Category Archives: Teknoblogia
Namecheap.com Coupon
If you’re looking for Namecheap.com‘s coupon, here’s the latest one: FEBLOVE MARCHMADNESS
It’s US$ 0.93 discount for each of your purchase. Doesn’t work for renewal though.
Know other namecheap.com coupons ? Share it here !
Meeting Aktivis Linux @ Nurul Fikri
Undangan ini disampaikan oleh P’Rusmanto di milis linux-aktivis@linux.or.id, terbuka untuk para aktivis Linux Indonesia. Saat ini sudah ada beberapa kawan dari luar kota yang juga sudah mengkonfirmasi kehadirannya.
Bagi yang tertarik, silahkan bisa mengkontak P’Rus langsung, karena ada keterbatasan tempat (max 40 orang). Atau komentar disini, maka nanti akan saya bantu sampaikan kepada beliau.
============
Pertemuan darat aktivis Linux yang diusulkan Pak Harry ternyata disambut hangat teman-teman aktivis.
Untuk itu saya undang teman-teman aktivis Linux hadir pada:
Sabtu, 3 Februari 2007, pukul 13-17 WIB.
Tempat: Gedung NF Computer, Jl. Margonda Raya 522 Depok (terkenal dengan daerah Kober atau Stasiun UI).
Agenda acara (usulan saya, silakan koreksi atau usul lain):
– Saling berbagi informasi, ide, dan pengalaman dalam penggunaan, pengembangan, dan promosi atau advokasi Linux.
– Menyusun masukan kepada pemerintah dalam rencananya menggunakan Linux untuk semua/sebagian komputernya.
– Lain-lain.
KRITERIA (ini juga masih versi saya, silakan koreksi atau usul lain):
– Aktivis Linux tidak harus menjadi anggota milis ini, tapi siapa saja yang sudah/akan melakukan salah satu atau beberapa hal ini: menggunakan, mengembangkan, menyebarluaskan, mendukung Linux π
– Linux dalam hal ini juga mencakup semua software yang berjalan di atas sistem operasi GNU/Linux. Ini sangat bisa diperdebatkan π
– Saya usul di Depok karena ruang kami bisa menampung 40 orang, dan Jl. Margonda Raya terkenal dengan banyak waroeng-nya, mulai dari waroeng internet, waroeng game, waroeng buku, dan segala jenis waroeng makan (warteg, cafe, restoran, hotel). Beberapa distro Linux seperti De2, WaroengIGOS, BlankOn, dan lain-lain juga dikembangkan dari Depok.
Yang ingin hadir dan belum confirm, mohon dinyatakan via milis ini atau kirim ke email saya jika khawatir mengganggu milis.
Rus
Leisure Suit Harry Looking For Love Laptop
Just arrived in Jakarta, loads of things to write about in this blog. But it will have to wait a bit, right now I’d like to write a little about my quest for a new laptop.
I’m looking to replace my old laptop. It was fine for my needs – composing documents, presentation, *nix server access. However, lately it has slowed down so much, it’s barely usable. At first I suspected spyware/virus, but found nothing. After much tweaking, it’s a bit better. However, it’s started to look worn-out (lesson: don’t buy laptop which case is painted). So I decided to look for a new one.
Here’s my requirements :
- Just Works : Nowadays most laptop is alright in regard to this requirement. You can start working with it right away. However, some are still problematic and/or even buggy. I’d rather avoid those.
- Looks good: Very important, since this will be the machine used to do presentation to clients
- Powerful: I’d like to upgrade only after 3 years or more. Upgrading is a time-consuming process, so I’d prefer to avoid it if possible.
- Won’t get scratched / worn out easily: I took care of my old laptop, yet it still got scratched somehow. Also the wrist pad looks very worn out. I think these happened easily because its case is painted. Otherwise, the case would be more resistant to wear and tear.
- Size: it will have to be less than 15 inch. 15 inch is maximum really. 17 inch is really nice for work with loads of documents in the same time, but since I’m mobile, it’s quite a bother to haul and use in any places. Also these big laptops tend to feel more fragile.
- Safe : I would very much prefer my laptop not to explode, cause fire which destroy my house, or damage my skin.
- Have a decent battery life: This may not be achievable though, since my definition of decent is something like 5-6 hours of heavy use. Instead, I may just buy an extra battery for it.
- The important features: bluetooth, wifi, etc.
- Weight: Hauling a heavy laptop all over the place is not really my idea of working-out. However, if it fulfill all the requirements above, I may reconsider.
At the moment I got a very lovely Apple Aluminium 15″ PowerBook G4 on my hands. A friend of mine allowed me to try it first before decding whether to buy it or not. Only 1 inch thick, if looks could kill then this would be it.
Despite already out in the market for years, it doesn’t have many flaws. It’s quite speedy, and fulfill all the requirements above close to my satisfaction. I’m yet to find non-Apple laptop which do so.
The only problem at the moment is its power adaptor – it’s the second, and it already broke down again (!)
After looking around, it seems that the adaptor is of very poor quality; bad, bad Apple.
I’m going to purchase a new one from here, and will let you know how it goes.
So then I looked on MacBook Pro, even offered a very good deal by my friend.
However, I found out its many possible problems, and hesitated.
Don’t get me wrong, I do know it’s only a possibility. I know a lot of my friends who have MacBook Pro and happy with it (or, have problems, but still happy with it). However, I’d rather avoid problems if possible.
OK, it’s back to square two – I’ve found a possible candidate (PowerBook G4), but I wonder if there’s something better than it. Ideas ?
