Category Archives: pkc

Open source : penjelasannya dalam bahasa Indonesia

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang anggota DPR. Seperti biasa, pada kesempatan tersebut saya mempromosikan mengenai open source.
Di luar dugaan, pertanyaan beliau sederhana, namun cukup membuat terhenyak; “Open source itu apa sih ?”

Kemudian saya baru sadar, sepertinya saya belum pernah ada membuat penjelasan mengenai open source itu sendiri, dalam bahasa yang mudah dimengerti masyarakat. Tentu juga ada perlu dijelaskan mengenai berbagai keuntungannya, sehingga menjadi menarik.

Yah, beginilah, dasar techie πŸ˜€ ngomongnya sudah yang ribet duluan. Padahal masyarakat lebih memerlukan yang sederhana saja.

Dengan itu, maka terlampir adalah presentasi mengenai Open Source dan berbagai keuntungannya :

Sekilas Open Source :

[ format HTML ]
[ format Open Office ] (31 kb)
[ format PDF / Acrobat Reader ] (70 kb)
[ format Microsoft PowerPoint ] (136 kb)

Silahkan dimanfaatkan, semoga berguna.

Undangan menulis buku dari Lembaga Penerbit FE UI

Lembaga Penerbit FE UI (LPFEUI) mengundang para penulis untuk menerbitkan buku di LPFEUI.

Kami menerima naskah baik buku Teks Kuliah, Komputer, Manajemen, Psikologi, buku umum populer, buku agama, novel, kumpulan cerpen, dll.

Dengan kekuatan jaringan di seluruh Indonesia (seluruh Toko buku Gramedia, Gunung Agung, Kharisma Aksara Media, Toko Buku Utama, Kinokuniya, NewsStand, Togamas, Uranus, Tiga Serangkai, Sosial Agency, Toko Buku Kampus, BBC, Direct Selling, Agen, Distributor dan Toko-Toko Buku diseluruh Indonesia) memastikan pemasaran buku yang kami terbitkan.

Disamping itu kemampuan desainer dan layouter kami menjadikan penampilan buku anda menarik dimata konsumen.

Selain itu, lini percetakan yang kami miliki menambah kekuatan kami dalam produksi buku dengan cepat dan harga dasar buku terendah.

Kami dapat dihubungi melalui telepon (021) 31930252 atau melalui HP saya (Dwi Wibowo) 08129809361, atau email dwiwibowo@yahoo.com. Saat ini kami sedang melakukan konstruksi website kami di www.LP-FEUI.com

Kami tunggu partisipasi anda. Bergabung dan bekerjasama dalam LPFEUI yang terus berkembang

Salam

DWI WIBOWO
Manajer Humas dan Kerjasama
Lembaga Penerbit FEUI

Lembaga Penerbit FEUI
Jalan Salemba 4, Jakarta, 10430
Telp. (021) 31930252
Faks. (021) 3106472

Software Portable

Walaupun sering bepergian ke berbagai lokasi, sebetulnya saya sering malas membawa laptop (kembali ke laptop? mbuh..). Walhasil laptop saya jadi awet dan kondisinya tetap mulus (atau mungkin juga karena saya belikan sleeve-nya?).

Nokia E70 sudah sering membantu di beberapa perjalanan, sehingga saya bisa meninggalkan laptop saya. Kalau saja ada Open Office di handphone ini….

Ternyata ini bisa πŸ™‚

Sejak beberapa waktu yang lalu, saya telah memasang Portable Apps.com di handphone ini.
Dengan card MicroSD sebesar 1 GB, sudah lebih dari cukup untuk menyimpan seluruh aplikasi yang ada di situs tersebut. Open Office, Firefox, 7-Zip (compressor favorit saya), Video Player (VLC), html/css editor (nvu), PuTTY (penting πŸ™‚ ), Photoshop (eh ralat, gimp) – bahkan anti virus (clamWin) juga ada.

Hidup open source !
Kini handphone saya makin powerful – cukup membawa handphone dan kabel USB-nya, maka kemudian saya bisa menggunakan aplikasi yang saya perlukan dimana saja.

Jelas ini banyak manfaatnya, tapi yang paling menarik mungkin adalah untuk demo “rusak”-nya Internet Explorer ke client — beberapa client protes bahwa sebuah website extranet yang kami develop tampilannya jelek. Cukup bermodal portable Firefox yang ada di handphone ini, maka kami bisa menunjukkan bahwa sebetulnya ini gara-gara “bug” CSS di Internet Explorer.
Setelah itu biasanya mereka berhenti protes dan dengan senang hati kami pasangi Firefox πŸ™‚

Lalu saya menemukan Portable Open Source. Wow…. ada banyak pilihan lagi disitu. Webserver, Wiki portable, kamus gratis, security software, software keuangan pribadi, CD burner. Dan games.

Saatnya untuk membeli card memory yang lebih besar lagi πŸ™‚

Referensi :
[ PortableApps.com ]
[ Portable Open Source ]

Menkominfo : “Tolong ada perusahaan open source” — ini dia pak :

Pada berita di detik.com yang berjudul Menkominfo Minta Adanya Perusahaan Open Source, Menkominfo dikutip mengatakan :

Ia mencontohkan, dukungan yang dimaksudnya seperti konsultasi pemakaian dan bantuan pengoperasian. “Kalau help and support seperti itu saja tak ada, mau tak mau pengguna terpaksa mandiri,” tambahnya

Untuk itu, Sofyan menyarankan para pengembang open source di Tanah Air agar membentuk perusahaan. Tujuannya, lanjut dia, selain bisa memberikan bantuan pelayanan pada pengguna, kalangan open source juga bisa turut serta dalam tender legalisasi software yang digelar pemerintah.

Berikut ini adalah daftar beberapa perusahaan konsultan open source :

  1. Nurul Fikri
  2. Rimbalinux

Perusahaan yang tercantum disini adalah yang qualified untuk sampai mengikuti tender pemerintah (surat perusahaan lengkap, resources open source mencukupi, dst)

Jika Anda mengetahui perusahaan lainnya, silahkan dapat berbagi informasinya dengan berkomentar di posting ini. Terimakasih.

