Seminar: Strategi Karir IT – tanya jawab

Seperti yang telah saya janjikan sebelumnya, di posting ini saya akan menuliskan berbagai pertanyaan yang sempat saya catat pada seminar karir IT, berikut dengan jawabannya.
Namun sebelum itu, saya ingin menyatakan bahwa saya memiliki keprihatinan yang sama dengan pak Budi Rahardjo disini : kualitas sdm kita menyedihkan.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang sempat saya catat, berikut dengan jawabannya:
(slide seminar bisa dilihat disini: http://harry.sufehmi.com/archives/2005-09-01-989/)

Tanya:
Mana yang lebih penting, IPK/prestasi akademik atau koneksi ?

Jawab:
Kalau untuk mencari kerja/berkarir: koneksi cenderung lebih penting.
Contoh ekstrimnya, ada kenalan yang dulu lulus dengan IP nyaris 4. Tapi, memprogram dalam bahasa Basic saja kesulitan. Juga, tidak sempat membangun jaringan. Sehingga mengalami kesulitan setelah lulus kuliah.
Contoh kebalikannya, ada kenalan yang tidak lulus SMA, tapi jabatannya lebih tinggi daripada saya, karena memang ahli dan jaringannya bagus.

Tapi bukan berarti lantas Anda boleh mengabaikan kuliah Anda ! Ingat, Anda punya tanggung jawab kepada orang tua Anda, yang telah berusaha keras agar Anda bisa kuliah.
Jadi berusahalah untuk berprestasi sebaik-baiknya, sambil berusaha juga untuk membangun jaringan Anda.

Tanya:
Anda mengatakan banyak materi kuliah yang kurang relevan dengan dunia kerja, contohnya apa?

Jawab:
Dulu ada mata kuliah kewiraan. Lalu, berbagai mata kuliah yang sangat teoritis / tidak jelas bagaimana penerapannya, atau memang cuma sekedar teori yang sulit diterapkan.
Kemudian, terkadang juga ada mata kuliah yang sudah kadaluarsa – saya pernah mendapat mata kuliah Assembler, namun tidak jelas untuk platform apa (yang jelas, bukan PC)

Selain itu, yang mungkin juga mengejutkan adalah suasana yang sangat berbeda.
Ketika kuliah, kalau kita gagal mengerjakan suatu tugas, resikonya paling adalah tidak lulus dari mata kuliah tersebut.
Di dunia kerja, kegagalan menyelesaikan tugas bisa berdampak kerugian jutaan rupiah atau lebih dari itu. Dan berbagai tekanan-tekanan lainnya.

Mungkin bidang IT kelihatan sebagai suatu yang glamour. Kenyataan yang sebenarnya seringkali jauh dari demikian. Beban pekerjaan yang sangat banyak, deadline yang tidak masuk akal, lembur kerja di akhir pekan, dst; ini kadang merupakan kelaziman.
Tapi sebagaimana juga bidang-bidang lainnya; jika Anda tekun, tidak takut tantangan, dan punya jaringan yang bagus – maka IT bisa menjadi bidang karir yang bagus dan menarik.

Tanya:
Bagaimana cara untuk membangun jaringan? Tips?

Jawab:
Jika Anda kuliah di universitas seperti UI, ITB, dll; maka bersyukurlah karena biasanya jaringan alumni mereka bagus.

Cara lain adalah dengan aktif berorganisasi.
Jika tidak ada organisasi yang menarik – buat saja sendiri. Misal: Study Club Campus (SCC), yang terdiri dari banyak study club (SC). Setiap SC fokus ke topik tertentu (misal: Java, Python, Linux, dll), dan anggotanya adalah mahasiswa yang berminat ke topik tersebut. Tiap SC punya rencana kerja (misal: Maret – instalasi Linux, April – setup webserver, dst). SC sangat berguna untuk membantu mempercepat proses belajar suatu topik (karena belajar bersama jauh lebih cepat daripada sendirian).

