Category Archives: Sosial

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat ….

Cerita dari Neraka

Intermezzo, ini ada kiriman dari kawan saya di milis internal ISNET. Selamat menikmati 🙂
.


.

Cerita dari Neraka

Seorang warga Indonesia meninggal dan karena amal perbuatannya buruk lalu ia dikirim menuju ke neraka. Di sana ia mendapatkan bahwa ternyata neraka itu berbeda-beda bagi tiap negara asal.

Pertama ia ke neraka orang-orang Inggris dan bertanya kpd orang-orang Inggris di situ: “Kalian diapain di sini?”

Orang Inggris menjawab: “Pertama-tama, kita didudukan di atas kursi listrik selama satu jam. Lalu didudukan di atas kursi paku selama satu jam lagi. Lalu disiram dengan bensin dan disulut api. Lalu, setan Inggris muncul dan memecut kita sepanjang sisa hari.”

Karena kedengarannya tidak menyenangkan, si orang Indonesia menuju keneraka lain. Ia coba melihat-lihat bagaimana keadaan di neraka AS, neraka Jepang, neraka Rusia dan banyak lagi.
Ia mendapatkan bahwa kesemua neraka-neraka itu kurang lebih mirip dengan neraka orang Inggris.

Akhirnya ia tiba di neraka orang Indonesia sendiri, dan melihat antrian sangat-sangat panjang yang terdiri dari orang berbagai-bagai negara (tidak cuma orang Indonesia saja) yang menunggu giliran untuk masuk neraka
Indonesia.

Dengan tercengang ia bertanya kepada yang ngantri: “Apa yang akan dilakukan di sini?” Ia memperoleh jawaban: “Pertama-tama, kita didudukan diatas kursi listrik selama satu jam. Lalu didudukan di atas kursi paku selama satu jam lagi. Lalu disiram dengan bensin dan disulut api. Lalu setan Indonesia muncul dan memecut kita sepanjang hari.”

“Tapi itu kan sama persis dengan neraka-neraka yang lain toh. Lalu kenapa dong begitu banyak orang ngantri untuk masuk ke sini?”

“Di sini service-nya sangat-sangat buruk, kursi listriknya nggak nyala, karena listrik sering mati…kursi pakunya nggak ada, tinggal pakunya aja karena kursinya sering diperebutkan. ..bensinnya juga nggak ada tuh, karena harganya melambung tinggi, malah di tahun 2008 katanya mau naik lagi dan setannya adalah mantan anggota DPR, jadi ia cuma datang, tanda tangan absensi, lalu pulang.”

*gdubrak*

Ngadino, Pembersih Jamban yang Mampu Pergi Haji

Saya telah ditampar, secara virtual, pada hari ini. Setelah membaca berita yang terlampir dibawah. Menentang semua logika & perkiraan, seorang pegawai negeri bagian kebersihan bisa pergi berangkat menunaikan ibadah haji.
Walaupun saya sudah naik haji, namun istri saya belum. Jadi masih ada “hutang” juga sebetulnya.

Mudah-mudahan saya bisa meniru teladan Pak Ngadiono ini dengan baik. Amin.

Republika – Kamis, 22 Nopember 2007
Ngadino, Pembersih Jamban yang Mampu Pergi Haji

Pekanbaru-RoL–Ngadiono (47) hanyalah seorang penjaga sekolah dasar yang menyambil sebagai pembersih jamban di sebuah pasar tradisional di Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Riau. Tapi siapa yang menyangka petugas kebersihan ini mampu pergi haji? Sebab gaji sebagai penjaga sekolah dan upah membersihkan kakus tidaklah seberapa.

“Dia mampu karena niat dan keinginannya yang kuat,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Rokan Hulu Hj Efie di Ujungbatu seperti dilaporkan Antara, Kamis. Saat melepas jamaah calon haji (JCH) di lingkungan Dinas Pendidikan Rokan Hulu, Efie tidak mampu membendung air matanya, ikut menangis bersama Ngadiono, ayah tiga anak itu. Ngadiono akan berangkat ke embarkasi Batam melalui lapangan udara Pasir Pengaraiyan pada 25 November bersama 346 JCH asal Rohul.

Warga transmigran yang gigih itu merupakan pegawai negeri sipil golongan 1C sebagai penjaga SDN 002 Kecamatan Ujungbatu sejak 1993. Gaji yang kecil dan tidak cukup untuk menghidupi keluarganya tidak mematahkan semangatnya untuk pergi ke Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, keinginan yang telah lama tertera di hatinya.

“Saban siang, sepulang dari sekolah saya membersihkan jamban di Pasar Ujungbatu. Bertahun-tahun pekerjaan ini saya jalani dan uangnya saya kumpulkan untuk haji. Insya Allah lusa saya berangkat,” katanya dengan mata berkaca-kaca. (pur)

Bridge Blogging

This past several weeks I’ve been put under so much work, I’ve been unable to post a blog article. Thank God I usually have a few posts set on drafts, so the posts will still show up for a while in this blog. So you thought I blogged routinely? Ha ! 🙂 oops…

Anyway, just now I realized I’ve missed a very interesting topic – bridge blogging. Yay, now everyone knows that I didn’t blog routinely 😀

Back to the topic, I agree with Unspun that he’s not the first to propose the idea. Personally I was told about it by Budi Putra, and according to Unspun it’s already proposed by Fatih Syuhud before that.
And since the first time I’m in fully agreement with the idea.

Why is it a good idea ? Because blogging in other language (in this case, English) can be really useful & helpful to others. It helps one to widen his/her perspective.

Two excellent examples :
[ The beautiful Iran ] : Most wouldn’t know Iran as potrayed here – btw, we’re talking about photoblogging here (ok, ok, so I’m really stretching even that term, but hopefully you got the point 🙂 )
[ The Real Myanmar ] : Truth-spreading blog (no, it’s not a happy one)

Also from personal experience – at the time of 9/11, we (muslims) have been subjected to ridicule because we have not spoken against the terrorists.
Well guess what, we DID. But at the time, the media chose not to air it – effectively silencing us; thus creating the impression of approval of terrorism from us. We suffered a lot, up to personal level : my wife even got harassed.
So then I made a vow to try spread any useful information & knowledge as much as possible. Blog has made it easy for us to share our thoughts, and Google has made it possible for others to easily find it.

I think most of you by now will agree that bridge blogging is indeed a good, and important, idea.

So what’s left is the problem of its execution – how should we do it ?

Personally I say : up to you !
Say whatever you want to say (except, of course, things that breaks the law: stealing others contents, libel, harassment, etc). In whatever language, English or Indonesian.
Positive or negative, blog them all. The single most important criteria is : try to post (even what may seem remotely) useful things.
(of course it’s still okay to post other stuff than that, but at the moment we’re talking about an idea which goal is to benefit others)

Anyway – however, for maximum reach, do try to blog in English too sometimes. I’ve had contacts with people from all over the Earth because of this; Middle East, USA, Morocco, France, Italy, and so on.
They’ve been able to benefit from me because of my English blog posts / articles.

That’s just too cool.
Without Internet/Google/Blog, we’ll be busy with just ourselves under our own rock (hi Patrick!)

Also people have been very surprised when I told them how it is in Indonesia. The fact that I don’t have to live underground. From what they’ve seen in news, they thought it’s riots & disasters & misery all over the place.
Well, sorry, but no 🙂 It’s mostly very peaceful here, as my recent holiday to the corners of beautiful West Sumatera proved. I was very much recharged from it.

I just found that nadia febina share similar sentiment. Yes guys, Indonesia looked **really** bad from the outside.
When you’re out there, indeed you’ll know (and personally experience) too about what (the heck) is it that I’m talking about.