Tips: a few ideas for your laptop:
1. If you’re looking to buy a MacBook, here’s an excellent discussion loaded with tips and insights.
2. I asked my friend how to protect MacBook / PowerBook / laptop’s casing. I found the answer [ here ] and [ here ]. No more scratches!
3. And here’s how you can protect the LCD screen.
4. Dust kept on sticking to my laptop screen, and it’s really annoying. I wonder if this product may help.
Hikmah dibalik MoU
Kemarin adalah salah satu hari yang paling menggembirakan bagi saya karena banyak hal. Pertama, karena saya (akhirnya!) bisa bertemu dengan banyak aktivis open source, yang sebelumnya baru saya kenal secara virtual saja. Kedua, karena pemerintah ternyata mempunyai itikad baik untuk menampung aspirasi komunitas dan mendukungnya. Ini hampir tidak pernah terjadi sebelumnya saya kira pada bidang IT. Ketiga, karena kami semua memiliki ikatan yang kuat, yaitu keinginan untuk memajukan Indonesia melalui open source.
Komunitas menjadi makin kompak bersatu, dan saya kira ini adalah salah satu hikmah dibalik MoU kemarin ini.
Terimakasih kepada semua yang telah berpartisipasi, khususnya kepada mas Wandi yang telah mengundang kami ke acara tersebut.
Kesimpulannya; sering-sering lah pemerintah bikin MoU, sehingga kita juga jadi sering kumpul-kumpul *gdubrak* π
Catatan Pertemuan dengan Menkominfo
Update: foto-foto sudah saya upload di akhir posting ini.
Pada hari Kamis, 18 Januari 2007, pkl 11:00; beberapa perwakilan komunitas open source Indonesia bertemu dengan Menkominfo, Sofyan Djalil, berikut beberapa staf ahli beliau dan kawan-kawan dari pihak wartawan. Daftar hadir (yang saya ingat) :
Komunitas OSS Indonesia:
Adang
Ahmad Sofyan (fade2bl.ac, Rimbalinux)
Andy Apdhani (Ubuntu Indonesia)
Aulia
Bona Simanjuntak (ICT Center)
Frans Thamura
Heru Nugroho (AirPutih)
Hidayat (Aspiluki)
Harry Sufehmi (Rimbalinux)
Made Wiryana
RMS π (Rahmat M. Samik Ibrahim)
Romi Satria Wahono (IlmuKomputer.com, Brainmatics.com)
Teddy (FTII)
Rusmanto (InfoLinux)
Wandi (AirPutih)
Depkominfo:
Sofyan Djalil
Cahyana
Kemal
Alex
(mohon maaf sebelumnya jika ada kekeliruan dalam penulisan nama / ada yang terlewatkan, tolong kabari saja saya)
Pertemuan berlangsung dengan terbuka dan cukup blak-blakan, diawali dengan Menkominfo menjelaskan latar belakang MoU yang menghebohkan tersebut.
Ternyata, MoU ini adalah hasil kesepakatan dewan TIK nasional, yang beranggotakan antara lain menteri-menteri lainnya juga; seperti Menko Polkam, Perdagangan, Ekonomi, Dalam negeri, dll. Pada suatu pertemuannya, diangkat issue HAKI, dimana Indonesia tercatat sebagai negara pembajak terbesar di dunia. Hal ini berpengaruh ke banyak hal lainnya, seperti perdagangan, politik, dan lain-lain; dimana posisi Indonesia di dunia menjadi dipersulit karena ini.
Maka disepakati untuk melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan rating Indonesia, yaitu dengan mengadakan MoU dengan Microsoft – sebagai vendor yang produknya paling banyak dibajak.
(Non-binding) MoU ini kemudian sedianya akan di follow up dengan kontrak pembelian lisensi software Microsoft, dimana dengan ini maka otomatis seluruh komputer pemerintah dianggap telah berlisensi dan legal menggunakan software Microsoft.
Dengan jumlah komputer pemerintah sebanyak sekitar 500.000 buah, maka nilai yang dibahas di MoU, menurut pendapat dewan TIK nasional, sudah termasuk cukup baik.
Ternyata MoU ini kemudian bocor, dan mengundang banyak protes dari banyak pihak. Menkominfo dikira sebagai “dalang”-nya, dan banyak mendapatkan kecaman, padahal sebetulnya ini adalah kesepakatan dewan TIK nasional.
Beberapa alasan MoU versus Migrasi OSS yang diajukan Menkominfo, yang kemudian dianggap mengada-ada oleh banyak pihak, ternyata adalah karena kekurangan informasi. Pada forum kemarin berbagai hal tersebut telah diklarifikasi.
Pemerintah sendiri tetap komitmen untuk OSS. Dibahas berbagai rencana kerja dan budget yang tersedia untuk itu. Menkominfo sendiri telah memasang OSS di komputernya sebagai langkah awal untuk memberikan contoh kepada staf-stafnya.
Champion program OSS pemerintah adalah Depristek dan Universitas.
Menkominfo menyatakan bahwa tidak masalah sama sekali jika MoU dibatalkan. Namun kemudian, apa solusi alternatifnya (untuk memperbaiki rating Indonesia di bidang pembajakan HAKI) ? Apakah komunitas siap untuk membantu pemerintah Go Legal ?
Diskusi yang cukup seru kemudian berlangsung dengan tema tersebut.