Jadi pada intinya; harus aktif berinteraksi dengan pihak-pihak yang relevan. Maka mudah-mudahan ketika lulus kuliah nanti, jaringan Anda juga sudah bagus; sehingga mudah untuk berkarir di bidang IT.

Tanya:
Bagaimana cara untuk mendapatkan berbagai keahlian IT yang relevan ?

Jawab:
Tidak ada cara lain kecuali dengan banyak praktek.
Bisa sendirian, namun lebih baik jika ada kawan yang minatnya sama. Lihat ke bahasan mengenai Study Club di poin sebelum ini.

Tanya:
Untuk urusan kuliah saja kita sudah sibuk; menghadiri kuliah, mengerjakan tugas, dll. Lalu sekarang ternyata kita (mahasiswa baru) harus lagi berusaha membangun jaringan, dan menambah keahlian IT praktis.
Bagaimana caranya untuk dapat mengerjakan ini semua ?

Jawab:
Tiap orang berbeda-beda cara yang cocok untuk me-manage waktunya.
Ada yang cuma perlu menuliskan target-target dan deadlinenya, dan menaruhnya di tempat yang sering dilihat (dinding, di balik pintu, dst)
Ada juga yang bisa mengingat semuanya.
Ada lagi yang perlu menuliskannya secara rinci.
Ada lagi yang perlu menambah waktunya, dengan mengurangi jam tidurnya. (kawan saya ada yang cuma perlu tidur 1-2 jam saja dalam suatu hari)
Dst.

Tapi semuanya kembali ke satu hal – disiplin. Tanpa ini, maka semuanya akan kacau balau. Dan waktu tidak pernah terasa cukup.

Tanya:
Saya pikir, sebaiknya kita tidak melakukan spesialiasi. Namun, cukup menguasai dasar dari berbagai bidang IT (networking, programming, dst). Dan lalu baru didalami jika ada waktu / tuntutan untuk itu.
Dengan demikian, maka kita dapat meng-cover sebanyak-banyaknya bidang, membuat lebih banyak lowongan terbuka bagi kita, dan menjadikan kita sebagai pekerja yang fleksibel.
Bagaimana menurut bapak tentang strategi ini ?

Jawab:
Ini strategi yang selama ini saya sendiri lakukan πŸ™‚

Tapi tiap orang berbeda-beda. Ada yang cocok dengan cara ini.
Namun, ada pula yang lebih senang mendalami satu bidang saja.

Yang penting saya kira, adalah kita untuk menikmati itu semua. Kalau kita bisa menikmatinya, maka apapun yang kita pilih / harus kerjakan akan menjadi terasa ringan.
Kalau sesuatu itu tidak terasa sebagai beban bagi kita, maka akan lebih memudahkan kita untuk berprestasi di bidang tersebut.

PakAnsor

Saya mengenal beliau ketika membangun ruko di daerah Ceger. Orangnya sederhana, tidak banyak bicara, sangat santun. Karena penampilannya, orang bisa terkecoh.
Kami dulu juga bingung, apakah beliau bisa menangani proyek ruko senilai sekitar 1,5 milyar itu. Ternyata, sampai sekarang pun pak Ansor terus membuktikan bahwa kita bisa mempercayakan proyek-proyek pembuatan bangunan kepada beliau. Hasil kerjanya bagus, biayanya terjangkau, dan – yang paling penting – jujur & bisa dipercaya.

Pokoknya kalau dengan pak Ansor, kalau sudah sepakat desain & biayanya, maka kita tinggal tunggu saja.
Tidak perlu cemas bahannya akan diganti dengan yang berkualitas rendah, atau proyek akan molor, dst.

Walaupun orang desa yang sederhana, namun pak Ansor berbeda dari yang lainnya, karena beliau punya semangat untuk maju.
Awalnya dari seorang tukang batu; kini beliau telah menangani banyak proyek di berbagai tempat, mobilnya 7 buah, rumah yang bagus, dan telah menjadi tokoh masyarakat di kampungnya – setiap kali ada pemilu, semua partai berebut untuk “meminang ”Β beliau.