About blog politics : I could NOT care less 😀

I’m blogging to share (whatever that can be shared), not to play some games. As the result, I’ve been targeted quite several times, especially in the open source topic (so far I’ve had to disable 2 blog posts to avoid collateral damage).
People are angry with me and calling me (really) bad names. Some call me naive. In return, I’m calling people to blog.
I don’t care if you’re from this community or that community (high five with treespotter) – just blog the truth. We are bound to the same universe anyway (so yes, I’m calling you too, my Martian & Plutonian friends).
So there 🙂

I’d like to offer my opinion on 2 things while we’re on the subject. First, if I’m Unspun, I’d rather not use the word “most” in the sentence most of them are droll, since, if you haven’t done a proper research, it’d be way too close to generalization. “Some” would be much more closer to truth.
Still I’m very thankful to him for bringing us the term “bridge blogging”. It’ll make further conversations on the topic with fellow bloggers easier for me 🙂

Second; I feel really sorry to what happened to Jennie. It seems like she’s been in quite some hardship, she found it hard to talk about Indonesia positively.
No worries there Jennie, do speak out about it, and be happy knowing that you’ve contributed in creating the big picture !

I’d like also to comment on her comment here :

I was able to see how “parochial” Indonesian bloggers are based on that incident. Why can’t they just show one small sympathy?

Well, similar thing has happened before in the past. Curious what fellow Indonesians have to say to the accusation, I asked several of them.
To my surprise, some of the responses are rather amusing – they thought America is the land of the rich, and therefore very much able to help themselves in case of disasters like this.

Guess how surprised they were when I told them how bad it’s over there – unemployement, 50% spending budget allocated for military, there are hungry & poor people, how they’ve been screwed so bad by their own government (Bush has cancelled the children’s health safety net, and the latest he tried to cancel the budget for critical water projects. Even after Katrina, can you believe that? Cruel, indeed he is)

So Jennie, it’s down to our naivety. Hopefully you (and others) can forgive it.

Back (again) to the topic – I strongly believed that knowledge wants to be free, and still do.
Blog has enabled us to do so easily. Let’s make full use of it !

Let us build the bridges to better understanding.

FYI – others posts on the topic :
[ Unspun ] – [ 2 ]
[ Jakartass ]
[ Jennie S Bev ]
[ Marisa Duma ]
[ augustmist ]

ISNET, Starbucks, dan Kekuatan Brand

Tadi malam saya meeting dengan beberapa kawan-kawan ISNET seputar revitalisasi organisasi yang termasuk paling senior di Internet ini (ISNET sudah exist di Internet sejak tahun 1989). Kami berkumpul di The Financial Club (Graha Niaga), setelah pak Budi Rahardjo selesai memberikan presentasi di acara BoykeMinarno.com.

Ada beberapa kawan-kawan ISNET lainnya seperti pak Laurel, mas Pungkas, mas Sindhu, dan mas Deden. Diskusi berlangsung cukup panjang, dan kami cukup sepakat bahwa pondasi Isnet ada pada infrastruktur IT nya, jadi ini yang musti dibenahi terlebih dahulu. Berikut juga perlu dibuat proposal untuk sustainability & pengembangannya di masa depan. Kemudian saya kebagian tugas untuk memformulasikan draft proposal tersebut, untuk kemudian dikirim ke para hadirin meeting & di matangkan lebih lanjut.
Acara berlangsung sampai sekitar pukul 23:30, sebelum kemudian kami pamit ke rumah masing-masing.

Sekitar pukul 01:00 saya iseng-iseng membuka Planet Terasi, lha ternyata pak Budi sudah nge-blog duluan soal pertemuan tersebut 🙂 bapak yang satu ini memang luar biasa semangat bloggingnya. Salut !

Saya tidur sekitar pukul 02:00, bangun sekitar pukul 04:00, lalu setelah selesai berbenah kemudian berangkat ke lokasi client di Cikini. Meetingnya pukul 10:00, tapi saya sengaja berangkat lebih awal, supaya bisa bekerja dulu di lokasi; di parkir mobil dengan memanfaatkan adaptor universal yang ditancapkan ke colokan pemantik rokok di mobil.
Di perjalanan saya baru sadar, lho kok adaptornya tidak ada di mobil ? Ternyata, adaptor tersebut ditaruh di rumah oleh istri. Maka kemudian saya membelokkan arah mobil ke Starbucks (summoning spell : Koen.co.ro) 24 jam di Sarinah, dan mulai membuka laptop saya disitu.

Saya jadi teringat pertanyaan retorik pak Laurel pada pertemuan Isnet tadi malam.
Kok Starbucks bisa charge kopinya, yang made in Indonesia, seharga Rp 50.000; sedangkan warung kopi ibu beliau, yang sama-sama di Indonesia, cuma mengenakan Rp 5000 untuk beberapa orang ?

Ada beberapa faktor yang saling berkaitan dalam hal ini.

Pertama, lokasi.
Hampir bisa dipastikan bahwa semua outlet Starbucks berada di lokasi yang strategis & mudah dijangkau. Lokasi adalah salah satu faktor paling penting dalam bisnis.

Kedua, visibility.
Ketika banyak warung kopi lainnya menampilkan papan nama yang kecil & tersembunyi, Starbucks (dan brand-brand lainnya) menampilkan logonya dengan ukuran raksasa & sevulgar mungkin.
Jika kebanyakan customer anda adalah pengendara / mobile, yang akan melintas dengan kecepatan sekitar 10 meter per detik, hanya ada waktu sepersekian detik bagi ybs untuk melihat papan nama usaha Anda. Make that count.
The big brands ini selalu berani menginvestasikan banyak uang agar menjadi visible, dengan hasil yang juga sudah bisa kita tebak.
Brand yang visible juga jadi memperbesar kemungkinan mereka untuk diingat customer ketika customer sedang memikirkan layanan yang mereka butuhkan tsb.

Dari 2 ini saja, seringkali sudah cukup untuk menjamin kesuksesan bisnis.
Sebagai contoh, saya pribadi lebih senang makan klenger / blenger burger daripada McDonald / KFC / dll. Burger McDonald terus terang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan blenger burger.
Namun, karena mereka sering bermasalah pada 2 poin di atas, sehingga akhirnya seringkali lagi-lagi kami sekeluarga nyangkut lagi di big brands tsb.

Tapi, big brands tidak berhenti disitu saja. Ada segudang lagi trik di kantung mereka.

Seperti uniformity. Jika seseorang menyebutkan / saya memikirkan brand Starbucks, maka saya tahu bahwa saya akan menemukan :

1. Lokasi yang nyaman & representatif untuk meeting dengan client
2. Bebas asap rokok
3. Staf yang ramah
4. Kopi yang mahal (ha ha)
5. Colokan listrik untuk laptop & HP saya.
6. Air conditioned
7. Dll

Kepastian pada gilirannya memberikan kenyamanan. Bahkan kalaupun produk yang ditawarkan sebenarnya inferior dari kompetitornya – karena kita sudah tahu akan menemukan produk yang inferior tersebut, maka jadinya sudah menurunkan ekspektasi kita sendiri sebelum tiba di lokasi 😉

Jadi, kapan kiranya saya bisa mulai meeting di salah satu franchise Setarbak Kopi, dan tidak lagi di Starbucks ?
Hayo, jangan mau kalah dengan para big brands ini. Mari …

Menghidupkan lampu sepeda motor di siang hari

Pada suasana Lebaran kemarin ini tentunya kami sekeluarga berkunjung ke rumah para sanak keluarga kami. Silaturahmi & berbincang-bincang mengenai berbagai hal. Salah satu topik menarik yang muncul adalah tentang keharusan menghidupkan lampu sepeda motor di siang hari.
Salah satu paman saya merasa heran dengan peraturan tersebut. Terasa aneh, lha wong sejak dulu tidak pernah ada peraturan seperti itu.

Saya juga tidak tahu persis alasannya (peraturan tersebut kurang disosialisasikan?), namun tebakan saya, adalah agar sepeda motor jadi lebih “visible” / terlihat. Sehingga kemudian bisa dihindari kecelakaan yang akan terjadi jika pengendara lainnya tidak melihat sepeda motor tersebut.

Blindspot adalah masalah nyata & serius bagi setiap pengendara. Saya sudah pernah beberapa kali dikejutkan oleh (bahkan) mobil yang tiba-tiba sudah muncul di depan saya, tidak nampak karena mobil tersebut sebelumnya berada di blindspot saya.

Mobil saja bisa tidak nampak pada blindspot kita. Apalagi motor, yang ukurannya jelas lebih kecil, dan manuvernya lebih lincah daripada mobil.