Yayasan AirPutih (Heru Nugroho & Wandi) mengatakan akan mengadakan program Helpdesk Nasional.Salah satu masalah OSS (Open Source Software/Solution) adalah support – siapa yang akan menyediakan dukungan teknis ? Program Helpdesk Nasional bertujuan untuk menyelesaikan masalah ini. Selain itu Yayasan AirPutih juga akan mengadakan pilot migration programme – ada 5 institusi (pemerintah, universitas, warnet, perusahaan, satu lagi saya lupa) yang dimigrasi 100% ke OSS, dan kemudian dapat dijadikan contoh.
Made Wiryana, yang baru saja sampai dari Jerman di Indonesia sehari sebelumnya, menjelaskan mengenai beberapa concern masalah teknis seputar migrasi ke OSS. Beliau juga menceritakan beberapa contoh kasus migrasi OSS pemerintah di Eropa.
Frans Thamura mengangkat issue mengenai pentingnya pembuatan kebijakan procurement yang pro OSS. Sebagai contoh diberikan antara lain jika pemerintah sudah migrasi, namun tetap ada software proprietrary yang dibeli, maka ini akan menjadi mengacaukan situasi yang ada; karena software proprietary ini akan menjadi sulit untuk dijalankan di platform OSS. Beberapa contoh antara lain adalah software custom-made dari Dirjen Pajak, Bea Cukei,dll.
Rusmanto mengusulkan diambilnya jalan tengah untuk MoU versus Migrasi OSS.
Dimana proses pemutihan/Pemerintah Go Legal terus berlangsung; namun pemerintah akan bernegosiasi dengan gigih untuk menekan nilai angkanya.
Dan sambil menunggu finalisasi kontrak legalisasi tersebut, pemerintah juga menjalankan program Migrasi OSS.
Dengan ini, maka diharapkan pada saat kontrak ditandatangani, maka seluruh/sebagian besar instansi pemerintah telah legal dengan menggunakan OSS.
Bona Simanjuntak melaporkan kesiapan SDM untuk mendukung program migrasi OSS pemerintah. Beliau menjelaskan jaringan IT SMK, dengan jumlah SDM yang cukup banyak.
Rusmanto menyatakan bahwa beliau optimis program Migrasi OSS pemerintah akan bisa berhasil dengan dukungan ini; dimana sejak 2001 InfoLinux tiap bulan telah menurunkan laporan perusahaan-perusahaan yang berhasil migrasi ke open source dengan perkiraan total mencapai 2.000 komputer di berbagai lokasi di Indonesia dengan resources yang terbatas. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Samudra Indonesia Tbk, Garuda Indonesia, Konimex Group, Astra Group, dan lain-lainnya.
Harry Sufehmi menjelaskan bahwa masalah teknis bukan masalah utama dalam migrasi OSS, karena bisa selalu dicarikan solusinya. Beberapa contoh seperti driver printer (ada turboprint.de yang gratis atau bisa juga berbayar), OSS lambat di komputer lama (OSS sudah terbukti bisa berjalan di komputer seharga Rp 300.000 dengan kecepatan komputer Pentium 4), menjalankan software proprietary di platform OSS (bisa menggunakan Wine, Crossover, VMware, dll).
Yang diperlukan adalah itikad & dukungan pemerintah, direalisasikan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang teratur.
(Menkominfo kemudian menyatakan itikad pemerintah untuk menjalankan IGOS, dan mendukung komunitas untuk mengeksekusinya)
Mendukung jalan tengah yang diusulkan oleh Rusmanto.
Salah satu contohnya lagi adalah melisensi Microsoft Windows, namun untuk aplikasi Office (yang persentase harganya paling mahal) menggunakan OpenOffice. Ini akan dapat menghemat sangat banyak uang rakyat.
Mengusulkan untuk membuat semacam Dewan OSS Nasional, agar komunikasi dan koordinasi menjadi lancar. Jangan sampai harus ada MoU dulu baru kemudian berkumpul semuanya di meja bundar (said jokingly).
Menyampaikan terimakasih karena pihak pemerintah telah bersedia membukakan diri terhadap masukan-masukan dari grassroot/komunitas.
RMS kemudian menceritakan beberapa hal teknis seputar OSS, dan pengalaman UI dalam soal OSS.
Hidayat (Aspiluki) mengkritik program Bona Simanjuntak, karena menurutnya “guru ya guru, jangan merangkap-rangkap jadi trainer IT”, yang diprotes oleh Bona – dijelaskan bahwa ini selain meningkatkan kompetensi dan wawasan guru, juga bisa bermanfaat meningkatkan kesejahteraan para guru. Saya pribadi mendukung pandangan Bona dalam hal ini.
Hidayat melanjutkan dengan saran agar pemerintah membeli software legal, karena mendapat dukungan teknis (sebetulnya ini sudah terjawab dengan program Helpdesk Nasional), memberikan contoh “kalau beli software Microsoft pasti dapat support kan?” (tidak juga pak, satu contoh; Birmingham City Council membeli sekitar 15000 lisensi Windows, dan ketika ada corporate application yang tidak bisa berjalan gara-gara bug Internet Explorer, kami TIDAK mendapat support dari Microsoft. It was VERY painful)
Pertemuan ditutup dengan “tantangan” Menkominfo kepada komunitas untuk menjadikan Migrasi OSS Pemerintah (IGOS) menjadi kenyataan; agar komunitas bisa mengeksekusi program ini secara profesional dan business-like. Rusmanto kemudian ditunjuk oleh Depkominfo sebagai koordinator komunitas untuk ini.
Secara umum, pertemuan kemarin berjalan dengan sangat positif, dan mudah-mudahan akan ada hasil yang riil dari meeting tersebut untuk program OSS Indonesia.