Michael Dell menggunakan Ubuntu

Siapa sangka ternyata Michael Dell, konco erat Microsoft, menggunakan Ubuntu di laptopnya ?

Spec selengkapnya :

Hardware: Dell Precision M90

* Intel Core 2 Duo T7600 Processor
* 4GB DDR2 667Mhz DRAM
* 17″ WXGA+ Widescreen LCD
* 160GB 7200rpm SATA hard drive
* 8X DVD +/- RW optical drive
* NVIDIA Quadro FX 3500 512MB

Software:

* Ubuntu 7.04 Feisty Fawn
* VMWare Workstation 6 Beta
* OpenOffice.org 2.2
* Automatix2
* Firefox 2.0.0.3
* Evolution Groupware 2.10

Mudah-mudahan ini merupakan awal era baru – dimana akhirnya ada vendor global yang berani (dan tidak takut digertak / diancam oleh Microsoft) untuk membundel operating system non Windows. Dampaknya bisa sangat luar biasa bagi corporate buyers. Here’s hoping.

Pengenalan Thin Client di Linux dengan LTSP

Saya baru sadar bahwa selama ini saya sudah banyak menulis artikel tentang LTSP di situs ini, namun belum menjelaskan secara lebih detil mengenai apa thin client dan LTSP (Linux Terminal Server Project) itu sendiri. Saya akan coba jelaskan sedikit di posting ini.


UPDATE : Instalasi LTSP sekarang sudah sangat mudah sekali, terutama di Ubuntu Linux.
Silakan tinggal mengikuti panduan ini : Ubuntu LTSP Quick Install


Thin client adalah jenis infrastruktur IT dimana client/workstation/desktop hanya menampilkan layar/output, dan tidak melakukan proses komputasi lainnya. Semua pekerjaan dilakukan di server. Karena itu client tidak membutuhkan komputer dengan spesifikasi yang “mewah”. Pentium II dengan memory 32 MB sudah lebih dari cukup, dan hard disk tidak diperlukan.
Arsitektur thin client kadang juga dikenal dengan istilah centralized atau server-based computing.

Contoh berbagai solusi thin client misalnya Windows Terminal Server, Citrix Metaframe, NX, dan, yang akan dibahas sekilas disini, LTSP.

Ada banyak kelebihan solusi berbasis thin client jika dibandingkan dengan desktop konvensional :

  1. Investasi hardware jauh lebih murah : Dimana biasanya untuk setiap staf baru kita perlu membelikan sebuah komputer Pentium IV dengan memory minimal 256 MB, dengan thin client maka kita cukup membelikan komputer bekas Pentium II dengan memory 32 MB — namun performanya tetap dapat menyamai Pentium IV
  2. Longer hardware lifecycle : selain investasi hardware lebih murah seperti yang telah disebut diatas, juga umur hardware menjadi lebih panjang. Dimana biasanya mungkin kita perlu meng upgrade komputer desktop setiap 3-4 tahun, dengan solusi thin client, maka komputer bisa digunakan sampai lebih dari 5 tahun dengan performa yang tetap sangat baik.
  3. Maintenance : Jauh lebih mudah, tidak mengganggu user, dan tidak memakan waktu. Dimana biasanya jika ada komputer rusak maka kita perlu waktu minimal satu hari (backup data user, install ulang komputer, restore data user). Maka, dengan thin client kita cukup mengganti komputer user dengan komputer Pentium II lainnya; dan user dapat kembali bekerja dalam waktu hitungan menit.
  4. Manajemen desktop : juga menjadi jauh lebih mudah – contoh: jika ada 100 desktop, maka kita perlu melakukan 100 kali instalasi seluruh software yang ada. Namun dengan solusi thin client, maka kita hanya perlu instalasi satu kali, dan 100 desktop otomatis akan mendapatkannya juga.

    Kita juga bisa mudah “mengunci” desktop client, sehingga mereka tidak bisa memasang software-software tanpa sepengetahuan kita — dimana ini adalah salah satu penyebab utama masuknya virus / spyware / trojan, dengan dampak susulan yang bisa sangat fatal bagi perusahaan.
  5. Upgrade mudah & murah : untuk meningkatkan kinerja seluruh desktop, seringkali dapat dilakukan cukup dengan upgrade memory di server dan/atau upgrade switch. Dibandingkan dengan desktop biasa, dimana jika ada 100 desktop maka total biaya upgrade dikalikan dengan 100 buah komputer, sangat mahal & tidak efisien.
  6. Keamanan data : karena semua data tersimpan di server, maka bisa lebih mudah kita amankan dari oknum staf (corporate espionage, internal hacker, dst). Desktop thin client juga bisa kita “kunci” sehingga semua fasilitas akses datanya (disket, USB, dll) tidak berfungsi (sehingga oknum staf tidak bisa mencuri data dari komputernya dan dibawa keluar perusahaan)

Nah, LTSP, sebagai salah satu solusi thin client, memiliki semua kelebihan yang tersebut diatas, dan masih ditambah lagi dengan :

  1. Bebas biaya lisensi : karena berlisensi GPL (open source). Bandingkan misalnya dengan solusi Windows Terminal Server, atau Citrix, yang bisa dengan mudah menembus angka ribuan atau puluhan ribu dolar.
  2. Fleksibel, mudah di upgrade : saya telah mengalami sendiri bagaimana mudahnya upgrade ke versi terbarunya; cukup install versi terbaru (yang akan terpasang di direktori yang berbeda dari versi sebelumnya), copy file-file konfigurasi yang lama — dan voila, selesai.
  3. Netral : apapun distro Linux yang anda gunakan, hampir bisa dipastikan bahwa LTSP bisa dipasang disitu.