Walaupun kita berusaha mempraktekkan defensive driving, dan telah terlatih pada topik hazard perception; namun jelas amat sangat sulit untuk mengantisipasi sesuatu yang tidak terlihat.

Dan jika terjadi kecelakaan antara sepeda motor dengan kendaraan yang lebih besar, hampir bisa dipastikan bahwa pengendara sepeda motor yang akan mengalami kerugian lebih besar.
Cederanya akan lebih parah, atau malah fatal.

Saya sudah mengalami sendiri (sebagai penumpang sepeda motor), dimana insiden tersebut nyaris berakibat cedera yang parah (karena saya mendarat pada bebatuan yang tajam).
Alhamdulillah, takdir belum menentukan demikian, dan daging kaki saya selamat berkat “armor” / casing handphone saya.

Jadi, hidupkanlah lampu sepeda motor Anda. Demi keselamatan Anda sendiri, dan juga penumpang (yang mungkin adalah keluarga yang Anda sayangi).

Do What You Must, Not What You Want

Di antara sifat-sifat berbagai orang sukses, salah satu sifat umum yang saya temukan pada mereka adalah bahwa mereka mengerjakan yang harus dikerjakan – bukan yang mau mereka kerjakan.
Seperti tertulis pada judul posting ini.

Contoh; jika kita sedang memulai membangun usaha kita, dan customer masih terus berdatangan setelah jam tutup toko. Apa yang akan kita lakukan ?

Kebanyakan orang akan tetap menutup tokonya seperti biasa.

Tapi kalau kita lihat berbagai contoh; seperti di Jepang, mereka akan menunggu para customer selesai berbelanja dulu semuanya. Baru kemudian mereka menutup tokonya.

Ini juga sudah disinggung oleh Avianto pada postingnya, budaya melayani. Disitu disinggung bagaimana kita masih jarang yang memiliki budaya tersebut. Padahal sudah jelas ini perlu & penting, terutama kalau kita melihat indikator seperti bagaimana untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, produk pertanian kini dikalahkan oleh produk layanan.

Salah satu kebiasaan kita adalah mengerjakan yang kita mau; bukan yang seharusnya kita kerjakan.
Customer membutuhkan LDAP, tapi kita malah asyik oprek-oprek webserver / hal yang tidak berkaitan lainnya. Client meminta kita mengerjakan XXX, tapi kita malah mengerjakan ZZZ.
Walaupun mungkin kita lebih pintar daripada customer, tapi ini bukan cara yang benar.

Ini kalau kita spesifik bicara soal customer service / budaya melayani. Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini juga tetap relevan.

Sebagai contoh; Anda adalah seorang staff bagian IT. Agar dapat maju dalam bidang ini, yang harus Anda lakukan adalah bekerja lembur tanpa gaji, memanfaatkan akses internet unlimited di kantor untuk mengembangkan wawasan Anda di bidang ini.

Nah, kalau sudah jelas demikian, namun kemudian Anda malah melakukan apa yang Anda mau, seperti bekerja sesuai jam kantor saja; maka tentu saja akan sulit bagi Anda untuk menjadi sukses.

Jadi, mari kita berhenti menjadi orang yang manja. Jadilah orang yang kuat.
Kalahkan kemauan kita, dan mulailah mengerjakan yang memang seharusnya kita kerjakan.

Semoga sukses.

Dicari : Muhammad Ikhlas Santoso

Saya mendapat email berikut dari kawan keluarga kami, mbak Santi. Beliau sedang mendapat musibah, yaitu kakaknya hilang sejak beberapa waktu yang lalu.

Ciri-ciri :
Tinggi 170-an cm, berat sekitar 75 kg, suka melamun, rambut pendek tipis, gigi depan atas ompong, jari tangan kanan eksim, waktu pergi mengenakan kemeja biru dan celana warna gelap, suka tidur dan mandi di masjid/mushalla

Silahkan disebarkan seluas-luasnya.
Terimakasih.

====

Mas Tus

From: Santi Soekanto
Subject: Tolong bantu sebarkan

Ya Allah, Pemilik Ramadan mulia ini
Ya Allah, Penjaga Terbaik dan Penyayang Terbaik dari segala yang penyayang,
Ya Allah, Yang Mahahalus dan Mahaperkasa
Ya Allah, Yang Mahamendengar Segala Doa dan Maha Perkasa
Ya Allah, Yang Berkuasa atas Segala Tentaranya di Langit dan di Bumi
Ya Allah, dengarkanlah rintihan kami yang menghiba-hiba di hadapanMu,
Ramadan datang tanpa kehadiran Mas Tus, kakak sulung kami, berada di tengah-tengah kami. Sudah dua bulan Mas Tus yang lembut, pendiam dan sakit ini meninggalkan kami adik-adiknya, serta istrinya dan dua anak perempuannya, Athina dan Annisa.
Hilang dari pandangan mata kami, namun pastilah tak raib dari pandanganMu, wahai Yang Mengetahui Segala yang Ghaib.
Sudah dua bulan ini hampir tak ada hari berlalu tanpa kami mencucurkan air mata kehilangan dan rindu sementara panas dan dingin hari serta penat tubuh dan hati kami lawan seraya menyusuri berbagai jalan, gang, masjid dan mushala untuk mencari Mas Tus.
Wahai Allah Yang Mahabesar, kami merintih dan menghiba lagi, ijinkanlah kami merebut kemenangan dan kebahagiaan Ramadan ini bersama kakak kami, Mas Tus.
Wahai Allah Yang Mahapemalu sehingga tak mau membiarkan hamba-hambaNya mengangkat kedua tangan mereka lalu menurunkannya lagi dalam doa, tanpa mengabulkan doa tersebut, kami mohon ke hadiratMu, pertemukanlah kami lagi dengan Mas Tus.
Ya Allah, kami perlindungkan kakak kami Mas Tus ke bawah kalimatMu yang Sempurna dari segala gangguan syaitan, binatang dan mata yang jahat.
Ya Allah, kami mohon, gerakkanlah hati-hati orang-orang yang baik dan shalih di mana pun untuk menolong dan melindungi Mas Tus di mana pun mereka bertemu dengannya, lalu mengantarkannya kepada kami kembali.
Wahai Allah yang Janjinya Paling Benar, kami mohonkan akhir yang baik dari ujian ini, dan kemudahan sesudah semua kesulitan.
Wahai Allah Yang Mahamelihat di titik mana persisnya Mas Tus kini berada, dan di titik mana kami berada, hanya Engkaulah yang bisa mempertemukan kedua titik ini, dan mempertemukan kami dengan kakak kami Mas Tus, mempertemukan Athina dan Annisa dengan ayah mereka. Maka pertemukanlah kami wahai Allah yang Mahamengabulkan Doa.
Amin ya Rabbal ‘alamin.

santi soekanto
0815 134 93 953

Survey : Pemilu 2009

Tadi barusan sekitar pukul 20:25 ini saya dikontak oleh staf dari Litbang Kompas. Surprise juga pada awalnya (dari mana mereka dapat nomor kantor saya ?), tapi kemudian tertarik dengan topiknya, yaitu survey tentang Pemilu 2009. Menarik !

Disclaimer : informasi yang saya tulis ini dari ingatan (bukan catatan tertulis), dan mungkin tidak persis / lengkap. NO WARRANTY WHATSOEVER 🙂
By the way, tidak ada disclaimer sama sekali dari penginterview saya bahwa interview tersebut tidak boleh dipublikasikan (baca: boleh dipublikasikan).

Pertama kali ybs menanyakan profil saya, yaitu sbb : Agama, Pekerjaan, Umur, Gender, Pendidikan terakhir, dst.

Now the juicy parts.