Tapi beliau tetap pak Ansor yang dulu juga. Beliau tetap santun & rendah hati. Tidak lupa menyisihkan hartanya untuk agamanya – mesjid Nurul Ansor berdiri setelah beliau menjual 4 dari 5 buah mobilnya (sekarang malah menjadi 7). Wah kalah deh kita.
Dan walau telah menjadi orang besar, beliau tidak melupakan Anda – keluarga kami diundang ketika beliau menikahkan putrinya belum lama ini, dan kami “dipaksa” beliau untuk duduk di sebelahnya (sampai dikira keluarga pengantin oleh tamu-tamu yang lainnya).

Dari seorang tukang batu sederhana, pak Ansor kini telah menjadi teladan bagi kita semua.

Beberapa tips migrasi ke Open source

Pengalaman saya melakukan migrasi ke open source, potensi cost yang paling besar itu biasanya di re-training staff.

Tips:

1. Program migrasi HARUS mendapat dukungan penuh dari manajemen

2. Migrasi dilakukan paling tidak dengan 2 tahap di setiap departemen.
Tahap pertama (pilot) memigrasikan beberapa staf saja. Tahap kedua baru memigrasikan sisanya.
Pada tahap pertama, tech.support full dari kita. Pada tahap kedua, kita sudah mendapat bantuan dari staf yang terlibat di tahap pertama.
Dan yang paling penting, para staf yang terlibat di fase pilot ini akan sangat membantu menghilangkan kecemasan kawan-kawannya.

3. Migrasi harus diatur dengan strategi yang tidak mengganggu proses kerja perusahaan sehari-hari

4. Walaupun sudah mendapat dukungan penuh dari manajemen, pendekatan interpersonal ke setiap departemen tetap membantu untuk memuluskan proses migrasi. Tips: cari siapa “tokoh” karyawan di setiap departemen, lalu dekati / dilobi sehingga simpati dengan proyek migrasi. Ini akan sangat membantu melancarkan program kerja yang sudah ada.

Sekarang beberapa migrasi sudah selesai, baru terasa enaknya:

1. infrastruktur IT lebih reliable

2. staf IT jadi ada banyak waktu luangnya, dan bisa diberdayakan untuk pengembangan sistem/dll – tidak melulu cuma overload melakukan maintenance (virus, install ulang Windows, dst) seperti sebelumnya

3. Fasilitas IT yang ada kini sangat banyak membantu staf dalam mengerjakan pekerjaan mereka sehari-hari – tidak lagi sering menghalang-halangi.

4. kalau pakai LTSP, ada banyak tambahan bonusnya.

5. penghematan biaya yang cukup signifikan jika dibanding migrasi ke solusi Microsoft, dalam berbagai kasus yang saya tangani – sekitar 75% short-term saving, lebih besar lagi jika solusi Microsoft-nya berbasis Terminal Server. Potensi long-term saving cukup signifikan jika menggunakan solusi LTSP.

Seperti biasa, YMMV – tapi saya rasa untuk kebanyakan kasus, hal-hal seperti di atas kini adalah kelaziman / bisa dibuat strateginya supaya demikian.

Apakah Anda punya tips-tips praktis dalam proses migrasi ke open source ? Silahkan sharing kepada kita semua disini.

Linux diagnostic software

One of the server under my supervision has started to experience problems since a few weeks ago. It has experienced several kernel Oops-es (equivalent to Windows’ BSOD I think), but sometimes it just crashed hard – no message whatsoever in the logfiles. This has me baffled for a while – I thought Fedora needed to be upgraded to the latest version at first. But then it was clear that even after updated with the latest updates, it’s still experiencing problems.

