Diantara berbagai kehebohan muktamar NU kemarin, ada satu hal yang terluput dari perhatian banyak orang – namun terlihat oleh seorang aktivis Nahdliyin. Abdul Aziz menulis keprihatinannya dengan kemewahan yang banyak dipertontonkan oleh berbagai tokoh NU. Walaupun saya kira ini bukan fenomena yang terbatas pada NU saja, melainkan masalah yang terus merambah di kalangan para ulama kita pada saat ini.
Area Parkir Muktamar NU Ke-31
Oleh Abdul Aziz Setiawan
Semua mata aktivis hari ini setidaknya terus tak berkedip menatap berbagai media untuk melihat hajatan NU. Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama di Boyolali, Jawa Tengah, 28 November-2 Desember 2004 yang berlangsung sangat dan mungkin paling panas sepanjang sejarah. Bahkan muktamar kali ini dalam bayang-bayang perpecahan NU. Bayang-bayang perpecahan, masih akan menunggu tarik menarik antara ‘Poros Lirboyo’ dan ‘Poros Langitan’ yang sampai detik terakhir jagonya sedang bertarung secara ketat, Hasyim Muzadi dan Farid Masdar Masudi.
Sebentar lagi kita akan tahu siapa pemenangnya dan bagaimana masa depan selanjutnya. Penulis –sebagai pribadi yang berdarah dan dibesarkan dikeluarga Nahdliyin- dalam kesempatan ini tidak tertarik untuk membedah masa depan NU ketika kedepan dipimpin Hasyim yang mungkin akan memperkuat ‘poros politik NU’ dan mengabaikan gerakan pemberdayaannya atau mungkin Masdar yang akan membawa ke ‘proyek Islam liberal’ yang selama ini diperjuangkannya dengan ‘menunggangi’ organisasi NU ini.
Ada yang luput dari pandangan mata kita ketika melihat hajatan ini.
Continue reading Areal parkir muktamar NU