Catatan : yang ditebalkan adalah pertanyaan dari Litbang Kompas.

apa pendapat anda tentang calon presiden independen ? sangat setuju sekali.

apakah calon presiden independen akan sangat mengandalkan popularitas (instead of capability) ? ya, sayangnya ini salah satu potensi pitfall nya. Perlu ada perubahan sistem lebih lanjut agar dapat muncul calon yang capable, jujur, dan dari grass root.
Kalau tidak, bisa dipastikan bahwa masyarakat kita yang saat ini masih maniak artis / tokoh terkenal akan dengan spontan memilih orang yang tidak capable sama sekali 🙂

apakah calon presiden independen akan memungkinkan munculnya presiden yang bebas dari agenda partai (dan fokus ke agenda rakyat) ?
YA !!! 😀 Yes, yes, yes, and YESSSSSSS !!!
(keyword: memungkinkan)

apakah ada calon presiden independen yang menurut anda layak untuk maju di pemilu 2009 ? (sambil tertawa) ada sih, tapi saya yakin tidak akan terpilih (Aa Gym). Berhubung masyarakat kita masih emosional, belum rasional. Ngakunya beragama Islam, tapi egonya langsung naik begitu ketemu aplikasi agama yang tidak cocok dengan nafsunya 😀

Maka kemudian staf Litbang Kompas memberikan beberapa nama untuk kemudian saya komentari layak / tidak layak (untuk menjadi calon presiden berikutnya), yaitu sbb :

calon presiden yang layak untuk pemilu 2009 ? SBY, Sri Sultan, Hasyim muzadi.

calon presiden yang TIDAK layak untuk pemilu 2009 ? Amien rais (terlalu idealis tanpa kemampuan realisasi, mudah dikerjai lawan politik, dst), hidayat nur wahid (integritas sangat bagus, tapi masih agak ragu dengan kemampuan diplomasi & berpolitik), Gus Dur (satu kali sudah lebih dari cukup), Megawati (idem!), Din Syamsuddin (sepertinya masih agak emosional & egois: contoh; kasus di bandara changi), Prabowo, Sutiyoso, Jusuf Kalla (Danger, Will Robinson!), dst

preferensi calon presiden :
umur ? duh ageism mah basbang euy, tidak peduli umur, yang penting capable (sayangnya pilihan tersebut tidak ada)
ras ? jawa / luar jawa ? (yay!) rasisme euy, saya mah tidak peduli soal beginian (sayangnya pilihan tersebut tidak ada)
gender ? yay… hehe, tidak peduli gender (sayangnya pilihan tersebut tidak ada)
pendidikan formal ? TIDAK PEDULI SAMA SEKALI 😀 hihihi, anak kampung tidak sekolah juga tidak apa, yang penting bisa memimpin rakyat Indonesia dengan baik (sayangnya pilihan tersebut tidak ada)

OK, saya kira pertanyaan yang paling menarik (bagi saya pribadi) adalah itu. Silahkan berbagi pendapat Anda, apa saja yang menarik pertanyaannya dan jawaban Anda ?

Ngomong-ngomong, kembali ke partai, jelas secara logika saja pasti wakil rakyat justru akan mengurusi agenda partai. Kecuali kalau ybs sudah tidak sabar ingin di recall 😛

Dan kenyataan juga sudah terlalu sering membuktikan – WAKIL RAKYAT LEBIH PANTAS DISEBUT SEBAGAI WAKIL PARTAI !!!
(tuh pentungannya sampai ada 3 biji, hehehe :D)

Namun di lain pihak, perlu ada sistem yang robust **dan** masyarakat yang tercerahkan agar sistim calon independen bisa berhasil. Kalau tidak, maka kita seperti terlepas dari mulut harimau ke mulut anjing (yah, mati sih enggak, tapi tetap masih berdarah-darah juga, begitu)

OK, any comments ? (sambil pakai baju tahan api) 😀

If those indon run, just shoot them

Demikian kata seorang polisi Malaysia kepada kawannya,sambil menunjuk ke istri bpk. Budiman, wisatawan Indonesia yang sedang berkunjung ke Malaysia.

Dikutip :

Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
if those indon run, just shoot them… katanya sambil menunjuk istri saya.
Saya cuma bisa istigfar saat itu, ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga yang sering kita banggakan sebagai “sesama melayu”.

Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
tangan saya, sambil bilang: Indon… dont lie to us. Saya kurung kalian…

..sambil memegangi tangan saya, tuan polis meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama saja…

Apa salah kita sehingga diperlakukan lebih rendah dari binatang seperti ini ?

Apakah karena kita selama ini membiarkan para pejabat kita “menjual” saudara-saudara kita kesana sebagai TKI (tanpa perlindungan yang memadai) ?

Mungkin kita memang layak diperlakukan seperti ini.

Stop eksploitasi TKI !
Dan, boikot wisata Malaysia !

Artikel selengkapnya :

Continue reading If those indon run, just shoot them

Hukum Mati : Penculik Anak

Lega sekali ketika membaca bahwa Raisyah Ali sudah berhasil diselamatkan, dan semua penculiknya sudah ditangkap. Namun agak kaget ketika membaca bahwa keluarga Raisyah Ali memaafkan penculiknya.

Situasi saat ini, Indonesia termasuk negara yang paling tinggi kasus trafficking (perdagangan / penculikan) anaknya.

Jadi, ada banyak Raisyah-Raisyah lainnya yang malah lebih menderita lagi. Seperti yang diculik dan dipaksa bekerja di berbagai gubuk penangkapan ikan di tengah laut. Tidak bisa lari menyelamatkan diri sama sekali, tinggal pasrah saja kepada nasib. Dan lainnya yang bahkan lebih buruk lagi dari itu.

Dan mereka tidak seberuntung Raisyah, yang bahkan sampai presiden sendiri turun tangan mengurusnya ….

Kasus Raisyah ini sebetulnya adalah kesempatan bagus untuk mulai memperbaiki situasi ini.

Jika pada kasus Raisyah Ali ini para pelakunya dihukum mati, dan dijelaskan bahwa para penculik anak lainnya juga akan diperlakukan sama; maka mudah-mudahan kasus trafficking anak di Indonesia bisa berkurang drastis.

Menculik anak adalah salah satu tindakan paling pengecut yang bisa dilakukan oleh seseorang. Pastikan bahwa para pelakunya dihukum dengan seberat-beratnya.

(mohon maaf saya posting juga di Planet Terasi, tapi saya rasa ini penting untuk disebarkan seluas-luasnya. Terimakasih)

Sekolah Terbuka : siapa tega menolak mereka ?

Artikel di bawah ini ditulis oleh mbak Ida Sitompul, aktivis sosial yang juga anggota ISNET di Bandung.

Saya kira sangat menarik untuk berkolaborasi dengan beliau, karena proyeknya ini sudah berjalan. Tidak usah repot-repot lagi dari awal.
Bagi yang tertarik, silahkan berkomentar / kontak saya, maka nanti saya akan berikan informasi kontak mbak Ida.
Terimakasih.


Tahun ini, tahun kedua, di TKB Firdaus, SMP terbuka di komunitas Arcamanik, mendaftar 35 anak untuk menjadi murid padahal kapasitasnya cuma 20. Karena tidak hadir dalam rapat, saya hanya memperoleh hasilnya bahwa kita terpaksa mensortir anak-anak itu untuk menerima 20 saja. Guru dibagi untuk mensurvei keadaan keluarga dan kehidupan anak-anak itu untuk menentukan siapa yang harus kita terima.
Hati terasa tak nyaman, kalau mereka melamar tentulah mereka butuh dan ini hanya puncak gunung es. Lebih banyak lagi sebenarnya yang tidak mampu, dan menolak mereka membuat sedih. Saya mulai berfikir resource mana lagi yang bisa dimanfaatkan.

Kemarin saya mengunjungi rumah empat dari anak-anak itu yang menjadi bagian saya untuk disurvey. Mereka tinggal di perkampungan kumuh di luar kompleks perumahan saya dan kompleks perumahan di sekitar. Saya mengeluarkan sepeda dan mulai menyusur jalan berbatu-batu di sisi sungai di pinggir perumahan. Setelah bersepeda hati-hati, melewati lobang-lobang besar dan gerunjulan batu besar kecil, saya sampai ke perkampungan yang dituju dan mulai bertanya-tanya di mana RW nomor anu dan anu. Saya menuntun sepeda menyusuri gang-gang kecil di sisi-sisi rumah yang juga kecil-kecil. Sebagian jalan setapak itu sudah disemen, sebagian lagi masih tanah yang saya yakin becek dan licin di musim hujan.