Somebody pointed out that memory should be the prime suspect at this case. So I ran memtest86, and true enough; it found hundreds of bad bits in the first 512MB.
Unfortunately, it is NOT possible to print out the error messages from memtest86, which will cause problem for me when I tried to return the memory module to the supplier. So I started to look around.
(note to self: recheck that these errors are not caused by wrong memory timing in BIOS)

Thankfully there’s memtester. I’ll give it a try probably tomorrow.

Along the way, I found several other relevant links:

[ An excellent guide on troubleshooting hardware problems on Linux ]
[ List of many diagnostic tools on Linux ]
[ Comprehensive list of tools and procedures for testing hardware on Linux ]

Hope you’ll find it useful.

Informasi konsumen

Setelah flu burung, kini ditemukan potensi masalah lagi dengan ayam.

Ibu saya berbincang-bincang dengan tukang ayam langganannya di pasar. Ternyata, menurut ybs, banyak tukang ayam yang menggunakan formalin, agar ayamnya awet sepanjang hari.

Ybs mengatakan bahwa dia berusaha untuk tidak memberikan obat (istilah mereka untuk formalin), namun untuk usus ayam, dia memang menyerah dan belum menemukan caranya agar bisa awet tanpa formalin.

Solusinya ?
1. Beli ayam hidup, dan minta disembelih di depan Anda
2. Hati-hati jika membeli ayam yang telah disembelih (mungkin ada yang bisa memberikan tips untuk membedakan daging ayam yang telah direndam formalin dengan yang belum ?)
3. Lebih hati-hati lagi dalam membeli produk-produk usus ayam.

Setelah tahu berformalin, sekarang ayam. Apalagi berikutnya ?
Mudah-mudahan Departemen Kesehatan (?) bisa segera melakukan razia untuk ini, demi keselamatan kita.

Debian: It Just Works

There’s an old server running old version of Mandrake that I’d like to upgrade with latest kernel (with latest drivers/USB support, etc). But it seems that upgrading the existing Mandrake installation will be a lot of pain, so I thought I’ll just reinstall it with Debian instead.

Backed up the whole server (35 GB, with help fromg4u), moved the company’s system to another server, install Debian Net Install CD, and finally moved back the company’s system to that server.

Took just one day, minimum problem; and resulted in a much more usable server with more recent version of software packages.
I’m quite impressed.

Here’s another kudos for the people who made Debian a reality.

GAIM: solusi komunikasi internal perusahaan

1. Sebuah perusahaan membutuhkan chatroom untuk komunikasi internalnya. Terutama akan sangat berguna untuk virtual meeting dengan kantor-kantor cabang.
Tetapi, fasilitas chatroom di berbagai pemberi layanan IM (Instant Messenger) di non-aktifkan. Chatroom public tidak bisa digunakan, karena bisa menyebabkan kebocoran rahasia perusahaan.

2. Selain itu, perusahaan ini menggunakan berbagai layanan IM untuk berkomunikasi baik internal maupun external (customer); ICQ, Yahoo Messenger, dll. Ada komplain bahwa ini menyebabkan terlalu banyak software yang terpasang di komputer user.

Solusi: Gaim.

1. Dibuat sebuah chatroom di irc.freenode.org, yang kemudian di set sehingga secret (tidak terlihat di channel list) dan kemudian di proteksi lagi dengan password. Kemudian dibuatkan sebuah account untuk setiap user, yang masing-masingnya diproteksi dengan password.

Namun pemakaian di user sangat mudah, cukup dengan dobel-klik di icon chat yang telah di setup.
Maka otomatis Gaim akan meng otentikasi user di jaringan Freenode, dan setelahnya meng otentikasi user di chatroom perusahaan.

Nilai plus; user bisa saling mentransfer file di chatroom tersebut (karena Gaim mendukung protokol transfer file dari IRC)

2. Gaim bisa berantar muka (interfacing) dengan berbagai layanan IM tersebut. Sehingga berbagai software client dari IM tersebut bisa dihapus, dan diganti dengan sebuah instalasi Gaim saja.