Saya pribadi juga senang sekali karena dapat bertemu dengan banyak kawan-kawan aktivis yang sebelumnya cuma dikenal secara virtual.
Foto-foto insyaAllah akan saya upload belakangan.
Jika ada kekeliruan/kekurangan dalam catatan meeting ini, tolong kabari saya agar dapat dikoreksi. Terimakasih.
Link ke bahasan serupa: Masih tentang MoU Microsoft
MySpace: dari 500 ribu account sampai ke 26 juta account
Akhirnya ada juga artikel yang membeberkan “jerohan” website paling ramai dikunjungi di dunia saat ini, MySpace.com.
Walau tampilannya jelek (owh.. my eyes) tapi popularitas MySpace terus melejit dengan pesat.
Disitu diceritakan bagaimana mereka bisa mengakomodasi pertumbuhan yang spektakuler tersebut:
[ 1 ] Mulai dari 2 webserver – 1 DB,
[ 2 ] Lalu 1 master DB & 2 read-only DB
[ 3 ] Vertical partitioning : satu DB untuk setiap fitur (blog, profile, dll) website
[ 4 ] SAN (Storage Area Network) : mengatasi masalah bottleneck I/O dengan saling mengkonekkan semua database server yang ada di network internal berkecepatan tinggi
[ 5 ] Scale up OR Scale out ? Ketika total user MySpace mencapai 3 juta, arsitek MySpace dihadapkan pada 2 pilihan :
- Scale up: Gunakan server besar (32 prosesor, gigabytes memory, dll) — simple, tapi mahal
- Scale out: Gunakan banyak server biasa — murah, jauh lebih scaleable, tapi jauh lebih kompleks untuk di implementasikan
Akhirnya mereka menyadari bahwa pilihan Scale-up pun tidak akan bisa bertahan lama menghadapi tingkat pertumbuhan MySpace yang sedemikian besarnya. Sehingga mereka kemudian memilih Scale-out.
Database-database yang tadinya dipisahkan pada poin #3 digabungkan kembali menjadi satu database besar, dan kemudian disebarkan ke banyak server-server : setiap server database maksimum menyimpan data dari 2 juta user.
Kecuali database account user yang dipisahkan sendiri di sebuah server yang berkapasitas besar.
[ 6 ] Migrasi dari ColdFusion ke ASP.NET : mengurangi jumlah server yang dibutuhkan dari 246 menjadi 150.
[ 7 ] Virtualized SAN : Teknologi dari 3PARdata memungkinkan sebuah database disebarkan di ribuan hard disk pada jaringan SAN ybs. Ini membuat performa SAN menjadi merata, tidak ada bagian SAN yang overload sementara bagian lainnya tidak melakukan apa-apa.
[ 8 ] Database cache : sebetulnya ini adalah salah satu solusi paling efektif yang sudah bisa dilakukan sejak awal, namun entah kenapa terlewatkan oleh mereka π
Server-server cache dengan kapasitas memory yang besar memungkinkan query yang sering dilakukan langsung dilayani tanpa perlu mengakses database. Server-server ini juga kemudian dimanfaatkan untuk menyimpan session files – yang sebelumnya disimpan di database.
[ 9 ] Memory bottleneck : database berukuran raksasa membutuhkan server dengan kapasitas dan bandwidth memory yang besar. Namun server-server 32 bit hanya bisa mengakses maksimum 4 GB memory.
MySpace kemudian melakukan migrasi ke SQL Server 2005, yang bisa berjalan di arsitektur 64-bit. Dan sejak tahun 2006, mereka menstandarisasi server-server database mereka dengan kapasitas memory sebesar 64 GB.
[ 10 ] Extended checkpoint : karena layanan MySpace tidak menuntut reliabilitas yang tinggi, maka mereka bisa men set checkpoint database s/d 2 jam.
Checkpoint adalah interval dimana database akan menyimpan secara permanen berbagai perubahan yang telah dilakukan ke disk. Interval yang lebih singkat akan menjadikan perubahan-perubahan lebih cepat disimpan, namun ini menurunkan performa database.
Seru π ok, selamat menikmati.
TKW, nasibmu…
Didats, yang sekarang sedang membanting tulang demi segenggam sekarung dinar di Kuwait, menceritakan pengalamannya sekitar TKW.
Kutipan:
Mengunjungi KBRI beberapa hari lalu seakan-akan membuat mataku lebih terbuka melihat para TKW. Selama ini mereka dieksploitasi sejak dari tanah air mereka sendiri. Para agen-agen TKW yang berada di Indonesia maupun Kuwait hanya meraup keuntungan demi perutnya sendiri!
Eksploitasi sudah dimulai sejak masih di negeri sendiri :
TKW yang diberangkatkan dari Jakarta juga sudah menerima kenyataan pahit sejak dari tanah air mereka. Dibentak-bentak oleh para petugas bandara. Perandaiannya seperti seorang majikan yang sedang darah tinggi memarahi seorang pembantu yang kebetulan bersalah. Nah, masalahnya, para TKW yang berada di Bandara tidak salah apa-apa. Tapi sudah dibentak-bentak secara tidak wajar. Ini aku lihat sendiri ketika berangkat dari Jakarta.
Pesan Didats untuk para calon TKW:
Pesanku lewat tulisan ini adalah, JIKA DIANTARA PEMBACA ADALAH TKW (eh, ada ga ya), URUNGKAN NIATMU BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI NEGERI LAIN (kalau selain PEMBANTU boleh! Justru dianjurkan). ATAU JIKA DIANTARA PEMBACA MEMPUNYAI SAUDARA YANG AKAN BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU DI NEGARA LAIN, CEGAH! PENYESALAN SELALU DATANG TERLAMBAT, KAWAN.