Saya bertemu dengan salah seorang murid saya yang kemudian mengantarkan saya ke rumah pak RT. Ini anak yang mempunyai konotasi negatif tentang istana. Dia menunjukkan rumah teman-temannya yang lain yang kami lewati. Salah seorang murid pas sedang keluar dari pintu rumahnya waktu saya lewat. Dengan tersipu-sipu dia memberi salam. Tanpa seragam sekolah tambah tampak kepapaan mereka. Saya melihat rumahnya. Aaahhh, tak salah lagi rumah saya adalah istana. Walaupun rumah saya sebenarnya tidak mewah, cuma rumah di daerah perumahan sedang, tapi dibanding rumah mereka, rasanya memang pantas disebut istana. Apakah dia sama sinisnya terhadap para gurunya yang tinggal di “istana” ini? Mudah-mudahan pengalaman setahun ini mengubah pandangannya. Bukan kaya atau miskin yang membuat orang baik atau jahat, tapi kebaikan datang dari dalam hati.

Anak pertama anak ketua RT, kuli bangunan yang kadang bekerja kadang tidak.
Anak kedua tinggal di rumah yang sangat kecil, sangat gelap dan sangat kumuh bersama kakek dan nenek yang membesarkannya sejak bayi, waktu ayahnya meninggalkan dia dan ibunya begitu saja. Kakeknya yang kena stroke 1,5 tahun yang lalu bekerja sebagai pemulung. Kondisi tersebut membuatnya sulit mencari nafkah. Dia baru saja mulai lagi bekerja. Itu yang menjelaskan kondisi mereka yang tampak sangat memprihatinkan. Bagaimana dia bisa hidup dalam rumah itu? Saya ingat ruang atas tempat anak-anak saya yang selalu penuh dengan cahaya.

Anak ketiga adalah yatim yang ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan kami.
Yang ke empat tinggal di sebuah kamar kontrakan berukuran 2×4 yang dihuni 4 orang: neneknya yang lumpuh, kakak perempuannya yang baru saja menikah dan suaminya. Jauh lebih kecil daripada ruang musik di rumah teman saya. Ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan di Aceh. Seluruh fungsi rumah kecuali kamar mandi dirangkap oleh ruang kecil itu. Di dalamnya ada satu tempat tidur yang tidak menyisakan sela ke dinding di kedua ujungnya, dibatasi sebuah rak pendek kecil dengan sebuah kasur tipis dilantai, tempat si nenek menerima saya. Entah bagaimana kakaknya menjalankan kehidupan berumah tangga yang normal dengan kahadiran neneknya yang lumpuh dan adiknya. Apa efeknya tinggal dengan kondisi demikian bagi anak itu? Saya ingin sekali bisa memindahkan anak itu dari sana.

Melihat keadaan itu rasanya marah juga pada keadaan, dan eh saya juga jadi agak marah pada teman-teman saya yang bercerita tentang pertandingan golf mereka dengan hadiah BMW untuk hole in one. Betapa timpangnya negara ini. Di satu pihak ada sebagian orang yang bisa mengeluarkan uang ratusan ribu untuk main-main saja, sementara itu berjuta orang lainnya tidak tahu apakah sore nanti bisa makan. Keluarga yang saya kunjungi umumnya cuma bisa agak memastikan makan pagi, tapi tidak untuk makan berikutnya.

Saya kembali ke rumah. Tidak bisa! Mereka harus diterima! Bagaimana mungkin kami menolak mereka? Guru apa lagi yang belum saya dapat untuk membuat satu kelas lagi? Hmm… teman yang satu itu pasti mau membantu. Yang satu lagi disana itu pasti juga mau. Dalam sekejap, lewat telepon saya mendapatkan dua orang teman yang bersedia menjadi guru. Saya yakin sebetulnya banyak orang ingin melakukan sesuatu, mereka hanya belum menemukan jalannya. Jadi, dengan ijinNya, besok pasti akan ada lagi yang menyediakan diri. Besok akan ada lagi yang membuat mimpi anak-anak itu untuk bisa sekolah akan terlaksana.

salam,
ida

Kisah lucu dibalik gempa

Pas gempa kemarin ini terus terang saya tidak tahu. Lagi klenger euy setelah shift seharian di Ritech 2007, he he. Kalaupun lantai bergoyang paling saya kira vertigo saya lagi kumat karena kecapean 😀

Ternyata banyak juga yang keliru mengira gempa kemarin tersebut itu. Beberapa yang saya dengar dari radio & beberapa milis :

1. ADA SETAN ! 😀 (lalu sibuk berdoa)
2. Duh vertigo kumat….. (lalu rebahan)
3. (tidak merasa apa-apa) *gdubrak*
4. Hah, gempa ya ? (akhirnya!)

Respons dari kejadian gempa tersebut juga tidak kalah lucunya :

1. Rebahan (karena mengira vertigo kumat)
2. “Aduh… jangan (mati) deh… Aku belum menikah nih….”
3. (menimpali nomor 2) “Iya… saya juga belum… belum dua kali….”
4. Berdoa ! (mengira setan)
5. “Duh mana beha gue !!!” (cewek yang biasa tidur tidak pakai beha, tapi malu kalau kabur keluar rumah tanpa memakainya dulu)

Pelajaran yang bisa ditarik dari ini ? Jangan tidur tanpa busana ya …. malu euy, kalau terjadi gempa dan secara refleks kita langsung ngibrit keluar rumah 😛

Hati-hati Penodong Bermotor

Dari milis technomedia@, langsung dari (yang nyaris menjadi) korbannya. Sebarkan informasi ini agar kita semua bisa jadi semakin waspada.

Semoga bermanfaat.

Sahabat,

bagi anda yang mengemudi mobil sendiri, hati-hati dan waspada ketika melintas di sekitar wilayah budi kemuliaan, merdeka selatan, merdeka timur, patung tani, cikini raya, pegangsaan timur, hingga diponegoro. di ruas – ruas jalan tersebut, ada sekelompok orang yang – saya duga – berniat jahat kepada pengendara mobil, terutama yang mengemudikan mobil sendirian.

ceritanya, kemaren, rabu, 25 Juli 2007, sekitar pukul 16.00 saya mengemudi mobil dari arah tanjung duren menuju salemba melalui route batusari, kemanggisan, katamso, petamburan, jatibaru, abdul muis, budi kemuliaan, dan seterusnya seperti rute yang saya sebut di atas. setiba di jatibaru lampu bensin menyala dan angka menunjuk tinggal 66 km. kalau jalanan tidak macet sepulang dari salemba hingga rumah di rempoa rasanya juga belum habis. khawatir jalan macet, saya mengisi bensin di tanah abang timur. selepas isi bensin, saya bergerak menuju budi kemuliaan, belok kiri arah ke monas terus masuk ke merdeka selatan. sejak keluar pompa bensin, dan masuk budi kemuliaan saya mulai melihat ada keanehan. dua buah sepeda motor selalu menguntit mobil di sisi kanan dan sisi kiri. dari spion saya perhatikan ada satu motor yang setia mengikuti. aneh karena meski jalan di depan sudah lowong, dan memungkinkan motor untuk melewati saya, namun mereka tetap berjalan di samping dan belakang.

selepas lampu merah bundaran depan BI/Indosat, saya melesat masuk ke merdeka selatan, mereka bertiga ketinggalan di belakang. namun mulai mendekati lagi ketika saya terhadang lampu merah di bahwa rel di samping stasiun gambir. mereka tidak dapat menjejeri saya lantaran posisi mobil saya dan mobil lainnya di kanan kiri depan belakang saling rapat. aksi mereka mulai terlihat ketika selepas lampu merah patung tani, salah satu yang disebelah kanan berada di samping depan dan menunjuk-nunjukan tangannya ke bawah bagian belakang dan ke arah saya sambil mengucapkan kata yang saya tidak bisa dengar. saya masih diam saja. setelah lampu merah kedua, masih di sekitar patung tani, ketika saya belok kanan, menuju arah cikini, pemotor yang di sebelah kiri memotong jalan sambil menunjuk – nunjuk ke arah saya.

