All posts by sufehmi

Dialog Blogger dengan Roy Suryo : laporan acara

Saya tiba agak terlambat di acara ini karena harus menghadiri pernikahan sepupu saya (penghulu: sah? hadirin: sah! saya: **langsung menuju tkp** 🙂 ). Alhamdulillah Riyogarta dengan baik hati membookingkan 1 kursi untuk saya, sehingga saya masih bisa masuk, karena PENONTON MEMBLUDAK ! Luar biasa animo masyarakat untuk acara ini, penonton membanjir sampai ke Bina Nusantara.

“Lho, maksudnya ?”
Ternyata banyak yang hadir di gedung Bina Nusantara, dan menonton acara melalui saluran teleconference 🙂
Di Universitas Budi Luhur sendiri penonton sampai rela berdiri untuk menonton acara ini, dan mengikutinya dengan antusias.

Acara saya lihat berjalan dengan agak lambat pada awalnya. Kedua pembicara berbicara dengan tempo biasa saling berganti-gantian, dengan diselingi oleh moderator (Abimanyu). Riyogarta berusaha mengarahkan acara ke topik yang dititipkan oleh komunitas blogger, sedangkan Roy Suryo cenderung mengelak, atau beberapa kali menyalahkan wartawan (salah kutip, dst).
Karena diskusi berjalan dengan biasa, moderator juga bisa menyelingi dan beberapa kali merangkum / mengarahkan, atau juga membahas hal lainnya yang relevan dengan yang sedang dibahas.

Ketika acara sudah hampir mendekati akhir sedangkan masih belum ada kesimpulan yang konklusif, Riyogarta kemudian mengambil inisiatif untuk lebih asertif.
Pernyataan-pernyataannya menjadi lebih to-the-point tanpa basa basi. Roy Suryo terus berusaha mengelak, namun kemudian mendapat kejutan ketika Riyogarta menyerahkan bingkisan yaitu sebuah blog dengan alamat roy.suryo.info 🙂

Pada saat ini diskusi berjalan dengan tempo yang sangat cepat, moderator hanya minta izin kepada peserta untuk memperpanjang acara (yang diiyakan), dan setelah itu nyaris tidak ada menginterupsi lagi.

Sesi interaktif (karena bukan hanya pertanyaan, namun juga pernyataan) dari hadirin cukup menarik. Ada yang mengusulkan Roy untuk membuat blog (ini disampaikan sebelum penyerahan blog roy.suryo.info) karena menurut ybs kok sepertinya wartawan sering sekali salah mengutip. Jadi masyarakat pun bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Ada juga pembuat petisi Roy Suryo (Ardian Perdana Putra) menyampaikan pernyataannya.

Yang tidak kalah menarik adalah berikutnya, yaitu mas Rane (alias JaF).
Kalau tidak salah, beliau menyatakan keberatannya karena Roy menyalahkan wartawan, dan minta solusinya. Usulan dari beliau sendiri adalah Roy mulai menulis (bukan cuma SMS 🙂 ), misalnya berupa blog.
Setelah itu beliau juga menanyakan kepada Riyogarta bahwa, untuk adilnya, bukankah memang ada juga blogger yang negatif ? Dijawab kemudian oleh Riyogarta bahwa keberatan blogger adalah karena generalisasi yang dilakukan oleh Roy, dimana dibuat seakan-akan semua blogger = hacker = negatif.

Diskusi cukup berjalan panas pada saat ini, Roy beberapa kali terlihat juga agak emosi. Namun moderator saya kira cukup berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Saya sampai ketawa mendengar joke2nya (“kalau ini adalah acara duel, daripada jadi moderator mendingan saya jadi bandar – dapat duit !” 😀 )
Suasana yang mulai panas selalu berhasil dicairkan kembali.

Di akhir acara saya mencari-cari mas Rane, tapi beliau sepertinya sudah pulang. Saya justru ketemu dengan mas Wibi 🙂 Kita sama-sama surprise, bengong, lalu ketawa bersama. Akhirnya, ketemu juga 🙂

Bertemu langsung dengan seseorang yang sudah kita kenal baik (di dunia maya) selalu adalah kejadian yang sangat, amat menyenangkan. Termasuk dengan Abimanyu – saya sudah kenal sejak zaman BBS (14 tahun??), tapi bertemu baru 2 kali: pertama kali sebagai saingan di sebuah tender proyek perusahaan MNC 😀 (dan baru belakangan saya sadar bahwa ada pak Abi disitu, haha). Dan kedua kalinya di acara ini. Kita berdua langsung difoto oleh nyonya Riyogarta (fotonya tolong email yaa, trims 🙂 ).

OK, saya coba ringkas keseluruhan acara ini :

Riyogarta :
Tolong klarifikasi tuduhan-tuduhan Anda di media massa, seperti blogger = hacker, blogger negatif, dst

Roy Suryo :
1. Oh itu wartawan salah kutip (juga menyebut nama seperti Bobby/Indocommit)
2. Mari kita ngeblog yang positif

Riyogarta :
1. Aneh sekali lho kalau salah kutip bisa massal / kompak di semua media.
2. Ini ada bingkisan, yaitu blog di http://roy.suryo.info

Roy Suryo :
Oh, saya juga sudah punya kok roysuryo.info (hasil whois: valens?), tapi saya lebih memilih layer/jalur komunikasi saya sendiri (misal: SMS, HP, dst)

Riyogarta :
Lha pak, situ mengajak kita untuk blogging secara positif. Mbok ya tolong berikan contohnya, jadi kita bisa ikuti teladannya, begitu.
Sampeyan kan memberikan kita label blogger negatif, jadi tolonglah kasih contohnya blogger positif itu bagaimana.

Peserta :
Dengan adanya blog, maka Roy Suryo juga jadi bisa mengoreksi kalau ada keliru kutip dari wartawan.

Roy Suryo :
(bersikukuh bahwa hidup ini adalah pilihan, sepertinya dia tetap tidak akan ngeblog)

Peserta : (JaF/Rane) Mas Kuncoro sempat turun ke daerah untuk memperkenalkan blog, namun justru ditolak masyarakat karena “menurut Roy Suryo, blogger itu negatif/hacker”
Bagaimana ini ?

Roy Suryo : Membahas pengalaman dia sendiri memperkenalkan IT ke pelosok-pelosok daerah.

Roy Suryo : Wartawan tidak usah kutip saya lagi tidak apa.
Mulai sekarang kutip para bloggers saja.

Secara amat ringkas, kira-kiranya demikian. Bagi yang ingin tahu rekaman selengkapnya, bisa menikmatinya di situs Bina Nusantara.