Apakah LTSP itu sendiri ? Secara teknis, LTSP adalah satu set script yang memungkinkan kita menampilkan layar server di client, itu saja pada intinya. Tentu saja di dalamnya jauh lebih kompleks — ada fasilitas remote boot, remote file system, hardware auto detection, remote multimedia & output, dll.

Apakah ada kelemahan LTSP ? Tentu saja, tidak ada teknologi yang tidak mempunyai kelemahan. Sejauh ini ada beberapa, seperti penggunaan bandwidth yang agak lebih boros daripada Citrix (diperkirakan max. 50 client di satu segmen network 100 mbps), dan single point of failure di server.
Tapi ini semua bisa diatasi dengan perencanaan yang baik, rutinitas backup data yang dilakukan secara disiplin, dan strategi disaster recovery yang tepat (dimana proses recovery dapat dilakukan dalam hitungan menit saja).

Demikian sekilas informasi mengenai thin cllient & LTSP. Semoga bermanfaat.

Wiimote – revolusi HCI

Bagi yang sudah bosan “terkungkung” dengan keyboard, mouse, dll sebagai perangkat HCI, perangkat-perangkat baru menjadi selalu menarik.
Ada alat yang bisa mendeteksi seluruh gerakan tubuh kita. Webcam yang bisa mendeteksi gerakan di depannya. Bagi penderita RSI, keyboard & mouse khusus jadi sangat membantu mereka. Ada lagi software text-to-speech, dan kebalikannya, speech-to-text. Dan banyak lagi lainnya.

Tapi yang paling menarik bagi saya (selain brain plug) adalah Wiimote. Sejak pertama kali tersiar kabar mengenai alat yang unik ini, saya yakin bahwa akan ada revolusi besar – paling tidak bagi posisi Nintendo sendiri di pertarungan di arena game console.

Pertama, Wiimote mengusung konsep input yang sangat menarik – motion sensor. Sebetulnya Wiimote bukan yang pertama – beberapa di antaranya telah saya sebutkan di paragraf pertama. Namun, Wiimote sepertinya adalah yang pertama yang sukses secara massal, mudah digunakan, harganya terjangkau, dan universal – tidak hanya di Nintendo Wii, namun kinipun sudah mulai bisa digunakan di PC.

Kedua, Wiimote bukan hanya perangkat input (IR sensor, motion sensor, buttons); namun sekaligus juga adalah perangkat output (force feedback, speaker, LED).

Ketiga, aplikasi Wiimote tidak hanya semata untuk game, berbeda dengan game controllers lainnya; tapi bisa jauh lebih luas lagi dari itu.

Kemarin ini saya berbincang-bincang dengan kawan mengenai potensi Wiimote — software (bukan video) tutorial aerobik, dimana Anda musti menggerak-gerakkan Wiimote sesuai instruksi. Keahlian Anda tidak hanya menjadikan Anda top scorer, namun sekaligus menjadikan badan lebih sehat.
Lalu Wiimote sebagai interface ke dunia virtual seperti SecondLife. Atau, belajar karate dengan Wiimote ? Tidak hanya mendapatkan nilai tinggi dan instant gratification / kepuasan melihat musuh-musuh di layar bertumbangan, Anda juga mendapat keahlian praktis. Dan masih banyak potensi lainnya.

Mudah-mudahan Nintendo dan vendor software PC bisa segera menyadari peluang ini, dan mewujudkannya menjadi kenyataan. Mari kita tunggu bersama-sama.

Open-source bug hunt

Setelah berjalan selama satu tahun, Open Source Hardening Project telah berhasil menemukan banyak bugs di berbagai proyek open source. Paling tidak 6000 bugs telah dikoreksi, dan kini semakin banyak proyek open source yang di audit oleh proyek ini.

Para pengguna software open source bisa menikmati tingkat keamanan yang pasti makin meningkat & bisa dibuktikan secara jelas. Sementara dengan solusi proprietary / tertutup, customer hanya dapat berpegang kepada klaim & janji-janji dari vendor.

Satu alasan lagi untuk mempertimbangkan pemanfaatan solusi yang open.

Open Source = National Security

Dari berbagai argumentasi yang saya sampaikan kepada para client, tentang mengapa sebaiknya mereka memilih solusi yang open, salah satunya (terutama client pemerintah / departemen) adalah security.
Pada solusi yang open, antara lain kita dapat melakukan source code auditing, sehingga kita dapat yakin bahwa software tersebut memang aman, dan tidak ada “titipan” dari pemerintah asing.
Hal ini sulit (kalau tidak bisa disebut mustahil) dilakukan pada software tertutup / proprietary.

Dan ini bukan hanya khayalan / fantasi saya saja. Kasus seperti sabotase pipa gas Rusia adalah salah satu kasus yang paling spektakuler.

Namun, yang perlu dicemaskan adalah kasus-kasus yang low profile, atau tersembunyi. Seperti, pencurian data-data rahasia secara diam-diam. Dan ini, lagi-lagi, bukan hanya skenario khayalan, namun sudah terjadi secara rutin dengan adanya Internet — ada beberapa mafia identity theft yang secara rutin mencuri data-data pribadi Anda dan kemudian menjualnya di black market.
Bagaimana kalau yang tercuri ternyata kemudian adalah rahasia negara? Pastinya akan dapat dijual lebih dari mahal dari detil kartu Visa Gold, yang dihargai sekitar US$ 100 di black market.

Mudah-mudahan dengan pertimbangan ini (dan lain2nya), maka pemerintah kita akan semakin bersemangat untuk go open.

Meeting Aktivis Linux @ Nurul Fikri

Undangan ini disampaikan oleh P’Rusmanto di milis linux-aktivis@linux.or.id, terbuka untuk para aktivis Linux Indonesia. Saat ini sudah ada beberapa kawan dari luar kota yang juga sudah mengkonfirmasi kehadirannya.

Bagi yang tertarik, silahkan bisa mengkontak P’Rus langsung, karena ada keterbatasan tempat (max 40 orang). Atau komentar disini, maka nanti akan saya bantu sampaikan kepada beliau.