mulailah saya berpikir, jangan-jangan ada yang salah. ketika melihat ada tanda masuk ke gedung PPM, secara reflek saya kasih lampu sign dan belok kiri, masuk ke pelataran PPM. satpam (yang kebetulan kenal) langsung menyapa dan memberi kartu parkir. setelah parkir sebentar, saya turun dan memanggil satpam, bersamanya saya lihat apa ada yang aneh pada mobil saya. ternyata tidak ada. kepada satpam saya bilang, ada orang yang mengikuti saya sambil nunjuk-nunjuk. mas satpam bilang, ya pak, hati-hati, di sekitar sini pernah ada yang jadi korban, kalau bapak berhenti di pinggir jalan, mereka akan menuduh bapak nyrempet, yang satu ribut sama bapak, satunya lihat suasana, satunya lagi menggerayangi isi mobil. saya mengucapkan terima kasih apda mas satpam dan terus keluar dari pelataran PPM.

rupanya dua orang yang tadi mengikuti saya masih setia menunggu di dekat pintu keluar PPM ke arah cikini. ketika saya mulai bergerak, keduanya mulai beraksi bersama – sama nunjuk-nunjuk dan ngomel (yang tentu saja saya tidak bisa mendengarnya). karena saya tidak memedulikan, akhirnya mereka minggir – kalau tidak salah – masuk ke gedong joeang. dua orang berhenti, saya lihat di kaca spion, satu masih di belakang. setelah melewati lampu merah cikini – cut mutiah, di depan kantor pos, motor pengekor menyalip saya dengan aksi serupa tangan menunjuk-nunjuk, mulut bergerak-gerak entah berkata apa. kali ini agak berani dia memotong jalan saya dan memaksa diri berada di antara mobil saya dan mobil di depan. saya duga, dia berharap saya akan menabraknya dari belakang. ketika saya lirik di sebelah kanan kosong, saya ganti jalur lewati sedan di depan saya dan tinggalkan motor pengekor ini. belum nyerah rupanya dia, dia kejar lagi saya, kali ini sambil mengacung-acungkan helm yang semula sudah setengah terlepas dari kepala. saya tetap tidak pedulikan sampai akhirnya dia berhenti di depan stasiun cikini.

sisa jalan menuju salemba saya lalui dengan penuh tanda tanya dan kehati-hatian. saya bersyukur tidak mau meladeni sekelompok orang yang – saya duga – ingin merugikan diri saya. tetapi saya masih berpikir, jika mereka mau nodong mengapa tidak sekalian saja berhentikan saya? mungkin karena siang hari dan jalanan rame. atau jangan-jangan mereka tahu di dalam mobil saya ada alat yang dapat melumpuhkan mereka… he..he (yang ini cuma angan-angan saja). saya berharap tidak pernah lagi menemui kejadian seperti kemaren. mudah-mudahan cerita saya ini ada manfaatnya untuk Anda semua.

Salam dan Sukses Untuk Anda, dari
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi
Blog: http://maswig.blogspot.com & http://maswigrs.wordpress.com

Murah versus Kualitas

Dulu membeli baju & sepatu adalah ritual yang cuma bisa kami lakukan sekali setahun, yaitu sebelum Lebaran. Bukan apa-apa, harganya memang mahal euy. Perkecualian sih ada, tapi biasanya ya itu, perkecualian. Selain itu ya musti menunggu sampai hampir Lebaran 🙂

Tapi, walaupun mahal, biasanya baju & sepatu tersebut bisa bertahan sampai bertahun-tahun. Dulu ibu saya pernah membelikan sepatu merk Kickers ketika saya masih kecil, dan sampai sekarang sepatu tersebut masih ada & layak pakai. 20 tahun lebih gitu lho, wow. Nanti rencananya mau saya ambil dan berikan kepada Umar, anak saya yang sekarang berumur hampir 6 tahun.

Namun trend saat ini mulai berubah. Banyak produsen yang kini fokus kepada harga. Dan karena di amini oleh customer, semakin murah maka semakin laris, maka semakin bersemangatlah mereka menurunkan harga mereka. Dalam semangat untuk mencapai harga yang semurah-murahnya ini, yang sering menjadi korbannya adalah kualitas.

Kemarin ini saya membeli kaus merk Polo dari sebuah dept. store di Bintaro Plaza. Agak mahal sedikit tidak apa dari merk lainnya, yang penting kualitas bagus dan tahan lama. Soalnya saya paling malas shopping 🙂 Kadang vertigo saya malah jadi kumat selagi pusing memikirkan berbagai pilihan yang ada.
Tetapi apa yang terjadi? Baru beberapa kali dipakai, benang-benang jahitannya ambrol. Kausnya menyusut, dan kerahnya melingkar setiap kali dipakai. Alamak.
Setelah saya cek lagi, ternyata harganya masih lebih murah daripada yang biasanya, sehingga saya curiga jangan-jangan ini kaus Polo aspal.

Saat ini saya dan istri mencanangkan gerakan : dukung produk berkualitas !

Kami sudah sepakat untuk tidak membeli produk murahan. Selain kualitas cenderung mengecewakan (walaupun perkecualian tentu ada), ini juga cenderung mendidik kita untuk bersifat konsumtif.

Tidak apa membayar lebih mahal, kalau ternyata bagus & tahan lebih lama, sehingga pada akhirnya malah jadi lebih murah daripada produk yang murahan (PYM) (1). Kalau perlu, menabung dulu kalau uangnya memang belum cukup. Sekaligus jadi latihan untuk menahan diri / self discipline.

Karena PYB lebih awet, jadinya kami tidak perlu sering-sering berbelanja ke mall. Efek sampingnya cenderung positif :

  1. Insiden impulse buying jadi berkurang.
  2. Waktu bersama keluarga tentu jadi lebih banyak & lebih berkualitas.
  3. Anak-anak jadi tidak terdidik untuk konsumtif & instant-gratification oriented
  4. Kami semua jadi belajar untuk lebih menghargai barang yang kami miliki
  5. Dll

Sayangnya, menemukan produk yang berkualitas pada saat ini bisa sangat sulit. Seperti kemarin ini, kami mencari AC 2 pk untuk kantor. Wah, ternyata kebanyakan produk Made in Cina. Kebetulan kami sudah membeli puluhan AC dari negara ini dengan berbagai merk, dan sepertinya kualitasnya cukup seragam – sering rusak.
Mungkin bagus juga kalau bisa ada semacam clearing house untuk soal kepuasan konsumen – idealnya memang YLKI membuat website seperti dooyoo.co.uk, sebagai LSM yang sangat relevan dengan topik ini. Tapi selama ini belum ada, saya kira ini adalah peluang bagi enterpreneur yang gesit.

Tapi jangan putus asa. Mari bersama-sama kita, para customer, menuntut kualitas. Jangan mau lagi dirugikan oleh PYM !

Diskusi relevan dari milis sebelah :

To: muslimblog@yahoogroups.com

Jadi ingat tahun 1992 beli kaus merk Giordano, sampai sekarang masih terus bisa dipakai nyaris setiap minggu. Ajaib betul.

Jadinya sekarang kalau kelihatan saya pakai yang bermerk (2), sebetulnya bukan cari merknya — tapi gak mau rugi (maklum padang), karena awet banget 🙂 he he.
Baju lainnya rata2 cuma pada tahan 1 atau 2 tahun.

Yang apes ya seperti kata maiden itu, ternyata dapat yang aspal apalagi kalau sudah bayar mahal juga.

Ya, sayangnya di zaman serba murah ini, kualitas jadi sering dikorbankan. Pada akhirnya, sebetulnya kita **justru** jadi membayar lebih mahal, karena jadi lebih sering membeli.

Wassalam,
Harry

On 7/19/07, ma_id_en wrote:
>
> – Seorang wisman ngomel di sebuah toko peralatan pencinta alam di
> Mataram Mall, ngomeli jaket bermerek. Ini palsoe, di negara saya
> semuanya rapi. Jaitannya ndak ada benangnya yang keluar kayak gini.
> hehehehe, baru tau apa kali dia ya ?

(1) PYM awalnya memang harganya lebih murah, namun karena mudah rusak, jadinya sering perlu dibeli gantinya. Sehingga pada jangka waktu yang sama, totalnya bisa malah lebih mahal daripada produk yang berkualitas (PYB) yang hanya perlu dibeli satu kali.