Pesan Didats untuk pemerintah:
Pertanyaannya, DIMANA KESERIUSAN PEMERINTAH KUWAIT DAN INDONESIA? Apakah ini hanya kepentingan beberapa orang yang hanya ingin meraup keuntungan demi buncitnya perut sendiri?
Salah satu solusi :
negara seperti pakistan sudah menyatakan fatwa haram mengirim pembantu ke negara lain.
mereka menanggulangi masalah pengangguran dengan mengirim laki-laki bekerja di luar negeri, sedangkan perempuan bekerja di dalam negeri.
Iya ya, kenapa juga musti terus ekspor perempuan, sementara korban sudah jelas ada (banyak sekali malah)
Ayo mari kita link ke posting Didats ini, agar semakin banyak yang “aware” mengenai masalah ini.
catatan:
masalah TKW bukan cuma di Kuwait / negara-negara Arab. Banyak juga TKW Indonesia yang dizalimi di negara-negara lainnya.
catatan/2: maaf bagi para pemirsa Planet.Terasi, posting non-IT ini saya munculkan untuk mendapat publikasi yang lebih luas.
WordPress 2.0.7
Dalam waktu beberapa hari saja, WordPress muncul versi barunya 2 kali –2.0.6, yang kemudian segera disusul oleh 2.0.7
Bagi yang masih belum tahu dan masih menggunakan versi 2.0.5 (atau sebelumnya) – segera upgrade !
Pada saat ini sudah ada cracker yang berkeliaran merusak situs-situs yang masih menggunakan WordPress versi lama tersebut.
OSS Indonesia: kritik, saran, dan dukung, mari …
Selama beberapa bulan ini saya sudah baca banyak posting blog yang menyayangkan atau mengkritik pedas pemerintah seputar topik open source — mulai dari MoU dengan Microsoft yang menghebohkan itu, mengapa adopsi open source di Indonesia terasa lambat sekali, anggapan bahwa pemerintah tidak berbuat banyak untuk mendukung migrasi ke solusi open source (OSS = Open Source Solution/Software); dan berbagai posting-posting lainnya yang senada.
Alhamdulillah ternyata banyak sekali yang peduli mengenai soal ini. Ini penting sekali, karena ini adalah salah satu usaha untuk mewujudkan kedaulatan – sebagai suatu topik yang multi dimensi :
- kedaulatan dalam soal pilihan software
- kedaulatan dalam soal akses internet (singtel/taiwan down, indonesia lumpuh!)
- kedaulatan dalam soal ekonomi
- kedaulatan dalam soal pengelolaan sumber daya alam
- kedaulatan dalam soal memutuskan berbagai kebijakan dalam negeri
- Dan seterusnya
Tahap selanjutnya saya kira adalah mendukung. Pemerintah itu bukanlah sebuah entitas serba bisa. Mereka juga butuh dukungan dari kita, agar dapat mencapai tujuan yang kita inginkan.
Kalau kita melulu kritik, saya cemas kalau nantinya akhirnya para pejabat jadi merasa jemu; dan memilih berpaling kepada para pelobi vendor proprietary – yang sangat pandai dan halus dalam menyampaikan misinya.
Mudah-mudahan tidak ada yang salah paham – saya tetap berpendapat bahwa kritik itu sangat penting. Namun saya kira kita perlu perhatikan caranya, dan isinya – konstruktif, atau hanya penumpahan uneg-uneg tanpa solusi ?
Saya sendiri baru bisa memberikan contoh kecil saja pada saat ini. Selain pernah terlibat kecil-kecilan di beberapa proyek open source, pada saat ini staf di perusahaan saya mendapat keringanan untuk terlibat di berbagai proyek open source. Bahkan di kantor pun mereka boleh mengerjakan proyek open source mereka.
Namun dalam waktu dekat, mudah-mudahan perusahaan kami bisa berkontribusi lebih banyak lagi. Barusan saya dikontak mengenai peluang ini. Menilik proyeknya, saya sangat amat antusias bahwa ini akan menjadi terobosan besar dalam mendukung pemanfaatan solusi open source di Indonesia.
Tapi maaf saya akan rahasiakan detil proyeknya, supaya tidak ketahuan oleh pihak-pihak yang kontra π
Saya hanya akan beberkan kepada pihak-pihak yang mungkin bisa berkontribusi untuk usaha ini.
OK, mari kita bersama-sama mendukung IGOS (Indonesia Goes Open Source) sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Mari !
Ketagihan Nge-blog
Capai setelah beraktivitas seharian, saya buka Planet Terasi untuk rileks membaca berbagai posting disana. Ketika membaca posting pak Budi, saya jadi tersenyum sendiri. Kelihatannya makin banyak saja yang ketagihan nge-blog !
Ini trend yang bagus saya kira. Terutama karena saya pernah merasakan zaman pra-Internet, dimana mencari informasi itu sulitnya luar biasa. Saya sampai menggunakan modem saya untuk dial ke Amerika, sehingga bisa konek ke Compuserve BBS – dengan bersenjatakan kartu kredit orang tua saya, hehehe. Setelahnya tentu saya kena damprat karena tagihan telpon dan kartu kredit yang membengkak, tapi yah no pain no gain π
Walhasil begitu sudah tahu internet dan bisa sedikit coding, maka saya membuat pangsit.com, sebagai sarana untuk berbagai pengetahuan. Kemudian ikut berbagai milis, lalu saya berpikir untuk membuat sarana yang memudahkan saya untuk menulis berbagai topik (tidak hanya komputer). Maka jadilah blog saya pada tahun 2001.