============

Pertemuan darat aktivis Linux yang diusulkan Pak Harry ternyata disambut hangat teman-teman aktivis.
Untuk itu saya undang teman-teman aktivis Linux hadir pada:

Sabtu, 3 Februari 2007, pukul 13-17 WIB.

Tempat: Gedung NF Computer, Jl. Margonda Raya 522 Depok (terkenal dengan daerah Kober atau Stasiun UI).

Agenda acara (usulan saya, silakan koreksi atau usul lain):

– Saling berbagi informasi, ide, dan pengalaman dalam penggunaan, pengembangan, dan promosi atau advokasi Linux.

– Menyusun masukan kepada pemerintah dalam rencananya menggunakan Linux untuk semua/sebagian komputernya.

– Lain-lain.

KRITERIA (ini juga masih versi saya, silakan koreksi atau usul lain):

– Aktivis Linux tidak harus menjadi anggota milis ini, tapi siapa saja yang sudah/akan melakukan salah satu atau beberapa hal ini: menggunakan, mengembangkan, menyebarluaskan, mendukung Linux πŸ™‚

– Linux dalam hal ini juga mencakup semua software yang berjalan di atas sistem operasi GNU/Linux. Ini sangat bisa diperdebatkan πŸ™‚

– Saya usul di Depok karena ruang kami bisa menampung 40 orang, dan Jl. Margonda Raya terkenal dengan banyak waroeng-nya, mulai dari waroeng internet, waroeng game, waroeng buku, dan segala jenis waroeng makan (warteg, cafe, restoran, hotel). Beberapa distro Linux seperti De2, WaroengIGOS, BlankOn, dan lain-lain juga dikembangkan dari Depok.

Yang ingin hadir dan belum confirm, mohon dinyatakan via milis ini atau kirim ke email saya jika khawatir mengganggu milis.

Rus

Catatan Pertemuan dengan Menkominfo

Update: foto-foto sudah saya upload di akhir posting ini.

Pada hari Kamis, 18 Januari 2007, pkl 11:00; beberapa perwakilan komunitas open source Indonesia bertemu dengan Menkominfo, Sofyan Djalil, berikut beberapa staf ahli beliau dan kawan-kawan dari pihak wartawan. Daftar hadir (yang saya ingat) :

Komunitas OSS Indonesia:
Adang
Ahmad Sofyan (fade2bl.ac, Rimbalinux)
Andy Apdhani (Ubuntu Indonesia)
Aulia
Bona Simanjuntak (ICT Center)
Frans Thamura
Heru Nugroho (AirPutih)
Hidayat (Aspiluki)
Harry Sufehmi (Rimbalinux)
Made Wiryana
RMS πŸ™‚ (Rahmat M. Samik Ibrahim)
Romi Satria Wahono (IlmuKomputer.com, Brainmatics.com)
Teddy (FTII)
Rusmanto (InfoLinux)
Wandi (AirPutih)

Depkominfo:
Sofyan Djalil
Cahyana
Kemal
Alex

(mohon maaf sebelumnya jika ada kekeliruan dalam penulisan nama / ada yang terlewatkan, tolong kabari saja saya)

Pertemuan berlangsung dengan terbuka dan cukup blak-blakan, diawali dengan Menkominfo menjelaskan latar belakang MoU yang menghebohkan tersebut.
Ternyata, MoU ini adalah hasil kesepakatan dewan TIK nasional, yang beranggotakan antara lain menteri-menteri lainnya juga; seperti Menko Polkam, Perdagangan, Ekonomi, Dalam negeri, dll. Pada suatu pertemuannya, diangkat issue HAKI, dimana Indonesia tercatat sebagai negara pembajak terbesar di dunia. Hal ini berpengaruh ke banyak hal lainnya, seperti perdagangan, politik, dan lain-lain; dimana posisi Indonesia di dunia menjadi dipersulit karena ini.
Maka disepakati untuk melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan rating Indonesia, yaitu dengan mengadakan MoU dengan Microsoft – sebagai vendor yang produknya paling banyak dibajak.

(Non-binding) MoU ini kemudian sedianya akan di follow up dengan kontrak pembelian lisensi software Microsoft, dimana dengan ini maka otomatis seluruh komputer pemerintah dianggap telah berlisensi dan legal menggunakan software Microsoft.
Dengan jumlah komputer pemerintah sebanyak sekitar 500.000 buah, maka nilai yang dibahas di MoU, menurut pendapat dewan TIK nasional, sudah termasuk cukup baik.

Ternyata MoU ini kemudian bocor, dan mengundang banyak protes dari banyak pihak. Menkominfo dikira sebagai “dalang”-nya, dan banyak mendapatkan kecaman, padahal sebetulnya ini adalah kesepakatan dewan TIK nasional.

Beberapa alasan MoU versus Migrasi OSS yang diajukan Menkominfo, yang kemudian dianggap mengada-ada oleh banyak pihak, ternyata adalah karena kekurangan informasi. Pada forum kemarin berbagai hal tersebut telah diklarifikasi.

Pemerintah sendiri tetap komitmen untuk OSS. Dibahas berbagai rencana kerja dan budget yang tersedia untuk itu. Menkominfo sendiri telah memasang OSS di komputernya sebagai langkah awal untuk memberikan contoh kepada staf-stafnya.
Champion program OSS pemerintah adalah Depristek dan Universitas.

Menkominfo menyatakan bahwa tidak masalah sama sekali jika MoU dibatalkan. Namun kemudian, apa solusi alternatifnya (untuk memperbaiki rating Indonesia di bidang pembajakan HAKI) ? Apakah komunitas siap untuk membantu pemerintah Go Legal ?

Diskusi yang cukup seru kemudian berlangsung dengan tema tersebut.