(2) Produk berkualitas ==/== Produk branded. Walaupun seringkali demikian halnya, namun saya pernah ada beberapa insiden dimana produk bermerk ternyata kualitasnya jelek.

SiCKO & MooreWatch.com

I found out the outrage about SiCKO rather late, to be precise, on how Michael Moore donated to MooreWatch.com, thus helping the webmaster to recover from his financial problems.

What I found a bit funny (and sad at times) is how he accuses Moore of misleading people, while he’s been contradicting himself several times, found just within a few minutes of viewing his website :

He goes on to say the site was in trouble “because his wife was ill, and they could no longer afford to pay for her health insurance.” Now, that’s a half-truth at best.

But then he said :

Of all those things, the most immediate and the easiest to lose (Ed: to offset the financial problems) was the dedicated server

To me, that’s indeed the definition of “the site was in trouble”.
This he does several times, and I feel sorry for him.

Personally I don’t think that Michael Moore is flawless. It should be visible from various live interviews clips on Internet (and you’ll find plenty of it on MooreWatch.com for sure). However, he tend to put up clarifications later on his website, such as here and here.
That, in my book, is good.

MooreWatch.com also took an opportunity to show how bad the Cuban healthcare really is. Well, I wonder if they ever heard the phrase beauty is only skin deep ?

Among the best healthcare my wife & our child ever received was in a hospital similar to that portrayed in that posting. The hospital was very old, it’s dark, dim, looks very outdated (did we mention that it’s old?), dirty in places (not in the patients’ places though), and so on.
But my wife was handled by the best doctor we know, the nurses are kind and most understanding, and both my wife & our child simply had the best care. And the cost was very reasonable. They have yet to enjoy similar level of quality care again to this day.

By contrast, my mother was taken by my father to (among) the most expensive hospital in Jakarta when she was about to deliver my youngest brother. Everything is shiny, gorgeous, beautiful, flashy.
However, she was scared by the doctors there, at the time when she was most vulnerable, into staying longer than necessary, so the bill will end up much higher than it should. She was pissed off when she found out about it, and the service was not that good too.

Don’t be deceived by looks. I thought the intellectuals in MooreWatch.com would have understood this, but anyway.

Personally, I hate sensationalist journalism, and it’s quite clear that there are elements of it in Moore’s movies.
However, I also understand that we don’t live in Utopia, that people’s skulls can be pretty thick, and a bit of sensationalism can sometimes help to drive the message home.

What really matters is the point. If the sensationalism is just being used as the “spices”, without distracting from the main point, or rendering it pointless, then I’ll tolerate it.

This is the case with Moore’s movies.

The movies raised topics which otherwise would be buried deep and hidden beneath the US gov’t propaganda. Gun control, nationalism (or was it fascism), expensive and broken health “care” system (well at least in UK it’s just “broken”), and so on.
Moore bravely, and effectively, challenges those who has oppressed the American and citizen of the world; the very very rich and the US gov’t. For that, he has my gratitude.

To the MooreWatch.com webmaster – you can still do better, make it even more useful to the people. Blindly just obliging to the intellectual aspect of something is losing sight to the bigger picture, and this is just what the oppressors wants us to do.
I wish you all the best.

Kekerasan di Institusi pendidikan bukan monopoli IPDN

Dari : http://tayuang.blogspot.com/2007/04/perguruan-tinggi-yang-sadis-dan-brutal.html

Pertanyaan yang jadi muncul pertama kali di benak saya : Apa UMI perlu dibubarkan ?
Paling tidak, mungkin nama “Muslim”-nya dicabut saja mungkin. Sudah terlalu banyak institusi yang menggunakan nama Islam, tapi kualitasnya jauh betul dari ajaran Islam sendiri. Saya sebagai muslim malu membacanya, bagaimana dengan yang mengalaminya ?


PERGURUAN TINGGI YANG SADIS DAN BRUTAL

Tadi pagi Selasa 24 April 2007, Prof Mappadjantji dosen FMIPPA Universitas Hasanuddin yang sedang dirawat di ICCU RSU Wahidin Makassar karena serangan jantung, menjalankan kewajiban sebagai anak yang harus melayat mertuanya Prof. Syamsi Lili yang jenasahnya disemayamkan di Jl Kartini. Prof MA izin keluar ICCU dilengkapi dengan botol infus dan diantar oleh seorang suster.

Dalam perjalanan kembali ke RSU Wahidin sepulang melayat, kendaraan mereka yang melintas di jalan Urip Sumoharjo dilarang lewat oleh mahasiswa Universitas Muslim Indonesia yang sedang demo. Walaupun Prof MA sudah memperlihatkan kondisinya yang darurat lengkap dengan selang infus dan seorang suster yang mendampingi, mereka tetap tidak diizinkan lewat.

Putri Prof MA, Vita yang menyetir kendaraan mengikuti keinginan mahasiswa untuk masuk ke jalur angkutan kota pete-pete. Di mulut pintu keluar, jalan mereka ditutup dan diwajibkan memutar haluan kembali ke kota. Melihat kondisi tersebut, putra Prof MA, Bayu memindahkan kayu penghalang agar bisa lewat karena ayahnya harus sesegera mungkin masuk ICCU kembali. Bayu kemudian dikeroyok hingga babak belur oleh mahasiswa UMI, bahkan ketika sudah masuk ke mobil, Bayu ditarik kakinya dipaksa turun untuk dihajar lagi. Melihat putranya babak belur, Prof MA melupakan kondisinya penyakitnya, dan bergegas menolong anaknya dengan melawan para mahasiswa yang brutal ini. Para mahasiswa tidak lagi mempedulikan bahwa Prof MA adalah pasien emergency, beramai-ramai menyerang termasuk menarik kacamata yang dipakai. Mahasiswa UMI berhenti menyerang ketika Prof MA berhasil menangkap salah satu pimpinan mahasiswa.

Kejadian yang dialami Prof MA adalah satu dari sekian banyak kejadian yang dialami pasien-pasien dengan ambulans yang membutuhkan pertolongan darurat menuju RSU Wahidin diantara jadwal demo UMI yang tiada henti. Begitu banyaknya, sehingga membuat kita bosan untuk membicarakan perilaku yang sangat tidak manusiawi ini. Inikah perguruan tinggi yang menyebut dirinya Muslim, yang tidak punya kepedulian terhadap orang yang sakit parah. Tidak pernah ada perhatian apalagi rasa bersalah atau menyesal dari institusi mereka, bahkan dari polisi yang selalu ketakutan tidak berani membela kepentingan orang yang nyawanya berkejaran dengan waktu.-

wass,
Triyatni

Nge-blog @ AsiaBlogging.com

Pada saat ini kawan-kawan di ABN (Asia Blogging Network) masih sibuk memproses aplikasi pendaftaran para blogger di ABN. Yang mendaftar cukup banyak, sehingga harus diseleksi, dan ini jelas memakan waktu.
Namun sementara itu, kini ada lowongan khusus di ABN.

Di MyCityBlogging.com, kini dibuka lowongan untuk menjadi blogger! Silahkan klik disini, lalu isi form singkat pada halaman tersebut.

Pendaftaran Anda kemudian akan diterima langsung oleh tim AsiaBlogging.com, dan dapat langsung diaktifkan dalam waktu beberapa hari saja. Ini karena memang topik di MyCityBlogging.com lebih bebas – asalkan berkaitan dengan kota Anda, maka posting saja !

Mari kita sama-sama nge-blog tentang kota kita. Sementara itu, saya kembali ke laptop dulu lah ! 😀

Petition : Save Babar Ahmad

If you’re a UK citizen / resident, please spend 5 minutes and help save Babar Ahmad from injustice; by signing the online petition here.

Babar Ahmad is a British citizen who has been cleared by British authorities of any wrongdoing. The US has requested his extradition to face charges related to fundraising for Chechen and Taliban rebels. The offences are alleged to have occurred on UK soil. It is only proper that Babar stands trial in the UK. Were he to be extradited, he faces a serious risk of human rights abuses and torture. (Guantanamo, US secret prisons, etc)

Different than other online petitions, this one is hosted on UK government’s Online Petition server ! Wow.
I usually ignored online petitions, but when I realized this, I signed up instantly.