Bersama dengan ini saya sebagai salah satu blogger Indonesia mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Riyogarta : yang telah berkenan menyampaikan aspirasi kita, mencurahkan segenap waktu & pikirannya untuk acara ini.
2. Universitas Budi Luhur : yang sangat suportif dan mendukung acara ini. Walaupun jadwal dari Roy Suryo berubah berkali-kali, mereka tetap memprioritaskan acara ini.
3. Universitas Bina Nusantara : yang telah menyediakan fasilitas live stream & arsip video acara. Well done !
4. Abimanyu : yang telah berkenan untuk menjadi moderator di acara ini, dan memandu acara dengan sangat baik.
5. Peserta : terimakasih untuk dukungan Anda semua. Bersatu kita teguh 🙂
6. Dan tentu saja, Roy Suryo, yang telah berkenan hadir di acara ini. Jangan kapok ya pak 🙂

Maju terus blogger Indonesia !

Rujukan :
[ Rekaman video acara “Dialog Blogger dengan Roy Suryo” ]
[ Laporan mata mas Wibi ]

Dari Okezone.com :
Siarkan Live Streaming Roy vs Blogger, Situs Binus Kebanjiran Pengakses

Situasi Panas, Roy diberi domain blog
Roy tolak domain blog dari blogger
Blogger hargai penolakan domain oleh Roy Suryo
Waktu Sempit, Blogger tak puas jawaban Roy Suryo
.
Kompas :
Roy Suryo: Mereka Pengecut !!
Serunya Roy vs Riyogarta

Pertemuan @ Depkominfo

Kemarin malam saya tidak jadi bisa menghadiri pertemuan antara Menkominfo dan jajaran tim Depkominfo dengan komunitas blogger dan hacker. Riyogarta sibuk menggosipkan dengan Eko bahwa mungkin saya takut kena ciduk sepulang dari acara tersebut. Heh, tidak baik ya ngegosipin orang sakit 😉

Secara khusus saya minta maaf kepada mas Didit / Kompas, yang seharusnya berangkat ke pertemuan tersebut bersama-sama dengan saya. Juga kepada yang telah mengundang kita semua – mas Romi, pak Son, Menkominfo, dan para pengundang lainnya. Dan juga kepada beberapa rekan yang sebetulnya ingin sekali saya temui disana (mohon maaf ya mas Koen, perut saya boleh besar ukurannya, tapi bukan berarti kuat/tahan banting, he he).
Mudah-mudahan ketidak hadiran saya kemarin tidak menyebabkan kesulitan bagi yang lainnya.

Anyway, topik pembicaraannya sepertinya cukup luas dan general. Wajar saja, karena yang hadir juga cukup banyak. Kalau mau fokus, memang tidak bisa sebanyak itu. Namun di lain pihak, ini juga bagus karena jadi ada banyak variasi masukan.
Seperti pendapat kawan-kawan blogger lainnya, mudah-mudahan akan ada terus lanjutannya, sehingga semua masukan yang sudah ada bisa di follow up / ada lanjutannya juga.

Salah satu topik yang paling menonjol adalah soal sensor. Dari Depkominfo memang hanya diminta sensor film Fitna. Sayangnya, implementasinya di level ISP / carrier banyak menghasilkan collateral damage / korban yang tidak bersalah. Tentu saja kita juga tidak bisa menyalahkan ISP/carrier, karena mereka mungkin ada keterbatasan resources, sehingga implementasinya ada yang meleset.
Nah di pertemuan kemarin Menkominfo sudah mengundang kalau ada masukan yang bisa menghasilkan solusi yang lebih baik.

Secara pribadi, saya berpendapat bahwa filtering wajib / mandatory oleh negara itu akan bisa banyak menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Saya pribadi percaya pada kebebasan informasi dan berpendapat.
Lagipula karena sifat Internet itu sendiri yang resilient dan terbuka, maka tidak akan ada bisa skema filtering yang 100% sukses. Betul kan ?

Namun di lain pihak, saya setuju bahwa hate speech (seperti film Fitna) tidak lagi berada di dalam kategori freedom of speech / kebebasan berpendapat.
Bahkan di ToS (Terms of Service, pasal 6E) Youtube.com sendiri ini sudah jelas tidak diizinkan, walaupun anehnya tetap saja tidak diapa-apakan (Youtube.com tidak konsisten dengan ToS-nya sendiri?)

Ditambah lagi jika pemerintah mendapatkan indikasi bahwa (misalnya) film Fitna ini dapat menyebabkan kerusuhan di masyarakat (karena misalnya ada anggota masyarakat yang kurang dewasa dalam menyikapinya), maka filtering Fitna bisa menjadi sesuatu yang perlu dilakukan.

Secara teknis, cara yang paling elegan / jalan tengahnya mungkin adalah dengan Depkominfo menyediakan sebuah daftar blacklist-URL, yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang memerlukannya.
Blacklist tersebut bisa diakses oleh ISP/carrier/institusi/komputer saya di rumah dengan bebas.

Kelebihannya :

[ 1 ] Mengurangi korban yang tidak bersalah / collateral damage : Karena blacklist dilakukan secara fine-grained (per URL/halaman) / bukan sistim “bumi hangus” (seluruh domain), maka akan dapat mengurangi masalah yang mungkin akan timbul.

[ 2 ] Sentralisasi : sehingga ISP/carrier/institusi tidak repot. Cukup satu kali setting, maka akan selalu terus up to date.

Pemerintah bertanya, blogger menjawab. Ask, and ye shall receive. 🙂

Anyway, semoga silaturahmi antar ABG-K (Akademisi – Bisnis – Government – Komunitas) seperti ini bisa terus berlanjut dan berjalan dengan baik. Dan bisa ditiru juga oleh pihak-pihak lainnya.
Trims.

Fallacy : “XXX sudah dewasa, maka dia sudah tahu mana yang terbaik untuknya”

Fallacy adalah kekeliruan dalam sebuah pendapat/argumen, yang menyebabkan seluruh argumen/pendapat tersebut keliru.

Salah satu contoh yang sering sekali kita baca di berbagai media atau kita dengar dari orang lain adalah yang tercantum di judul posting ini 🙂
Silahkan ganti XXX dengan si Fulan, Harry, atau bahkan **glek** masyarakat.

Statement (misalnya) “Masyarakat kita sudah dewasa, maka mereka sudah tahu mana yang terbaik bagi mereka” adalah keliru karena asumsi yang digunakan sudah keliru.

Asumsi yang digunakan adalah jika dewasa = sudah tahu mana yang benar.
Padahal, bukan sekali dua kali kita menemukan orang yang dewasa secara fisik, namun secara mental setara dengan anak kita.