Blog home-made ini terus saya gunakan sambil saya mengamati perkembangan berbagai software blog yang ada. Saya sempat berkontribusi secara aktif di beberapa software blog, sebelum akhirnya memutuskan untuk menggunakan WordPress 1.5. Sengaja menghindari beberapa software blog yang bukan open source karena cemas akan potensi data lock-in (dan kemudian benar terjadi pada beberapa software/website blog). Dan sampai sekarang saya masih terus menggunakan WordPress.
Hanya saja frekuensi update saya tidak bisa sesering yang saya inginkan. Pada saat ini, ada 3 bahan artikel di bookmark saya, dan 4 buah draft di dashboard WordPress. Selalu mencari waktu untuk menulis, sebelum idenya larut ke bawah sadar saya.
Kini makin mudah saja untuk berbagi ide, renungan, dan pengetahuan; berkat adanya blog. Mudah-mudahan semakin banyak yang terjun dan ketagihan blog, sehingga kita semua mendapatkan manfaatnya !
Tabrakan lagi…
Kembali mobil saya di tabrak motor kemarin. Mungkin ini sudah kali yang ke enam. Mobil tahun 2005 ini kini sudah banyak baret, dan kali ini ditambah dengan bemper belakang yang penyok.
Syukurnya, motornya sendiri tidak apa-apa, kalau tidak wah istri saya bisa dikeroyok massa. Buktinya dia langsung kabur sekencang-kencangnya di tengah padatnya lalu-lintas, sambil menyalip kiri-kanan dengan lincahnya.
Terus terang saya bingung bagaimana solusi dari masalah ini. Kita bisa mencegah menabrak orang lain dengan mengemudi secara hati-hati. Tapi mencegah dari di tabrak ?
Ada ide ?
Filesystem SSH di Ubuntu
Seringkali saya perlu meng copy file antar server Unix / Linux, dengan parameter cp tertentu, seperti /u (updated files only). Namun fasilitas ini tidak ada di scp. Atau, perlu mounting remote filesystem, namun secara secure. Apa akal ?
Dengan ssfs / fuse, maka kita bisa melakukan ini dengan mudah.
Copy-paste di Ubuntu perintah-perintah berikut ini :
sudo aptitude install sshfs
sudo modprobe fuse
sudo sh -c Γ’β¬Εecho Γ’β¬ΛfuseΓ’β¬β’ >> /etc/modulesΓ’β¬Β
sshfs / fuse telah terpasang, dan otomatis akan selalu berjalan.
Untuk mounting, ketik perintah berikut ini :
sshfs user@hostname:/path/to/folder /local/folder
Maka kini kita bisa mengakses folder di server remote tersebut via /local/folder, nice!
Ketika sudah selesai, ketikkan perintah berikut ini :
sudo umount /local/folder
Ingin agar ini selalu dilakukan setiap booting ? Cukup edit file /etc/fstab, dan tambahkan baris seperti ini :
[hostname/IP]:/path/to/folder /local/folder fuse defaults 0 0
Semoga bermanfaat.
Ref: ubuntu-tutorials.com
Airlines Indonesia: Umur Pesawatnya & Jumlah Kecelakaan
Membaca posting Priyadi soal airline Adam Air, jadi tahu tentang website Airfleets.net. Situs ini menyimpan banyak data-data menarik seputar berbagai airlines dan armadanya.
Berikut ini adalah data umur rata-rata pesawat di setiap airlines, serta total crash.
- Garuda Airways : 10 tahun, crash: 3
- Lion Air : 17,2 tahun, crash: 2
- Mandala Airlines : 23,4 tahun, crash: 1
- Adam Air : 18,5 tahun, crash: 1
- Bouraq Indonesia : 25,2 tahun, crash: 0
- Sriwijaya Air : 24,6 tahun, crash: 0
- Kartika Airlines : 23,7 tahun, crash: 0
- Wings Abadi Air : 22,8 tahun, crash: 0
- Batavia Air : 22 tahun, crash: 0
- Air Asia : 19,4 tahun, crash: 0
- Citilink Garuda : 15,9 tahun, crash: 0
Cukup menarik, kita bisa lihat bahwa umur pesawat yang tua bukan berarti berbahaya. Seperti kata Nofie Iman, jika maintenancenya baik dan sesuai prosedur, maka pesawat tua pun bisa saja terus beroperasi dengan aman.
Yang agak mengejutkan adalah Garuda – walaupun umur rata-rata armadanya adalah paling muda, namun paling sering crash.
Tabel ini saya kira masih bisa diperlengkap lagi, misalnya dengan jumlah total insiden per airlines. Seperti rem blong, kerusakan peralatan pesawat saat sedang terbang, dll. Justru data ini yang paling relevan saya kira; karena akan menunjukkan secara akurat bagaimana perhatian manajemen airlines terhadap perawatan armadanya.
Sayangnya, data ini sulit didapat, dan akan lebih memakan waktu untuk mengumpulkannya. Namun jika ada, maka saya kira akan dapat bermanfaat sekali.
Sebagai bonus, berikut adalah data tentang airline favorit para suporter Open Source — Linus Airways π
- Linux Airways : 23,3 tahun, crash: 0
Sudah teruji reliabilitasnya selama 23 tahun – tidak pernah crash sama sekali π
Sayang Bill Airlines tidak tercantum datanya di Airfleets.net, dengar-dengar armadanya berumur 20 tahun, tapi sudah ratusan kali crash. Bahaya, sebaiknya hindari sama sekali π
Semoga bermanfaat.