Since the petition is hosted by UK gov’t itself, it has more chance to be listened to. Now, it’s up to us to actually use it.

So far there are almost 2000 signature. Many of the signer are not Muslim. Naturally, since this is an issue that concerns all – who know if next time it’ll be you ?

Here’s a chance to stop the crazy US gov’t crusade. Sign now.

Dagelan Politik : Interpelasi Iran

Sejak pertama kali dagelan tentang interpelasi Iran itu, saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Makin pusing melihat bagaimana berbagai partai yang berlabel “Islam” turut serta dalam kericuhan yang tidak berguna ini. Di foto harian Republika tersebut juga diperlihatkan foto sebuah organisasi mahasiswa Muslim yang sedang berdemo soal ini.

Duh, kok bisa sih soal remeh begini berhasil menjadi judul interpelasi ?
Kenapa tidak “interpelasi Lumpur Lapindo” ? Gitu lho.

Kan udang di balik batunya jadi kentara banget. Cuma soal gak penting begini bisa jadi bahan interpelasi.
Iran itu negara kuat kok, yang puluhan tahun ditekan dan tetap cuek. Sanksi yang cuma sekian bulan tidak akan berdampak apa-apa.

Kepada organisasi-organisasi muslim : kalau pas lagi ada pemerintahan yang kelihatan agak mau berusaha benar, mbok ya didukung, gitu lho; supaya jadi bisa 100% benar.

Jangan justru malah ramai-ramai berusaha dijatuhkan. Cukup sudah satu kali kita keliru, ketika menjatuhkan Habibie, yang dengan senang hati segera mundur, dan kembali mengurusi urusan pribadinya.

Bete euy lihat partai-partai “Islam” justru sibuk dengan agendanya sendiri, bukan agenda umat.

Buat SBY: kalau suatu hari ada interpelasi Lapindo, cukup ajak satu orang Menteri saja untuk menemani ke DPR — Menko Kesra 😀

Browsing Internet 10x lebih Cepat dan Stabil

OK, pada posting ini saya akan membukakan rahasia koneksi Internet saya yang bisa cepat dan stabil walaupun melalui koneksi XL-GPRS / handphone sekalipun.

Seorang saudara yang saya beritahu trik ini, kecepatan akses Internetnya naik sampai 10x lipat menurutnya. Dia perlu download Nokia PC Suite pada peak hours, dan dikatakan akan membutuhkan waktu 5 jam oleh Internet Explorer. Begitu menggunakan trik ini, ternyata hanya membutuhkan waktu sekitar 1/2 jam. [1]

Saya tdak akan bertele-tele atau meminta Anda klik di banyak link atau membeli eBook 🙂 langsung saja, hanya ada 2 langkah yang perlu Anda lakukan. Langkah pertama adalah :

putty -P 222 -N -D 9999 -C net@cepat.abangadek.com

[2]

Bagi pengguna Linux/Unix, bisa mengetikkan perintah dibawah ini sebagai gantinya:

ssh -o “CompressionLevel=9” -C -D 9999 -p 222 -N net@cepat.abangadek.com

Ketika diminta password, ketikkan cepat123
Jika tidak ada pesan apapun yang muncul di layar, maka Anda telah terkoneksi dengan sukses ke server saya.

Langkah kedua adalah mengubah setting browser Anda.

Contoh cara mengubah setting di Internet Explorer :
Pilih menu Tools – Options,
klik tab Connections,
klik tombol LAN Settings,
enable “use a proxy server”, lalu klik Advanced,
isi seperti di ilustrasi di bawah ini, lalu klik OK.
net-cepat-ie.jpg

Contoh cara mengubah setting di Firefox :
Pilih menu Edit – Preferences,
klik icon Advanced,
klik tab Network,
klik tombol Settings,
lalu setup seperti ilustrasi di bawah ini,
dan klik OK.
net-cepat-firefox.jpg

(pada intinya, arahkan agar browser menggunakan SOCKS proxy di localhost, port 9999)

Selesai ! Selamat menikmati browsing Internet yang lebih cepat dan stabil !
Semoga dapat membantu kelancaran aktivitas Anda sehari-hari 🙂

FAQ

  1. Tanya: Saya menggunakan Windows, tapi tidak ada software Putty di komputer saya. Darimana saya bisa mendapatkannya ?
    Jawab: PuTTY bisa Anda download dari sini. Lalu simpan di C:\WINDOWS\
  2. Tanya :Bagaimana cara kerja akselerasi ini ??
    Jawab: Secara sederhana, perintah putty/ssh diatas akan membuat “tunnel” ke server saya, cepat.abangadek.com. Akses internet Anda akan dilalukan ke server ini. Bisa menjadi lebih cepat karena (1) dikompresi / dipadatkan secara otomatis (2) tidak perlu berkali-kali konek ulang ke berbagai situs, karena selalu sudah konek ke tunnel tersebut (3) semua overhead protokol HTTP dikerjakan oleh server saya, di link sebesar 10 Mbps
  3. Tanya : Tunnel ke server milik Anda ? Berarti musti membayar dong ?
    Jawab: Tidak perlu, ini layanan gratis dari saya. Saya cuma berdoa mudah-mudahan sih servernya kuat untuk melayani serbuan pengguna layanan ini 😉
  4. Tanya : Apakah trik ini bisa mempercepat akses Internet selain browser – seperti email, dll ?
    Jawab: Bisa, tapi ini sudah masalah yang cukup teknis. Daripada memusingkan Anda, solusinya bisa didapatkan dengan search keyword “socksify” di Google.
  5. Tanya: Server Anda jelek !!! Tidak bisa diakses! Host not found ! Password nya error ! Kenapa saya di ban oleh Anda ???
    Jawab : Sebelum menyalahkan saya, ketahui bahwa ada puluhan / ratusan pengguna layanan ini setiap hari, yang tidak bermasalah & menikmati akses Internet lebih cepat melalui layanan ini.
    Jadi, kalau yang bermasalah cuma Anda sendirian, maka jelas masalahnya ada pada sisi Anda 😛
    Setiap komplain yang senada akan saya hapus, untuk menghemat ruang komentar.
  6. Tanya : Saya test kecepatan, kok malah jadi tambah lambat ??
    Jawab : Secara singkat: ya tidak apa, tidak usah dipakai lah kalau begitu 😛
    Lebih lengkapnya: ** tidak ada ** layanan speedtest yang bisa 100% tepat mengukur kecepatan akses internet anda. Hal ini karena sifat internet itu sendiri yang terdistribusi.
    Contoh: jika Anda melakukan speedtest dengan server di Indonesia, maka kecepatan akses yang Anda dapatkan akan berbeda ketika Anda mengakses situs di Amerika.
    Keterangan lebih lanjut bisa dibaca misalnya di halaman ini (bagian “What can affect the Bandwidth Meter results”).
  7. Tanya : Bagus, saya suka. Apa yang bisa saya bantu ?
    Jawab:Pada saat ini mungkin adalah dengan menguji coba layanan ini, dan melaporkan hasilnya kepada saya.
  8. Tanya : Kalau ada pertanyaan lagi, silahkan tinggalkan komentar di posting ini.
    Jawab: Oke.

Catatan :

[1] Tentu saja belum tentu semua orang akan pasti tercepatkan sampai 10x lipat, karena akselerasi yang didapatkan bergantung kepada banyak faktor. Yang jelas, semua yang sudah saya beritahu ini menikmati peningkatan kecepatan & kestabilan akses Internetnya.

Ada seorang kenalan saya yang membayar biaya koneksi Rp 1.500.000 per bulan dari Telkom Speedy untuk warnetnya, tapi tetap saja luar biasa lambat. Setelah menerapkan trik ini, semua customernya tercengang, “kok Internetnya cepat ya?”
(lha, maunya lambat, gitu ? 😉 )

[2] Credit: Terimakasih banyak kepada Bambang Priambodo untuk informasi switch -D pada ssh. Moga-moga jadi amal jariyah untuk sampeyan, Amin.