Sialnya, statement ini sering sekali digunakan dalam berbagai argumen oleh berbagai orang. Saya juga bingung kenapa. Karena statement model begini (generalisasi) bisa dipastikan tidak akan pernah bisa 100% benar.

Satu contoh lagi, kalau memang statement ini benar, maka mustinya tontonan sinetron picisan yang kini banyak di berbagai saluran TV kita tidak akan laku sama sekali 🙂
Tapi, kita sudah tahu sendiri bagaimana kenyataannya.

Satu contoh lagi, jika statement tersebut benar, maka tentunya kita tidak akan menemukan orang yang menyakiti dirinya sendiri (narkoba, bunuh diri, dst).
Tapi, kita tahu sendiri bagaimana kenyataannya.

Satu contoh lagi, … mm, atau mungkin saya cukupkan dulu sampai disini saja deh 🙂
Tapi silahkan saja jika ada yang ingin melanjutkan di komentar posting ini, tidak dilarang lho.

OK, posting ini kemungkinan akan menjadi rujukan bagi banyak posting saya selanjutnya di masa depan…

Kalengbolic – solusi Internet kecepatan tinggi & murah meriah

Alhamdulillah, saya masih terus bersyukur bahwa saya sempat merasakan tinggal di lingkungan yang warganya sangat kompak, yaitu di cluster Permata 2, Bintaro. Kini terobosan terbaru dari mereka adalah Permata2Net — jaringan RT-RW net di cluster kami ini.

Kalengbolic @ my house
Kalengbolic
di rumah saya

Dimulai dari ide beberapa warga, dan lalu digawangi oleh Pak Panji (host, induk semang dari Access Point kami) dan Pak Rufman (staf ahli, pakar Kalengbolic).
Bersama-sama dengan warga lainnya, mereka bahu membahu saling membantu membangun jaringan Permata2Net di cluster kami ini.

Untuk koneksi, digunakan Telkom Speedy unlimited. Bandwidth 384 Kbps, namun pada kenyataannya untuk situs lokal saya pernah menikmati speed s/d 680 Kbps 😀
Ini semua hanya dengan biaya Rp 100 ribu / bulan.

Mau ?

Caranya mudah :

[ 1 ] Ada yang bersedia menjadi “host”, untuk ditumpangi access point.
Dalam hal ini adalah Pak Panji. Access Point diletakkan di atap rumahnya 😉 dan hidup terus 24 jam.

Pak Rufman
in action

[ 2 ] Ada yang bisa setup jaringan & antena.
Dalam hal ini adalah Pak Rufman, beliau turun langsung memberi petunjuk (bukan ala pak Harto ya 🙂 ) kepada kita, dan turut serta juga membuat banyak kalengbolic / cantenna untuk warga.

Sehingga dimana seharusnya warga membeli antena grid (yang harganya > Rp 1 juta / buah), namun berkat kalengbolic / cantenna desain beliau, maka biayanya terjun bebas menjadi bahkan < Rp 40 ribu / buah Ini baru namanya hacker 😉

Access Point
di bekas tutup CD

[ 3 ] Peralatan yang diperlukan :

(a) Access Point : bisa merk apa saja saya kira. Idealnya standalone / tidak perlu dipasangkan ke komputer untuk bisa berfungsi.
Yang penting adalah setup security nya – disarankan menggunakan WPA.

(b) USB wifi : di setiap kalengbolic ini ada USB wifi didalamnya. Lalu disambungkan ke komputer/laptop warga dengan kabel extension USB. Di rumah saya menggunakan kabel extension USB sepanjang 10 meter (5m x 2)

Bapak Kos Access
Point kita, Pak Panji

Saya pribadi bisa merekomendasikan Edimax 7318UG — ini sudah terbukti berjalan dengan baik di Linux, Windows, dan Mac. Ada kawan yang menggunakan Linksys, namun sampai sekarang belum berhasil menemukan drivernya untuk Mac OSX.

(c) Antena : cukup menggunakan kaleng 🙂 Sejauh ini tidak ada yang perlu sampai membeli antena komersial, yang harganya bisa lebih dari Rp 1 juta. Salut untuk semuanya.

(d) Anti-petir : kemungkinan akan diperlukan untuk lokasi yang rawan petir.


Sebuah kalengbolic mengintip
genit dari balik rumah

(e) Kekompakan warga : tanpa ini, maka siap-siap saja terjadi pembengkakan biaya proyek. Dengan saling bekerja sama, maka Permata2Net bisa terwujud dengan biaya mencengangkan (saking murahnya 😉 )

Kemarin ini koneksi saya sempat bermasalah, ternyata karena driver yang built-in di Ubuntu (gutsy) sudah agak tua versinya. Setelah dipasang driver versi terbarunya, tidak perlu restart, langsung wusss… saya kembali bisa menikmati akses Internet dengan kecepatan tinggi di rumah.

Sekali lagi terimakasih banyak kepada kawan-kawan semuanya yang telah menjadikan Permata2Net kenyataan. Anda sekalian adalah inspirasi bagi kita semua.
Semoga terus makin kompak selalu !

Jangan lewatkan : [ Koleksi foto-foto proyek ]

Semoga bermanfaat.

Hacker atau Cracker ??

Ada saja pakar IT yang terus keliru (bahkan sekedar) membedakan antara hacker dengan cracker. Wawancara terakhir dengan ybs malah dengan terang-terangan menghasut aparat untuk menciduk para aktivis hacker yang akan muncul di acara pertemuan dengan Menkominfo malam ini.

Padahal Menkominfo sendiri sudah mengembangkan tangan untuk menyambut para hacker tersebut. Beliau paham bahwa dialog dan kerjasama adalah kunci sama untuk kemajuan.

Mas Romi sudah dengan gamblang menjelaskan mengenai apa itu hacker.
Mudah-mudahan pakar kita ini mendapat kesempatan untuk membaca dan memahaminya juga.

Dan terus terang, tanpa hacker, maka kita tidak akan bisa menikmati dunia komputer yang sedemikian canggihnya pada saat ini.
Ini sudah diakui sejak tahun 1984. Pakar kita sepertinya meloncat dari tahun 1983 ke masa kini, sehingga artikel tersebut terlewat dari perhatiannya 🙂

Maju terus Hacker Indonesia !

PCMAV v1.1 + ClamAV

Terlampir adalah paket PCMAV 1.1 (plus patch terbaru) dengan ClamAV versi terbaru (7 April 2008). Paket ini bisa mendeteksi lebih dari 245.000 virus lokal maupun luar negeri.