Yayasan AirPutih (Heru Nugroho & Wandi) mengatakan akan mengadakan program Helpdesk Nasional.Salah satu masalah OSS (Open Source Software/Solution) adalah support – siapa yang akan menyediakan dukungan teknis ? Program Helpdesk Nasional bertujuan untuk menyelesaikan masalah ini. Selain itu Yayasan AirPutih juga akan mengadakan pilot migration programme – ada 5 institusi (pemerintah, universitas, warnet, perusahaan, satu lagi saya lupa) yang dimigrasi 100% ke OSS, dan kemudian dapat dijadikan contoh.

Made Wiryana, yang baru saja sampai dari Jerman di Indonesia sehari sebelumnya, menjelaskan mengenai beberapa concern masalah teknis seputar migrasi ke OSS. Beliau juga menceritakan beberapa contoh kasus migrasi OSS pemerintah di Eropa.

Frans Thamura mengangkat issue mengenai pentingnya pembuatan kebijakan procurement yang pro OSS. Sebagai contoh diberikan antara lain jika pemerintah sudah migrasi, namun tetap ada software proprietrary yang dibeli, maka ini akan menjadi mengacaukan situasi yang ada; karena software proprietary ini akan menjadi sulit untuk dijalankan di platform OSS. Beberapa contoh antara lain adalah software custom-made dari Dirjen Pajak, Bea Cukei,dll.

Rusmanto mengusulkan diambilnya jalan tengah untuk MoU versus Migrasi OSS.
Dimana proses pemutihan/Pemerintah Go Legal terus berlangsung; namun pemerintah akan bernegosiasi dengan gigih untuk menekan nilai angkanya.
Dan sambil menunggu finalisasi kontrak legalisasi tersebut, pemerintah juga menjalankan program Migrasi OSS.
Dengan ini, maka diharapkan pada saat kontrak ditandatangani, maka seluruh/sebagian besar instansi pemerintah telah legal dengan menggunakan OSS.

Bona Simanjuntak melaporkan kesiapan SDM untuk mendukung program migrasi OSS pemerintah. Beliau menjelaskan jaringan IT SMK, dengan jumlah SDM yang cukup banyak.
Rusmanto menyatakan bahwa beliau optimis program Migrasi OSS pemerintah akan bisa berhasil dengan dukungan ini; dimana sejak 2001 InfoLinux tiap bulan telah menurunkan laporan perusahaan-perusahaan yang berhasil migrasi ke open source dengan perkiraan total mencapai 2.000 komputer di berbagai lokasi di Indonesia dengan resources yang terbatas. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Samudra Indonesia Tbk, Garuda Indonesia, Konimex Group, Astra Group, dan lain-lainnya.

Harry Sufehmi menjelaskan bahwa masalah teknis bukan masalah utama dalam migrasi OSS, karena bisa selalu dicarikan solusinya. Beberapa contoh seperti driver printer (ada turboprint.de yang gratis atau bisa juga berbayar), OSS lambat di komputer lama (OSS sudah terbukti bisa berjalan di komputer seharga Rp 300.000 dengan kecepatan komputer Pentium 4), menjalankan software proprietary di platform OSS (bisa menggunakan Wine, Crossover, VMware, dll).
Yang diperlukan adalah itikad & dukungan pemerintah, direalisasikan dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang teratur.
(Menkominfo kemudian menyatakan itikad pemerintah untuk menjalankan IGOS, dan mendukung komunitas untuk mengeksekusinya)

Mendukung jalan tengah yang diusulkan oleh Rusmanto.
Salah satu contohnya lagi adalah melisensi Microsoft Windows, namun untuk aplikasi Office (yang persentase harganya paling mahal) menggunakan OpenOffice. Ini akan dapat menghemat sangat banyak uang rakyat.

Mengusulkan untuk membuat semacam Dewan OSS Nasional, agar komunikasi dan koordinasi menjadi lancar. Jangan sampai harus ada MoU dulu baru kemudian berkumpul semuanya di meja bundar (said jokingly).

Menyampaikan terimakasih karena pihak pemerintah telah bersedia membukakan diri terhadap masukan-masukan dari grassroot/komunitas.

RMS kemudian menceritakan beberapa hal teknis seputar OSS, dan pengalaman UI dalam soal OSS.

Hidayat (Aspiluki) mengkritik program Bona Simanjuntak, karena menurutnya “guru ya guru, jangan merangkap-rangkap jadi trainer IT”, yang diprotes oleh Bona – dijelaskan bahwa ini selain meningkatkan kompetensi dan wawasan guru, juga bisa bermanfaat meningkatkan kesejahteraan para guru. Saya pribadi mendukung pandangan Bona dalam hal ini.
Hidayat melanjutkan dengan saran agar pemerintah membeli software legal, karena mendapat dukungan teknis (sebetulnya ini sudah terjawab dengan program Helpdesk Nasional), memberikan contoh “kalau beli software Microsoft pasti dapat support kan?” (tidak juga pak, satu contoh; Birmingham City Council membeli sekitar 15000 lisensi Windows, dan ketika ada corporate application yang tidak bisa berjalan gara-gara bug Internet Explorer, kami TIDAK mendapat support dari Microsoft. It was VERY painful)

Pertemuan ditutup dengan “tantangan” Menkominfo kepada komunitas untuk menjadikan Migrasi OSS Pemerintah (IGOS) menjadi kenyataan; agar komunitas bisa mengeksekusi program ini secara profesional dan business-like. Rusmanto kemudian ditunjuk oleh Depkominfo sebagai koordinator komunitas untuk ini.

Secara umum, pertemuan kemarin berjalan dengan sangat positif, dan mudah-mudahan akan ada hasil yang riil dari meeting tersebut untuk program OSS Indonesia.
Saya pribadi juga senang sekali karena dapat bertemu dengan banyak kawan-kawan aktivis yang sebelumnya cuma dikenal secara virtual.

Foto-foto insyaAllah akan saya upload belakangan.

Jika ada kekeliruan/kekurangan dalam catatan meeting ini, tolong kabari saya agar dapat dikoreksi. Terimakasih.