3. Nilai plus; karena Gaim tersedia baik di Linux maupun Windows, maka bisa dilakukan standarisasi IM client di perusahaan ini.
Tech.support hanya perlu berurusan dengan satu software IM – bukan banyak seperti sebelumnya.

[ Gaim : http://gaim.sourceforge.net ]

Air berkhasiat

Saya cuma bisa bengong melihat produk-produk air kemasan pada saat ini.
Contoh: air beroksigen ! lha, memangnya kita bernapas pakai perut? atau, jangan-jangan, sebetulnya di perut kita itu ada insang ya??

It’s getting worse though.
Sekarang, sudah ada air Hexagonal !! dengan janji khasiat yang seabrek-abrek.

Duh……

Pondok Indah Mall 2

Walaupun tinggal di Pondok Indah, tapi baru minggu lalu saya sempat mengunjungi PIM2 (sok sibuk euy).Setelah memarkir mobil di basement, kami menaiki elevator ke mall, sambil berusaha menenangkan anak-anak yang sudah pada excited.

Begitu memasuki mall, saya & Helen serempak tercengang.
Setelah terdiam beberapa waktu, saya memecah kesunyian dengan berkomentar; “umm, kok mirip banget sama BullRing ya…..?”, yang kemudian diiyakan oleh Helen.

Kami kemudian meneruskan menjelajahi mall yang baru dibuka tersebut. Desainnya benar-benar mirip; jalannya, layout toko-toko, atap, sampai skywalk-nya pun mirip! walaupun tidak selebar yang BullRing, tapi beberapa tingkat.
Untung saja dari luar tidak kelihatan seperti siput biru raksasa juga πŸ™‚

Siapa ya desainer PIM2 ini, kita jadi penasaran juga.

Setelah puas berjalan-jalan di PIM2 kemudian kamipun pulang, dengan membawa banyak pertanyaan.

Bad English, part 1

Siang ini lagi menuju ke Cawang dari Semanggi, melewati Pancoran/Menara Bidakara. Tiba-tiba mata saya melihat sebuah billboard besar di kanan jalan, yang mengiklankan sedan Mitsubishi. Tulisannya:
“IT’SΒ ABOUT PRESTIGIOUS”
*gdubrak*

Ajaib, iklan sebesar itu bisa ada kesalahannya separah itu πŸ™‚

More English fun, click here:Β Engrish.com

Mac OSX vs Windows ?

Now that it’s clear that Mac OSX will run on even no-brand PCs, I wonder…….. I’m really, VERY curious now — can Apple do what IBM can’t ?

IBM (OS/2) competed with Windows several years ago, to become one of the OS for PC. It failed quite miserably, much to our dismay; since we then fell into the Windows monopoly.

I believe Apple has the creativity, marketing strength, ability to deliver, and – most importantly – the looks πŸ™‚
However, I’m not so sure about the (distribution) channels. Microsoft has been very strong on this one for years.

But, I think this is a win-win opportunity to them: if they failed, they’ll still have their own original market. But if they succeed, the rewards can be significant.

Will Steve Jobs has the guts to open up Mac OSX, and compete directly with Microsoft on its own playing ground (read: PC) ?
I certainly hope so, for I believe that fair competition will only bring good things for us – consumers.

Mac OSX on PC

I remember trying to install Darwin on my PC, but then cancelled the plan when I realized that it’s nowhere like Mac OSX on UI level.

Apprently, now you can install Mac OSX on PC.
Other similar stories: [ here ] – [ here ]

Looks sweet.
But, I’m quite sure that you’ll be pirating if you do this (especially the first step); if you don’t want to be that, I guess you can always buy it first, and then follow the rest of the tutorials.

Enjoy.

mod_throttle : salah satu solusi detik / slashdot effect

Kemarin, sewaktu saya sedang dalam perjalanan ke seminar Fasilkom UI, tiba-tiba ban mobil saya kempes. Kelihatannya kena paku.
“Ah gak masalah”, pikir saya; ganti ban saja sendiri, hitung-hitung sambil olah raga.