[ Download PCMAV v1.1 + ClamAV disini ]

Dengan download paket ini, maka berarti Anda telah setuju dengan lisensi PCMAV :

PCMAV tidak dinyatakan sebagai program yang bersifat public-domain
(milik publik) maupun freeware (tanpa biaya), tetapi Anda bebas
menggunakan dan menyebarluaskan program ini secara UTUH dan LENGKAP
(termasuk file README.TXT ini) tanpa dikenakan biaya apapun
sepanjang PCMAV tidak disertakan bersama dengan materi yang
melanggar hukum dan ketentuan program seperti yang akan dijelaskan
pada bagian ini ditaati.

PCMAV dan seluruh program antivirus buatan Majalah PC Media
diizinkan untuk pemakaian tunggal oleh pemilik Majalah PC Media
pada edisi yang menyertakannya, baik itu pemilik perorangan maupun
badan hukum pada satu lokasi. Selain itu, program ini juga diizinkan
untuk pemakaian di komputer pribadi/rumah, lembaga nirlaba atau
lembaga pendidikan yang dibiayai oleh negara/lembaga nirlaba.

DILARANG KERAS MENGGUNAKAN DAN ATAU MEMANFAATKAN PCMAV VERSI INI DI
SEBUAH LOKASI LINGKUNGAN BISNIS ATAU YANG BERORIENTASI PROFIT TANPA
MEMILIKI SECARA SAH EDISI MAJALAH PC MEDIA YANG MEMUAT RILIS PCMAV
YANG DIMAKSUD.

Speedy & Linux

Numpang tanya – ada yang tahu bagaimana cara bypass 1st line support Speedy (147) dan langsung bicara dengan 2nd line support / yang lebih mengerti soal teknis ?

Ceritanya begini, beberapa kawan & customer saya menggunakan Speedy, dengan server Linux sebagai gatewaynya. Nah, saban ada masalah Internet, dan kita sudah confirm bahwa masalah bukan di gateway (contoh: konek dengan jalur lainnya dan lancar), tetap saja selalu Linux nya yang disalahkan 🙁

Mau dijelaskan seperti apa juga tetap saja seperti bicara ke tembok. Maklum sih saya, namanya juga 1st line support. 🙂
Cuma, customer & kawan2 saya perlu solusi.

Ada ide ? Mungkin keyword tertentu, atau nomor telpon khusus, dsb? Japri juga boleh (komentar Anda langsung saya hapus setelah saya terima).
Terimakasih sebelumnya.

Bahaya Plastik : dan lingkungan kita

Aku Ingin Hijau adalah sebuah blog yang mulai rajin saya sambangi, karena berbagai artikelnya yang jarang ada di media lainnya di Indonesia. Salah satu artikelnya yang paling bermanfaat adalah mengenai bahaya plastik.

Secara ringkas, sebaiknya jangan mau menerima makanan yang dibungkus dengan styrofoam.

Terlalu besar bahayanya. Bahkan China saja sudah melarang penggunaannya. Sampai pabrik plastiknya yang terbesar juga tutup.
Di Indonesia? Justru makin banyak penjual makanan yang beralih dari bungkus daun/kertas ke styrofoam 🙁

Kilas balik – ketika masih bermukim di UK, saya adalah anggota The Co-operative Group. Ini seperti koperasi di Indonesia, dengan fokus ke bisnis yang ethical & ramah lingkungan.
Ada banyak sekali inisiatifnya yang bermanfaat bagi masyarakat. Mudah-mudahan suatu hari semua perusahaan di Indonesia bisa meniru ini.

Apa hubungannya dengan lingkungan ?
Saya pribadi senang berbelanja di supermarket mereka, antara lain karena mereka menggunakan kantong plastik yang bio-degradable — setelah beberapa waktu (biasanya sekitar 3 tahun), maka kantong plastik mereka akan berubah menjadi karbon, air, dan mineral.
Tidak ada residu beracun sama sekali 😀 dan jelas jadinya tidak ada sampah plastik. Wow…

Tidak itu saja – bahkan additive yang membuat plastik tersebut bio-degradable bisa juga di non-aktifkan :

if the bags do enter the plastics recycling stream, the heat generated during processing deactivates the special additive and they can be safely recycled along with other similar plastics without affecting the quality or integrity of the new product use.

Saya sampai bengong membacanya… bisa begitu ya ? 🙂

Tidak itu saja, mereka juga sudah menggunakan plastik yang dibuat dari jagung & kentang !

from January 2003 the six pack Co-op Organic Tomatoes will use biodegradable trays and biodegradable film. This form of plastic is starch based, made from natural renewable materials derived from non-genetically modified sources such as corn and potatoes.

**speechless** 😀

Kapan ya hipermarket kita bisa meniru ini ??

Anyway, terimakasih kepada para pengelola blog Aku Ingin Hijau. Blog seperti Anda ini sangat mencerahkan blogosphere Indonesia. Salut !

SSL accelerator for the masses

Several days ago my staff bought some network cards for our stock. Today I took a look, and to my surprise, it’s a model from 3Com with a chip titled “Crypto”. Could it be….?

Nowadays we use SSL a lot, most of the time without us even realizing it. ssh, scp, rsync – these are just a few example of software based on SSL. Then we have their derivatives — sshfs for example, a filesystem based on ssh.
SSL is not just about browsing to ecommerce website anymore. It’s pretty much integrated into our daily activities.

However, as you may have noticed, the encryption process kills performance. It’s very processor-intensive, and thus decrease the transfer rate, significantly. For huge file transfers, I had to use FTP or HTTP, since the speed is just too slow using scp.

So an SSL accelerator can make overall system performance better. That’s what I was hoping when I saw these 3Com 3CR990 (also known as “Typhoon”) cards.

Alas, no such luck.
The crypto chip was only for DES, which is a very weak encryption, for use on IPSEC. OpenBSD developers also noted that the chip is pretty buggy. And no driver for the crypto chip on Linux (and in OpenBSD), so we can only utilize its 3XP chip to offload several TCP processing (checksum, etc). It doesn’t bring much increase in system performance though.
I didn’t want to give up, so I look around for another mass-produced SSL accelerators.

I found SSL offloaders instead. Basically, these are expensive products (some costing US$ 20.000 or more) which would receive all SSL communications, and then relay the plaintext (deciphered) packets to the servers “behind” it.
This brings security risk though, since we no longer have end-to-end encryption (which may in turn bring liability issues, if we have promised our customers that we do).