Load testing – the quick & easy way
I’ve been doing load / capacity testing stuff for years now. In fact, my 2000 Master (S2) thesis was about this exact topic.
There are many ways to do this.
First, as with any other projects, you’ll need to define your requirements & objectives. Only then you can start choosing the tools and the methodologies.
This is probably where most people went wrong. Load testing doesn’t have to be hard to do, but when you haven’t defined the requirements & objectives, then chance are you’ll be doing it incorrectly.
Second, devise the methodology.
There are 3 main ways to simulate a real-life load on the IT infrastructure :
[ 1 ] Pure simulation :
Some software enable you to do this. You defined the infrastructure first in that simulation software – the servers, the network links, capacity of each items, how it interacts with each other, and so on.
This is fine, actually quite great, to get a big picture of our infrastructure.
[ 2 ] Network simulation :
Sometimes (or, many times) you’ll need to focus on the network. The network is probably the most important aspect of any IT infrastructure. Without a network, each computer is in its own island, and its usefulness diminished by a huge deal.
Some software will enable you to simulate your network, and then runs various test cases on it. You’ll then be able to measure the performance of the network – what’s max throughput ? latency ? any dropped packets ?
You may even find bottlenecks where you didn’t expect any.
[ 3 ] Application-level simulation :
Some software enable you to show you the behaviour of an application based on simulated load.
An example is the software used to simulate visitors to your webserver.
It’s really great because you’re actually seeing the real hardware performing to (close to) real requests. The results sometimes can be quite different from the testing we discussed on point 1.
There are many software now available to do our load testing. Some are free, some are easy to use, some are very expensive (to the tune of tens of thousand dollars), some are very hard to configure, and so on.
But if you have defined your requirements & methodology, it will be quite easy to pick the one suitable for your needs.
Load testing – the quick & easy way
If your needs are simple, for example you’re optimizing a webserver and just need a rough idea on how it currently performs, then you can just use OpenWebLoad. I simply haven’t found anything more simple.
I know, it has not been updated since 2001. But this is probably because it **works** π
Once you got it installed, testing your webserver can be as simple as openload http://asiablogging.com 10
That command means you’d like to simulate 10 visitors hitting your website as quickly as possible.
That’s it π
Very simple isn’t it? Yet it has helped me many times when I was optimizing our customers’ servers.
OK gotta go, hope you find it useful. And, happy new year !
Koneksi Internet Sekarat, Buka Regulasi Satelit ?
Singkat saja – ketika akses Internet Indonesia terputus, banyak bisnis yang kemudian menyadari bagaimana Internet telah menjadi kebutuhan yang vital bagi kelancaran usaha mereka. Sore ini saya menonton berita di TV, beberapa bisnis di interview dan mereka mengeluh bahwa omset bisnis mereka drop sampai menjadi nol sejak akses Internet Indonesia terputus.
Setelah kini kita menyadari bagaimana akses Internet telah menjadi hajat hidup banyak orang, mudah-mudahan kita bisa memanfaatkan momen ini untuk mendorong pemerintah membebaskan akses internet via satelit.
Just say no to : duopoli akses internet via satelit !
Pelestarian (pengawetan?) data
Ketika dulu CD-R mulai meluas pemakaiannya, saya sempat merasa gembira sekali. Saya pikir, selesai sudah rutinitas meng copy ulang data-data dari disket tua (baca: berumur beberapa bulan) ke disket baru. Hal ini musti dilakukan, karena disket termasuk ringkih. Beberapa bulan saja datanya sudah bisa tidak terbaca lagi – kalau tidak jamuran, maka karena kerusakan fisik akibat terlalu sering digunakan.
CD-R terkesan solid, dan memberi ketenangan bahwa data kita akan tersimpan aman disitu selama bertahun-tahun. Apalagi dengan klaim berbagai pembuat CD-R, bahwa data kita akan aman di disc buatan mereka selama 10 / 20 / 50 tahun.
Namun setelah beberapa tahun, fakta yang sebenarnya mulai terungkap :
1. CD tidak boleh terkena sinar matahari langsung
2. CD mudah tergores. Walaupun goresan pada sisi bawah (yang berkilau) belum tentu akan menghancurkan CD, goresan pada sisi atas (“label”) dapat langsung melenyapkan data Anda.
3. CD tidak boleh disimpan di tempat yang lembab
4. Banyak CD-R murahan yang hanya dapat menyimpan data Anda paling lama satu tahun saja
5. Kotak penyimpanan CD, yang plastiknya mengandung asam (acid), dapat memperpendek umur CD
6. Menulis di atas CD dengan spidol yang bukan khusus untuk CD dapat merusak data Anda
Kini CD sudah mulai digantikan oleh DVD, namun pertanyaannya tetap sama – bagaimana cara untuk mengamankan data kita dalam jangka waktu yang lebih lama ?
1. DVD-R atau DVD+R ? Jawab: DVD+R
Mengapa? = “inferior error correction, inferior Γ’β¬ΛwobbleΓ’β¬β’ tracking, and the fact its data writing methods look like an un-needed halfway point between CD-R and DVD+R”
2. DVD+R yang terbaik kualitasnya ? Jawab: Taiyo-Yuden.
3. Tidak ada DVD+R dengan merk Taiyo-Yuden di pasaran !
Jawab: Coba cari DVD+R merk Fuji yang buatan Jepang, Panasonic, jenis-jenis Verbatim & Sony tertentu,
4. Selain Taiyo-Yuden, apalagi yang bagus dan harganya lebih terjangkau?
Jawab: CD/DVD produksi Mitsubishi Chemical Company (MCC), Maxell, dan TDK.