Ternyata, dongkrak mobil bermasalah, alamak. (siapa sangka? “test your backup!” πŸ™‚ )
Akhirnya, terpaksa minta tolong pada tukang tambal ban di dekat lokasi.

Jadi, kita tidak pernah akan tahu kapan akan terjadinya masalah. Karena itu, pepatah “sedia payung sebelum hujan” selalu relevan.

Baru-baru ini situs priyadi.net diserbu para pengunjung detik.com, berkaitan dengan topik Natasha (blogger yang, katanya, telah wafat). Karena ada sedikit glitch di situs tersebut (ada sebuah script yang lambat performanya), maka server menjadi overload. Maka situs priyadi.net sempat terpaksa ditutup selama beberapa waktu, sementara masalahnya dicari tahu.

Hal ini sering dialami oleh berbagai situs; mendadak mendapat serbuan pengunjung. Banyak juga yang menjadi overload.
Karena kita tidak tahu kapan ini akan terjadi, mungkin sebaiknya kita siapkan pencegahannya sejak sekarang.

Jika server Anda menggunakan Apache, maka salah satu solusi yang mudah digunakan adalah [ mod_throttle ]

Selamat mencoba.

Seminar: Strategi Karir IT

Kemarin (31 Agustus 2005), saya diundang oleh kawan-kawan di Fasilkom UI untuk menjadi pembicara di seminar mereka. Saya lupa judul seminarnya (duh, pikunnya kumat), tapi yang jelas saya diminta untuk membagi sedikit pengalaman dalam berkarir di bidang IT.
Apa yang kira-kira penting untuk diperhatikan bagi para mahasiswa, bagaimana agar kans untuk sukses menjadi lebih besar, dan seterusnya. Maka, kemudian saya buat sebuah presentasi singkat berjudul [ Strategi Karir IT ]

Pada kesempatan tersebut saya mengingatkan bahwa masa kuliah itu bukan waktu untuk bersenang-senang. Ini adalah awal dari masa perjuangan kita, jadi mulai belajar untuk bekerja keras. Karena seringkali dunia kerja lebih keras lagi daripada itu. Disampaikan beberapa tips untuk mempersiapkan diri (saya lupa mengingatkan untuk belajar b.Inggris – tips: ikut milis-milis berbahasa Inggris dan aktif), untuk mencari kerja (sayang saya lupa memberikan beberapa tips untuk membuat CV yang bagus), dan kemudian membangun karir.

Peserta cukup membludak dan sesi tanya-jawab terus berlanjut bahkan setelah acara usai. Anak-anak UI memang beda ya πŸ™‚ pertanyaan-pertanyaannya sangat kritis. Malah ada yang dengan yakin mengatakan bahwa saya salah dalam salah satu poin presentasi saya. Ha ha… sambil nyengir, kemudian saya jelaskan lebih lanjut mengenai poin yang bersangkutan.
Ada juga yang komplain, kenapa pembahasannya cuma mengarah kepada karir sebagai pegawai, bukan wiraswastawan. Saya tersenyum dan mengatakan bahwa topik itu bisa menjadi topik seminar tersendiri. (cuma itu yang sempat saya katakan karena waktu seminar sebetulnya sudah lama habis)
Tapi saya kagum dengan keberanian mereka. Semoga sukses semuanya.

Bagian kedua dari posting ini akan menampilkan beberapa pertanyaan yang sempat saya catat, berikut dengan jawabannya.
Stay tuned.

Membobol Firewall dengan OpenSSH & PuTTY

Bayangkan skenario berikut ini:

Kantor pusat dan kantor cabang bisa mengakses Internet. Namun, kedua-duanya tidak bisa diakses dari Internet – karena berada di balik NAT gateway

Divisi IT kemudian diminta untuk membuat kantor cabang bisa mengakses aplikasi web-based yang ada di kantor pusat, melalui koneksi Internet yang sudah ada. Aplikasi tersebut diakses di server 192.168.0.31 port 80.