I failed to find any other consumer-level SSL accelerators, except for (surprise) — VIA C3 CPUs.
These C3 chips with Nehemiah core are able to process AES-128 for OpenSSL at rate of 780 MBps (that’s 6.2 Gbps). Mighty awesome !
It’s already supported in Linux since 2006, and patch for OpenSSL existed, giving instant performance-boost to SSL-related applications. Michal claimed that he actually able to reach speed of 1.8 GBps / 14.4 Gbps.

You can fully saturate a 100 Mbps (or even 1 Gbps) ethernet link with full, and very strong, encryption. So if you want / need accelerated SSL performance, now you know which CPU to use.

Now if only someone would slap these cheap chips (about US$ 33 each) onto NICs and selling them as SSL accelerators, I would be buying. It would be way cheaper that current SSL-accelerator NICs currently selling at > US$ 1000, and probably much faster too. And then we are free to choose other CPU for the server.

Any takers ? 🙂

Sutradara Ayat-ayat Cinta diduga membajak ?

Demikian salah satu isi dialog antara Manoj Punjabi, boss MD Entertainment, dengan wakil PKS di DPR kemarin ini. Kutipan:


Manoj, Hanung, Hasri Ainun, Habibie
Manoj, Hanung,
Hasri Ainun, Habibie

(sumber: detik.com)

Menurut bos MD Entertainment itu, ada lima pihak yang diduga berpeluang mengedarkannya yaitu Badan Sensor, sutradara, LSM, pihak editing, dan produsennya. Manoj merasa, orang yang telah membajak, berusaha merusak imej perusahaannya.

Kok bisa tega begitu sampai mau mengadukan ke polisi ? Padahal mas Hanung sudah demikian jungkir-balik berusaha di tengah segala halangan agar film ini dapat tetap bisa berhasil.

Lalu ketika sudah berhasil, diadukan ke polisi ? Ketika jerih payah mas Hanung berhasil melampaui bahkan target produsen, yaitu 1 juta penonton ?

Kalau berita dari detik.com ini akurat, maka saya sangat kecewa.
Tapi ini memang bukan konflik pertama antara MD entertainment dengan sutradara, sebelumnya sutradara juga sudah pernah ditekan agar membuat AAC menjadi lebih hedonis & “gaul”.

Di tengah rencana MD entertainment untuk membuat versi extended AAC, kalau ada shooting ulang, tentu wajar jika produsen ingin menggunakan jasa sutradara yang bisa lebih akur dengan kemauan mereka.

Tapi kalau itu sampai terjadi, saya pastikan saya tidak akan menonton versi extended tersebut.

Nah, mari kita lihat bagaimana perkembangan selanjutnya dari soal ini.

IGOS Summit 2

Berbagai institusi yang bergerak di bidang open source telah bergerak untuk mengadakan hajatan akbar open source tahun ini, IGOS Summit 2.

Detail acara :

Waktu : 27 – 28 Mei 2008

Lokasi : JaCC (Jakarta City Center)

Ada banyak acara disini, seperti :

# “Next Generation Network (NGN)/VOIP dan ENUM berbasis Open Source” oleh Onno W. Purbo

# Pemanfaatan FOSS untuk Pemerintahan, Pendidikan, dan Bisnis

# Berbagai kompetisi

# Deklarasi IGOS 2

# Narasumber & para tokoh open source, juga para wakil dari pemerintah dan berbagai institusi pendidikan.

Sampai jumpa di perhelatan akbar ini !

Unspun @ Amazon

I was googling around tonight when I stumbled on this : Unspun @ Amazon.

I was gobsmacked. How come Pak Ong was able to obtain it ?

I want sufehmi.amazon.com too !

Turned out that it’s a misunderstanding on my part.
Ha ha ha 😀

This is what will happen after you’re too busy hacking Linux for days (yes, even when you guys are having your 4-days holiday), with little sleep in between.
I envy you no more lah Pak Ong. He he.

Alright, back to work ! 😀

PLN : Perusahaan Listrik Non-profesional

Sudah 2 kali rumah saya kedatangan orang yang mengaku dari PLN dan mengancam akan memutuskan aliran listrik di rumah saya.

Yang pertama kali kebetulan saya yang menerima langsung, dan saya cek memang utusan dari PLN. Masalahnya, setahu saya (dan istri) keterlambatan pembayaran PLN di daerah kami bukan langsung diputuskan, melainkan diingatkan dulu.
Ternyata istri memang lupa, karena kesibukannya yang luar biasa. Manusiawi kan? Tidak ada niat buruk.

Yang membuat kesal, ternyata peraturannya sekarang sudah diubah. TANPA ada pemberitahuan sebelumnya.
Lewat dari tanggal 20, maka siap-siap saja didatangi oleh petugas yang akan memutuskan aliran listrik ke rumah Anda.

Tadinya saya mau protes keras ke PLN. Namun kemudian saya tertegun ketika membaca posting Ndoro Kakung.
Lewat dari tanggal 10 belum membayar langsung diputus ? Tanpa ada ba-bi-mu ?

Akhirnya saya cuma bisa menghela nafas. Inilah akibatnya jika kebutuhan rakyat dimonopoli oleh satu entitas yang tidak becus.

Idealnya, perusahaan negara hanya mengurusi infrastruktur. Jangan rakus ikut mengurusi sampai ke soal ecerannya.

PLN jualan grosir (wholesale) saja. Yang mengecer listrik ke para pelanggan kemudian adalah perusahaan-perusahaan lainnya.

Skema ini sudah dijalankan di berbagai negara, dan jika tidak ada kongkalikong di balik layar, maka ini sangat efektif untuk menghasilkan kualitas pelayanan yang prima kepada para pelanggan.

Kembali ke cerita – Alhamdulillah petugas tersebut bisa diajak bicara baik-baik, dan dia setuju untuk tutup mata dengan syarat saya langsung melunasi tagihan. Case closed.

Or so I thought 😛

Hari ini kembali datang seorang petugas PLN. Sialnya saya & istri sedang keluar, dan yang menerima adalah pembantu kami. Dia kemudian menelpon kami, mengadu bahwa petugas PLN tersebut (yang tidak berhasil diverifikasi baik kepegawaiannya maupun keabsahan penugasannya pada hari itu) bertingkah petantang petenteng dan memaki-makinya sambil mengancam akan memutuskan listrik.
Masih agak pusing akibat lembur beberapa hari di lokasi client, saya cuma bisa bengong mendengarkan ceritanya.

Untungnya tidak ada terjadi pemutusan pada hari tersebut. Namun insiden ini akan saya laporkan kepada security cluster, sehingga petugas preman PLN yang datang selanjutnya bisa dipastikan akan berhadapan dengan tim security, dan bukannya dengan pembantu wanita yang tidak tahu apa-apa.

