 8.8 trilyun nya Pertamina….? Justru pemakaian dana yang 0.006% nya, dan untuk kepentingan negara (!), yang dibahas habis-habisan. Menjadi topik halaman depan.

Where’s common sense in this day’s media ….??

Tapi saya kemudian baru sadar, looks like SBY has stepped on too many toes. Toes that belongs to the powerful and elites.

Sejauh ini, SBY telah berhasil melakukan suatu hal yang jarang bisa dilakukan oleh presiden-presiden sebelumnya:
Menghukum yang kuat, menyantuni yang lemah

Contoh:

1. Menghukum yang kuat:
Korupsi / kebocoran 8.8 trilyun per TAHUN di Pertamina, membabat perjudian, pertama kalinya pejabat level gubernur dihukum karena korupsi (Abdullah Puteh), nyaris semua anggota KPU terbuka skandal KKN-nya, KPTPK actually able to do its job. Lalu anggota DPR yang “ngobyek” di ekspos di depan umum (ini jarang terjadi). Berani mencari sumber energi alternatif (biodiesel, PLTN, dll). Juga di Bea cukai kini para pegawainya tidak berani melanggar prosedur (jadi tahunya karena kaget ketika prosedur impor dilaksanakan secara ketat). BPK mulai bergigi dan bisa menjalankan tugasnya. Dst.

2. Menyantuni yang lemah:
Program tunjangan desa miskin, tunjangan keluarga miskin, tunjangan pendidikan, pengobatan gratis, dll.
Totalnya mencapai puluhan trilyun rupiah.
Membawa perdamaian di Aceh – kesan yang saya tangkap di level grassroot, rakyat amat bahagia karena ini.
Dst.

SBY memang masih ada kekurangan-kekurangannya, saya justru akan curiga kalau dia sempurna (jangan-jangan malaikat yang menyamar); namun kita perlu lihat kekurangan dan kelebihannya dalam menilai dia. Jangan cuma salah satunya saja.

Kalau kita melakukan itu, maka saya kira Anda akan setuju bahwa kalau dari perspektif kepentingan rakyat, SBY layak untuk dipertahankan. Dan dari perspektif kelompok elit Indonesia, SBY adalah orang yang mengesalkan.

Saya dulu bukan pendukung SBY, tapi saya selalu mendukung pemimpin yang berpihak kepada rakyatnya.
I can only pray that our people will get the best outcome from all of these brouhaha.

PakAnsor

Saya mengenal beliau ketika membangun ruko di daerah Ceger. Orangnya sederhana, tidak banyak bicara, sangat santun. Karena penampilannya, orang bisa terkecoh.
Kami dulu juga bingung, apakah beliau bisa menangani proyek ruko senilai sekitar 1,5 milyar itu. Ternyata, sampai sekarang pun pak Ansor terus membuktikan bahwa kita bisa mempercayakan proyek-proyek pembuatan bangunan kepada beliau. Hasil kerjanya bagus, biayanya terjangkau, dan – yang paling penting – jujur & bisa dipercaya.

Pokoknya kalau dengan pak Ansor, kalau sudah sepakat desain & biayanya, maka kita tinggal tunggu saja.
Tidak perlu cemas bahannya akan diganti dengan yang berkualitas rendah, atau proyek akan molor, dst.

Walaupun orang desa yang sederhana, namun pak Ansor berbeda dari yang lainnya, karena beliau punya semangat untuk maju.
Awalnya dari seorang tukang batu; kini beliau telah menangani banyak proyek di berbagai tempat, mobilnya 7 buah, rumah yang bagus, dan telah menjadi tokoh masyarakat di kampungnya – setiap kali ada pemilu, semua partai berebut untuk “meminang ”Β beliau.

Tapi beliau tetap pak Ansor yang dulu juga. Beliau tetap santun & rendah hati. Tidak lupa menyisihkan hartanya untuk agamanya – mesjid Nurul Ansor berdiri setelah beliau menjual 4 dari 5 buah mobilnya (sekarang malah menjadi 7). Wah kalah deh kita.
Dan walau telah menjadi orang besar, beliau tidak melupakan Anda – keluarga kami diundang ketika beliau menikahkan putrinya belum lama ini, dan kami “dipaksa” beliau untuk duduk di sebelahnya (sampai dikira keluarga pengantin oleh tamu-tamu yang lainnya).

Dari seorang tukang batu sederhana, pak Ansor kini telah menjadi teladan bagi kita semua.