Bagaimana caranya ?

Solusi:
head office ---> NAT1 ---> internet ---> serverkantor.com < --- internet <--- NAT2 <--- branch office

  • Sewa sebuah server di Internet.
    Contoh; Linode.com harganya sangat ekonomis untuk keperluan ini, dan layanan tech.supportnya sangat bagus.
  • Di kantor pusat, ketikkan:
    putty -ssh -C -2 -R 8001:192.168.0.31:80 -l username -pw password -N serverkantor.com
  • Di kantor cabang, ketikkan:
    putty -ssh -C -2 -L 81:localhost:8001 -l username -pw password -N serverkantor.com
  • Maka kini kantor cabang bisa mengakses aplikasi tersebut, dengan membuka browser dan lalu mengetikkan:
    http://localhost:81

note:

  • Ya, tutorial ini untuk di Windows. Saya yakin para pengguna *nix sudah tahu caranya di Linux/BSD/dll πŸ™‚
  • -C : kompresi, akses ke aplikasi web-based tersebut menjadi kencang (serasa seperti di LAN) karena adanya fitur kompresi dari SSH ini.
  • -2 : menggunakan protokol SSH2; selain lebih aman, juga memungkinkan -N
  • -N : No shell; kita hanya menggunakan fitur port forwarding dari OpenSSH
  • -pw : hati-hati, karena tentu saja password jadi terlihat. Tapi di lain pihak, kadang otomatisasi ini diperlukan.
    Solusinya? Tergantung kebutuhan Anda, tapi kalau Anda terpaksa menggunakan switch -pw ini:

    1. Gunakan username yang non-priviledged / bukan root di serverkantor.com
    2. Lalu set agar user tersebut menggunakan shell /bin/false (alias tidak mempunyai akses shell)

Selamat mencoba.

note: Di sebelah mana "membobol firewall"-nya ...?
Jawab: Ganti "NAT gateway" di posting ini dengan "firewall", atau "firewall+NAT", atau "firewall+proxy", dst.

Referensi:
[ Breaking firewalls with OpenSSH and PuTTY ]
[ PuTTY User Manual ]

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Sehubungan dengan krisis listrik yang sedang menimpa Jawa – Bali, saya sedang berpikir kenapa pemerintah tidak membuat PLTN saja. Eh, tiba-tiba, Republika 29 Agustus 2005, halaman 3 – ada iklan layanan masyarakat mengenai PLTN, dari BATAN dan Depkominfo. Wah, syukurlah.

PLTN mempunyai banyak kelebihan, seperti output yang besar dengan biaya relatif lebih murah, serta aman dan jauh lebih bebas polusi; jika dikelola dengan benar.
Mengenai bebas polusi – saya pernah membaca mengenai aktivis Greenpeace yang keluar dari organisasi tersebut, karena oposisi mereka kepada PLTN justru membantu berkembangnya PLTU / pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil lainnya; yang kemudian sangat mencemari lingkungan.

Mengenai limbah nuklirnya – mungkin sebaiknya pemerintah mulai membicarakan hal ini dengan negara-negara lainnya yang juga yang memiliki PLTN. Misalnya, patungan untuk membuat rudal luar angkasa, yang membawa muatan limbah nuklir tersebut, dan lalu ditembakkan ke arah Pluto πŸ™‚

Pada akhirnya, saya berharap kalau PLTN Indonesia jadi dibuat dan beroperasi, mudah-mudahan nanti paling banter kita mendapat berita yang lucu-lucu saja.
Jangan yang membuat jantungan seperti ini πŸ™‚

Kepemilikan PLTN juga memberikan beberapa efek samping yang strategis bagi negara, tapi apakah itu? Silahkan Anda tebak sendiri…