PLN – fokus saja ke infrastruktur. Biarkan yang jualan / menghadapi kami adalah pihak lainnya.
Tolong buatkan infrastruktur terbaik, yang akan membuat negara-negara jiran jadi merasa iri. Terimakasih.

Alamak, Wisma Bumiputra

Ini gedung benar-benar minta ampun. Sama sekali tidak bisa saya rekomendasikan 🙂

Ceritanya, ada client disitu, dan kita bereskan infrastruktur IT nya. Baru kemudian kita menyadari berbagai masalah di gedung tersebut.

Pertama, lift nya yang rada mengerikan. Hanya dalam beberapa kunjungan kesitu, saya sudah pernah terjebak di dalamnya. Di tengah ketegangan, seorang penumpang lift berusaha mengkontak petugas melalui emergency speaker.

Tidak ada respon.

Orang-orang mulai panik. Saya mulai kesal.
Di tengah itu semua, tiba-tiba ada penumpang yang berusaha membuka pintu lift – dan berhasil. Kita semua langsung berhamburan keluar menyelamatkan diri.

Sejenak sebelum kita keluar, terdengar suara petugas dari speaker, “Halo? Halo? Halo?”
Yang dijawab dengan ketus oleh para penumpang “telat pak !” 😀

Kedua, listrik padam setiap jam 18:00 ??
Jika server Anda perlu hidup 24 jam, lupakan untuk menjadi tenant di gedung ini. Sebenarnya, pengurus gedung bisa menghidupkan listrik setelah pkl 18:00 misalnya untuk lembur, dengan biaya “hanya” Rp 300 ribu / jam saja.

Such a great deal. Not.

Ketiga, listrik byar-pet ????
Ini saya saksikan sendiri – ketika sedang mengutak-atik komputer di lokasi, tiba-tiba listrik & lampu semua **byar**. Lalu langsung hidup lagi seperti tidak ada apa-apa.
Namun sejak itu, bahkan printer heavy-duty seperti dot matrix dari Epson mulai bertingkah aneh.

Apalagi komputer para user.

Ketika berbincang-bincang dengan customer, ternyata ini kejadian yang biasa menurut ybs. Tapi, dia tetap tercengang ketika melihat lampu printernya berkelap-kelip dengan genit.
Dan kita tetap kesulitan membuat paham bahwa besar kemungkinan bahwa komputer-komputernya terus bermasalah (beberapa network card, sebuah komputer, beberapa printer, sebuah server gateway internet, dst) adalah karena masalah listrik tsb.

Keempat, parkir mobil !
Saya kaget setengah mati ketika menemukan bahwa tempat parkir untuk tamu di areal gedung ini sangat, amat sedikit. Waduh, mau ditaruh dimana mobil saya ?

Lalu saya bertanya baik-baik ke seorang satpam. Dijawab oleh ybs, bahwa saya boleh parkir di basement gedung – yang jelas-jelas ada rambu bertulisan “HANYA UNTUK TENANT” (atau semacam itu) di pintu masuknya. Saya tanya soal itu dan dijawab tidak masalah, maka saya masuk ke basement dan mulai berputar-putar mencari parkir.

Setelah cukup lama mencari, akhirnya ketemu lokasi parkir yang kosong. Dengan perasaan lega, saya kemudian mulai manuver untuk memparkir mobil.

Selesai mobil di parkir, seorang satpam datang menghampiri saya. “Halo pak, mau parkir?”
Saya bingung, “Iya pak.” Lha jelas-jelas saya **sudah** parkir 🙂
“Disini khusus tenant pak”
Saya: “Oooh, iya, saya juga baca, tapi saya disuruh parkir disini sama security diatas”
Satpam: “Oh tidak bisa pak. Disini cuma untuk tenant”
Saya: “Haahh??”

**bengong**

Saya: “Iya deh”

Terpaksalah saya keluar lagi dari tempat parkir tersebut, dan dari basement. Ketika melewati satpam yang menyuruh ke basement tersebut, saya komplain. Dia bengong.
Saya juga bengong, lho kenapa juga dia bengong? Jelas dia salah tho? Bingung saya jadinya 😀

Belakangan, ketika proyek sudah mendekati selesai, saya baru tahu bahwa agak jauh di belakang gedung, ada tanah kosong yang sudah dikonversi menjadi lapangan parkir.

Doh! Kenapa juga saya malah disuruh parkir di basement ?? 😛

Saya sudah memberitahukan kepada client saya tersebut, bahwa BPPT juga menyewakan ruang kantor dengan rate yang ekonomis. Mudah-mudahan informasi tersebut bisa bermanfaat bagi ybs.

The Elite’s economic system

Back at the dotcom era (do you still remember that?), I was tempted to try the stock market. Before that, I managed to escape from Indonesian’s 1998 economic crisis relatively unscathed, thanks to the habit of my father — he has routinely put some of his savings in foreign currency (and some other forms) since I was little.

He doesn’t know that there’s a term for that – risk spreading. To him, it’s just common-sense. I followed his way, and when the Rupiah crashed, some of my savings were in US$ dollars.

The gain was really crazy. I bought the dollars before it reached Rp 10.000, and I sell when it’s close to Rp 20.000. The gain covered my losses – and then some.
I don’t like it though, and felt uneasy.

I’m used to hard work, and earning my income. My colleagues in my first job (Takaful) probably still remember how our job was in its IT department; long hours, impossible tasks, razor-thin budget, sky-high goals.
And low pay. But, I earned it. And I was happy.

This money I got from my foreign currency savings was like magic money. Out of thin air **poof** loads of money.
I don’t really understand the economy system back then, but I got the suspicion that while I benefit in this way, others losses. I just didn’t know who exactly, confused at the intricacy of the world’s monetary system.

Back to my interest in stock system – dotcom era were the time of crazy, easy, massive profit from unknown stocks. Nearly any dotcom company can go IPO in a few months, and their stock’s value will multiply faster than rabbits in no time. This is really intriguing to a layman like me.

I almost (really close) to putting my money on the market, when I got thinking, shouldn’t I test the waters first ?
So I started looking for software or website, which will enable me to get a feeling of the system, gain knowledge, and hone the skills needed. Soon I signed up to a website where we were given virtual money and able to trade it in its stock exchange – with real time data from real stock exchanges.

Soon I realize that there’s something wrong : if you’re with the masses, you’re bound to become losers.

When I’m learning something new, I immediately try to get the feeling of it as a whole; not bothering with the details at first.
On this system, it quickly became pretty clear that it’s been designed to profit the few. Not us. I got dismayed, but I continue my (then practice, now) experiments.