Link ke bahasan serupa: Masih tentang MoU Microsoft

Continue reading Catatan Pertemuan dengan Menkominfo

MySpace: dari 500 ribu account sampai ke 26 juta account

Akhirnya ada juga artikel yang membeberkan “jerohan” website paling ramai dikunjungi di dunia saat ini, MySpace.com.
Walau tampilannya jelek (owh.. my eyes) tapi popularitas MySpace terus melejit dengan pesat.

Disitu diceritakan bagaimana mereka bisa mengakomodasi pertumbuhan yang spektakuler tersebut:

[ 1 ] Mulai dari 2 webserver – 1 DB,

[ 2 ] Lalu 1 master DB & 2 read-only DB

[ 3 ] Vertical partitioning : satu DB untuk setiap fitur (blog, profile, dll) website

[ 4 ] SAN (Storage Area Network) : mengatasi masalah bottleneck I/O dengan saling mengkonekkan semua database server yang ada di network internal berkecepatan tinggi

[ 5 ] Scale up OR Scale out ? Ketika total user MySpace mencapai 3 juta, arsitek MySpace dihadapkan pada 2 pilihan :

  • Scale up: Gunakan server besar (32 prosesor, gigabytes memory, dll) — simple, tapi mahal
  • Scale out: Gunakan banyak server biasa — murah, jauh lebih scaleable, tapi jauh lebih kompleks untuk di implementasikan

Akhirnya mereka menyadari bahwa pilihan Scale-up pun tidak akan bisa bertahan lama menghadapi tingkat pertumbuhan MySpace yang sedemikian besarnya. Sehingga mereka kemudian memilih Scale-out.

Database-database yang tadinya dipisahkan pada poin #3 digabungkan kembali menjadi satu database besar, dan kemudian disebarkan ke banyak server-server : setiap server database maksimum menyimpan data dari 2 juta user.
Kecuali database account user yang dipisahkan sendiri di sebuah server yang berkapasitas besar.

[ 6 ] Migrasi dari ColdFusion ke ASP.NET : mengurangi jumlah server yang dibutuhkan dari 246 menjadi 150.

[ 7 ] Virtualized SAN : Teknologi dari 3PARdata memungkinkan sebuah database disebarkan di ribuan hard disk pada jaringan SAN ybs. Ini membuat performa SAN menjadi merata, tidak ada bagian SAN yang overload sementara bagian lainnya tidak melakukan apa-apa.

[ 8 ] Database cache : sebetulnya ini adalah salah satu solusi paling efektif yang sudah bisa dilakukan sejak awal, namun entah kenapa terlewatkan oleh mereka πŸ™‚

Server-server cache dengan kapasitas memory yang besar memungkinkan query yang sering dilakukan langsung dilayani tanpa perlu mengakses database. Server-server ini juga kemudian dimanfaatkan untuk menyimpan session files – yang sebelumnya disimpan di database.

[ 9 ] Memory bottleneck : database berukuran raksasa membutuhkan server dengan kapasitas dan bandwidth memory yang besar. Namun server-server 32 bit hanya bisa mengakses maksimum 4 GB memory.

MySpace kemudian melakukan migrasi ke SQL Server 2005, yang bisa berjalan di arsitektur 64-bit. Dan sejak tahun 2006, mereka menstandarisasi server-server database mereka dengan kapasitas memory sebesar 64 GB.

[ 10 ] Extended checkpoint : karena layanan MySpace tidak menuntut reliabilitas yang tinggi, maka mereka bisa men set checkpoint database s/d 2 jam.

Checkpoint adalah interval dimana database akan menyimpan secara permanen berbagai perubahan yang telah dilakukan ke disk. Interval yang lebih singkat akan menjadikan perubahan-perubahan lebih cepat disimpan, namun ini menurunkan performa database.

Seru πŸ™‚ ok, selamat menikmati.

OSS Indonesia: kritik, saran, dan dukung, mari …

Selama beberapa bulan ini saya sudah baca banyak posting blog yang menyayangkan atau mengkritik pedas pemerintah seputar topik open source — mulai dari MoU dengan Microsoft yang menghebohkan itu, mengapa adopsi open source di Indonesia terasa lambat sekali, anggapan bahwa pemerintah tidak berbuat banyak untuk mendukung migrasi ke solusi open source (OSS = Open Source Solution/Software); dan berbagai posting-posting lainnya yang senada.

Alhamdulillah ternyata banyak sekali yang peduli mengenai soal ini. Ini penting sekali, karena ini adalah salah satu usaha untuk mewujudkan kedaulatan – sebagai suatu topik yang multi dimensi :

  • kedaulatan dalam soal pilihan software
  • kedaulatan dalam soal akses internet (singtel/taiwan down, indonesia lumpuh!)
  • kedaulatan dalam soal ekonomi
  • kedaulatan dalam soal pengelolaan sumber daya alam
  • kedaulatan dalam soal memutuskan berbagai kebijakan dalam negeri
  • Dan seterusnya

Tahap selanjutnya saya kira adalah mendukung. Pemerintah itu bukanlah sebuah entitas serba bisa. Mereka juga butuh dukungan dari kita, agar dapat mencapai tujuan yang kita inginkan.
Kalau kita melulu kritik, saya cemas kalau nantinya akhirnya para pejabat jadi merasa jemu; dan memilih berpaling kepada para pelobi vendor proprietary – yang sangat pandai dan halus dalam menyampaikan misinya.

Mudah-mudahan tidak ada yang salah paham – saya tetap berpendapat bahwa kritik itu sangat penting. Namun saya kira kita perlu perhatikan caranya, dan isinya – konstruktif, atau hanya penumpahan uneg-uneg tanpa solusi ?

Saya sendiri baru bisa memberikan contoh kecil saja pada saat ini. Selain pernah terlibat kecil-kecilan di beberapa proyek open source, pada saat ini staf di perusahaan saya mendapat keringanan untuk terlibat di berbagai proyek open source. Bahkan di kantor pun mereka boleh mengerjakan proyek open source mereka.