5. Bagaimana cara akurat untuk mengetahui sebuah disc adalah produksi Taiyo-Yuden / MCC / dll ?
Jawab: Pilih salah satu dari beberapa software yang dicantumkan di halaman ini.
Beberapa informasi menarik lainnya :
1. Tape backup TIDAK reliable. Saya kebetulan sudah mengalami ini sendiri π tape backup berumur kurang dari satu tahun, sudah tidak bisa di restore lagi.
ALWAYS test your backup.
2. Masa depan: Holographic storage.
Menurut Star Trek, tahun 2200 baru nampak teknologi holographic storage, syukurlah ternyata tidak lama lagi kita sudah bisa menikmatinya.
Moga bermanfaat.
Tutorial Fusebox
Fusebox adalah framework untuk PHP/ColdFusion yang cukup populer. Setahu saya, detik.com dan Kompas dibangun dengan menggunakan framework ini. Mungkin ada lagi, silahkan berkomentar di posting ini.
Mengapa menggunakan framework ?
Framework dapat menghemat waktu development secara sangat signifikan. Selain itu, juga memungkinkan Anda untuk menggunakan ulang code yang sudah dibuat sebelumnya dengan sangat mudah. Dan, sebuah proyek development jadi dapat dipecah menjadi komponen-komponen yang kemudian ditugaskan ke developer-developer yang berbeda lokasi sekalipun, dan tetap tidak masalah.
Keuntungan terbesar framework justru setelah development selesai – ketika suatu saat perlu dilakukan maintenance terhadap sistem (penambahan, koreksi, dll), maka jadi dapat dilakukan dengan mudah. Dimana biasanya biaya maintenance suatu sistem bisa jauh lebih mahal daripada biaya development nya.
Kelebihan Fusebox dari berbagai framework PHP lainnya (ada sekitar 70 buah lebih) adalah kemudahan pemakaiannya.
Fusebox semata-mata mengatur / merapikan alur development, tidak lebih tidak kurang. Karenanya file-file inti / core Fusebox hanya berukuran sekitar 32 KB saja.
Posting ini akan dilanjutkan lagi, berikut dengan file tutorial memulai pemrograman dengan framework Fusebox.
scanR
Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah situs yang sangat berguna bagi mereka yang sering berpindah tempat. scanR memungkinkan kita untuk mendokumentasikan berbagai hal cukup dengan menggunakan kamera handphone kita — coret-coretan di whiteboard setelah meeting, dokumen-dokumen / fax, dan bahkan juga kartu nama.
Caranya mudah sekali, cukup download software scanR dari situsnya yang sesuai dengan handphone Anda, lalu langsung mulai ! Foto dokumen/kartu nama/whiteboard, maka kemudian hasilnya akan dikirim ke alamat email Anda.
Jika dikombinasikan dengan kapasitas Gmail.com yang nyaris sebesar 3GB, maka praktis langsung menjadi arsip yang bisa diakses dari mana saja.
Proses uploadnya memang akan melalui GPRS, jadi ini mungkin bisa menjadi mahal biayanya. Namun bagi yang memerlukannya, scanR adalah penyelamat bagi mereka.
Tren Nama Anak & Google
Nemu posting soal nama anak dari blognya Andry, menarik poin-poin yang diangkat disitu.
Saya kira perlu ditambahkan satu hal lagi yang juga sekarang makin penting untuk diperhatikan dalam memberi nama anak : apakah nama anak saya akan bisa ditemukan dengan mudah di Google ??
π
Jaman sekarang ini, jangan menamakan anak hanya dengan “Sukandar” misalnya. Kesian nanti dia kesulitan menemukan jejaknya di Internet. “Sukandarr” adalah pilihan yang lebih unik, bisa dibuktikan dengan fakta bahwa pada saat ini belum ada satupun hits nya di Google.
Selain itu anak Anda nanti juga akan berterima kasih karena kelak usernamenya di Google adalah sukandarr@gmail.com, dan bukannya sukandar_731485668@gmail.com
Atau kalaupun ingin menamakan anak “Sukandar”, maka bisa dipadukan dengan beberapa nama lainnya. Contoh; Sukandar Bagus Hidungnya. Nah.. kalau begini, lagi-lagi menjadi unik di Google.
Dan saya yakin pasti dia akan berhasil mendapatkan username sukandar_bagus_hidungnya@gmail.com
Ini trik yang saya gunakan pada beberapa anak saya; karena ingin nama mereka ada doanya (maaf boss Andry, saya sudah melanggar satu poin di posting Anda !), maka yang pertama saya beri nama Anisah. Nah, supaya kelak dia tidak menyesali bapaknya (huuuu papa, lihat nih friendster ku jadi friendster.com/anisah98745945, huaa), maka namanya saya “lengkapi” menjadi Anisah Salma Hijriyyah. Ha, sekarang jejaknya di dunia maya jadi bisa ditemukan dengan mudah.
Yang hebat itu sebetulnya adalah orang tua saya. Belum ada Google, tapi mereka sudah berhasil antisipasi ini !
Kalau tidak percaya, coba cari “sufehmi” – apakah ada yang bukan saya di hasil searchnya ? Pasti tidak π
Benar-benar orang tua yang visioner.