My conclusions after some time :

[ 1 ] You need information (loads of it) to make informed (thus, profitable) decisions
[ 2 ] This is not doable for most people. You need to specialize in this, else you’ll end up overloaded with information, and made the wrong decision instead.
[ 3 ] However, many are doing it anyway. They ended up losing, while the experts are profiting.
[ 4 ] Most disturbing however the non-experts who are rich enough to hire experts to work for them. They can rack obscene amount of profit, at the expense of the people.
[ 5 ] Then there are those who have access to the elite circles. This in turn gives access to various obscure knowledge of the system. They exploit it, and kept each other safe.

Quoted from Wikileaks :

One can only guess at how many insiders profited under JP Morgan’s “insider trading program,” leaving small investors holding the bag.

This economy system, one basing itself heavily on virtual items & predictions, is not a good one for the small people; like me.

So I drew myself from pursuing the stock market, and continued working as usual.

Then the dotcom bubble imploded. Too many people were left way poorer, holding in their hand worthless junk, used to be prized at millions. Many became unemployed, and scrambling to find a job, anything at all.
I was only able to watch them sadly. Some of my friends loses their entire savings.

It was deja vu when I read the news today – The fall of the investment house giant – Bear stearns.
It’s just the effect of the worsening economy. Bear was still healthy just a year ago. But now, when JP Morgan acquired it, it’s stock was only valued at one-hundreth of what it was last year. Yet The Feds still have to put US$ 30 billion guarantee for the deal to go through.

Quoting Dean Baker :

There is something a bit obscene about billions of taxpayer dollars going to the country’s richest people, when average workers can’t afford health care for their kids.

This bubble economy is going down again.

The crazy interest system – I was shocked when I find out several years ago that loan rates ARE variable / it can (and according to Murphy’s law: it will) change; that’s like gambling my car/house/etc on a lousy bet, for easy pickings to others.

Sharia economy is coming to rescue here – even non-Muslim financial institutions are adopting it as fast as they could.
Here’s one tip : get rich quick – become a sharia economy specialist. Also, an IT specialist with knowledge of sharia economy would become the target of many big institutions – it’s harder to find than a Dodo bird. Several days ago a friend just called me and offered me a job at Dubai, which I politely denied (since I’m still having too much fun with this linux/open source stuff here). And so on.

Back to the topic – there are more problems which may not be too visible at first. Among them are the US dollars. Since world economy is pretty much intertwined with US dollars (because US gov’t are promoting it heavily for international transactions); if the US$ is going down, many are going down with it. And the US$ is going down.

First we got the crazy crusade done by Bush to enrich him & his cronies. It’s already costing the US economy at least US$ 1 trillion – a more exact number would be twice or thrice of that. This is the money which can be used to empower real economies, instead it’s being used to blast innocent people to smithereens.

Then we have that interest-ing problem : sub-prime mortgage trouble. We’re talking about US$ 8 trillions market here. When it’s in pain, others is bound to feel it as well, one way or another.
Even the big institutions at the other side of the world have begun to feel the pain – Europe’s interbank lending is in the same trouble spot as it was back at 9/11.

Quoted :

“Banks and institutions are just scrambling for cash, any cash they can get their hands on,” said a money market trader at a European bank.

Third, US economy fell into an even worse shape by the Bush’ policies of heavy borrowing to cover their spending spree. Bush administration has now been confirmed to have borrowed more than ALL previous US president combined.

No idea how he will pay them. He’s going to leave the office soon anyway.
This democracy-thing works really well indeed for him – he can fool so many other with ease, and immunity from being held responsible for those actions.

Brace for impact.
According to Ron Paul, at the end of this, we may even see USA fell as a superpower, and others taking its place.

So back to us again, the little people. What’s the solution ? How can we save ourselves from a few crazy elites ?

[ 1 ] Press our government to focus on real economy. Not the virtual ones.

[ 2 ] Sharia economy system works, and it’s friendlier to small people like us in the bigger picture too. Support it.

If you don’t like the name, then change it. I don’t care. But do please adhere to the its basic, sanity-based system.

[ 3 ] Us, myself : stop losing in the virtual economy, and start to get real.
Be a trader, but trade real things. And so on.

Here’s hoping that we’ll start going on the right direction. And when the world crashed, we’ll be able to stay afloat.

Before I close this posting, this is the time where I’ll salute my friends & my mentors who have struggled very, very hard to get the sharia economy system up & running here back then in Indonesia.
People didn’t believe them at first. Even other muslims were actually ridiculing them.

First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you…

But they stood fast at the opposition. They clenched their fists, kept their mouth shut, and deliver results. Even when Asia was engulfed in financial crisis.

Then you won

Now even non-Muslim financial institutions are racing to the sharia system. It’s the most sensible one, the one most beneficial to all.
Not just to a few.

It was a privilege & a honour knowing these people. I was most lucky to be able to learn a lot about life from them. May Allah swt reward your hard work in abundance, amin.

Suspend problem in Gutsy

My work laptop (HP nc6000) have problems with its suspend facility. This is of course causes me many inconveniences. So when I got a moment to spare, I set Google on the loose for the solution.

I quickly found the explanation & the solution here. Basically, it’s the proprietary version of ATI (the graphic card) driver that’s causing this.

The solution :

1. Click on System – Administration – Restricted Drivers Manager
2. Disable “ATI accelerated graphic driver”
3. Restart

And that’s it.

Ubuntu automatically switches to the open-source version of ATI driver, and my laptop will now happily suspend again. Yay for open-source driver ! 😀

I’m going to write up the report to the successful Ubuntu/Linux seminar yesterday, but need to do a few things first. Stay tuned.

Reality Tours – tourism with difference

Tourism is a huge business. Some countries are almost solely depending on it. For other countries, even though they have other revenue streams, tourism is still big. China for example, enjoyed an income of US$ 137 billion on 2007 from tourism alone.

Imagine when a portion of this money is spent on the poorest areas instead.

That’s what Reality Tours (Wired.com called it Poverty Tours) can do.

First time I heard about it is in that Wired article linked above. Actually I have thought about it, but for my own family. I asked my wife to think about & arrange visits to poor areas with the kids. This will help to expand their horizon.
Last time we went around, my kids were surprised that there are houses with no (ceramic) floor. There are houses with no electricity, no taps. There are people who had to walk very far, just to get a bucket of water. And so on.
We took too much for granted, this makes us less grateful at times, and I aim to fix that.

This Reality Tours idea expanded it for others. This is truly brilliant.
For the tourists themselves, this would not be only fun, but also an eye-opening experience.
Visiting the poorest areas is a totally different experience than your standard holiday, where the aim are just for fun – and nothing else. They will find out totally different things. They will see humanity in all sorts of conditions – and still thriving.