Namun dalam waktu dekat, mudah-mudahan perusahaan kami bisa berkontribusi lebih banyak lagi. Barusan saya dikontak mengenai peluang ini. Menilik proyeknya, saya sangat amat antusias bahwa ini akan menjadi terobosan besar dalam mendukung pemanfaatan solusi open source di Indonesia.
Tapi maaf saya akan rahasiakan detil proyeknya, supaya tidak ketahuan oleh pihak-pihak yang kontra πŸ™‚
Saya hanya akan beberkan kepada pihak-pihak yang mungkin bisa berkontribusi untuk usaha ini.

OK, mari kita bersama-sama mendukung IGOS (Indonesia Goes Open Source) sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Mari !

Filesystem SSH di Ubuntu

Seringkali saya perlu meng copy file antar server Unix / Linux, dengan parameter cp tertentu, seperti /u (updated files only). Namun fasilitas ini tidak ada di scp. Atau, perlu mounting remote filesystem, namun secara secure. Apa akal ?

Dengan ssfs / fuse, maka kita bisa melakukan ini dengan mudah.

Copy-paste di Ubuntu perintah-perintah berikut ini :

sudo aptitude install sshfs
sudo modprobe fuse
sudo sh -c Ò€œecho Γ’β‚¬ΛœfuseÒ€ℒ >> /etc/modulesÒ€

sshfs / fuse telah terpasang, dan otomatis akan selalu berjalan.

Untuk mounting, ketik perintah berikut ini :

sshfs user@hostname:/path/to/folder /local/folder

Maka kini kita bisa mengakses folder di server remote tersebut via /local/folder, nice!

Ketika sudah selesai, ketikkan perintah berikut ini :

sudo umount /local/folder

Ingin agar ini selalu dilakukan setiap booting ? Cukup edit file /etc/fstab, dan tambahkan baris seperti ini :

[hostname/IP]:/path/to/folder /local/folder fuse defaults 0 0

Semoga bermanfaat.

Ref: ubuntu-tutorials.com

Pelestarian (pengawetan?) data

Ketika dulu CD-R mulai meluas pemakaiannya, saya sempat merasa gembira sekali. Saya pikir, selesai sudah rutinitas meng copy ulang data-data dari disket tua (baca: berumur beberapa bulan) ke disket baru. Hal ini musti dilakukan, karena disket termasuk ringkih. Beberapa bulan saja datanya sudah bisa tidak terbaca lagi – kalau tidak jamuran, maka karena kerusakan fisik akibat terlalu sering digunakan.

CD-R terkesan solid, dan memberi ketenangan bahwa data kita akan tersimpan aman disitu selama bertahun-tahun. Apalagi dengan klaim berbagai pembuat CD-R, bahwa data kita akan aman di disc buatan mereka selama 10 / 20 / 50 tahun.

Namun setelah beberapa tahun, fakta yang sebenarnya mulai terungkap :

1. CD tidak boleh terkena sinar matahari langsung
2. CD mudah tergores. Walaupun goresan pada sisi bawah (yang berkilau) belum tentu akan menghancurkan CD, goresan pada sisi atas (“label”) dapat langsung melenyapkan data Anda.
3. CD tidak boleh disimpan di tempat yang lembab
4. Banyak CD-R murahan yang hanya dapat menyimpan data Anda paling lama satu tahun saja
5. Kotak penyimpanan CD, yang plastiknya mengandung asam (acid), dapat memperpendek umur CD
6. Menulis di atas CD dengan spidol yang bukan khusus untuk CD dapat merusak data Anda

Kini CD sudah mulai digantikan oleh DVD, namun pertanyaannya tetap sama – bagaimana cara untuk mengamankan data kita dalam jangka waktu yang lebih lama ?

1. DVD-R atau DVD+R ? Jawab: DVD+R
Mengapa? = “inferior error correction, inferior Γ’β‚¬ΛœwobbleÒ€ℒ tracking, and the fact its data writing methods look like an un-needed halfway point between CD-R and DVD+R

2. DVD+R yang terbaik kualitasnya ? Jawab: Taiyo-Yuden.

3. Tidak ada DVD+R dengan merk Taiyo-Yuden di pasaran !
Jawab: Coba cari DVD+R merk Fuji yang buatan Jepang, Panasonic, jenis-jenis Verbatim & Sony tertentu,

4. Selain Taiyo-Yuden, apalagi yang bagus dan harganya lebih terjangkau?
Jawab: CD/DVD produksi Mitsubishi Chemical Company (MCC), Maxell, dan TDK.

5. Bagaimana cara akurat untuk mengetahui sebuah disc adalah produksi Taiyo-Yuden / MCC / dll ?
Jawab: Pilih salah satu dari beberapa software yang dicantumkan di halaman ini.

Beberapa informasi menarik lainnya :

1. Tape backup TIDAK reliable. Saya kebetulan sudah mengalami ini sendiri πŸ™ tape backup berumur kurang dari satu tahun, sudah tidak bisa di restore lagi.
ALWAYS test your backup.

2. Masa depan: Holographic storage.
Menurut Star Trek, tahun 2200 baru nampak teknologi holographic storage, syukurlah ternyata tidak lama lagi kita sudah bisa menikmatinya.

Moga bermanfaat.

Referensi: [ 1 ] – [ 2 ]

scanR

Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah situs yang sangat berguna bagi mereka yang sering berpindah tempat. scanR memungkinkan kita untuk mendokumentasikan berbagai hal cukup dengan menggunakan kamera handphone kita — coret-coretan di whiteboard setelah meeting, dokumen-dokumen / fax, dan bahkan juga kartu nama.

Caranya mudah sekali, cukup download software scanR dari situsnya yang sesuai dengan handphone Anda, lalu langsung mulai ! Foto dokumen/kartu nama/whiteboard, maka kemudian hasilnya akan dikirim ke alamat email Anda.
Jika dikombinasikan dengan kapasitas Gmail.com yang nyaris sebesar 3GB, maka praktis langsung menjadi arsip yang bisa diakses dari mana saja.