Some of my best mentor are the poorest ones. It’s amazing to see them always smiling, while facing hardships daily. Actually it may be only my opinion, because they doesn’t seem to think of their problems as hardships. They are able to enjoy life in any kind of situation.
Simply beautiful.

Us ? We are stressed when the roads are jammed. We are panicked when the computers are down. We don’t know what to do when the internet access is disconnected.
I am always humbled whenever I met with these great people.

Also I noted that spending is only an instant gratification. It tires you SO much later – so much stuff, what to spend next, where, how, etc. Especially spending on a holiday. At the end of it, sometimes you were left gobsmacked – did I bought all of that? what for? How much ??? And so on.
But, when you’re spending on something that you know are helping others, the effects are so much more lasting. It seems that this is the way the deepest core of humanity were coded.
This is what Reality Tours are offering – a truly refreshing experience. Unlike normal holidays, which may left us tired at the end, and made us unhappy to go to work at the next day (seems familiar?).
The new horizons gained from the Reality Tours will energize us, and brings out the best from us. You don’t aim for fun in these tours, but trust me, you will have a lot of it, and will be enjoying it for a lot longer.

In Indonesia, however, I don’t think you can bring foreigners into the deepest slums in Jakarta. Probably in some areas, but generally this can be very dangerous. Unless you know the people and the gangs in that slum very well.

A much better destinations would be the countryside. The landscape are beautiful, and the people are far more graceful.
A taste of this may be enjoyed in JAM (Jika Aku Menjadi), a unique TV programme created by the well-known Satrio Arismunandar. In its episodes, an urban dwellers will be selected and then taken to a family at the countryside to live there for some time.

A truly touching example is the episode where the actress lived in a duck herder’s family. It’s very hard to imagine a family of 5 living on a cup of rice – for 2 days.

Yet they’re still happy, and they’re grateful with what they have. Imagine how joyful they were when someone gave them Rp 1 million (about US$ 90), so they were able to increase the size of their herd.

It’s a truly humbling experience, and makes you realize about things that really matters.

So, if you’re going to arrange Reality Tours, let me know. If it’s any good, we’re signing up.

Pindah ke lain hati : kisah pencarian seorang pemuda dalam mencari pasangannya

Sudah beberapa minggu ini handphone saya :

1. Sulit dihubungi : tidak ada tanda telpon masuk, namun kemudian customer komplain karena tidak bisa menghubungi saya.
2. Sulit menghubungi : kualitas percakapan amburadul, seperti sedang berada di dalam bunker/basement, padahal sinyal full.
3. Sulit mengirim SMS
4. Sulit menerima SMS : bisa delay berhari-hari. Atau malah tidak diterima sama sekali.

Duh XL … jor-joran promosi sih boleh saja. Tapi mbok ya jangan dengan mengorbankan kualitas layanan seperti begini.

Dan ternyata saya tidak sendirian. Banyak yang lainnya yang komplain juga.
Malah ada yang menjadi korban karena gagal menghubungi ambulan ketika membutuhkannya.

Akhirnya dengan terpaksa saya memutuskan bahwa saya tidak lagi bisa menggunakan jasa XL Xplor. Tidak jelas kapan kualitas layanannya akan bisa membaik kembali. Sedangkan saya memerlukan fasilitas komunikasi yang memadai untuk bisnis.

Lalu mulailah proses pencarian saya (aka: sang pemuda beranak empat 😀 ) untuk menemukan pasangan (provider komunikasi) nya yang baru.
Oh ya, proses pencarian dibatasi hanya pada provider GSM, karena HP saya Nokia E70.

Beberapa yang saya temukan :

1. Indosat : Sinyal Kuat ? Sepertinya sih tidak.

2. XL : Noooo… *sob* *sob*

3. Telkomsel : simPATI bisa mahal sekali, kartu As apa lagi. Hm.. Halo kelihatannya OK. Kualitasnya juga sudah dibuktikan anggota keluarga saya lainnya selama bertahun-tahun.

Maka hari ini saya ke gerai Halo, dan telah mendapatkan sebuah nomor baru yang akan aktif dalam waktu sekitar 5 hari lagi.

Bagi Anda yang masih kebingungan dengan perang tarif antar operator pada saat ini, silahkan bisa baca keterangan mas Khalid disini. Sangat informatif.
Selamat kaget bahwa ternyata prabayar yang pada mengaku murah itu ternyata sebetulnya tetap mahal.

NB: masih bengong karena antara judul dengan isi posting gak nyambung ? 😛
Nyambung kok sebenarnya, tapi diplesetkan saja. Daripada judulnya marah-marah, saya kepikiran dibecandain saja deh. He he. Maaf kalau mengecewakan 😀

Old & tired:: Open Relay. New Hotness:: Brute-force SMTP AUTH

Bloody spammers.

Got complaints from my customers that their websites are going up & down like a yoyo. Checked, and that’s true enough. Although at first it seems okay, but when you hit reload, you got the error message.
Thank God for squid, so even when the server is having problems, it’s not instantly obvious to the visitors. Only to the admins. (hint: admin pages are usually set with no-cache header)

The error messages are related to mysql. So I checked it, and indeed MySQL was overloaded to the max. mysqladmin -h localhost -u root -p status showed that it’s handling crazy amount of queries per second.

I was a bit baffled. Normally, that will cause MySQL to fell straight away. But at that time, it’s “just” going up & down. So I looked for more clues using top.

I quickly noticed that there are huge numbers of smtpd processes. What’s going on ?
So I checked the mysql query log.

Turned out that the spammers are trying to brute force their way to my smtp server 🙁
They’re trying various combinations of username & password. They doesn’t seem to be anywhere successful, but they sure caused MySQL to act funny.
smtpd authenticate to a table in MySQL. The table is small, so it must be cached already by MySQL.

But even cached, when the requests are coming very rapidly, it’d still hurt.

Checked /etc/postfix/master.cf, and surprised to see that by default, max number of smtpd that will be spawned by Postfix is 100.
In normal situation, this won’t be a problem because it’s lightweight. But when there are 100 smtpd processes servicing brute-force attacks of spammer bots, the server will be disturbed.

So I changed this line in /etc/postfix/master.cf :

smtp inet n – – – – smtpd

Into this :

smtp inet n – – – 10 smtpd

Now postfix won’t spawn more than 10 processes at maximum, slowing down the spammer considerably.

Personally, I think old punishment styles such as, oh let’s say “hanged, drawn, quartered” should be reestablished again just for them, spammers.

No, I’m not joking.

OK, ok… but I think that’s the only punishment that would be able to effectively stop people from spamming. So sue me 🙂