Proses uploadnya memang akan melalui GPRS, jadi ini mungkin bisa menjadi mahal biayanya. Namun bagi yang memerlukannya, scanR adalah penyelamat bagi mereka.

Menteri RISTEK : Speedy Lambat

Menristek Kusmayanto Kadiman merasa kecewa dengan performa Speedy, dan malu karena telanjur pernah membantu mempromosikannya.
Dari milis asosiasi-warnet :

Onno dkk,

Pada waktu peluncuran Speedy semula saya enggan untuk hadir namun karena
denger Onno yang ada dibelakang layar Speedy saya beranikan hadir dengan
harapan Speedy menjadi solusi bagi akses ke dunia maya bagi kita-kita
ini.

Saya juga langsung pasang Speedy dikediaman dan sempat menikmati
kualitas (kecepatannya) namun akhir-akhir ini kecepatannya &
keandalannya menurun drastis. Saya kirim SMS mempertanyakan ke Pak
Guntur Siregar namun sampai sekarang tidak dijawab. Saya tindaskan sms
tsb ke Mas Agung DM Sahidi, jawabannya.. ada yang “mengganggu” Speedy
sehingga dibatasi penggunaannya. Saya kecewa dan ikut malu karena secara
moral ikut tanggungjawab, paling tidak ikut koar-koar saat peluncuran
Speedy di JCC.

Kini dirumah terpaksa kembali menggunakan Telkom Instant atau Excelcom
3G. Namun keduanya masih seperti yang kita tahu.. lambat dan tidak
andal. BTW: pada waktu persiapan kedatangan Bush, saya banyak berada di
Istana Bogor, Kebun Raya Bogor dan Lapangan Sepakbola Pajajaran Bogor
dan menikmati akses 3G Excelcom, saya tetap bisa email menggunakan
laptop.

Jabat erat,
KK

Apakah dengan kritik pedas ini Telkom akan jadi berubah ? Saya kira sulit, terutama untuk perusahaan sebesar Telkom. Wajar saja, karena biasanya akan lambat di berbagai jalur birokrasinya.

Solusi yang lebih tepat adalah membukakan akses ke Local Loop; sehingga kemudian layanan Internet via ADSL bisa juga ditawarkan oleh pihak-pihak lainnya. InsyaAllah, dengan demikian maka kita akan bisa menikmati layanan akses Internet yang bagus dan terjangkau harganya, melalui ADSL.

Potensi 3G di Indonesia

Ikhlasul Amal berkomentar mengenai 3G di blognya. Menarik, dan wajar sekali jika kita berharap besar dengan teknologi baru ini. Inikah “disruptive technology” tahun ini, seperti email & web yang kemudian merevolusi Internet ?

Sayangnya, 3G bisa jadi menjadi teknologi berikutnya yang cuma sekedar potensi, namun gagal dieksploitasi secara maksimal. Bagaimana bisa ? Bisa saja, jika justru operatornya sendiri yang mensabotasenya.

Kawan saya bercerita bahwa skema bagi hasil berbagai operator mobile phone saat ini sangat timpang, dan mencerminkan kerakusan yang menjatuhkan. Bisnis sebagai content provider (baca: aplikasi kreatif, games, dll) profitnya sangat kecil, karena sebagian besarnya adalah untuk operator.
Kalau kita lihat provider content pada saat ini, jumlahnya tidak sebanyak yang seharusnya, dan variasinya juga tidak berkembang.

Potensi 3G ada pada content. Jika digabung dengan layanan billing (yang, lagi-lagi, skema bagi hasilnya lebih bagus); maka 3G bisa menjadi suatu gebrakan besar.

Contoh yang sangat bagus dalam hal ini bisa kita lihat ke NTT Docomo, operator mobile phone di Jepang. Karena skema bagi hasilnya sangat menggiurkan, otomatis provider content bermunculan dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap minggu ada saja inovasi baru yang muncul.
Dan walaupun sekilas kita kira NTT Docomo telah melakukan kebodohan (karena menyerahkan sebagian besar profitnya kepada content provider), namun sebetulnya justru untung besar; karena (profit kecil x volume transaksi besar) = profit besar.

Mari sekarang kita berharap agar operator-operator yang ada mau memanfaatkan momen ini (launching 3G) untuk mengevaluasi ulang skema bagi hasilnya dengan content provider.
Jika kemudian bisa diadakan skema bagi hasil yang menarik, maka bersiap-siaplah menikmati inovasi dan terobosan-terobosan baru berbasis 3G !

Sementara menunggu itu, saya menikmati dulu fasilitas video call gratis πŸ˜‰

Ubuntu release party

Alias kopdar komunitas Ubuntu yang pertama kali saya hadiri πŸ™‚
Di luar dugaan : ramai euy !

Pertama kali datang, saya menemukan Andi “belutz” Darmawan. Beliau sedang duduk sendirian menikmati ayam goreng tepung KFC-nya. Basa-basi saya tanya, “sendirian?”, dan dijawab dengan raut muka agak bingung, “enggak, tuh udah banyak” — dan saya menoleh ke belakang saya, dimana sudah ada sekitar 15 orang di meja tersebut. Wow.
(pada akhirnya total ada sekitar 20 orang yang hadir)

Lokasi berkumpul di dekat Pizza Hut di PIM2 (Pondok Indah Mall 2). Sepertinya banyak orang yang bengong melihat sekumpulan wajah-wajah geek berikut dengan laptopnya dan puluhan CD Ubuntu yang disebarkan di meja. Tapi kebanyakan tidak memperhatikan itu dan asyik berbincang-bincang dengan orang-orang yang mungkin selama ini hanya dikenal melalui emailnya.

Di pertemuan ini juga ada banyak kesepakatan program kerja untuk mengadvokasi / mempromosikan open source kepada lebih banyak pihak. Mudah-mudahan bisa kita semua jalankan dengan sebaik-baiknya, amin !

Yayaya basbang, baru posting sekarang. Maafkan saya karena terlalu sibuk akhir-akhir ini πŸ™‚